"Gue aja nggak tau, Jam. Tadi gue telepon temen gue yang punya rumah sakit ini. Udah gue jelasin semua, dan dia nyuruh gue tunggu di depan ruangan dokter Rian. Gue aja nggak tau kalau dokter Rian ini maksudnya Riana Martha. Tapi tadi dia bilang dokter Rian itu udah kayak bapaknya," Arka berusaha menjelaskan kepada Jamie yang juga membaca name tag di dada sebelah kanan dokter Riana, dengan mulut yang sedikit terkunci dan gigi yang cukup rapat, saat keduanya masih mematung di hadapan suster cantik bertubuh mungil.
"Ah, suster. Saya mau tanya, apa ada dokter khitan yang laki - laki aja, ya?" tanya Arka menutupi ketakutan Jamie
"Anda pak Arka, kan? Silahkan masuk terlebih dahulu biar nanti dokter Martha aja yang jelasin," perawat itu berucap begitu ramah
"Ba - baiklah, terima kasih." Arka mengkodei Jamie agar mengikutinya masuk ke dalam ruangan dokter Martha
"I will kill you!" bisik Jamie menyatukan gigi bawah dan atasnya tanda ia sedang geram.
Mereka di sambut hangat oleh dokter muda dan cantik usia berkisar dua puluh enam tahun. Rambut di biarkan terurai, menggunakan outer putih kebangsaan dokter, ia duduk dan senyum begitu manis.
"Baik, tuan - tuan. Ada yang bisa saya bantu? Oh, iya. Siapa nama pasien yang akan di khitan?" tanya dokter Martha ramah
"Eh, ini. Aduh, gimana ngejelasinnya, ya, dok. Jadi, gini ... Umh, aduh, jadi gerogi, kan," Arka salah tingkah
"Katakan saja, kenapa anda harus malu?" dokter Martha tersenyum aneh melihat dua laki - laki di hadapannya tampak menahan sesuatu untuk di utarakan
"Dok, apa nggak ada dokter lain, ya? Soalnya, yang mau di sunat rada malu - malu," Arka akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan yang sesungguhnya
"Ya, ampun. Kan, sama aja. Saya sudah sering, kok, memotong burung anak kecil," kekeh dokter Martha yang membuat kedua pria tampan di hadapannya dengan paksa menelan saliva dan menahan kemaluan mereka masing - masing dengan menangkupkan keduat tangan mereka di atasnya.
"Usia nya berapa?" tanya dokter Martha
"U - usia? Di - dia udah ...," lagi, Arka menjawab dengan terbata - bata.
"Baiklah, jika ia udah besar, memang sedikit sulit dan berbeda jika akan mengkhitankan anak kecil. Namun, zaman sudah berkembang, jangan takut akan rasa sakit. Kita akan merayu anaknya agar burungnya siap di potong," jawab dokter Martha dengan senyum manis yang selalu mengembang di wajahnya.
"Permisi, dokter. dokter Rian sudah datang," ucap perawat yang menyambut kedatangan Arka dan Jamie pertama kali.
"Arka, what happen? Kenapa ada dua Rian di sini?" bisik Jamie
"I - i don't know. Mari kita cari tahu," ucap Arka berusaha menjawab pertanyaan Jamie
"Selamat datang, dokter. Silahkan duduk!" ucap dokter Martha tetap ramah, menyambut kedatangan dokter Rian yang tampak buru - buru.
"Hai, Arka. Saya dokter Rian Alaska," ucap dokter Rian memperkenalkan diri, menyambut tangan Arka dan Jamie yang masih bingung di buatnya.
"Maaf, kenapa ada dua Rian di sini?" Jamie mencoba membuka suara yang sedari tadi ia simpan.
"Oh, saya hanya dokter magang sekaligus asisten dokter Rian. Tadi kebetulan, dokter Rian baru saja mengkhitankan anak kecil di ruang operasi dan beliau meminta saya untuk duduk di kursi ini menggantikannya sementara karena sudah terlanjur membuat janji dengan pak Arka. Benar begitu, dok?" dokter Martha menerangkan.
