Share

Bab 3. Alex cemas

Penulis: Ita Riwu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-02 09:30:50

Langit pagi itu tampak sepi, seolah-olah dunia sedang menunggu sesuatu yang besar untuk terjadi. Suara angin yang berdesir melintasi jalanan kosong, membawa aroma tanah basah dan udara segar. Namun, meskipun tampak tenang, Alex merasakan ketegangan yang membelit dirinya. Apa yang akan terjadi hari ini bukan sekadar latihan biasa, ini adalah ujian sejati. Ujian yang akan menguji sejauh mana ia bisa mengendalikan kekuatan yang baru saja ia pelajari dan, lebih penting lagi, apakah ia siap menghadapi konsekuensi dari keputusan-keputusan yang telah ia buat.

Victor berhenti di depan sebuah bangunan yang tampaknya tak jauh berbeda dengan yang mereka temui sebelumnya, namun kali ini suasana di sekitar mereka terasa lebih berat. Bangunan itu lebih besar, lebih kokoh, dan tampak lebih penuh dengan rahasia. Di luar, suasana seperti dipenuhi oleh aura yang tak bisa dijelaskan—sebuah perasaan tidak nyaman yang mulai meresap ke dalam jiwa Alex. Mereka bukan hanya datang untuk berlatih, mereka datang untuk menghadapi sesuatu yang jauh lebih berbahaya.

"Ini adalah tempatnya," kata Victor, suaranya tenang tapi penuh penekanan. "Di dalam sana, kamu akan bertemu dengan seseorang yang sangat berbahaya. Kekuatan mereka mungkin lebih besar dari yang kamu bayangkan. Tapi ini adalah kesempatanmu untuk menguji dirimu. Pilihanmu di sini akan membentuk takdirmu."

Alex mengangguk, meskipun dadanya sesak dengan kecemasan. "Apa yang harus aku lakukan?"

Victor memandangnya dalam diam, lalu akhirnya berkata, "Kendalikan kekuatanmu, Alex. Jangan biarkan emosi menguasaimu. Ingat, setiap keputusan yang kau buat akan membentuk bukan hanya takdirmu, tapi juga nasib orang-orang di sekitarmu. Di dalam sana, ada seseorang yang memiliki kekuatan untuk mengubah jalan waktu—dan mungkin juga akan mengubah takdirmu jika kamu salah langkah."

Dengan napas berat, Alex melangkah maju, memasuki pintu bangunan yang terbuka otomatis seolah menyambut mereka. Suasana di dalam jauh lebih mencekam daripada yang ia bayangkan. Lampu redup menggantung di sepanjang koridor panjang, dan udara terasa tebal dengan energi yang menekan. Mereka berjalan semakin jauh, menuju sebuah ruang besar di tengah bangunan. Di sana, di bawah sorotan lampu tunggal, berdiri seorang pria dengan tatapan tajam, hampir seperti bisa menembus jiwa.

"Ini dia," Victor berkata dengan suara rendah. "Pria ini adalah penguasa waktu, salah satu entitas yang menjaga keseimbangan takdir. Hati-hati, Alex. Dia bisa membalikkan dunia ini dalam sekejap."

Pria itu memandang mereka, senyum tipis tergurat di wajahnya, seolah-olah mengetahui semua yang ada di pikiran Alex. "Alex," katanya, suaranya seperti bisikan yang menggema di dalam kepala, "Aku sudah menunggu kedatanganmu."

Alex merasakan ketegangan meningkat. Ia tahu bahwa mereka berada di ujung jurang—jika ia salah memilih, bukan hanya hidupnya yang terancam, tetapi juga seluruh dunia yang telah ia kenal.

"Siapa kau?" tanya Alex, berusaha menunjukkan ketenangan meskipun hatinya berdebar kencang.

Pria itu tersenyum lebih lebar, matanya berkilat. "Aku adalah penguasa waktu, satu dari sedikit orang yang benar-benar tahu apa yang terjadi di balik layar takdir. Aku bisa melihat masa depan, merasakan setiap detak waktu yang berlalu. Dan aku tahu bahwa kau, Alex, punya potensi untuk merusak keseimbangan itu."

Victor melangkah maju, menatap pria itu dengan tajam. "Dia tidak datang untuk merusak. Dia datang untuk belajar mengendalikan kekuatannya."

