Beranda / Pernikahan / Bayi Untuk Suamiku / 6 - Shalfa Si Pengganggu

Share

6 - Shalfa Si Pengganggu

Penulis: Lahbu Juni
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-18 13:27:39

"Oke, aku nggak akan bahas apapun tentang anak. Aku nggak akan mancing-mancing emosi kamu lagi. Aku yakin, suatu saat kamu akan cerita ke aku dengan sendirinya," ujar Daffa dengan tenang dan tersenyum tulus. Ia telah berjanji tidak akan memancing-mancing emosi istrinya lagi.

"Oke. Terima kasih sudah ngertiin aku." Bulan menjawab sambil menahan senyum lega. Syukurlah kalau Daffa menyadari kesalahannya dan berniat menjadi dewasa. Ia pun tidak mau drama seperti ini kejadian lagi. Malu.

"Boleh aku peluk kamu?"

Belum sempat Bulan menjawab, Daffa sudah memeluk Bulan dengan erat. Tidak ada penolakan dari Bulan. Dengan lembut, Daffa menyesap bibir merah ranum milik istrinya. Manis.

Pagi itu, dua insan yang sedang dimabuk kepayang, saling mencumbu satu sama lain. Kamar minimalis dengan nuansa cokelat muda itu menjadi saksi bisu pelepasan gairah penuh cinta keduanya.

***

"Sayang, rambut kamu wangi," puji Daffa yang sedang membelai rambut Bulan yang ada di dekapannya. Ia mencium rambut istrinya dengan dalam.

Bulan menggeliat manja seraya mengecup leher suaminya dengan mesra. "Kamu juga wangi," pujinya.

Mendapat rangsangan seperti itu, membuat sesuatu di dalam tubuh Daffa serasa dialiri aliran listrik kecil.

Baru akan mulai ke tahapan selanjutnya, tiba-tiba saja keduanya dikejutkan oleh teriakan Shalfa sambil menangis dan membanting-banting barang entah apa.

Mereka berdua segera keluar kamar dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Sesampainya di ruang keluarga, mereka mendapati Shalfa dengan penampilan kacau. Seragam sekolahnya kusut dan tidak rapi, serta rambutnya acak-acakan seperti rambut singa. Gadis tujuh belas tahun itu baru saja pulang dari sekolah.

"Shalfa, kamu kenapa?" tanya Bulan cemas. Ia memeluk adik iparnya dengan khawatir.

"Kamu kenapa, Shal?" tanya Daffa sambil menahan emosi. Ia khawatir adik semata wayangnya mendapat perlakuan buruk dari orang lain. Pelecehan seksual atau bullying, misalnya.

"Aku diputusin Radit, Kak. Tadi subuh sudah balikan. Sekali balikan, tadi di sekolah dia mutusin aku. Apa maksudnya coba?" ujar Shalfa sambil terisak.

"Siapa Radit? Ada apa sih?" tanya Daffa yang masih bingung dan tidak paham atas apa yang terjadi.

H+1 pernikahan, Shalfa pernah curhat pada Bulan tentang siapa itu Radit. Bulan lantas menceritakan Pada Daffa tentang siapa Radit, juga tentang semua yang ia tahu tentang Shalfa dan Radit.

Saat itu Shalfa dan Bulan sedang tiduran di ruang keluarga sambil bermain smartphone. Sesekali mereka membahas artis Korea yang ganteng dan cantik-cantik. Lantas tiba-tiba saja Shalfa yang random mengeluarkan pertanyaan yang membuat Bulan tidak nyaman.

"Kata orang-orang, saat pertama kali melakukan hubungan seks, rasanya sakit, ya, Kak? Apa benar?" tanya Shalfa penasaran.

"Shalfa, Kakak nggak nyaman kamu bahas ini." Bulan menjawab kikuk. Bukan apa, ia memiliki trauma masa lalu tentang seksualitas, sehingga ia tidak suka dengan topik ini.

"Kalau sakit, aku nggak mau ngeseks, ah! Takut." Shalfa tetap melanjutkan topik tersebut tanpa mengindahkan teguran kakak iparnya.

Bulan kehabisan kata-kata meladeni Shalfa. Shalfa memang benar-benar barbar.

"Radit pernah ngajakin aku untuk melakukan itu, tapi aku tolak. Aku takut hamil," ujar Shalfa dengan lirih.

"Siapa Radit?"

"Pacar aku, Kak."

