Home / Romansa / Be Her Defender / Bab 8. Bolos Kantor

Share

Bab 8. Bolos Kantor

last update Last Updated: 2021-05-03 11:47:52

Keesokan paginya saat matahari sudah tinggi dan membias jendela-jendela apartemen, Sophia dan Hanna masih terlelap. Setelah adu mulut semalaman yang panjang, di mana si pemilik apartemen tetap keras kepala mau tidur di lantai dan menyuruh tamunya tidur di kasur. Perdebatan itulah yang membuat Hanna menang dan membawa mereka ke dalam tidur yang sampai sekarang pun belum terjaga.

Sophialah yang lebih dulu siuman. Ia menggeliatkan tubuh saat matahari memancarkan kilau cerah tepat di matanya. Perlahan-lahan dibukanya mata indah itu. Terasa asing dengan suasana kamar, Sophia menyapu semua ruangan. Setelah matanya benar-benar terbuka, ia mencoba mengenali ruangan itu dan kembali mengingat apa yang terjadi. "Hanna?" Ia terlonjak. Dengan cepat Sophia menepiskan selimut tebalnya dan menunduk ke arah lantai. "Hanna, bangun!" Ia melirik jam weker di atas nakas. "Mampus! Aku terlambat." Dilihatnya Hanna menggeliat.

Setelah semua mata benar-benar terbuka, Hanna pun menatap Sophia yang kini sedang duduk dengan tangan menopang dagu. "Kau kenapa?" tanya Hanna seraya membangunkan diri dari busa tebal yang empuk lalu melakukan gerakan untuk merenggangkan otot-ototnya.

"Seandainya semalam kau tidak mengajakku adu mulut, pasti aku tidak akan terlambat, Han."

Hanna melirik jam dinding. "Apa?!" pekiknya. "Jam sepuluh?!" Ia segera bergegas menuju kamar mandi.

"Percuma!" teriak Sophia. "Pasti satpam di depan kantormu akan mengusirmu pulang."

Mereka berdua sama-sama bekerja sebagai eksekutif bagian keuangan di perusahan yang berbeda. Jika Sophia bekerja di AJESIO Group, maka Hanna bekerja di salah satu perusahan yang bekerja sama dengan AJESIO Group. Lebih tepatnya, perusahan yang di mana mepekerjakan Hanna adalah perusahan yang sering mendistribusikan barang-barang inventaris untuk keperluan AJESIO Gedung. Dan selain di kantor-kantor lain, AJESIO Group termasuk salah satu pelanggan setia mereka.

Dilihatnya Hanna keluar lagi dengan busa odol yang masih menempel di pipinya. Sophia menahan tawa. "Kenapa tidak mandi?" Bukannya kau mau ke kantor?"

"Kau benar. Ini sudah jam sepuluh. Satpam pasti akan mengusirku. Ya ampun, atasanku pasti akan marah padaku. Ini adalah hari pertama aku bolos selama 5 bulan bekerja di perusahan itu."

Sophia mendekikan bahu. "Aku juga. Tapi aku baru saja mengirimkan pesan pada kepala Divisi-ku, bahwa aku tidak masuk kantor karena urusan keluarga. Dan syukurlah dia mengijinkanku."

Hanna mengendus. "Baiklah. Mungkin hari ini saatnya aku membantumu untuk mencari apartemen," katanya pelan. "Eh, Sophia? Sebenarnya aku ingin kau tinggal di sini bersamaku saja. Tapi apartemen ini terlalu sempit untuk kita berdua. Kau terbiasa tinggal di rumah mewah dan besar. Jadi aku rasa kau pasti tidak akan nyaman jika harus tinggal berhimpitan bersamaku di sini."

Sophia turun dari kasur. Sebenarnya ia juga ingin seperti itu. Tapi jika ia tinggal di apartemen itu, ia kasihan pada Hanna yang setiap hari harus tidur di lantai. Kasur di kamar itu hanya berukuran satu orang. Kalaupun bisa ia atau Hanna membeli yang lebih besar lagi, kasur itu pasti tidak akan muat di dalam kamar yang kecil itu.