Pria itu tertawa pelan, namun ada kesan kejam dalam suaranya. "Mengendalikan kekuatan, huh? Itu adalah mitos. Tidak ada yang benar-benar bisa mengendalikan takdir. Begitu kau melangkah ke jalur ini, kau akan terjebak di dalamnya selamanya. Dan aku harus memastikan, apakah kau cukup kuat untuk menghadapi konsekuensinya."

Alex merasa keringat mulai membasahi tengkuknya. Setiap kata pria itu terasa seperti beban yang semakin menekan dadanya. Apakah ia cukup kuat? Apakah ia siap untuk menghadapi kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri?

"Kenapa kau menguji aku?" tanya Alex, suaranya semakin mantap meskipun ada rasa takut yang menggerogoti.

"Karena aku ingin tahu apakah kau benar-benar tahu apa yang kau hadapi," jawab pria itu. "Kekuatan seperti milikmu bukanlah sesuatu yang bisa dipahami hanya dengan latihan. Itu adalah sesuatu yang harus diuji—dan dunia ini bukan tempat yang penuh dengan kasih sayang bagi mereka yang mencoba mengubah garis takdir."

Seperti sebuah perintah, pria itu melambaikan tangannya. Seketika, ruang di sekitar mereka berubah. Dinding-dinding bangunan itu memudar, seolah-olah mereka terlempar ke dalam sebuah dunia paralel—dunia yang penuh dengan kekuatan, tetapi juga penuh dengan bahaya yang mengintai.

Di depan Alex, muncul sebuah pilihan yang tak terduga. Dua jalan terbentang, masing-masing dengan aura yang berbeda—salah satunya terang, namun dingin, penuh dengan ketidakpastian, sedangkan yang lainnya gelap, namun penuh dengan kekuatan yang menggiurkan. Di ujung jalan yang terang, ia bisa melihat gambaran sebuah dunia yang lebih baik, lebih aman, tapi seolah tak terjangkau. Sedangkan di ujung jalan yang gelap, ada rasa kekuatan yang menunggu untuk digunakan—tapi harga yang harus dibayar tidak diketahui.

Victor berdiri di sampingnya, menatap jalan-jalan itu. "Pilihanmu, Alex," katanya, suaranya serius. "Takdir tidak memberi ampun kepada mereka yang ragu. Jika kau memilih jalan yang salah, kau tidak hanya akan menghancurkan dirimu, tetapi juga seluruh dunia yang kau coba lindungi."

Alex merasa matanya berat, tak bisa berpaling dari pilihan yang ada di depannya. Satu langkah yang salah, dan ia tahu, segalanya akan hancur. Namun, untuk pertama kalinya sejak ia memperoleh kekuatan itu, Alex merasa sedikit lebih siap. Jika ada sesuatu yang bisa ia lakukan untuk mengubah takdir, maka malam ini adalah waktu yang tepat.

Dengan langkah mantap, Alex melangkah maju, memilih jalan yang lebih gelap,sebuah jalan yang akan menguji batas kekuatannya. Takdirnya sudah digariskan, dan ia tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan yang jauh lebih berat. Dunia ini penuh dengan pilihan, dan setiap langkahnya akan membawa konsekuensi yang tak terduga.

Saat langkahnya memasuki jalan itu, sebuah suara terdengar di belakangnya, suara yang penuh peringatan. "Ingat, Alex, setiap pilihan yang kau buat akan membawamu lebih dalam ke dalam kegelapan."

Namun, Alex sudah terlalu jauh untuk mundur. Ia tahu, takdir sudah berubah, dan ia harus siap menghadapi apa pun yang akan datang.

___

Jalan gelap itu terasa semakin menyesakkan, seakan menelan setiap langkah Alex. Suara langkahnya menggema di koridor yang semakin sempit, dipenuhi bayang-bayang yang seolah mengawasi setiap gerakan. Di sekelilingnya, suasana berubah, seperti berada di luar waktu dan ruang. Setiap detak jantungnya bergema dalam keheningan, dan ia bisa merasakan tekanan yang semakin kuat, seperti ada sesuatu yang sedang menunggu untuk meraihnya.

Victor tetap di belakangnya, meskipun tak banyak kata yang keluar dari mulutnya. Ada sesuatu yang berubah dalam ekspresi wajahnya—sebuah tanda bahwa ia tahu, jalan ini berbahaya, dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

"Apakah ini yang kau inginkan, Alex?" Victor bertanya, suaranya datar, namun ada nada peringatan yang mengendap. "Kekuatan itu datang dengan harga. Kau tak tahu betapa besar risikonya. Dunia ini, takdir yang kau pilih, semuanya akan berubah, untukmu, dan untuk semua orang yang kau sayangi."