"Oh. Bagus itu. Bagus kamu punya ketegasan untuk menolak. Masih pacaran jangan melakukan hal-hal yang kejauhan, takut nantinya jadi penyesalan," nasihat Bulan.

"Aku keren kan, Kak? Keren karena berhasil menolak ajakan Radit. Kata Radit, cuma aku satu-satunya cewek yang pernah nolak saat dia ajak begituan. Aku benar-benar keren, kan, Kak?" sombongnya.

"Tunggu!" Bulan langsung bangun dan menatap adik iparnya lekat-lekat. "Cuma kamu satu-satunya cewek yang pernah nolak saat dia ajak begituan?" tanyanya dan di-angguki dengan bangga oleh Shalfa. "Itu artinya ... dia sering dong begituan sama perempuan lain? Kok kamu mau sih pacaran dengan cowok kayak gitu?"

"Kak! Benar kata Kakak! Kok aku mau sih pacaran dengan Radit? Aarrgghh! Untung ada Kak Bulan yang ngingetin." Shalfa berteriak histeris karena baru sadar akan hal itu.

"Kamu mau ke mana?" tanya Bulan saat melihat adik iparnya beranjak pergi.

"Ke kamar, Kak. Mau mutusin Radit."

"Dasar, Shalfa." Bulan geleng-geleng karena takjub dengan tingkat Shalfa.

"Jadi itulah Radit," ujar Bulan setelah ia menceritakan ulang kisah beberapa hari lalu.

"Kirain ada apaan. Kayak gitu aja kok nangis," ejek Daffa. "Justru bagus kamu putus dari cowok kampret macam Radit itu," ucap Daffa sambil berlalu meninggalkan istri dan adiknya.

Daffa sungguh kesal dengan Shalfa yang lebay. Ia pikir ada kejadian mengerikan, ternyata hanya putus cinta. Gara-gara drama Shalfa, ia jadi gagal bermesraan dengan Bulan. Shalfa benar-benar pengganggu.

"Bang Daffa nggak ngerti aku, Kak. Kesel banget punya kakak kayak dia. Untung aja ada Kak Bulan, kalau nggak ada Kak Bulan aku pasti bunuh diri karena terlalu setres."

"Sudah, sudah. Ayo ganti baju, shalat terus makan. Jangan mikirin Radit terus, pikirin juga diri kamu sendiri."

Shalfa mengangguk paham. Ia menuruti kata-kata kakak iparnya tanpa protes sedikit pun. Ia sungguh nyaman dengan Bulan. Baginya, hanya Bulan yang bisa mengerti dirinya, yang mau mendengarkan kisahnya.

"Thanks, Kak Bulan. Pokoknya Kakak jangan kabur-kaburan lagi dari rumah ini, nanti aku sedih karena nggak punya teman curhat lagi," ujar Shalfa dan di-angguki oleh Bulan.

***

Bab terkait

  • Bayi Untuk Suamiku   7 - Sikap Mertua Yang Membingungkan

    "Eh, ini menantu cantik yang bangun kesiangan, ya?" sapa seorang tetangga yang lewat di depan rumah Daffa. Saat ini Daffa, Bulan dan Shalfa sedang memberikan perawatan untuk tanaman bunga milik Sonya yang ditanam di depan rumah. "Tinggal di rumah mertua jangan suka bangun telat, lho. Untung mertuamu baik, kalau mertuamu Ibu, ugh! Sudah Ibu omeli dari pagi sampai pagi lagi," ujar ibu itu sambil terkekeh."Bu Aufa ngarang, ih! Siapa bilang Kak Bulan bangun kesiangan?" ujar Shalfa yang sedang menyiram bunga mawar."Kata mamamu tadi. Masa sih mamamu bohong?""Ah, Mama mah suka bercanda. Jangan percaya.""Masa sih mamamu bohong, Shal?" goda ibu itu sambil melirik pada Bulan."Sudahlah, Bu Aufa, jangan ngurusin urusan orang. Urusin aja keluarga ibu sendiri," ujar Shalfa dengan malas."Wah, Shalfa kalau ngomong pedas ya? Ya sudah, Ibu mau pulang dulu. Mau masak ayam pop," ujarnya seraya berlalu dengan langkah sok anggun."Mama pasti keceplosan, Kak. Jangan marah sama Mama, ya? Mama baik ko

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Bayi Untuk Suamiku   8 - Berkunjung Ke Rumah Besan