"Ha ha, ya, benar sekali. So, apa anda sudah siap mister Jam?" dokter Rian mengarahkan pandangannya kepada Jamie yang pucat seketika
Hal yang sama terjadi pada dokter Martha. Ia kaget ternyata yang burungnya akan di potong adalah milik bujangan di hadapannya.
"Sa - saya, si - siap, sih, dok, tapi ..." Jamie merasa gugup
"Tenang, hanya sedikit yang akan saya buang dari sebanyak kulit yang anda punya," kekeh dokter Rian di iringi cengiran oleh Arka dan dokter Martha.
"Tuan, jaman sudah maju, anda tidak akan merasakan sakit sedikitpun karena kita menggunakan metode laser. So, anda hanya akan mendengarkan kabar baiknya saja sembari berbaring. Lagi pula, sunat, khitan, atau sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi. Di dunia kesehatan, sunat atau khitan sudah di anjurkan. Tidak melulu harus yang beragama islam. Dan, sunat akan membuat ujung kepala penis lebih sensitive saat lelaki berhubungan badan. Mereka yang tidak disunat sulit merasakan kenikmatan yang sama karena kulup kerap menyelimuti glans yang merupakan titik rangsang laki-laki. Anda, akan merasakan kenikmatan yang berbeda dari biasanya setelah anda melakukan khitan. Apa anda siap merasakan kenikmatan yang sesungguhnya?" jelas dokter Rian sembari menggoda Jamie
Jamie dan Arka yang mendengarkan setiap kalimat yang di ucapkan dokter Rian hanya termangu dan saling tatap.
Arka tampak memberikan kode agar Jamie segera siap untuk merasakan kenikmatan yang sesungguhnya dengan menaikkan alisnya."Baiklah, dok. Sepertinya dia udah siap," Arka buru - buru dan mendapati Jamie yang membulatkan matanya ke arah Arka
"Apa lagi yang di tunggu, Jam. Bayangkan kenikmatan yang sesungguhnya," ucap Arka meyakinkan
Jamie juga mengingat ucapan ustadz Muhammad, bahwa setelah ia khitan, maka ia akan kembali fitrah atau kembali suci.
"Uumph, ba - baiklah, dok, saya siap." jawab Jamie pada akhirnya
Jamie dan Arka membuat janji dengan dokter Rian agar melaksanakan proses khitan di hari selanjutnya.
Sementara itu, Jamie ingin berkonsultasi dengan ustadz Muhammad agar lebih bisa mendalami makna khitan dan juga keislamannya setelah menikah"Menurut al-Sya’by, Rabi’ah, Awza’i, Yahya ibnu Said, Malik, Syafi’i dan Ahmad bahwa hukum khitan hukumnya wajib. Bahkan menurut imam Malik,'siapa saja yang belum di khitan maka tidak layak menjadi imam shalat dan tidak diterima persaksiannya (syahadah),' nah ente kan mau kawin, tuh, ape ente kagak pengen jadi imam sholatnye die?" ustadz Muhammad menjelaskan ketika Jamie mengutarakan niat hatinya yang akan segera berkhitan.
"Saya sebenarnya tidak takut, ustadz. I just ...," Jamie menatap ustadz Muhammad yang faham kekhawatiran Jamie
"Anak mude, insya Allah, ane akan menemani selama ente belajar menuju islam yang sebenarnye dan setia jadi pembimbing ente," ucap ustadz Muhammad menepuk bahu kanan Jamie yang berotot.
***
Hari pemotongan dari sedikit bagian tubuh Jamie pun tiba.
Ustadz Muhammad sudah siap menemani Jamie sesuai ucapannya.Wajah tampan Jamie saat ini mengisyaratkan bahwa dirinya sedang risau dan sedikit di kuasai rasa takut.Namun, satu hal yang sudah Jamie pelajari adalah melafalkan lafadz Basmallah
"Sebelum ente melakukan apepun, ente jangan lupa selalu ngucap Bismillahirrohmaanirrohiim. Insya Allah, ente akan melewati segale kerisauan dengan mudah," pesan ustadz Muhammad sebelum Jamie akhirnya masuk ke dalam ruangan di mana ia akan di khitan.
