Seharusnya kalimat itu yang meluncur dari mulutnya yang kaku. Tetapi sayangnya, kalimat itu hanya menggantung di benaknya. Atau mungkin dia akan membiarkannya terus mengendap selamanya?“Apa Tuan?” tanya Kirana, terheran.Thomas melepaskan lengan Kirana agak kasar. “Sebenarnya…aku enggak bermaksud menyakiti hatimu. Maafkan aku. Pernikahan ini sungguh mendadak."Kirana mengangguk pelan, lalu kembali menyeret kopernya ke dalam kamar.Ya, siapapun tidak akan menerima pernikahan mendadak seperti ini. Apalagi, untuk Thomas, kan?Pria itu jelas merasa menurunkan standar untuk bersamanya. Diam-diam Kirana merasakan hatinya kembali sakit.Di sisi lain, Thomas memutar tubuhnya, menghela napas lega membiarkan jantungnya kembali berdetak normal.Malam kian larut.Thomas dan Kirana sibuk dengan kegiatannya masing-masing.Setelah makan malam, Kirana menghabiskan waktu di kamar, sementara Thomas mengganti-ganti saluran televisi.Diliriknya jam yang menempel di dinding. Sudah pukul setengah sepuluh
“Huh!” Vivian mendengus sinis saat menatap layar ponselnya.Membaca pesan dari Thomas yang memberi tahu dirinya bahwa dia tidak pulang malam ini, membuatnya langsung tahu jika suaminya itu sedang bersama wanita sialan bernama Kirana itu.Dalam kesendirian, Vivian menyesap wine di kamarnya, berusaha menghempaskan pikiran suaminya sedang bergumul dengan wanita itu.“Tenang, Vivian,” ucapnya pada diri sendiri. “Setelah wanita sialan itu melahirkan, maka hidupmu akan tambah sempurna.”Ya, tiga tahun pernikahannya dengan Thomas, orang-orang di luar sana selalu menanyakan kapan dirinya hamil.Terus terang, pertanyaan itu membuatnya tertekan. Gosip bahwa dirinya mandul pun mulai tersebar–yang pada akhirnya menjadi kenyataan.Meski kesal, tapi Melinda sudah mempersiapkan semuanya. Vivian akan memakai semacam perut palsu yang bahkan sudah Melinda pesan dari Amerika. Lalu menjelang Kirana melahirkan, Vivian akan pergi ke Singapura dan pura-pura melahirkan di sana.Wanita itu tersenyum tipis. Di
‘Thomas! Berani-beraninya dia membohongiku!’ Amarah Vivian membludak seiring dengan langkahnya yang panjang.Brak!Pintu ruangan Thomas membuka keras. Dari balik meja, pria itu mendongak terkejut, mendapati Vivian yang menatapnya tajam.Thomas sama sekali tidak menyadari bakal ada badai yang hendak menerjang dirinya.“Thomas,” Vivian menggeram sambil bergerak ke arah suaminya.Thomas semakin menyadari bahwa sorot mata Vivian nampak diliputi amarah. “Apa yang terjadi, Sayang? Kenapa kamu terlihat marah seperti ini?” tanya Thomas bingung.Bagian bawah tas kulit milik Vivian menghentak permuk
“Nyo-Nyonya??” Suara Kirana tersendat. Dia benar-benar syok dengan tamparan itu. “Saya enggak pernah berpikiran seperti itu…”Kedua bola mata Vivian melebar, seakan hendak keluar dari rongga matanya.“Kamu mungkin bisa mengecoh orang lain, tapi tidak dengan diriku. Aku tahu siasatmu, Kirana. Kamu berlagak polos. Tapi aku tahu apa yang sebenarnya kamu incar. Kamu menginginkan Thomas dan kekayaannya. Iya kan? Dasar perempuan murahan! Aku yakin mama mertuaku pasti menyesal sudah memilihmu jadi istri kedua Thomas!”Apa yang dikatakan Vivian tidak sepenuhnya salah. Dia memang sudah jatuh cinta pada Thomas. Tapi dia bukan perempuan murahan. Setelah kontrak pernikahannya selesai, dia akan pergi dan melupakan Thomas.Tidak mungkin dia m
“Hah!”Kesadaran seakan menyambar cepat ke tubuh Vivian. Jantungnya menghentak-hentak keras begitu melihat kepala Kirana berada di dalam air.Bergegas dia melepaskan cengkraman tangannya pada leher wanita itu, membiarkan tubuh Kirana yang menelungkup, mengambang.Mulut Vivian menganga lebar. Dirinya mundur perlahan. Dinginnya air sekarang begitu menusuk.‘Ti-tidak…jangan bilang perempuan itu mati…’ Vivian sungguh kalut. Dia tidak berniat membunuh Kirana! Dia hanya ingin memberi wanita itu pelajaran!Vivian tiba-tiba tersentak saat melihat tubuh Kirana bergerak. Kepalanya mencuat ke atas sambil terbatuk. Napasnya terengah dengan wajah yang pucat.
“Tu-Tuan Thomas?” Kirana tergagap.“Mau kemana kamu?” Tanyanya dingin.Kirana coba melepas cengkraman tangan Thomas. Namun, pria itu malah menahan lengannya lebih kuat.“Nyonya Melinda sudah mengusirku dan setelah Tuan menceraikanku maka otomatis kontrak pernikahan itu batal,” terang Kirana.“Kamu pikir aku akan membiarkan hal itu terjadi begitu saja?” Thomas menarik tubuh Kirana mendekat.Kedua pupil mata Kirana mendadak melebar. Kini wajah mereka hanya tinggal sejengkal tangan.“A-apa maksud, Tuan? Jelas-jelas Nyonya Melinda dan Nyonya Vivian sudah tidak menginginkan saya jadi istri kedua Tuan lagi.”
Vivian beruntung.CCTV di halaman belakang ternyata sudah lama rusak karena tersambar petir. Jadi, Thomas tidak memiliki bukti atas pengakuan Vivian yang menuduh Kirana hendak menenggelamkan dirinya di kolam renang.Maka, atas dasar itulah Thomas bersikukuh mempertahankan Kirana.Tentu saja Vivian murka. Dia langsung meraup sebagian baju-bajunya di lemari dan menjejalkan asal-asalan ke dalam koper besar.“Vi, dengarkan aku dulu–”“Jangan berani menyentuhku!” Pipi Vivian sudah basah saat menghalau tangan Thomas. “Jelas-jelas kamu membela wanita itu! Wanita yang baru saja kamu kenal, Thomas! Apa artinya tiga tahun pernikahan kita, kalau kamu bahkan enggak mempercayaiku?!”
“Saya rasa kontrak pernikahan ini batal, kan?” tanya Kirana lirih pada Thomas yang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya.Mata Kirana nampak sembab dan gelisah.Thomas menghela napas pendek, lalu bergerak ke arah Kirana yang duduk di pinggir ranjang.“Tidak,” balas Thomas singkat.“Tapi…bagaimana mungkin? Nyonya Vivian sampai pergi dari rumah ini. Apa semua salahku?”Pria itu menggeleng. “Kamu enggak salah apa-apa. Sekarang, keluarkan semua baju-bajumu dari koper. Kamu akan tetap tinggal di sini dan menjadi istriku. Mengerti?”“Baik, Tuan…”Namun seketika