Sambil memeluk Hanna ia berkata, "Terima kasih, tapi aku lebih baik tinggal di apartemen sendiri. Aku tidak mau sewaktu-waktu daddy akan datang dan menyalahkanmu atas kepindahanku. Dia tahu aku bukan tipe orang yang suka menyendiri. Meski dia cuek padaku, tapi di satu sisi aku rasa dia peduli terhadapku. Saat mom meninggal, meski sesibuk apa pun dia di kantor, dia selalu menghubungi pengurus rumah dan menanyakan apakah aku makan teratur atau tidak? Apakah aku tidur siang atau tidak?" Sophia menarik napas menahan tangis. "Aku tahu dia sangat peduli padaku, tapi sejak Betty dan Angelica hadir, sikapnya jadi berubah dan bahkan sangat kejam."

Hanna balas memeluknya. "Kau pasti akan melewatinya. Aku akan selalu bersamamu kapan pun kau butuhkan."

Sophia terharu. "Oh, Hanna, aku bersyukur Tuhan mengirimkanmu padaku. Hanya kaulah satu-satunya orang yang kumiliki di dunia ini."

Di sisi lain.

"Pak Aaron datang! Ayo berdiri," kata salah satu wanita yang merupakan cs di G2 pada parternya. "Selamat pagi, Pak." Mereka sama-sama berucap sambil menunduk. Dilihatnya Aaron terus berjalan menuju lift tanpa memperdulikan sapaan mereka. "Kau tahu itu siapa?" tanyanya kepada partnernya yang masih berstatus karyawan trainning. Merasa tak ada jawaban dari si partner, wanita yang berjabat sebagai cs senior itu menoleh. "Ya ampun, malah diam."

"Ah, eh! Maaf, Kak. Aku... aku hanya terpesona pada pria tadi."

Pandangan si cs senior mengarah ke arah lift yang baru saja membawa Aaron ke lantai atas. "Dia memang tampan, tapi kau lihat saja sendiri sikapnya. Sapaan kita bahkan tidak digubris sama sekali."

"Iya benar. Dia kelihatan arogan. Memangnya dia siapa?"

"Beliau itu adalah pemilik perusahaan ini. Dia..."

"Apa? Pemilik perusahaan? Berarti dia bos kita, ya? Ya ampun, pantasan saja auranya sangat dominan. Dia sangat dingin. Dan aku suka pria-pria berwajah dingin," katanya sambil menatap lift yang tadi di masuki Aaron.

"Woi! Kau itu jangan mimpi. Dia itu bukan bos biasa. Dia itu bukan bos-bos seperti di cerita n***l yang berwajah dingin dan kemudian jatuh cinta pada sekertaris atau bawahannya. Dia itu bos brengsek yang dengan seenaknya memecat sekertaris atau memindahkannya ke bagian divisi lain kalau dia bosan! Termasuk aku."

Wanita di sebelahnya dengan cepat menengadahkan kepala. Ditatapnya gadis berambut pirang dan berparas cantik itu dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. "Maksudnya?"

Cs senior membulatkan matanya. "Iya. Aku dulu sekertarisnya dan aku bersyukur dia tidak memecatku. Dia hanya memindahkan aku ke gedung ini. Gedung ini istrilahnya G2, kalau di gedung sebelah karyawan sering menyebutnya G1."

"Oh, begitu? Ya, aku paham sekarang. Tapi kenapa sampai Kakak dipindahkan ke sini?"

"Saat itu aku lupa kalau beliau ada jadwal pertemuan dengan klien penting. Dan saat klien itu menghubungi Pak Aaron untuk mengingatkan janji temu mereka, saat itu juga beliau memindahkanku ke bagian ini dan menyuruh salah satu eksekutif di bagian Accounting untuk menggantikan posisiku sampai menemukan penggantiku." Ia mencondongkan badan lalu berbisik, "Bekerja dengan Pak Aaron harus teliti dan hati-hati, kalau tidak...." Ia menggerakan telunjuknya dengan gaya seakan mengiris leher.

Cs trainning menatap ngeri. "Serem juga, ya. Tidak jadi, ah. Aku tidak jadi menyukai pria seperti itu. Masa hanya kesalahan sekecil itu saja sudah main mutasi."

"Masih untung dimutasi, kalau dipecat bagaiamana?"

"Tidak, tidak! Aku tidak mau dipecat. Kebutuhanku hidupku sangat banyak, jadi harus banyak biaya untuk semua itu. Dan aku masih ingin bekerja di sini."