Jamie melihat dokter Rian sudah siap dengan beberapa peralatannya.
Ia pejamkan kedua matanya dan mengingat Rani yang selalu ada di benaknya"Bismillahi-rrohmaanir-rohiim," Jamie melafadzkan dengan sedikit terputus - putus ketika kain yang menutupi bagian bawahnya di buka oleh perawat dan dokter Rian yang sudah siap dengan Gun Stepler yang berbentuk seperti pistol sebagai alat untuk meng- khitan 'miliknya'.
Berdasarkan penjelasan dokter Rian, bagian dalam alat ini didesain untuk memotong kulit dan langsung menutup luka dengan staples sehingga tidak ada perdarahan dan hanya menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit, maka Jamie tidak akan merasakan teramat sakit seperti video - video yang ia lihat.
"Ran, andai kamu bisa melihat pengorbananku saat ini." gumam Jamie dalam hati.
"Done. Selamat, tuan Jamie, semua sudah selesai," tutup dokter Rian sembari membuka masker medis yang ia pakai.
Jamie tidak percaya, bahwa proses khitan yang ia lewati benar - benar sangat sederhana dan tidak neko - neko.
"Apa sudah bisa di pakai?" tanya Jamie tiba - tiba, membuat dokter Rian dan suster pendampingnya saling melihat satu sama lain karena pertanyaannya.
Bersambung ...
Setelah alat yang terbuat dari logam titanium itu melekat erat di area kulit kepala kemaluan Jamie, yang dipotong dengan jarak rapat dan lepas secara bertahap di hari ke empat belas setelah sunat seiring tumbuhnya jaringan baru dan luka sunat mengering, Jamie sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya di hadapan Rani yang sudah lebih dari dua minggu pulang dari rumah sakit.Selama pemulihan, Jamie membaca buku - buku panduan sholat, belajar mengaji hingga melatih dirinya untuk berpuasa sunnah.Dan pasca sembuhnya Jamie dari sedikit pembuangan bagian penting tubuhnya, dengan bimbingan ustadz Muhammad dan beberapa saksi, ia akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Meng- Islamkan dirinya sebagai mana keinginan hatinya.Tanpa paksaan dan tujuan lain. Ia semata - mata hanya ingin menentukan arah hidupnya ag
Kehadiran Jamie dan Arka yang di temani ustadz Muhammad di sambut ramah oleh Mamanya Rani, yang di dampingi oleh orang tua Jihan.Ustadz Muhammad lebih dominan dalam lamaran malam ini.Ia menjelaskan, bahwa Jamie sudah menjadi saudara sesama Muslim."Nak Jamie, ada baiknya orang tua mu hadir di sini. Untuk menyaksikan acara sakral ini. Karena, orang tua manapun akan bahagia melihat anaknya bahagia. Dan sejatinya, menikah itu bukan hanya tentang menyatukan dua insan yang saling mencintai, melainkan juga untuk menyatukan dua keluarga hingga tercipta keluarga besar yang bahagia," jelas Cahaya dengan lembut agar ia bisa bertemu langsung dengan calon besannya."Jika itu adalah syarat untuk menikahi Rani, maka akan saya lakukan." jawabnya pastiSemua orang tampak bahagia. Namun, tidak dengan seseorang yang sedang berdi
Rani masih berbaring di ranjang king size miliknya.Sedangkan Cahaya yang selalu ada untuk putrinya ini, tak pernah meninggalkan kamar anak gadisnya sedetikpun.Bahkan, Jihan selalu setia mengingatkan asisten rumah tangga untuk memberikan makanan dan obat wanita yang kini wajahnya tampak begitu lelah demi menjaga buah cintanya."Andaikan Sanjaya masih hidup, mungkin kekuatanku akan bertambah." gumamnya yang tanpa sadar, ada sepasang mata sedang memperhatikannya.Jamie berdiri di dekat pintu besar kamar tidur Rani. Ia memandang wanita yang sangat di kasihinya ini dengan tatapan iba."Rani butuh ketenangan hati, sembari menanti kabar dari rumah sakit Sri Lanka, jangan biarkan ia merasakan traumanya lagi. Jika ia sudah bisa lengah dari traumanya, maka hatinya akan lebih tenang," Jamie teringat ucapan dokter Firdaus via telepon kemarin"Jamie?"
