Share

Bayi 5 Miliar sang Presdir
Bayi 5 Miliar sang Presdir
Penulis: Poepoe

1. Malam Pertama

“Kita harus melakukannya malam ini.”

Seketika Kirana tercekat mendengar ucapan pria di hadapannya itu. 

Maksudnya, hubungan suami-istri? Dadanya terasa mau meledak.

"I--itu..."

"Kamu lupa tujuan pernikahan ini?” Thomas mendengus heran sambil menaikkan satu alis tebalnya.

“Tidak, Tuan. Itu bagian dari kontrak. Jadi, saya harus siap melaksanakannya,” balas Kirana cepat.

Ya, semua demi 5 miliar. 

Kirana bersedia menerima penawaran gila ini dari ibu Thomas karena terdesak utang yang dibuat oleh adik laki-lakinya.

Juga, demi pengobatan kanker tulang untuk sang ibu.

Kalau tidak, Kirana jelas tak mau jadi yang kedua dari pria ini.

“Baguslah,” balas Thomas acuh, membuka kancing baju tidurnya satu per satu.

Kedua bola mata Kirana membulat.

Secepat inikah? Lantas, apa yang harus dia lakukan? Membuka bajunya sendiri atau bagaimana?!

Astaga, dia merasa bodoh soal ini, hingga malah mematung begitu saja melihat Thomas mulai menanggalkan pakaiannya.

Pria itu berdecak heran. “Kenapa kamu masih bengong di situ? Kamu malu?”

Kirana memalingkan pandangannya ke lantai kamar. 

“Tidak, Tuan,” Kirana buru-buru mencegat laju Thomas. “Sa-saya siap. Lebih cepat, lebih baik bukan? Ta-tapi…”

“Tapi apa?”

Jemari Kirana saling terkait. “Sebenarnya…ini kali pertama buat saya. Saya merasa sedikit takut.”

“Lalu, apa peduliku?” Thomas memicingkan kedua matanya. “Kamu ingin malam pertama ini jadi malam yang berkesan untukmu? Kirana, kamu hanyalah istri kontrakku. Pernikahan ini terjadi karena dilandasi uang. Jadi, aku enggak punya kewajiban untuk membuatmu melayang.”

“Ibuku sudah membayar mahal dirimu. Jadi, jangan berharap apa-apa dariku.” Tambah Thomas lagi.

Deg!

Kirana bukanlah tipe melankolis. Tapi, ucapan Thomas sungguh menyakiti dirinya.

Seakan Kirana adalah perempuan murahan dan matrealistis hanya karena bersedia melakukan pernikahan kontrak.

“Maafkan aku, Tuan…” Kirana hanya bisa tertunduk, mencoba kuat.

Bergegas, Kirana menarik ujung kaosnya hingga melewati kepala, mengekspos tubuh bagian atasnya pada pria yang baru saja menikahinya pagi tadi.

Tubuh Kirana mendadak menggigil, entah mungkin karena embusan AC di kamar ini, atau memang karena kegugupan luar biasa yang menyergap dirinya.

Di sisi lain, jakun Thomas nampak bergerak pelan sembari memalingkan pandangannya dari tubuh Kirana.

Pria itu tampaknya tidak pernah menyangka dirinya akan menikahi gadis antah-berantah ini demi melindungi reputasi istrinya yang mandul, serta mendapatkan anak untuk mewarisi perusahaan keluarganya.

Ide konyol ibunya, Melinda Adijaya, agar dirinya menikah lagi, tentu dia tolak mentah-mentah.

Namun siapa sangka, Vivian, istrinya malah menyetujui ide Melinda?

Thomas menghela napas kasar. Tanpa basa-basi, dia bergerak cepat begitu seluruh pakaian Kirana sudah terlepas dari tubuhnya.

Gadis itu sampai memekik pelan saat Thomas menindih tubuhnya. 

Napas Kirana menderu. Jantungnya berdentum-dentum begitu cepat.

Tidak pernah terlintas di benaknya, dia akan menyerahkan kesuciannya pada pria yang baru dikenalnya ini, pria asing yang begitu dingin.

“Tu-Tuan…” 

Gadis itu menggigit bibirnya keras-keras saat Thomas mencoba melesakkan miliknya di bawah sana.

Pasrah. Hanya itu yang bisa ia lakukan.

Ditahannya rasa sakit dan perih di bawah sana. Bahkan ketika kedua kelopak mata Kirana membuka pelan keesokan harinya, rasa nyeri menjalar dari pangkal pahanya masih terasa.

Perlahan, dia coba bergerak, menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

Di luar sana, cahaya matahari coba menerobos masuk tirai kamarnya.

Kirana pun menghela napas pelan saat menoleh ke samping.

Tentu saja, Thomas tidak ada di sebelahnya. Setelah selesai melakukan hubungan suami-istri, pria itu langsung pergi begitu saja.

Meninggalkan Kirana bagai sampah yang sudah tidak terpakai.

Semalam, Thomas juga melakukannya dengan cepat.

Tanpa basa-basi, tanpa ada ciuman serta kata-kata manis yang bisa menggairahkan dirinya.

Tapi, Kirana bisa berharap apa? Seharusnya dia sadar dia hanyalah alat di keluarga ini.

Thomas jelas tidak menyukainya. Pria itu terpaksa menikahi dirinya demi mendapatkan keturunan.

Dan Kirana? Sebagai imbalan, dia akan mendapatkan uang yang sekeras apapun dia cari sebagai pegawai, tidak akan pernah bisa didapatkannya.

Meski demikian, apakah Kirana tak layak dihargai?

Mengingat hal itu, tidak terasa air mata mengalir begitu saja di pipinya.

Mampukah dia menjalani kehidupannya sebagai istri kedua dari Thomas Adijaya, CEO serta pewaris tunggal dari Starlight Production?

Tidak ada yang dapat memberinya jawaban. Cepat-cepat dia menghapus air matanya dan membersihkan diri.

Untungnya, rumah mewah Kediaman Adijaya memiliki halaman yang begitu indah.

Jadi, Kirana bisa menghirup dalam-dalam udara pagi yang segar di bangku taman halaman belakang kediaman Adijaya yang luas dan asri.

Seketika, keadaan hatinya yang muram berangsur membaik. 

Walaupun begitu, Kirana tetap merindukan kehangatan di rumahnya.

Dia rindu ibunya serta budenya, padahal dia baru menginap semalam di rumah mewah ini.

Srak!

Kirana tersadar dari lamunan. Bunyi langkah kaki membuatnya terkejut kala menemukan Vivian--istri pertama Thomas--mendengus keras sambil melayangkan tatapan merendahkan ke arahnya.

“Selamat pagi, Nyonya Vivian…” Kirana berusaha bersikap sopan sambil menganggukkan kepalanya pelan.

Akan tetapi, Vivian malah semakin meruncingkan tatapannya. “Jangan pikir setelah menikahi Thomas, kamu akan mendapatkan hatinya. Kamu hanyalah alat untuk melahirkan keturunan bagi kami.” Tanpa tedeng aling-aling, Vivian langsung menukas sinis. 

“Aku yakin Thomas pasti juga jijik dengan perempuan rendahan yang rela mengorbankan tubuhnya demi uang sepertimu. Buktinya, dia langsung buru-buru mandi di kamarku setelah menyentuhmu semalam.”

Deg!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status