Di sisi lain.

"Baik, Pak, Aaron. Tapi seharusnya Anda tidak perlu repot-repot ke sini. Anda bisa menghubungi saya dan saya akan mengirimkannya lewat e***l."

"Tidak. Aku sengaja datang ke sini karena ingin melihat datanya langsung," kata Aaron dengan suara yang mampu membuat kepala botak si bagian keuangan itu berkeringat.

Saat ini Aaron berada di G2 lantai 5, tepatnya di ruangan kepala divisi bagian keuangan. Karena mendapat telepon dari salah satu orang kepercayaannya, Aaron pun segera muncul di tempat itu begitu mendapat informasi.

"Ini, Pak." Mr. Han memperlihatkan layar laptopnya kepada Aaron.

Dilihatnya kurva yang menunjukkan perkembangan keuangan yang naik begitu pesat. "Apakah ini omset yang didapat selama 4 bulan terkahir?"

"Iya, Pak. Omset kita naik gila-gilaan sejak bulan Maret tahun ini, Pak. Dan jika sampai bulan berikut pasaran akan pesat seperti ini, aku yakin omset kita akan lebih naik lagi di bulan-bulan berikutnya."

"Bagus. Pertahankan itu." Aaron berdiri. Sambil merapikan jas hitamnya ia berkata, "Oh iya, Mr. Han, karena omset kita bulan ini lebih banyak dari omset di bulan sebelumnya, aku akan mengadakan pesta. Dan aku memberikan kepercayaan pada Anda untuk mengurus segala dari sekarang. Aku tidak mau pesta ini sampai gagal. Dan aku akan mengirim lewat e***l apa saja yang harus Anda lakukan."

Mata Mr. Han cemerlang. "Pesta? Pesta apa, Pak Aaron? Dengan senang hati, Pak. Aku akan melaksakan tanggung jawabnya dengan baik. Pak Aaron tenang saja."

Selama ini Aaron memang tidak pernah melakukan perayaan apa pun di kantor itu. Jangankan syukuran kenaikan omset, ulang tahun perusahan saja tidak pernah dilakukannya atau bahkan disinggungnya. Jadi, saat mendengar Aaron akan mengadakan pesta, itu merupakan satu kebahagian tersendiri bagi Mr. Han karena itu berarti ia dan anggota AJESIO yang lain sudah berhasil membuat sang pemilik perusahaan senang.

"Ulang tahun kantor. Aku akan mengadakan ulang tahun kantor tepat pada tanggal 15 nanti."

"Apa kantor ini didirikan tanggal 15 Jun, Pak?" Aaron mengangguk. "Baik, Pak, akan saya siapkan semuanya. Anda tenang saja."

Aaron tak menjawab. Ia bergegas dan Mr. Han dengan cepat langsung lebih dulu melangkah untuk membukakan pintu lebar-lebar. Mata Aaron tiba-tiba menatap ruangan di sudut lantai 5 yang sepertinya masih terkunci. Dengan alis berkerut ia menoleh dan berkata, "Mr. Han?"

"Iya, Pak Aaron?"

"Siapa pemilik ruangan itu?" Ditatapnya jam tangan. "Ini masih jam kerja, kenapa dia tidak ada di tempatnya?"

Mr. Han menelan ludah. Jantungnya bergetar. Sebenarnya bukan karena alasan kenapa ruangan itu terkunci, tapi suara Aaron-lah yang membuat Mr. Han jadi gemetar. "Oh, namanya Sophia Davis, Pak. Dia asistenku, tapi hari ini dia ijin masuk karena ada urusan keluarga."

Mata Aaron kembali melirik ruangan itu. "Mr. Han?" Intonasi suaranya pelan namun bergetar.

"Ya, Pak Aaron?"

"Kalau ada karyawan yang suka bolos hanya karena urusan keluarga, sebaiknya Anda pecat saja. Aku tidak ingin operasional kita terganggu hanya karena memprioritaskan kepentingan pribadi."

"Baik, Pak. Tapi Miss Davis adalah karyawan yang memiliki tanggung jawab dan intergritas tinggi. Selama 5 bulan bekerja di perusahan ini, baru kali ini Miss Davis absen. Dan sebagai pihak yang banyak membantuku, aku pun memberikannya ijin hari ini saja, Pak."