    "Ealah, kok susah payah bawa oleh-oleh, Bu Sri." Sonya menyambut Sri dan Prabu dengan heboh. Ia senang dibawakan banyak buah tangan oleh besannya itu."Nggak payah kok, Bu Sonya, kebetulan ini ada di rumah," balas Sri dengan ramah.Malam ini Sri dan Prabu berkunjung ke rumah besan sambil membawa banyak oleh-oleh. Ada singkong, pepaya, pisang satu tandan, dan kangkung satu ikat besar. Semua itu ditanam di pekarangan rumah yang memang cukup luas.Sonya dan Wisnu menyambut besan mereka dengan hangat. Membuat Sri dan Prabu nyaman berkunjung ke sana."Anak-anak mana, Bu?" tanya Sri saat tak melihat Bulan, Daffa, dan juga Shalfa."Keluar sebentar katanya, mau nyari martabak," terang Wisnu.Baru saja Sri akan mengeluarkan suaranya lagi, tapi ia diinterupsi oleh kedatangan tamu tak diundang. Sintia. Sri tidak tahu Sintia naksir Daffa, tapi ia tetap tidak menyukai Sintia. Menurutnya, tampang Sintia songong, tidak enak dipandang mata.Sebelumnya Sri sudah pernah bertemu dengan Sintia pada saat

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Bayi Untuk Suamiku   9 - Percintaan Panas Yang Terganggu (21+)

    "Bulan, wajahmu seindah bulan purnama. Bersinar cerah, cantik, membuat aku gila," puji Daffa seraya memeluk istrinya dari samping."Kamu apaan sih, Daf? Geli banget, tau," sahut Bulan sambil terkekeh.Saat ini sepasang pengantin baru itu sedang tiduran di atas ranjang. Keduanya baru saja selesai bercengkrama dengan Shalfa dan para orang tua mereka di ruang tamu. Sri dan Prabu menginap di rumah besan, hujan yang sangat deras tidak memungkinkan mereka untuk pulang. Karena kamar di rumah tersebut hanya pas-pasan, maka Sri dan Prabu tidur di ruang tamu. Rumah Wisnu hanyalah rumah minimalis dengan tiga kamar, sehingga tidak ada kamar sisa untuk tamu.Hujan di luar sangat deras. Suara air yang beradu dengan asbes, membuat penghuni rumah itu harus sedikit menaikkan nada suaranya jika ingin berbicara. Jika tidak, maka suara mereka akan tenggelam ditelan suara hujan."Dingin," goda Daffa seraya menggenggam tangan Bulan dan mengecupnya dalam.Mendapat perlakuan seperti itu, Bulan jadi merasa s

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23
  • Bayi Untuk Suamiku   10 - Ngekos, Yuk!

    "Daf, menurutku kamu tadi sangat keterlaluan lho. Kasihan Shalfa, kayaknya dia takut banget. Badannya sampai gemetaran." Bulan menegur Daffa dengan nada rendah.Daffa yang berbaring di sebelah Bulan, menghela napas panjang. "Aku kesal aja dengan mereka. Aku ngerasa terganggu," ujarnya.Bulan tidak langsung menjawab pernyataan suaminya. Sebelumnya, Bulan dan Daffa adalah teman biasa saat SMA. Tidak dekat sama sekali, sehingga Bulan tidak tahu bagaimana sifat asli Daffa. Tapi setelah ia hidup beberapa hari dengan Daffa, perlahan-lahan ia mulai bisa mengenali sifat Daffa, bahwasanya Daffa tempramental. Mudah tersulut emosi.Hujan di luar sana sudah mulai reda, hanya tinggal rintik-rintik halus saja. Sonya dan Wisnu sudah kembali ke kamar, sedangkan Sri dan Prabu juga sudah tertidur lagi. Tapi pasangan pengantin baru itu masih terjaga. Jam digital di atas nakas menunjukkan angka 12.35. Mata mereka masih terang benderang, belum mengantuk sama sekali. Sejak tadi mereka hanya saling diam, a

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • Bayi Untuk Suamiku   1 - Pil KB Siapa Ini?