Dengan tetap menempelkan bibirnya ke bibir Rani, membuat sesuatu dari dalam celana Jamie seperti mengeras.Ia menekan kepala Rani agar tak menjauh dari dirinya.Sedetikpun tak ia biarkan wanita itu mengambil nafas secara teratur.Kemudin, ia membuka kedua bola matanya.Ia mendapati Rani yang masih tersenyum simpul dan memanggil namanya.Jamie yang tadinya memejamkan matanya tersadar dari lamunannya. Ia merasa, ada sesuatu yang membasahi celananya dan membuatnya panik, takut ada yang melihatnya."Yusuf? Kamu masih di sana, kan?" Rani memastikan"Ah, eh i ... ah hmm," Jamie hampir saja mengeluarkan suara, membuat Rani sedikit curiga dengan kegugupan Jamie yang seperti sedang menutupi sesuatu"Tau, nggak, suara kamu itu mirip suara seseorang." Rani menerawang jauh ketika J
"Mama ...," lagi, suara Rani tampak histeris"Ada apa, sayang? Mama di sini, nak." Tubuh Cahaya langsung merengkuh putrinya yang saat ini seperti kehilangan arah"Ma, kenapa ... kenapa di sini semakin gelap? Kenapa ... kenapa Rani jadi kayak orang buta beneran?" Rani terlihat takut, nafasnya tak beraturan, ia memeluk ibunya begitu erat, takut wanita yang telah melahirkannya ini akan meninggalkan dirinya dalam keadaan seperti ini."Tenang, sayang, tenang. Mama di sini," Cahaya memeluk putrinyaJamie dengan sigap pergi ke bawah dan menghubungi dokter Firdaus agar segera datang."Mama. Ada sesuatu yang ingin Rani tanyakan," tanya Rani serius"Ada apa, sayang?" Cahaya tampak bingung karena Rani berubah begitu cepat.&n
"Tidak semudah itu, bung. Mendonorkan kornea mata, itu artinya memberikan separuh hidup anda kepada si penerima. Apa anda siap hidup tanpa dapat melihat?" dokter Firdaus menantang Jamie dengan pertanyaan"I ...," Jamie menjawab ragu"Anda tidak akan bisa melihat, bahkan melindungi istri anda lagi." tukas dokter Firdaus"Tapi, dokter. Apa yang harus ...," Jamie gusar. Ia mengacak rambutnya, menyesali rencana konyol yang ia buat, hanya demi mencari perhatian."Tenang, jika anda siap, besok sore kita akan berangkat ke Sri Lanka, negara pendonor kornea mata terbesar di dunia," tawar dokter Firdaus, yang seakan membuka lebar harapan bagi Jamie, agar istrinya bisa segera melihat kembali."Dokter? Are you serious?" Jamie tampak sumringah"Offcourse, dude. Segala yang telah terjadi adalah sesuatu yang sudah di takdir-kan oleh Tuhan, agar kita dapat menj
"Ma, boleh aku minta sesuatu?" Rani berusaha menggapai sang mama, yang jaraknya berdiri tak jauh dari tempatnya."Ya, sayang. Anything," Cahaya mendekati putri semata wayangnya"Malam ini aku mau tidur sendirian di kamar. Mama sama bik Ratih di kamar lain aja. Boleh, yah, ma? Nanti kalau ada apa - apa aku pasti teriak, kok," Kekeh Rani tak seperti biasa, ia tampak seperti remaja yang sedang jatuh cinta."Tumben? Kenapa tiba - tiba anak gadis mama begini? Kayak ada yang aneh?" goda sang Mama. Putrinya ini selalu takut di tinggalkan sejak musibah kecelakaan itu."Ciye ... kenapa non? Ada apa?" timpal bik Ratih"Iih ...," wajah Rani tampak merona, ia tutup wajahnya dengan kedua tangan mulusnya."Yaudah, mama sama bik Ratih pesen satu