Alex mengangkat kepalanya, menatap jalan yang terbentang di depannya. Jalan yang penuh dengan bayang-bayang, penuh dengan kekuatan yang menunggu untuk digunakan. Kekuatan yang dapat mengubah segalanya. Untuk pertama kalinya, Alex merasakan keteguhan dalam dirinya. Tidak ada lagi ragu yang menghalangi. Keputusan sudah dibuat, dan ia tak bisa mundur.

"Jika ini yang harus terjadi, aku akan menghadapinya," jawabnya dengan tegas. Meskipun hatinya berdebar, suara yang keluar dari bibirnya terdengar lebih mantap dari yang ia rasakan. "Aku siap."

Mereka terus berjalan, dan semakin jauh mereka melangkah, semakin gelap dan mencekam suasana di sekitar mereka. Bayang-bayang di sekitar mereka bergerak, seperti sesuatu yang hidup, menunggu untuk menjatuhkan mereka. Namun, saat mereka sampai di ujung lorong, sesuatu berubah. Sebuah pintu besar terbuka dengan sendirinya, memunculkan ruang yang luas dan penuh dengan cahaya redup. Di dalamnya, Alex bisa melihat sosok yang sudah ia ketahui akan bertemu, seorang wanita dengan aura yang sangat kuat, dengan tatapan mata yang tajam, seperti bisa melihat ke dalam jiwanya.

"Selamat datang, Alex," suara wanita itu terdengar menggema, penuh dengan wibawa. "Aku sudah menunggu kedatanganmu."

Wanita itu mengenakan jubah hitam, dengan simbol aneh yang bersinar di punggungnya. Sebuah kekuatan yang jelas terasa mengelilinginya, dan Alex bisa merasakan bahwa wanita ini bukanlah manusia biasa. Sesuatu yang jauh lebih besar ada dalam dirinya.

"Kau... siapa?" Alex bertanya, meskipun dalam hati, ia sudah tahu jawaban yang akan ia terima.

Wanita itu tersenyum tipis, tatapannya penuh misteri. "Aku adalah penjaga garis takdir. Aku menjaga keseimbangan antara hidup dan mati, antara yang nyata dan yang tidak. Aku tahu apa yang telah kau lakukan, Alex. Kau telah mengubah sesuatu yang seharusnya tetap utuh. Dan kini, kau harus mempertanggungjawabkannya."

"Apakah ini tentang takdir?" tanya Alex, berusaha mengendalikan kegelisahan dalam dirinya.

"Takdir bukanlah sesuatu yang bisa dimainkan dengan sembarangan," jawab wanita itu dengan suara rendah, penuh peringatan. "Setiap tindakan yang mengubahnya akan menciptakan gelombang yang lebih besar dari yang bisa kau bayangkan. Apa yang kau lakukan tadi malam... itu akan membawa dampak yang jauh lebih besar daripada yang bisa kau pahami."

Victor melangkah maju, berdiri di samping Alex. "Apa yang sebenarnya kau inginkan dari kami? Apa yang sebenarnya terjadi pada takdir setelah apa yang Alex lakukan?"

Wanita itu menatap Victor, matanya menyiratkan kebijaksanaan yang dalam. "Takdir adalah aliran yang harus tetap berjalan. Ketika ada yang berusaha mengubah aliran itu, akan ada konsekuensinya. Apa yang dilakukan Alex akan meruntuhkan banyak lapisan waktu yang sudah terjalin, dan ada kekuatan yang tidak akan tinggal diam melihat perubahan itu."

Alex merasa ada sesuatu yang besar sedang mengintai mereka, seperti bayang-bayang yang lebih gelap dari yang pernah ia rasakan sebelumnya. "Apa yang akan terjadi pada kami?" tanyanya, merasa tak bisa lagi menghindar.

Wanita itu mengangkat bahunya, seakan tidak bisa menghindari kenyataan ini. "Kalian telah membuka pintu yang tidak bisa ditutup kembali. Kekuatan yang kalian mainkan lebih besar daripada yang bisa kalian tangani. Keseimbangan hidup dan mati akan terguncang. Kalian akan diuji lebih keras dari apa pun yang kalian bayangkan. Dan siapa yang akan bertahan... hanya waktu yang akan mengatakannya."