    "Ini pil apa, Lan? Siapa yang minum ini? Kamu?" Daffa bertanya pada istrinya dengan urat wajah yang menegang dan wajah merah padam. Bulan yang tertangkap basah mengkonsumsi pil KB tanpa sepengetahuan suaminya jadi salah tingkah. Ia pura-pura sibuk melipat pakaian. Pura-pura tidak mendengar pertanyaan suaminya. "Aku ngomong sama kamu, Lan, bukan sama tembok!" "Itu vitamin, Daf. Akhir-akhir ini kesehatanku terganggu, jadinya ya aku konsumsi vitamin," jawab Bulan tanpa berani menatap wajah suaminya. "Aku ini apoteker lho, apa kamu lupa?! Apa kamu kira aku nggak tau kalau ini pil KB?!" tanyanya dengan suara yang mulai meninggi. "Ak ...." "Apa?! Kamu mau alasan apa?!" Tanpa sadar, Daffa bicara dengan nada tinggi. "Shit!" Ia melempar lampu belajar ke lantai. Bulan terperanjat karena tidak menyangka suaminya akan berbuat kasar seperti ini. Ia pikir, Daffa adalah pria tenang yang tidak mudah tersulut emosi. Perempuan tiga puluh dua tahun itu meraup pakaian yang belum selesai ia lipa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • Bayi Untuk Suamiku   2 - Seperti ABG Labil

    "Mana suamimu?" tanya Sri sambil celingak-celinguk melihat ke arah luar sambil memegang daun pintu yang terbuka separuh.Bulan tidak menjawab pertanyaan ibunya. Ia langsung masuk ke dalam rumah tanpa mempedulikan ibunya, lalu setelah itu bergegas masuk ke kamarnya. Perempuan tiga puluh dua tahun itu duduk termenung di sisi ranjang."Heh, ditanya itu jawab, Bulan!" ujar Sri yang menyusul putrinya ke dalam kamar. "Kenapa kamu? Pulang sendiri, mata bengkak, hidung apa lagi, kayak jambu bol. Kenapa?""Mak, aku lagi pingin sendiri," jawab Bulan dengan lirih. Ia menatap ibunya dengan penuh permohonan."Sebenarnya ada apa, Bulan? Jangan bilang kamu berbuat ulah?" tuduh Sri. Wanita paruh baya itu berdiri di depan pintu dengan berkacak pinggang dan menatap putrinya dengan tajam. Bulan memijit pelipisnya yang berdenyut. Ia dan ibunya sejak dulu tidak pernah akur. Jika Bulan terlibat dalam suatu masalah, pasti ibunya akan langsung berburuk sangka pada Bulan, padahal tidak selamanya Bulan yang s

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • Bayi Untuk Suamiku   3 - Sepupu Genit

    "Hai, pengantin baru. Kusut amat mukanya," sapa Sintia pada Daffa.Sintia adalah sepupu jauh Daffa. Janda tanpa anak yang sejak dulu naksir berat pada Daffa. Selalu cari perhatian pada Daffa tapi tidak pernah ditanggapi oleh Daffa."Kenapa dia, Tante? Marahan dengan istrinya, kah?" tebak Sintia yang sejak tadi tidak melihat keberadaan Bulan."Ya begitulah. Namanya juga rumah tangga. Ada aja konslet-nya," jawab Sonya sambil memasukkan lauk ke piringnya.Saat ini mereka sedang sarapan bersama. Sintia datang ke rumah sepupunya itu sambil membawakan menu gulai ikan buatannya sendiri, niatnya sih untuk mengambil hati Daffa. Semoga saja usahanya berhasil. Ia percaya usaha tidak akan mengkhianati hasil. Apalagi saat ini Daffa sedang marahan dengan istrinya, artinya ia memiliki peluang untuk merebut hati Daffa dari Bulan."Terus sekarang Bulan di mana?" tanya Sintia penuh rasa ingin tahu."Pulang ke rumah orang tuanya," jawab Sonya. Ibu Daffa itu tidak tahu jika Sintia naksir Daffa, sehingga i

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • Bayi Untuk Suamiku   4 - Syarat Damai

