Share

Bab 4. Tegang

Penulis: Ita Riwu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-02 09:38:36

Langkah kaki mereka membawa mereka lebih jauh ke dalam dimensi yang terdistorsi, di mana waktu dan ruang tampak tumpang tindih. Dunia ini terasa seperti sebuah bayang-bayang yang hidup, penuh ketidakpastian dan ancaman yang tak terlihat. Setiap detik berjalan terasa begitu lambat, namun atmosfernya begitu intens, seolah-olah mereka sedang terjebak dalam suatu lingkaran yang tak bisa dihentikan.

Alex merasa setiap langkahnya semakin berat, seakan ada sesuatu yang menariknya kembali ke dunia yang ia kenal. Namun, ia tahu bahwa jalan ini tidak bisa dipilih mundur. Kekuatan yang telah ia bangkitkan tak dapat dibatalkan begitu saja. Hanya ada satu pilihan, terus maju, meskipun tak tahu apa yang menunggu di depan.

Victor di sampingnya tetap diam, namun ada kekhawatiran yang tersirat di wajahnya. Beberapa kali ia melirik sekeliling mereka, memastikan bahwa mereka tak terjebak dalam perangkap yang lebih besar. Namun, meskipun Victor tampak tenang, Alex bisa merasakan ketegangan yang sama. Mereka berdua tahu, dunia yang mereka pijak bukan lagi dunia yang mereka pahami. Mereka telah memasuki ranah yang lebih gelap, tempat di mana hukum alam tidak berlaku seperti seharusnya.

“Ada sesuatu yang salah,” bisik Alexa yang berjalan di belakang mereka, suara tegang. “Semakin lama kita berada di sini, semakin aku merasa kita dikelilingi oleh sesuatu yang jauh lebih besar dari apa yang kita bayangkan.”

“Jangan khawatir,” jawab Victor, suaranya tegas namun sedikit lebih cepat dari biasanya. “Ini hanya bagian dari perjalanan. Semua ini harus kita hadapi. Tidak ada jalan kembali.”

Tiba-tiba, suara gemuruh menggema di udara, seperti suara langit yang pecah. Dari kegelapan yang mengelilingi mereka, sebuah sosok mulai muncul—begitu besar dan menjulang, bentuknya kabur namun mengerikan. Aura yang dipancarkannya seakan bisa menembus setiap lapisan dunia. Sosok itu tak menyerupai apapun yang pernah dilihat Alex sebelumnya, lebih seperti entitas yang berasal dari dunia lain.

“Siapa... kamu?” tanya Alex, suaranya hampir tercekik.

Sosok itu tidak menjawab dengan kata-kata. Sebaliknya, sebuah suara dalam pikiran Alex menggema, seakan datang dari kedalaman yang tak bisa ia ukur. “Aku adalah penjaga keseimbangan, yang melihat takdir berjalan. Kau yang mengubah garis waktu, Alex. Kau yang menarik perhatian kami.”

Alex merasa tubuhnya bergetar. Kekuatan yang datang dari entitas ini begitu besar, dan ia tahu bahwa apa yang ada di hadapannya bukanlah sesuatu yang bisa dia hadapi begitu saja. Ini bukan sekadar ancaman fisik, tetapi juga ancaman terhadap eksistensinya sendiri.

“Apa yang kalian inginkan dari kami?” Victor bertanya, suaranya terdengar tegas meskipun jelas ada kekhawatiran yang tertahan.

Entitas itu bergerak perlahan, dan meskipun wujudnya tidak terlihat dengan jelas, Alex bisa merasakan kekuatan yang semakin mendekat, seperti bayangan yang mengancam. “Kalian telah mengubah takdir,” suara itu bergema di kepala mereka. “Dan saat takdir itu berubah, konsekuensi tak terhindarkan. Kalian akan membayar harga atas setiap keputusan yang telah dibuat. Takdir bukan milik kalian untuk dimainkan.”