Seketika, udara di sekitar mereka terasa lebih berat. Suara bisikan angin yang menggelisahkan terdengar di telinga mereka, dan bayang-bayang semakin mendekat, seperti makhluk yang sedang mengawasi, menunggu untuk menyerang. Alex merasa tubuhnya bergetar, bukan karena takut, tetapi karena kesadaran bahwa mereka telah memasuki dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang mereka kira.

"Apakah ada cara untuk membalikkan semuanya?" tanya Alex, suara serak.

Wanita itu menggelengkan kepala, matanya menyiratkan pengetahuan yang sangat dalam. "Tidak ada cara untuk mengubah apa yang sudah terjadi. Keputusan yang kau buat sudah mengubah jalannya takdir, dan sekarang kau harus menghadapi hasilnya. Tetapi ingat, ada selalu dua sisi dalam setiap pilihan. Dalam setiap langkah yang kau ambil, ada harga yang harus dibayar."

Dengan satu isyarat tangan, wanita itu mengubah ruang di sekitar mereka. Tiba-tiba, dunia yang mereka kenal berubah, seperti dimensi yang berputar, membawa mereka ke dalam ruang yang tidak bisa dijelaskan. Dunia ini tidak lagi nyata. Itu adalah batas antara kehidupan dan kematian, tempat di mana takdir bisa diputarbalikkan, tetapi dengan konsekuensi yang mengerikan.

"Jika kalian ingin bertahan, kalian harus membayar harga itu," wanita itu berkata, suaranya berubah menjadi ancaman yang tak bisa dielakkan. "Jika kalian ingin melanjutkan perjalanan ini, ingatlah, takdir yang kalian pilih akan mengejar kalian, tak peduli berapa lama."

Alex merasakan sebuah kekuatan yang mengalir melalui dirinya—sesuatu yang menekan dan membebaskan sekaligus. Ia tahu bahwa keputusannya telah membawa mereka ke ambang kehancuran, namun ia juga tahu bahwa ini adalah satu-satunya jalan yang harus ia tempuh.

Victor menoleh ke arah Alex, matanya penuh dengan tekad. "Kita harus siap untuk apa pun yang akan datang."

Alex mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi ketegangan. Ia tahu, ujian yang akan mereka hadapi tidak hanya untuk mengubah takdir orang lain, tetapi juga untuk menghadapi takdir mereka sendiri.

Dengan langkah tegas, mereka melangkah maju, menuju dunia yang tidak lagi mereka kenali, dan tak tahu apa yang akan menanti mereka di ujung perjalanan ini.

Bab terkait

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 4. Tegang

    Langkah kaki mereka membawa mereka lebih jauh ke dalam dimensi yang terdistorsi, di mana waktu dan ruang tampak tumpang tindih. Dunia ini terasa seperti sebuah bayang-bayang yang hidup, penuh ketidakpastian dan ancaman yang tak terlihat. Setiap detik berjalan terasa begitu lambat, namun atmosfernya begitu intens, seolah-olah mereka sedang terjebak dalam suatu lingkaran yang tak bisa dihentikan.Alex merasa setiap langkahnya semakin berat, seakan ada sesuatu yang menariknya kembali ke dunia yang ia kenal. Namun, ia tahu bahwa jalan ini tidak bisa dipilih mundur. Kekuatan yang telah ia bangkitkan tak dapat dibatalkan begitu saja. Hanya ada satu pilihan, terus maju, meskipun tak tahu apa yang menunggu di depan.Victor di sampingnya tetap diam, namun ada kekhawatiran yang tersirat di wajahnya. Beberapa kali ia melirik sekeliling mereka, memastikan bahwa mereka tak terjebak dalam perangkap yang lebih besar. Namun, meskipun Victor tampak tenang, Alex bisa merasakan ketegangan yang sama. Mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Bayang-bayang Kematian   Bab 5. Permulaan