    "Kak Bulan, nanti malam kita maraton drakor, yuk!" ujar Shalfa. Gadis tujuh belas tahun itu sengaja mengganti topik pembicaraan agar Bulan tidak canggung dengan celetukan Sintia yang tidak ada akhlak.Bulan menanggapi ajakan adik iparnya dengan anggukan dan tersenyum lebar. Ia bersyukur memiliki adik ipar sebaik Shalfa. Tidak semua orang seberuntung dirinya bisa memiliki ipar yang baik.Setelah tiga hari di rumah orang tuanya, akhirnya Bulan kembali lagi ke rumah mertuanya. Sebenarnya kalau ibunya tidak berisik dan ngomel-ngomel, ia belum ingin pulang ke sini."Bulan, Mama Papa duluan, ya. Sebentar lagi jam ngantor dimulai," ujar Wisnu seraya melihat ke arah jam di pergelangan tangannya."Iya, Ma, Pa. Hati-hati," jawab Bulan sambil tersenyum."Aku juga, Kak. Takut telat. Bisa gawat, alamat manjat pagar kalau sampai terlambat," ujar Shalfa dan di-iyakan oleh Bulan. Bulan dan Daffa masih memiliki masa cuti selama satu minggu. Walaupun mereka tidak melakukan honeymoon ke luar kota, tapi

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13

Bab terbaru

  • Bayi Untuk Suamiku   10 - Ngekos, Yuk!

    "Daf, menurutku kamu tadi sangat keterlaluan lho. Kasihan Shalfa, kayaknya dia takut banget. Badannya sampai gemetaran." Bulan menegur Daffa dengan nada rendah.Daffa yang berbaring di sebelah Bulan, menghela napas panjang. "Aku kesal aja dengan mereka. Aku ngerasa terganggu," ujarnya.Bulan tidak langsung menjawab pernyataan suaminya. Sebelumnya, Bulan dan Daffa adalah teman biasa saat SMA. Tidak dekat sama sekali, sehingga Bulan tidak tahu bagaimana sifat asli Daffa. Tapi setelah ia hidup beberapa hari dengan Daffa, perlahan-lahan ia mulai bisa mengenali sifat Daffa, bahwasanya Daffa tempramental. Mudah tersulut emosi.Hujan di luar sana sudah mulai reda, hanya tinggal rintik-rintik halus saja. Sonya dan Wisnu sudah kembali ke kamar, sedangkan Sri dan Prabu juga sudah tertidur lagi. Tapi pasangan pengantin baru itu masih terjaga. Jam digital di atas nakas menunjukkan angka 12.35. Mata mereka masih terang benderang, belum mengantuk sama sekali. Sejak tadi mereka hanya saling diam, a

  • Bayi Untuk Suamiku   9 - Percintaan Panas Yang Terganggu (21+)

    "Bulan, wajahmu seindah bulan purnama. Bersinar cerah, cantik, membuat aku gila," puji Daffa seraya memeluk istrinya dari samping."Kamu apaan sih, Daf? Geli banget, tau," sahut Bulan sambil terkekeh.Saat ini sepasang pengantin baru itu sedang tiduran di atas ranjang. Keduanya baru saja selesai bercengkrama dengan Shalfa dan para orang tua mereka di ruang tamu. Sri dan Prabu menginap di rumah besan, hujan yang sangat deras tidak memungkinkan mereka untuk pulang. Karena kamar di rumah tersebut hanya pas-pasan, maka Sri dan Prabu tidur di ruang tamu. Rumah Wisnu hanyalah rumah minimalis dengan tiga kamar, sehingga tidak ada kamar sisa untuk tamu.Hujan di luar sangat deras. Suara air yang beradu dengan asbes, membuat penghuni rumah itu harus sedikit menaikkan nada suaranya jika ingin berbicara. Jika tidak, maka suara mereka akan tenggelam ditelan suara hujan."Dingin," goda Daffa seraya menggenggam tangan Bulan dan mengecupnya dalam.Mendapat perlakuan seperti itu, Bulan jadi merasa s

  • Bayi Untuk Suamiku   8 - Berkunjung Ke Rumah Besan

    "Ealah, kok susah payah bawa oleh-oleh, Bu Sri." Sonya menyambut Sri dan Prabu dengan heboh. Ia senang dibawakan banyak buah tangan oleh besannya itu."Nggak payah kok, Bu Sonya, kebetulan ini ada di rumah," balas Sri dengan ramah.Malam ini Sri dan Prabu berkunjung ke rumah besan sambil membawa banyak oleh-oleh. Ada singkong, pepaya, pisang satu tandan, dan kangkung satu ikat besar. Semua itu ditanam di pekarangan rumah yang memang cukup luas.Sonya dan Wisnu menyambut besan mereka dengan hangat. Membuat Sri dan Prabu nyaman berkunjung ke sana."Anak-anak mana, Bu?" tanya Sri saat tak melihat Bulan, Daffa, dan juga Shalfa."Keluar sebentar katanya, mau nyari martabak," terang Wisnu.Baru saja Sri akan mengeluarkan suaranya lagi, tapi ia diinterupsi oleh kedatangan tamu tak diundang. Sintia. Sri tidak tahu Sintia naksir Daffa, tapi ia tetap tidak menyukai Sintia. Menurutnya, tampang Sintia songong, tidak enak dipandang mata.Sebelumnya Sri sudah pernah bertemu dengan Sintia pada saat