Victor tidak mundur. “Kami sudah siap menghadapi konsekuensinya. Kami tidak bisa mundur, dan kami tidak akan menyerah.”

Sosok itu terdiam sesaat, kemudian suara dalam kepala mereka kembali terdengar, lebih dalam dan lebih mengerikan. “Maka kalian harus menjalani ujian ini. Jika kalian gagal, dunia ini akan hancur. Jika kalian berhasil, takdir akan memberi jalan bagi kalian untuk terus hidup. Namun tidak ada jaminan. Tidak ada jaminan sama sekali.”

Seketika, ruang di sekitar mereka berputar. Dunia yang semula tenang kini dipenuhi dengan riuhnya suara-suara yang tidak bisa mereka identifikasi, suara gemuruh yang datang dari berbagai arah, bayang-bayang yang bergerak cepat di sekeliling mereka. Alex merasa seperti terjebak dalam sebuah lingkaran yang semakin sempit.

“Kau harus memilih, Alex,” suara itu kembali bergema di pikirannya. “Apakah kau akan melanjutkan perjalanan ini, dan mengubah takdir orang lain lebih banyak lagi? Atau apakah kau akan berhenti, dan membiarkan segala sesuatu berjalan sesuai kehendakmu?”

Alex merasa pandangannya kabur, keringat mulai membasahi dahinya. Dia tahu bahwa apa yang dihadapi bukan hanya soal perubahan takdir satu orang. Ini jauh lebih besar. Perjalanan yang mereka tempuh membawa mereka ke dalam pertempuran antara kekuatan hidup dan mati, antara entitas yang melampaui pemahaman manusia.

Sosok itu menatap mereka dengan tatapan yang seolah bisa menembus jiwa mereka. “Keputusanmu bukan hanya akan mengubah takdirmu, tetapi seluruh dunia di sekitarmu. Pilihan apa yang akan kau buat, Alex?”

Waktu terasa berhenti. Di sekeliling mereka, dunia berguncang, dan Alex bisa merasakan beban yang sangat berat. Hanya satu hal yang pasti—keputusan yang akan ia buat sekarang bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk seluruh dunia yang mereka kenal. Jika ia memilih untuk terus maju, apa yang akan terjadi? Dan jika ia mundur, apakah dunia akan kembali ke jalur yang benar, atau malah semakin kacau?

Dengan satu tarikan napas dalam, Alex menatap entitas itu dengan tekad yang semakin kuat. "Aku tidak bisa mundur. Aku tidak akan membiarkan dunia ini terjerumus ke dalam kegelapan."

Entitas itu tersenyum, meskipun senyum itu terasa dingin dan penuh dengan ancaman. “Maka ujian kalian dimulai. Semoga kalian siap menghadapi apa yang datang.”

Dan begitu kata-kata itu menghilang, dunia kembali berubah. Di depan mereka, sebuah pintu besar muncul, menjulang tinggi, dipenuhi dengan simbol yang mengingatkan Alex pada simbol-simbol yang pernah dilihat sebelumnya—tanda-tanda kekuatan yang jauh lebih besar dari apa yang bisa ia kendalikan.

Victor mengangguk ke arah pintu itu, menunjukkan bahwa ini adalah jalur yang harus mereka tempuh. “Inilah ujian sesungguhnya. Apa yang akan kita hadapi di sana, kita tidak tahu. Tapi ingat, apapun yang terjadi, kita harus tetap bersama.”

Dengan perasaan campur aduk, Alex melangkah maju, menyusuri jalan yang tak ada ujungnya. Ia tahu bahwa tidak ada jaminan akan keselamatannya, tetapi satu hal yang pasti, keputusan yang ia buat telah membawa mereka ke dunia yang jauh lebih berbahaya, dan kini, hanya satu pilihan yang tersisa, untuk bertahan atau hancur.