    Di tengah ruang itu, sebuah altar besar berdiri kokoh, terbuat dari batu hitam berkilauan, dihiasi dengan simbol-simbol yang tak dikenal. Di atasnya, ada sebuah batu besar yang berpendar dengan cahaya merah. Di sekeliling altar, ada sosok-sosok yang tidak jelas wujudnya, lebih seperti bayang-bayang yang hidup, mengawasi mereka dengan mata yang tak terlihat.Victor berhenti, menatap altar itu dengan penuh perhatian. "Tempat ini adalah tempat ujian kita, Alex. Di sini, kita akan diuji tidak hanya kemampuan kita untuk mengendalikan kekuatan, tetapi juga sejauh mana kita siap menerima konsekuensi dari keputusan kita."Alex menelan ludahnya. Bagaimana dia bisa siap? Setiap sel tubuhnya merasa tergetar oleh energi yang melingkupi ruangan itu. Sepertinya kekuatan ini bukanlah sesuatu yang bisa mereka kendalikan begitu saja. Dunia ini memiliki hukum yang tak bisa dijelaskan dengan akal manusia biasa. Mereka berdiri di ambang sesuatu yang jauh lebih besar daripada apa yang pernah mereka bayang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Bayang-bayang Kematian   Bab 1.Awal

    Malam itu, angin dingin berhembus menerpa wajah Alex saat ia mengikuti Alexa melewati lorong gelap yang berkelok-kelok di dalam bangunan tua. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi, menyelubungi dirinya dengan aura ketegangan. Langit malam di luar hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang pucat, namun di dalam ruangan ini, suasananya terasa seperti di luar waktu, dengan bayang-bayang yang bergerak aneh di sekitar mereka. Alex menggigit bibirnya, mencoba menenangkan pikiran yang mulai kacau. Selama ini, ia adalah seorang detektif yang terlatih menghadapi situasi sulit, tapi hal yang ia hadapi malam ini jauh lebih menyeramkan dari apa pun yang pernah ia temui. Tato di dahinya, bayang-bayang kematian yang tak terjelaskan, semua itu seperti mimpi buruk yang semakin nyata. "Tenang, Alex. Semua ini akan lebih jelas setelah kau bertemu Victor," kata Alexa, suaranya terdengar seolah-olah ia sudah mengetahui apa yang ada dalam pikiran Alex. Akhirnya, merek

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Bayang-bayang Kematian   Bab 2. Pilihan

    Alex menapaki jalanan sempit kota yang terbungkus dalam kegelapan malam. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah jalan itu mengarah ke ujung yang tak terduga. Langit dipenuhi dengan awan gelap, menghalangi cahaya rembulan yang seharusnya menerangi. Di sampingnya, Alexa bergerak tenang, seperti sudah terbiasa dengan kegelapan ini. Sementara itu, Victor berjalan di depan, langkahnya cepat dan mantap, seolah-olah ia tahu persis kemana mereka menuju. Di kejauhan, Alex bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Sebuah energi yang gelap, menekan udara di sekitar mereka. Bayang-bayang kematian itu kembali muncul dalam pikirannya, bayang-bayang yang kini bukan hanya sekadar pertanda, tetapi juga sebuah tantangan besar yang harus ia hadapi. Rasanya seperti ada kekuatan lain yang bersembunyi di dalam bayang-bayang itu, menunggunya untuk salah langkah. "Apa yang akan terjadi jika aku gagal?" tanya Alex, suaranya penuh keraguan. Ia memandang Victor dengan tatapan serius, seakan menunggu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 5. Permulaan

    Di tengah ruang itu, sebuah altar besar berdiri kokoh, terbuat dari batu hitam berkilauan, dihiasi dengan simbol-simbol yang tak dikenal. Di atasnya, ada sebuah batu besar yang berpendar dengan cahaya merah. Di sekeliling altar, ada sosok-sosok yang tidak jelas wujudnya, lebih seperti bayang-bayang yang hidup, mengawasi mereka dengan mata yang tak terlihat.Victor berhenti, menatap altar itu dengan penuh perhatian. "Tempat ini adalah tempat ujian kita, Alex. Di sini, kita akan diuji tidak hanya kemampuan kita untuk mengendalikan kekuatan, tetapi juga sejauh mana kita siap menerima konsekuensi dari keputusan kita."Alex menelan ludahnya. Bagaimana dia bisa siap? Setiap sel tubuhnya merasa tergetar oleh energi yang melingkupi ruangan itu. Sepertinya kekuatan ini bukanlah sesuatu yang bisa mereka kendalikan begitu saja. Dunia ini memiliki hukum yang tak bisa dijelaskan dengan akal manusia biasa. Mereka berdiri di ambang sesuatu yang jauh lebih besar daripada apa yang pernah mereka bayang