  • Bayi Untuk Suamiku   7 - Sikap Mertua Yang Membingungkan

    "Eh, ini menantu cantik yang bangun kesiangan, ya?" sapa seorang tetangga yang lewat di depan rumah Daffa. Saat ini Daffa, Bulan dan Shalfa sedang memberikan perawatan untuk tanaman bunga milik Sonya yang ditanam di depan rumah. "Tinggal di rumah mertua jangan suka bangun telat, lho. Untung mertuamu baik, kalau mertuamu Ibu, ugh! Sudah Ibu omeli dari pagi sampai pagi lagi," ujar ibu itu sambil terkekeh."Bu Aufa ngarang, ih! Siapa bilang Kak Bulan bangun kesiangan?" ujar Shalfa yang sedang menyiram bunga mawar."Kata mamamu tadi. Masa sih mamamu bohong?""Ah, Mama mah suka bercanda. Jangan percaya.""Masa sih mamamu bohong, Shal?" goda ibu itu sambil melirik pada Bulan."Sudahlah, Bu Aufa, jangan ngurusin urusan orang. Urusin aja keluarga ibu sendiri," ujar Shalfa dengan malas."Wah, Shalfa kalau ngomong pedas ya? Ya sudah, Ibu mau pulang dulu. Mau masak ayam pop," ujarnya seraya berlalu dengan langkah sok anggun."Mama pasti keceplosan, Kak. Jangan marah sama Mama, ya? Mama baik ko

  • Bayi Untuk Suamiku   6 - Shalfa Si Pengganggu

    "Oke, aku nggak akan bahas apapun tentang anak. Aku nggak akan mancing-mancing emosi kamu lagi. Aku yakin, suatu saat kamu akan cerita ke aku dengan sendirinya," ujar Daffa dengan tenang dan tersenyum tulus. Ia telah berjanji tidak akan memancing-mancing emosi istrinya lagi."Oke. Terima kasih sudah ngertiin aku." Bulan menjawab sambil menahan senyum lega. Syukurlah kalau Daffa menyadari kesalahannya dan berniat menjadi dewasa. Ia pun tidak mau drama seperti ini kejadian lagi. Malu."Boleh aku peluk kamu?" Belum sempat Bulan menjawab, Daffa sudah memeluk Bulan dengan erat. Tidak ada penolakan dari Bulan. Dengan lembut, Daffa menyesap bibir merah ranum milik istrinya. Manis. Pagi itu, dua insan yang sedang dimabuk kepayang, saling mencumbu satu sama lain. Kamar minimalis dengan nuansa cokelat muda itu menjadi saksi bisu pelepasan gairah penuh cinta keduanya.***"Sayang, rambut kamu wangi," puji Daffa yang sedang membelai rambut Bulan yang ada di dekapannya. Ia mencium rambut istrinya

  • Bayi Untuk Suamiku   5 - Sepakat Damai

    "Baru bangun, Lan? Kecapekan banget kayaknya, ya?" tanya Sonya yang sedang mencuci barang pecah belah di wastafel."Maaf, Ma," sesal Bulan. Perempuan yang masih mengenakan piyama itu berdiri salah tingkah di dekat kompor."Santai aja. Rileks, jangan tegang begitu," ujar Sonya sambil terkekeh.Bulan ikut terkekeh paksa. Ia benar-benar canggung berada di posisi ini. Hari ini Bulan bangun kesiangan karena tadi malam ia baru tertidur pukul empat subuh. Ia sangat malu sekali dan merasa tidak memiliki muka untuk muncul di hadapan mertuanya."Mama duluan, ya. Itu sudah ditungguin Papa," kata Sonya yang sudah selesai mencuci barang pecah belah."Iya, Ma, hati-hati," jawab Bulan salah tingkah.Sonya mengangguk singkat dan lantas pergi ke kantor bersama suaminya. Sedangkan Shalfa sudah berangkat sejak jam enam tadi. Adik Daffa itu sengaja datang pagi karena ingin mencontek PR dari temannya.Tiba-tiba saja Bulan ingat dengan ibunya. Dulu saat dirinya belum menikah, ibunya selalu menerornya untuk