"Baiklah, tapi seandainya itu terulang lagi, aku memberikan Anda wewenang untuk langsung memecat orang seperti itu."

"Baik, Pak."

Aaron pun bergegas meninggalkan ruangan. Mr. Han melihat tubuh tegap lelaki itu sambil bernapas lega. Namun ternyata napas yang tadi dibuangnya harus ditarik lagi begitu melihat Aaron berhenti dan menatapnya. Ia pun segera mendekati Aaron.

"Ada apa, Pak Aaron?"

"Soal pesta tanggal lima belas nanti. Aku mau semua karyawan hadir tanpa terkecuali. Pestanya akan diadakan di salah satu mention AJESIO yang ada di dekat puncak. Aku harap semuanya hadir tepat pukul 21.00 nanti. Dan bagi siapa yang tidak hadir, akan dipastikan tanggal 16 nanti aku tidak akan melihat wajah mereka lagi di perusahaan ini."

Zet!

Mr. han menelan ludahnya. "Ba-baik, Pak."

Continued___

Ya ampun, kejam banget sih, Aaron.

Related chapters

  • Be Her Defender   Bab 9. Tujuan Aaron Jerr Glassio.

    "Kau yakin akan tinggal di sini?" tanya Hanna.Dua wanita cantik itu kini sedang berada di apartemen yang letaknya hanya berjarak lima belas meter dari area perkatoran dan salah satunya adalah AJESIO Group. Apartemen berlantai dua puluh itu juga letaknya tak jauh dari apartemen Hanna. Jika dihitung-hitung, jarak dari apartemen Hanna ke AJESIO Group adalah dua puluh lima meter, sementara apartemen yang akan ditempati Sophia ini jaraknya lebih dekat dengan AJESIO Group.Sebenarnya Sophia ingin tinggal di apartemen yang sama dengan Hanna, namun fasilitas dan kamar yang tidak sesuai keinginan membuat Sophia memilih alternatif lain. Dan jika seandainya ia tak menemukan apartemen yang lebih dekat jaraknya dari kantor, mau tidak mau Sophia harus menempati apartemen yang baginya sempit itu."Tidak masalah, Han. Lagi pula di sini kan jaraknya lebih dekat." Sophia sedang mengatur semua barang-barangnya. Setelah menyetujui harga de

    Last Updated : 2021-05-04
  • Be Her Defender   Bab 1. Hari Yang Sial.

    Sophia berjalan kaki di pagi hari di kota New York yang cerah menuju kantornya. Wajah cantiknya berseri dan rambut pirangnya yang dikuncir kuda berkibar karena terkena angin.Ketika ia sedang berjalan sambil menatap ponsel, tiba-tiba saja sebuah mobil sedan hitam melaju dan melindas air yang tergenang di jalan.Byur!!"Wei!" Cipratan air membasahi kemeja putih dan rok hitam ketat yang menempel di tubuh seksinya. "Dasar brengsek!"Tiba-tiba saja mobil itu berhenti. Tapi hal itu tidak membuat Sophia terintimidasi. Sikap berani dan galaknya membuat ia tak mundur untuk menghadapi si pemilik mobil dan menunggunya untuk keluar.Sejurus kemudian pintu bagian kemudi terbuka dan seseorang keluar untuk membuka pintu bagian penumpang. Dilihatnya seorang pria tinggi dan bertubuh kekar dalam balutan jas hitam yang mewa

    Last Updated : 2021-04-26
  • Be Her Defender   Bab 2. Ketakutan Sophia.

    Dengan wajah pucat dan tubuh gemetar Sophia berjalan menuju lift. Pikiran yang diselimuti bayang-bayang sang atasan akan mengamuk membuatnya lupa bahwa liftnya rusak. "Sial! Kenapa sih hari ini apes sekali," gerutunya. Mau tidak mau Sophia pun harus melewati tangga darurat untuk ke dua kali. Tapi naik-turun tangga berkali-kali dari lantai lima ke lantai satu lebih terasa menyenangkan dari pada membayangkan wajah Aaron yang brengsek itu.Begitu tiba di lantai dasar, Sophia berhenti di meja cuztomer service untuk menstabilkan napasnya."Ibu Sophia kenapa? Ibu habis olahraga, ya? tanya gadis yang merupakan cuztomer service di G2 itu.Sophia melotot. "Memangnya kau tidak tahu kalau liftnya rusak?""Rusak? Masa sih, Bu? Barusan ada karyawan marketing yang turun pake lift lho, Bu."Satpam yang kebetulan berdiri

    Last Updated : 2021-04-27
  • Be Her Defender   Bab 3. Menolak Ajakan Wakil Pimpinan.