Pintu besar itu membuka dengan sendirinya, suara gemuruhnya menggema di udara yang tebal, seolah menyambut kedatangan mereka. Cahaya yang terpancar dari dalam sangat kontras dengan kegelapan yang mereka tinggalkan di luar, namun cahaya itu bukanlah kedamaian. Ia berkilau dengan warna merah darah, menciptakan atmosfer yang menekan dan menakutkan.

Alex melangkah pertama, diikuti oleh Victor dan Alexa. Setiap langkah mereka terasa semakin berat, seperti ada beban tak terlihat yang menggantung di udara. Begitu mereka melewati pintu, dunia yang mereka kenal seolah menghilang. Mereka berada di sebuah ruang yang luas dan gelap, dikelilingi oleh dinding yang tampak seperti berasal dari zaman purba. Di setiap sudutnya, bayang-bayang bergerak dengan sendirinya, menciptakan sensasi bahwa mereka selalu diawasi.

Bab terkait

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 5. Permulaan

    Di tengah ruang itu, sebuah altar besar berdiri kokoh, terbuat dari batu hitam berkilauan, dihiasi dengan simbol-simbol yang tak dikenal. Di atasnya, ada sebuah batu besar yang berpendar dengan cahaya merah. Di sekeliling altar, ada sosok-sosok yang tidak jelas wujudnya, lebih seperti bayang-bayang yang hidup, mengawasi mereka dengan mata yang tak terlihat.Victor berhenti, menatap altar itu dengan penuh perhatian. "Tempat ini adalah tempat ujian kita, Alex. Di sini, kita akan diuji tidak hanya kemampuan kita untuk mengendalikan kekuatan, tetapi juga sejauh mana kita siap menerima konsekuensi dari keputusan kita."Alex menelan ludahnya. Bagaimana dia bisa siap? Setiap sel tubuhnya merasa tergetar oleh energi yang melingkupi ruangan itu. Sepertinya kekuatan ini bukanlah sesuatu yang bisa mereka kendalikan begitu saja. Dunia ini memiliki hukum yang tak bisa dijelaskan dengan akal manusia biasa. Mereka berdiri di ambang sesuatu yang jauh lebih besar daripada apa yang pernah mereka bayang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Bayang-bayang Kematian   Bab 1.Awal

    Malam itu, angin dingin berhembus menerpa wajah Alex saat ia mengikuti Alexa melewati lorong gelap yang berkelok-kelok di dalam bangunan tua. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi, menyelubungi dirinya dengan aura ketegangan. Langit malam di luar hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang pucat, namun di dalam ruangan ini, suasananya terasa seperti di luar waktu, dengan bayang-bayang yang bergerak aneh di sekitar mereka. Alex menggigit bibirnya, mencoba menenangkan pikiran yang mulai kacau. Selama ini, ia adalah seorang detektif yang terlatih menghadapi situasi sulit, tapi hal yang ia hadapi malam ini jauh lebih menyeramkan dari apa pun yang pernah ia temui. Tato di dahinya, bayang-bayang kematian yang tak terjelaskan, semua itu seperti mimpi buruk yang semakin nyata. "Tenang, Alex. Semua ini akan lebih jelas setelah kau bertemu Victor," kata Alexa, suaranya terdengar seolah-olah ia sudah mengetahui apa yang ada dalam pikiran Alex. Akhirnya, merek

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Bayang-bayang Kematian   Bab 2. Pilihan