  • Bayi Untuk Suamiku   4 - Syarat Damai

    "Kak Bulan, nanti malam kita maraton drakor, yuk!" ujar Shalfa. Gadis tujuh belas tahun itu sengaja mengganti topik pembicaraan agar Bulan tidak canggung dengan celetukan Sintia yang tidak ada akhlak.Bulan menanggapi ajakan adik iparnya dengan anggukan dan tersenyum lebar. Ia bersyukur memiliki adik ipar sebaik Shalfa. Tidak semua orang seberuntung dirinya bisa memiliki ipar yang baik.Setelah tiga hari di rumah orang tuanya, akhirnya Bulan kembali lagi ke rumah mertuanya. Sebenarnya kalau ibunya tidak berisik dan ngomel-ngomel, ia belum ingin pulang ke sini."Bulan, Mama Papa duluan, ya. Sebentar lagi jam ngantor dimulai," ujar Wisnu seraya melihat ke arah jam di pergelangan tangannya."Iya, Ma, Pa. Hati-hati," jawab Bulan sambil tersenyum."Aku juga, Kak. Takut telat. Bisa gawat, alamat manjat pagar kalau sampai terlambat," ujar Shalfa dan di-iyakan oleh Bulan. Bulan dan Daffa masih memiliki masa cuti selama satu minggu. Walaupun mereka tidak melakukan honeymoon ke luar kota, tapi

  • Bayi Untuk Suamiku   3 - Sepupu Genit

    "Hai, pengantin baru. Kusut amat mukanya," sapa Sintia pada Daffa.Sintia adalah sepupu jauh Daffa. Janda tanpa anak yang sejak dulu naksir berat pada Daffa. Selalu cari perhatian pada Daffa tapi tidak pernah ditanggapi oleh Daffa."Kenapa dia, Tante? Marahan dengan istrinya, kah?" tebak Sintia yang sejak tadi tidak melihat keberadaan Bulan."Ya begitulah. Namanya juga rumah tangga. Ada aja konslet-nya," jawab Sonya sambil memasukkan lauk ke piringnya.Saat ini mereka sedang sarapan bersama. Sintia datang ke rumah sepupunya itu sambil membawakan menu gulai ikan buatannya sendiri, niatnya sih untuk mengambil hati Daffa. Semoga saja usahanya berhasil. Ia percaya usaha tidak akan mengkhianati hasil. Apalagi saat ini Daffa sedang marahan dengan istrinya, artinya ia memiliki peluang untuk merebut hati Daffa dari Bulan."Terus sekarang Bulan di mana?" tanya Sintia penuh rasa ingin tahu."Pulang ke rumah orang tuanya," jawab Sonya. Ibu Daffa itu tidak tahu jika Sintia naksir Daffa, sehingga i

  • Bayi Untuk Suamiku   2 - Seperti ABG Labil

    "Mana suamimu?" tanya Sri sambil celingak-celinguk melihat ke arah luar sambil memegang daun pintu yang terbuka separuh.Bulan tidak menjawab pertanyaan ibunya. Ia langsung masuk ke dalam rumah tanpa mempedulikan ibunya, lalu setelah itu bergegas masuk ke kamarnya. Perempuan tiga puluh dua tahun itu duduk termenung di sisi ranjang."Heh, ditanya itu jawab, Bulan!" ujar Sri yang menyusul putrinya ke dalam kamar. "Kenapa kamu? Pulang sendiri, mata bengkak, hidung apa lagi, kayak jambu bol. Kenapa?""Mak, aku lagi pingin sendiri," jawab Bulan dengan lirih. Ia menatap ibunya dengan penuh permohonan."Sebenarnya ada apa, Bulan? Jangan bilang kamu berbuat ulah?" tuduh Sri. Wanita paruh baya itu berdiri di depan pintu dengan berkacak pinggang dan menatap putrinya dengan tajam. Bulan memijit pelipisnya yang berdenyut. Ia dan ibunya sejak dulu tidak pernah akur. Jika Bulan terlibat dalam suatu masalah, pasti ibunya akan langsung berburuk sangka pada Bulan, padahal tidak selamanya Bulan yang s

DMCA.com Protection Status