    Tak terasa hari sudah sore. Alarm yang menunjukkan pukul 16.00 di ponsel Sophia pun sudah berbunyi. Ia sengaja memasang alarm, karena kalau sudah berkutat dengan pekerjaan, Sophia suka lupa waktu dan ujung-ujung keluar kantor langit sudah gelap.Gadis yang usianya 22 tahun itu baru 5 bulan bergabung di AJESIO Group. Saat pengumumam kelulusan sudah diberitakan oleh pihak kampus, iseng-iseng Sophia mengajukan permohonan pekerjaan di beberapa perusahan dan ternyata tak menunggu berapa lama, ia dihubungi oleh pihak AJESIO Group dan memberitahukan bahwa ia di terima.Meski masih sangat muda dan yang paling muda di antara para karyawan yang lain, tapi disiplin dan integritas Sophia tidak main-main. Sifat yang baik namun tegas itu turun dari almarhum sang ibu. Cathy selalu menegaskan padanya, "Jika kau ingin sukses dan kaya seperti Mami, kau harus disiplin dalam segala hal. Kau juga harus tegas dan keras untuk menjadi

    Last Updated : 2021-04-29
  • Be Her Defender   Bab 4. Merindukan Sosok Ibu.

    Di dalam kamar Sophia melepaskan tasnya lalu menghamburkan diri ke atas kasur. Bayangan akan kehidupan saat ibunya masih hidup membuat Sophia meneteskan air mata. "Mom, seandainya kau masih ada."Sophia bangkit dari kasur dan menghapus air matanya. Ia membuka lemari pakaian dan mengambil sebuah kotak berukuran sedang berwarna merah. Kotak itu adalah hadiah ulang tahun dari Cathy saat ia berumur 7 tahun.Flashback On."Apa itu untukku?" Dengan girang Sophia berlari mendekati Cathy.Wanita berambut pirang yang sama seperti Sophia itu sedang duduk di sofa dengan kotak berwarna merah di atas pangkuannya. Senyumnya melebar. "Iya, Sayang. Ini untukmu."Sophia sangat antusias. "Isinya apa, Mommy?""Isinya rahasia, Sayangku." Ia membawa Sophia ke dalam pangkuannya.

    Last Updated : 2021-04-29
  • Be Her Defender   Bab 5. Ayah Yang Kejam.

    "Mami yakin Mr. Jerr akan menyetujui permintaan itu?"Mata Betty mengarah ke belakang bahu Angelica. Tatapannya kosong. "Mami punya perjanjian dengannya. Mami yakin, Mr. Jerr pasti akan menuruti kemauan mami, seperti mami yang sudah menuruti permintaannya." Perkataan yang terlontar dari mulutnya sendiri seakan menyentakkan Betty. Ia sadar lalu menengadahkan pandangannya ke wajah Angelica. "Sudah! Kau tidak usah banyak tanya. Sekarang kau panggil si gadis malas itu dan ayahnya. Lalu ingat," katanya pelan. "jangan hardik."Dengan kesal Angelica meninggalkan ruang makan, sedangkan Betty melanjutkan menata piring dan menu yang masih harus disediakan.Di sisi lain.Tok... Tok..."Sophia? Waktunya makan malam," kata Angelica dengan suara keras.Tok... Tok..."Soph...."Clek!"Aku sudah dengar, jadi kau tak perlu mengetuk pintuku berulang-ulang," ketusnya."Maaf, aku pikir kau tidak dengar.

    Last Updated : 2021-04-30
  • Be Her Defender   Bab 6. Dokumen Penting.