Subuh berkumandang, suara azan yang begitu merdu berhasil membangunkan wanita yang kini berbaring menikmati malamnya yang indah.Tubuhnya menggeliat, mengendorkan otot - otot tegang dari tubuhnya."Umh ... morning, world!" Rani mengangkat kedua tangannya, di iringi senyum manja, seakan masih ada Jamie yang semalam hampir mencumbunya.Jamie yang ikut serta menggeliat dan melihat pemandangan indah di hadapannya terperonga.Wanita angkuhnya kini yang tengah mengenakan tanktop berwarna salem, dengan tali sejari yang sebelahnya jatuh ke lengan kiri.Entah kapan pujaannya ini melepaskan jaketnya semalam.Namun yang Jamie tau saat ini, libido kelelakiannya muncul dan memancing sesuatu dari dalamnya untuk beraksi."Not now, dude!" batin Jamie, mengkodei miliknya agar tetap sabar"Hari ini, aku harus semangat. Pemeriksaa
"Sebaiknya, kita lihat. Apa yang terjadi pada dirinya, hingga berteriak seperti itu," pinta Rani"No, tidak usah. Ia akan menjadi lebih tak terkendali jika kita ada di sana," ucap Jamie"Tuan, maaf, nona Amanda sudah mengetahui kedatangan anda yang membawa nyonya muda. Ia histeris dan ingin bertemu dengan anda," ucap Sam terbata - bata. Ia takut akan menyinggung perasaan istri Jamie yang wajahnya langsung berubah setelah mendengar ucapan sang pelayan."Jam, pergilah. Walau bagaimana pun, ia adalah sahabat mu. Dan, sahabatmu adalah sahabatku juga," ucap Rani dengan bijak"Thank's, baby," balas Jamie. Ia mendaratkan kecupan di kening Rani dan pergi menemui Amanda di kamarnya.Di sana, Amanda duduk di atas tempat tidur, dengan rambut yang acak walau wajah mempesonanya tetap menghias di sana."Amanda?!" sapa Jamie dari balik pintu"Ja ... Jamie! Come here, Jamie. We miss you, really miss you, honey. Kami ... kami begitu merindukan mu," uc
Di perjalanan ke Jerman, dengan menggunakan pesawat pribadi miliknya, Jamie dan Rani menceritakan hal - hal lucu tentang keluarga Cornelius, dan semua kebiasaan di sana.Jamie bercerita, bahwa ibunya tinggal bersama Jonathan saat ini.Sang ayah semakin benci dengan semua tindakan Jamie yang terkadang sangat bertentangan dengan norma keluarga."Jadi, kamu masuk Islam dan sunat, tanpa restu mama dan papa mertua aku? Kamu jahat, Jam," ucap Rani menatap suaminya tak percaya"Baby, aku sudah dewasa. Aku berhak menentukan jalan hidupku. Orang tuaku tidak ada yang sempat mengajarkan agama mana yang baik untuk diriku. Dan, kamu sungguh berjasa, mengenalkan aku kepada agama damai seperti Islam. Apa aku salah? Lagi pula, kamu jangan terlalu percaya diri. Aku udah lama mempelajari tentang Islam selama ini. Jadi, aku menjadi mualaf itu, bukan karena mau nikahin kamu aja," ucap Jamie seraya merengkuh tubuh mungil sang istri gang sudah di nikahinya lebih dari enam bulan.