    Alex menapaki jalanan sempit kota yang terbungkus dalam kegelapan malam. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah jalan itu mengarah ke ujung yang tak terduga. Langit dipenuhi dengan awan gelap, menghalangi cahaya rembulan yang seharusnya menerangi. Di sampingnya, Alexa bergerak tenang, seperti sudah terbiasa dengan kegelapan ini. Sementara itu, Victor berjalan di depan, langkahnya cepat dan mantap, seolah-olah ia tahu persis kemana mereka menuju. Di kejauhan, Alex bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Sebuah energi yang gelap, menekan udara di sekitar mereka. Bayang-bayang kematian itu kembali muncul dalam pikirannya, bayang-bayang yang kini bukan hanya sekadar pertanda, tetapi juga sebuah tantangan besar yang harus ia hadapi. Rasanya seperti ada kekuatan lain yang bersembunyi di dalam bayang-bayang itu, menunggunya untuk salah langkah. "Apa yang akan terjadi jika aku gagal?" tanya Alex, suaranya penuh keraguan. Ia memandang Victor dengan tatapan serius, seakan menunggu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Bayang-bayang Kematian   Bab 3. Alex cemas

    Langit pagi itu tampak sepi, seolah-olah dunia sedang menunggu sesuatu yang besar untuk terjadi. Suara angin yang berdesir melintasi jalanan kosong, membawa aroma tanah basah dan udara segar. Namun, meskipun tampak tenang, Alex merasakan ketegangan yang membelit dirinya. Apa yang akan terjadi hari ini bukan sekadar latihan biasa, ini adalah ujian sejati. Ujian yang akan menguji sejauh mana ia bisa mengendalikan kekuatan yang baru saja ia pelajari dan, lebih penting lagi, apakah ia siap menghadapi konsekuensi dari keputusan-keputusan yang telah ia buat.Victor berhenti di depan sebuah bangunan yang tampaknya tak jauh berbeda dengan yang mereka temui sebelumnya, namun kali ini suasana di sekitar mereka terasa lebih berat. Bangunan itu lebih besar, lebih kokoh, dan tampak lebih penuh dengan rahasia. Di luar, suasana seperti dipenuhi oleh aura yang tak bisa dijelaskan—sebuah perasaan tidak nyaman yang mulai meresap ke dalam jiwa Alex. Mereka bukan hanya datang untuk berlatih, mereka datan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 5. Permulaan

    Di tengah ruang itu, sebuah altar besar berdiri kokoh, terbuat dari batu hitam berkilauan, dihiasi dengan simbol-simbol yang tak dikenal. Di atasnya, ada sebuah batu besar yang berpendar dengan cahaya merah. Di sekeliling altar, ada sosok-sosok yang tidak jelas wujudnya, lebih seperti bayang-bayang yang hidup, mengawasi mereka dengan mata yang tak terlihat.Victor berhenti, menatap altar itu dengan penuh perhatian. "Tempat ini adalah tempat ujian kita, Alex. Di sini, kita akan diuji tidak hanya kemampuan kita untuk mengendalikan kekuatan, tetapi juga sejauh mana kita siap menerima konsekuensi dari keputusan kita."Alex menelan ludahnya. Bagaimana dia bisa siap? Setiap sel tubuhnya merasa tergetar oleh energi yang melingkupi ruangan itu. Sepertinya kekuatan ini bukanlah sesuatu yang bisa mereka kendalikan begitu saja. Dunia ini memiliki hukum yang tak bisa dijelaskan dengan akal manusia biasa. Mereka berdiri di ambang sesuatu yang jauh lebih besar daripada apa yang pernah mereka bayang

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 4. Tegang

    Langkah kaki mereka membawa mereka lebih jauh ke dalam dimensi yang terdistorsi, di mana waktu dan ruang tampak tumpang tindih. Dunia ini terasa seperti sebuah bayang-bayang yang hidup, penuh ketidakpastian dan ancaman yang tak terlihat. Setiap detik berjalan terasa begitu lambat, namun atmosfernya begitu intens, seolah-olah mereka sedang terjebak dalam suatu lingkaran yang tak bisa dihentikan.Alex merasa setiap langkahnya semakin berat, seakan ada sesuatu yang menariknya kembali ke dunia yang ia kenal. Namun, ia tahu bahwa jalan ini tidak bisa dipilih mundur. Kekuatan yang telah ia bangkitkan tak dapat dibatalkan begitu saja. Hanya ada satu pilihan, terus maju, meskipun tak tahu apa yang menunggu di depan.Victor di sampingnya tetap diam, namun ada kekhawatiran yang tersirat di wajahnya. Beberapa kali ia melirik sekeliling mereka, memastikan bahwa mereka tak terjebak dalam perangkap yang lebih besar. Namun, meskipun Victor tampak tenang, Alex bisa merasakan ketegangan yang sama. Mer