    Di dalam kamar sambil memasukan semua pakaiannya ke dalam koper, air mata Sophia mengalir terus tanpa henti. Kata-kata John yang membentaknya di hadapan ibu dan saudara tirinya membuat Sophia malu, apalagi sampai menamparnya. Tega benar John melakukan itu padanya.Mata Shopia menangkap kotak merah yang masih dililit pita berwarna kuning keemasan. Dengan hati sedih ia mendudukan dirinya di atas ranjang lalu mengambil dan memeluk kotak itu begitu erat. "Mom... hikss.... aku merindukanmu, Mom.... aku ingin ikut bersamamu, Mom....hikss." Air mata Sophia semakin merebak. "Kenapa Mom pergi tidak mengajakku, Mom? Aku tidak mau tinggal di sini. Daddy sama kejamnya dengan Betty. Kenapa dia begitu padaku, Mom? Apa aku ini... hiks... apa aku bukan anak kandungnya?"Tok... Tok...Bunyi ketukan pintu mengagetkan Sophia. Dengan cepat ia menyembunyikan kotak itu ke dalam koper. "Siapa?""Ini aku."

    Last Updated : 2021-05-01
  • Be Her Defender   Bab 7. Pergi Dari Rumah.

    "Sudah.""Kalau begitu, berikan pada mami. Biar mami yang akan memberikannya pada ayahmu."Sophia membalikan tubuhnya menghadapi Betty. "Dokumen ini tidak akan kuberikan padamu atau pada siapa pun. Dokumen ini milik Mommy bukan Daddy.""Tapi, Sophia...." Belum sempat menyelesaikan perkataannya Sophia justru sudah berjalan meninggalkannya. Betty kesal. "Lihat saja nanti, apa yang akan kulakukan padamu!"Angelica mendekatinya. "Memangnya dokumen apa itu, Mi?"Tatapan Betty beralih ke wajah putrinya. "Itu sertifikat rumah ini. Kita harus merebutnya dari Sophia.""Kenapa Mami tidak menyuruh papi saja untuk membujuknya? Siapa tahu kalau papi yang memintanya dia akan....""Kau tidak dengar apa yang dia katakan tadi? Itu milik Cathy," sergah Betty. Ia mengalihkan pandangan lalu bergerak ke pagar tangga sambil memandang ke arah pintu kamar di lantai bawah. "Lagipula kalau kita beritahu papi soal itu, rencana kita akan gag

    Last Updated : 2021-05-02

Latest chapter

  • Be Her Defender   Bab 9. Tujuan Aaron Jerr Glassio.

    "Kau yakin akan tinggal di sini?" tanya Hanna.Dua wanita cantik itu kini sedang berada di apartemen yang letaknya hanya berjarak lima belas meter dari area perkatoran dan salah satunya adalah AJESIO Group. Apartemen berlantai dua puluh itu juga letaknya tak jauh dari apartemen Hanna. Jika dihitung-hitung, jarak dari apartemen Hanna ke AJESIO Group adalah dua puluh lima meter, sementara apartemen yang akan ditempati Sophia ini jaraknya lebih dekat dengan AJESIO Group.Sebenarnya Sophia ingin tinggal di apartemen yang sama dengan Hanna, namun fasilitas dan kamar yang tidak sesuai keinginan membuat Sophia memilih alternatif lain. Dan jika seandainya ia tak menemukan apartemen yang lebih dekat jaraknya dari kantor, mau tidak mau Sophia harus menempati apartemen yang baginya sempit itu."Tidak masalah, Han. Lagi pula di sini kan jaraknya lebih dekat." Sophia sedang mengatur semua barang-barangnya. Setelah menyetujui harga de

  • Be Her Defender   Bab 8. Bolos Kantor

    Keesokan paginya saat matahari sudah tinggi dan membias jendela-jendela apartemen, Sophia dan Hanna masih terlelap. Setelah adu mulut semalaman yang panjang, di mana si pemilik apartemen tetap keras kepala mau tidur di lantai dan menyuruh tamunya tidur di kasur. Perdebatan itulah yang membuat Hanna menang dan membawa mereka ke dalam tidur yang sampai sekarang pun belum terjaga.Sophialah yang lebih dulu siuman. Ia menggeliatkan tubuh saat matahari memancarkan kilau cerah tepat di matanya. Perlahan-lahan dibukanya mata indah itu. Terasa asing dengan suasana kamar, Sophia menyapu semua ruangan. Setelah matanya benar-benar terbuka, ia mencoba mengenali ruangan itu dan kembali mengingat apa yang terjadi. "Hanna?" Ia terlonjak. Dengan cepat Sophia menepiskan selimut tebalnya dan menunduk ke arah lantai. "Hanna, bangun!" Ia melirik jam weker di atas nakas. "Mampus! Aku terlambat." Dilihatnya Hanna menggeliat.Setelah semua mata benar-benar terbuka, Hanna pun menatap So

  • Be Her Defender   Bab 7. Pergi Dari Rumah.