Rani segera mendorong Jonathan yang sudah sangat lancang memasuki kamarnya."Sungguh, aku tidak menyangka. Putra sulung dari keluarga seorang Arthur Cornelius tidak memiliki adab. Bejat. Dan sangat tidak waras!" desis Rani dengan wajah yang sangat memanas"Tenang, sayang. Aku kemari di suruh oleh adikku sendiri," ucap Jonathan beralasan"Aku tidak akan mempercayai ucapan pria mesum seperti mu. Kejadian semalam sudah bisa di simpulkan, bahwa dirimu tak lebih dari seekor binatang!" ucap Rani lagi. Rasanya ia ingin terus memaki pria yang kini sudah sah menjadi kakak iparnya."Ck ... Aku baru ingat. Terimakasih, sayang. Kau sudah mengingatkanku tentang perbincangan kita semalam. So, bagaimana? Penawaran itu masih berlaku sampai kapan pun. Sampai kau siap," bisik Jonathan menambah mual seorang Rani"Hai, Jo," Jamie tiba - tiba berdiri di belakang Jonathan. Membuat Rani langsung berlari kepelukan suaminya, meminta perlindungan."Apa yang terja
Perasaan berkecamuk dari dalam diri Rani.Jantungnya bagai berdetak hebat. Tubuhnya gemetar. Kepalanya terasa begitu pusing.Ia benar - benar tak percaya, bahwa pria yang pertama kali membuatnya jatuh cinta hingga ke jurang penyesalan, kini kembali hadir di hadapannya."Kita akan bicara setelah ini," bisik Rey nyaris tak terdengar"Hai, man. Jangan mengganggu diskusi kami. Sekarang silahkan pergi!" Jonathan mengusir Rey dengan wajah yang masih cengengesan, dan berusaha menarik Rani yang berdiri di sisi Rey.Bugh!!!Tangan kekar Jamie meninju wajah Rey dari samping tanpa diduga. Membuat semua orang terkejut melihat Jamie yang sempoyongan meninju Rey tanpa basa - basi."Jamie!" teriak Rani tak percaya"Ya, Bro! Dia mencoba untuk menarik tangan istri mu dan seolah membisikkan sesuatu. Aku hanya curiga dan ... dan aku menengahi mereka," Jonathan memutar balikkan fakta"Kenapa? Kenapa kau kembali lagi ke kehidupan Rani, hah? Kau meny
Kebahagiaan sangat jelas terpampang dari wajah perempuan yang kini tengah mengenakan gaun pengantin. Berwarna putih, di lapisi berlian yang sangat memukau.Tak kalah sumringah, wajah pria yang saat ini mengenakan tuxedo berwarna navy, di hiasi bow tie berwarna hitam di lehernya, menambah gagah pria bermata biru itu saat ini.Resepsi pernikahan Jamie dan Rani berlangsung secara kekeluargaan, dan di hadiri oleh beberapa rekan bisnis, karyawan dan teman - teman Jamie dan juga Rani. Dengan konsep pesta taman, para tamu perempuan yang datang rata - rata mengenakan baju berwarna putih atau pastel, dan di pasangkan dengan tamu pria yang mengenakan jas berwarna hitam.Jamie tak melepaskan genggamannya dari tangan Rani yang sangat menampilkan aura kecantikannya saat ini.Menambah kesan sexi ketika gaun yang di kenakan hanya sebatas lutut dan menonjolkan bentuk dada Rani yang sangat padat.Gaun putih berbentuk mullet, ekor panjang dan veil bermotif bintang, dan
Tepat pukul lima sore, Jamie membawa Rani dan Ibu mertuanya pindah ke rumah yang sudah di beli, membuatnya merasa hidup baru akan segera di mulai.Tanpa halangan dan gangguan siapapun.Membeli rumah di dekat pegunungan membuatnya tak menghabiskan uang sedikit. Sebuah hotel yang di sebut rumah ia beli dengan harga yang fantastis, walau terkesan sederhana. Menambah mudah bagi Jonathan untuk melacak dimana keberadaan dua insan yang tengah di mabuk asmara.Dengan menutup kedua mata Rani menggunakan kain kecil, Jamie menuntun istrinya turun keluar dari mobil.Mertuanya hanya menggelengkan kepala, melihat sepasang kekasih yang tengah saling menggoda ini."Jadi, kapan sih ini kain bisa di buka?" rengek Rani dengan manja"Sabar, baby. Aku bantu Mama turun dulu," jawab sang suami siaga."Baiklah, aku buka, ya. Satu ... Dua ... Tiga ...," Jamie membuka penutup mata Rani secara perlahan, membuat Rani pelan - pelan pula membuka kedua mata itu.