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 3. Alex cemas

    Langit pagi itu tampak sepi, seolah-olah dunia sedang menunggu sesuatu yang besar untuk terjadi. Suara angin yang berdesir melintasi jalanan kosong, membawa aroma tanah basah dan udara segar. Namun, meskipun tampak tenang, Alex merasakan ketegangan yang membelit dirinya. Apa yang akan terjadi hari ini bukan sekadar latihan biasa, ini adalah ujian sejati. Ujian yang akan menguji sejauh mana ia bisa mengendalikan kekuatan yang baru saja ia pelajari dan, lebih penting lagi, apakah ia siap menghadapi konsekuensi dari keputusan-keputusan yang telah ia buat.Victor berhenti di depan sebuah bangunan yang tampaknya tak jauh berbeda dengan yang mereka temui sebelumnya, namun kali ini suasana di sekitar mereka terasa lebih berat. Bangunan itu lebih besar, lebih kokoh, dan tampak lebih penuh dengan rahasia. Di luar, suasana seperti dipenuhi oleh aura yang tak bisa dijelaskan—sebuah perasaan tidak nyaman yang mulai meresap ke dalam jiwa Alex. Mereka bukan hanya datang untuk berlatih, mereka datan

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 2. Pilihan

    Alex menapaki jalanan sempit kota yang terbungkus dalam kegelapan malam. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah jalan itu mengarah ke ujung yang tak terduga. Langit dipenuhi dengan awan gelap, menghalangi cahaya rembulan yang seharusnya menerangi. Di sampingnya, Alexa bergerak tenang, seperti sudah terbiasa dengan kegelapan ini. Sementara itu, Victor berjalan di depan, langkahnya cepat dan mantap, seolah-olah ia tahu persis kemana mereka menuju. Di kejauhan, Alex bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Sebuah energi yang gelap, menekan udara di sekitar mereka. Bayang-bayang kematian itu kembali muncul dalam pikirannya, bayang-bayang yang kini bukan hanya sekadar pertanda, tetapi juga sebuah tantangan besar yang harus ia hadapi. Rasanya seperti ada kekuatan lain yang bersembunyi di dalam bayang-bayang itu, menunggunya untuk salah langkah. "Apa yang akan terjadi jika aku gagal?" tanya Alex, suaranya penuh keraguan. Ia memandang Victor dengan tatapan serius, seakan menunggu

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 1.Awal

    Malam itu, angin dingin berhembus menerpa wajah Alex saat ia mengikuti Alexa melewati lorong gelap yang berkelok-kelok di dalam bangunan tua. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi, menyelubungi dirinya dengan aura ketegangan. Langit malam di luar hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang pucat, namun di dalam ruangan ini, suasananya terasa seperti di luar waktu, dengan bayang-bayang yang bergerak aneh di sekitar mereka. Alex menggigit bibirnya, mencoba menenangkan pikiran yang mulai kacau. Selama ini, ia adalah seorang detektif yang terlatih menghadapi situasi sulit, tapi hal yang ia hadapi malam ini jauh lebih menyeramkan dari apa pun yang pernah ia temui. Tato di dahinya, bayang-bayang kematian yang tak terjelaskan, semua itu seperti mimpi buruk yang semakin nyata. "Tenang, Alex. Semua ini akan lebih jelas setelah kau bertemu Victor," kata Alexa, suaranya terdengar seolah-olah ia sudah mengetahui apa yang ada dalam pikiran Alex. Akhirnya, merek

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status