    "Sudah.""Kalau begitu, berikan pada mami. Biar mami yang akan memberikannya pada ayahmu."Sophia membalikan tubuhnya menghadapi Betty. "Dokumen ini tidak akan kuberikan padamu atau pada siapa pun. Dokumen ini milik Mommy bukan Daddy.""Tapi, Sophia...." Belum sempat menyelesaikan perkataannya Sophia justru sudah berjalan meninggalkannya. Betty kesal. "Lihat saja nanti, apa yang akan kulakukan padamu!"Angelica mendekatinya. "Memangnya dokumen apa itu, Mi?"Tatapan Betty beralih ke wajah putrinya. "Itu sertifikat rumah ini. Kita harus merebutnya dari Sophia.""Kenapa Mami tidak menyuruh papi saja untuk membujuknya? Siapa tahu kalau papi yang memintanya dia akan....""Kau tidak dengar apa yang dia katakan tadi? Itu milik Cathy," sergah Betty. Ia mengalihkan pandangan lalu bergerak ke pagar tangga sambil memandang ke arah pintu kamar di lantai bawah. "Lagipula kalau kita beritahu papi soal itu, rencana kita akan gag

  • Be Her Defender   Bab 6. Dokumen Penting.

    Di dalam kamar sambil memasukan semua pakaiannya ke dalam koper, air mata Sophia mengalir terus tanpa henti. Kata-kata John yang membentaknya di hadapan ibu dan saudara tirinya membuat Sophia malu, apalagi sampai menamparnya. Tega benar John melakukan itu padanya.Mata Shopia menangkap kotak merah yang masih dililit pita berwarna kuning keemasan. Dengan hati sedih ia mendudukan dirinya di atas ranjang lalu mengambil dan memeluk kotak itu begitu erat. "Mom... hikss.... aku merindukanmu, Mom.... aku ingin ikut bersamamu, Mom....hikss." Air mata Sophia semakin merebak. "Kenapa Mom pergi tidak mengajakku, Mom? Aku tidak mau tinggal di sini. Daddy sama kejamnya dengan Betty. Kenapa dia begitu padaku, Mom? Apa aku ini... hiks... apa aku bukan anak kandungnya?"Tok... Tok...Bunyi ketukan pintu mengagetkan Sophia. Dengan cepat ia menyembunyikan kotak itu ke dalam koper. "Siapa?""Ini aku."

  • Be Her Defender   Bab 5. Ayah Yang Kejam.

    "Mami yakin Mr. Jerr akan menyetujui permintaan itu?"Mata Betty mengarah ke belakang bahu Angelica. Tatapannya kosong. "Mami punya perjanjian dengannya. Mami yakin, Mr. Jerr pasti akan menuruti kemauan mami, seperti mami yang sudah menuruti permintaannya." Perkataan yang terlontar dari mulutnya sendiri seakan menyentakkan Betty. Ia sadar lalu menengadahkan pandangannya ke wajah Angelica. "Sudah! Kau tidak usah banyak tanya. Sekarang kau panggil si gadis malas itu dan ayahnya. Lalu ingat," katanya pelan. "jangan hardik."Dengan kesal Angelica meninggalkan ruang makan, sedangkan Betty melanjutkan menata piring dan menu yang masih harus disediakan.Di sisi lain.Tok... Tok..."Sophia? Waktunya makan malam," kata Angelica dengan suara keras.Tok... Tok..."Soph...."Clek!"Aku sudah dengar, jadi kau tak perlu mengetuk pintuku berulang-ulang," ketusnya."Maaf, aku pikir kau tidak dengar.

  • Be Her Defender   Bab 4. Merindukan Sosok Ibu.