"Apa yang kau lakukan di sini?" jawab Rani tanpa basa - basi."Tenang. Aku adalah kakak ipar mu. Aku adalah putra sulung keluarga Cornelius. So, we are family, right?" jawabnya santai, membuat Rani menoleh ke arah Jamie yang menjawab dengan anggukan."Jam, dia pernah ...," Rani berusaha menjelaskan. Namun, Jamie menggenggam tangan istrinya, memintanya untuk lebih tenang dan tidak mengatakan semuanya saat ini."Pergilah! Sebelum kau di permalukan," ucap Jamie dengan santai"Wah! Ternyata, begini cara kalian menyambut saudara datang, ya. Baiklah, kita akan bertemu di lain waktu. Dan, aku selalu mengawasi mu," Jonathan menatap Jamie dingin. Tapi, tak sedikitpun membuat gemetar hati Jamie, yang sudah hafal bagaimana sifat sang kakak.Pria itu pergi bersama bodyguardnya.Sadar Jonathan dan kawanannya pergi, Rani tampak panik dan menggenggam erat tangan suaminya."Jam, apa - apaan ini? Kenapa ... kenapa pria itu? Maksudku, apa benar ia kakak ka
"Ma ... maksud mu? Mereka? Mereka adalah kamu? Maksudnya ...," Rani tampak bingung, kepalanya pusing, tubuhnya melayang - layang."Raaan ... please, kali ini jangan pingsan - pingsan lagi. Aku butuh kamu. Kamu adalah istri sah aku, dan aku adalah suami sah kamu," Jamie meyakinkan Rani dengan mengguncang tubuhnya yang hampir kehilangan kesadaran."Jadi, kamu nyata?" Rani masih bingung, membuat Jamie begitu gemas dan langsung mengecup bibir wanita halalnya.Rani lagi - lagi membulatkan matanya, memastikan ciuman yang mendarat ke bibirnya adalah Jamie yang pernah mengecupnya secara singkat."Oh, no! Kau nyata? Jadi, selama ini? Aku nggak halu?" Rani menyentuh bibirnya setelah Jamie melepaskannya.Pria itu memamerkan senyum menggodanya, membuat istrinya bergidik ngeri menatapnya."Please. Aku masih belum percaya," Rani mendorong Jamie agar keluar dari kamarnya, menutup pintu dan bersandar di belakangnya."Baby, aku adalah mereka. Bukalah
"Jangan konyol, Amanda," Jamie mendorong kasar Amanda yang sudah tidak memperdulikan harga dirinya. Membuat wanita itu terlihat sedih bercampur kecewa, menatap nanar ke arah mata Jamie yang benar - benar hampir juga kehilangan dirinya"Kenapa, Jam? Apa aku tidak sempurna seperti istri mu? Apa aku sama sekali bukan tipe mu? Atau bahkan, aku adalah wanita yang tidak beruntung, hingga tidak berhak mendapatkan apa yang aku inginkan?" ucap Amanda dengan nada yang teramat lembut. Hatinya benar - benar sakit hingga tak dapat mengeluarkan air mata."Tidak, kau salah. Maksud ku, kau tidak seperti itu. Kau sangat sempurna, bahkan siapapun yang melihat mu, mereka akan ... akan kehilangan kendali. Tapi, cobalah untuk mengerti, aku ini adalah pria yang sudah beristri, dan aku tidak mau mengkhianati istri ku. Bahkan, aku ingin melakukan 'itu' hanya dengan istri ku," jawab Jamie. Ia mencoba membuat Amanda yang raut wajahnya sudah tak bersahabat untuk memahami maksudnya."Baikl