    Di dalam kamar Sophia melepaskan tasnya lalu menghamburkan diri ke atas kasur. Bayangan akan kehidupan saat ibunya masih hidup membuat Sophia meneteskan air mata. "Mom, seandainya kau masih ada."Sophia bangkit dari kasur dan menghapus air matanya. Ia membuka lemari pakaian dan mengambil sebuah kotak berukuran sedang berwarna merah. Kotak itu adalah hadiah ulang tahun dari Cathy saat ia berumur 7 tahun.Flashback On."Apa itu untukku?" Dengan girang Sophia berlari mendekati Cathy.Wanita berambut pirang yang sama seperti Sophia itu sedang duduk di sofa dengan kotak berwarna merah di atas pangkuannya. Senyumnya melebar. "Iya, Sayang. Ini untukmu."Sophia sangat antusias. "Isinya apa, Mommy?""Isinya rahasia, Sayangku." Ia membawa Sophia ke dalam pangkuannya.

  • Be Her Defender   Bab 3. Menolak Ajakan Wakil Pimpinan.

    Tak terasa hari sudah sore. Alarm yang menunjukkan pukul 16.00 di ponsel Sophia pun sudah berbunyi. Ia sengaja memasang alarm, karena kalau sudah berkutat dengan pekerjaan, Sophia suka lupa waktu dan ujung-ujung keluar kantor langit sudah gelap.Gadis yang usianya 22 tahun itu baru 5 bulan bergabung di AJESIO Group. Saat pengumumam kelulusan sudah diberitakan oleh pihak kampus, iseng-iseng Sophia mengajukan permohonan pekerjaan di beberapa perusahan dan ternyata tak menunggu berapa lama, ia dihubungi oleh pihak AJESIO Group dan memberitahukan bahwa ia di terima.Meski masih sangat muda dan yang paling muda di antara para karyawan yang lain, tapi disiplin dan integritas Sophia tidak main-main. Sifat yang baik namun tegas itu turun dari almarhum sang ibu. Cathy selalu menegaskan padanya, "Jika kau ingin sukses dan kaya seperti Mami, kau harus disiplin dalam segala hal. Kau juga harus tegas dan keras untuk menjadi

  • Be Her Defender   Bab 2. Ketakutan Sophia.

    Dengan wajah pucat dan tubuh gemetar Sophia berjalan menuju lift. Pikiran yang diselimuti bayang-bayang sang atasan akan mengamuk membuatnya lupa bahwa liftnya rusak. "Sial! Kenapa sih hari ini apes sekali," gerutunya. Mau tidak mau Sophia pun harus melewati tangga darurat untuk ke dua kali. Tapi naik-turun tangga berkali-kali dari lantai lima ke lantai satu lebih terasa menyenangkan dari pada membayangkan wajah Aaron yang brengsek itu.Begitu tiba di lantai dasar, Sophia berhenti di meja cuztomer service untuk menstabilkan napasnya."Ibu Sophia kenapa? Ibu habis olahraga, ya? tanya gadis yang merupakan cuztomer service di G2 itu.Sophia melotot. "Memangnya kau tidak tahu kalau liftnya rusak?""Rusak? Masa sih, Bu? Barusan ada karyawan marketing yang turun pake lift lho, Bu."Satpam yang kebetulan berdiri

  • Be Her Defender   Bab 1. Hari Yang Sial.

    Sophia berjalan kaki di pagi hari di kota New York yang cerah menuju kantornya. Wajah cantiknya berseri dan rambut pirangnya yang dikuncir kuda berkibar karena terkena angin.Ketika ia sedang berjalan sambil menatap ponsel, tiba-tiba saja sebuah mobil sedan hitam melaju dan melindas air yang tergenang di jalan.Byur!!"Wei!" Cipratan air membasahi kemeja putih dan rok hitam ketat yang menempel di tubuh seksinya. "Dasar brengsek!"Tiba-tiba saja mobil itu berhenti. Tapi hal itu tidak membuat Sophia terintimidasi. Sikap berani dan galaknya membuat ia tak mundur untuk menghadapi si pemilik mobil dan menunggunya untuk keluar.Sejurus kemudian pintu bagian kemudi terbuka dan seseorang keluar untuk membuka pintu bagian penumpang. Dilihatnya seorang pria tinggi dan bertubuh kekar dalam balutan jas hitam yang mewa

DMCA.com Protection Status