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 4. Tegang

    Langkah kaki mereka membawa mereka lebih jauh ke dalam dimensi yang terdistorsi, di mana waktu dan ruang tampak tumpang tindih. Dunia ini terasa seperti sebuah bayang-bayang yang hidup, penuh ketidakpastian dan ancaman yang tak terlihat. Setiap detik berjalan terasa begitu lambat, namun atmosfernya begitu intens, seolah-olah mereka sedang terjebak dalam suatu lingkaran yang tak bisa dihentikan.Alex merasa setiap langkahnya semakin berat, seakan ada sesuatu yang menariknya kembali ke dunia yang ia kenal. Namun, ia tahu bahwa jalan ini tidak bisa dipilih mundur. Kekuatan yang telah ia bangkitkan tak dapat dibatalkan begitu saja. Hanya ada satu pilihan, terus maju, meskipun tak tahu apa yang menunggu di depan.Victor di sampingnya tetap diam, namun ada kekhawatiran yang tersirat di wajahnya. Beberapa kali ia melirik sekeliling mereka, memastikan bahwa mereka tak terjebak dalam perangkap yang lebih besar. Namun, meskipun Victor tampak tenang, Alex bisa merasakan ketegangan yang sama. Mer

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 3. Alex cemas

    Langit pagi itu tampak sepi, seolah-olah dunia sedang menunggu sesuatu yang besar untuk terjadi. Suara angin yang berdesir melintasi jalanan kosong, membawa aroma tanah basah dan udara segar. Namun, meskipun tampak tenang, Alex merasakan ketegangan yang membelit dirinya. Apa yang akan terjadi hari ini bukan sekadar latihan biasa, ini adalah ujian sejati. Ujian yang akan menguji sejauh mana ia bisa mengendalikan kekuatan yang baru saja ia pelajari dan, lebih penting lagi, apakah ia siap menghadapi konsekuensi dari keputusan-keputusan yang telah ia buat.Victor berhenti di depan sebuah bangunan yang tampaknya tak jauh berbeda dengan yang mereka temui sebelumnya, namun kali ini suasana di sekitar mereka terasa lebih berat. Bangunan itu lebih besar, lebih kokoh, dan tampak lebih penuh dengan rahasia. Di luar, suasana seperti dipenuhi oleh aura yang tak bisa dijelaskan—sebuah perasaan tidak nyaman yang mulai meresap ke dalam jiwa Alex. Mereka bukan hanya datang untuk berlatih, mereka datan

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 2. Pilihan

    Alex menapaki jalanan sempit kota yang terbungkus dalam kegelapan malam. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah jalan itu mengarah ke ujung yang tak terduga. Langit dipenuhi dengan awan gelap, menghalangi cahaya rembulan yang seharusnya menerangi. Di sampingnya, Alexa bergerak tenang, seperti sudah terbiasa dengan kegelapan ini. Sementara itu, Victor berjalan di depan, langkahnya cepat dan mantap, seolah-olah ia tahu persis kemana mereka menuju. Di kejauhan, Alex bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Sebuah energi yang gelap, menekan udara di sekitar mereka. Bayang-bayang kematian itu kembali muncul dalam pikirannya, bayang-bayang yang kini bukan hanya sekadar pertanda, tetapi juga sebuah tantangan besar yang harus ia hadapi. Rasanya seperti ada kekuatan lain yang bersembunyi di dalam bayang-bayang itu, menunggunya untuk salah langkah. "Apa yang akan terjadi jika aku gagal?" tanya Alex, suaranya penuh keraguan. Ia memandang Victor dengan tatapan serius, seakan menunggu

  • Bayang-bayang Kematian   Bab 1.Awal

    Malam itu, angin dingin berhembus menerpa wajah Alex saat ia mengikuti Alexa melewati lorong gelap yang berkelok-kelok di dalam bangunan tua. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi, menyelubungi dirinya dengan aura ketegangan. Langit malam di luar hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang pucat, namun di dalam ruangan ini, suasananya terasa seperti di luar waktu, dengan bayang-bayang yang bergerak aneh di sekitar mereka. Alex menggigit bibirnya, mencoba menenangkan pikiran yang mulai kacau. Selama ini, ia adalah seorang detektif yang terlatih menghadapi situasi sulit, tapi hal yang ia hadapi malam ini jauh lebih menyeramkan dari apa pun yang pernah ia temui. Tato di dahinya, bayang-bayang kematian yang tak terjelaskan, semua itu seperti mimpi buruk yang semakin nyata. "Tenang, Alex. Semua ini akan lebih jelas setelah kau bertemu Victor," kata Alexa, suaranya terdengar seolah-olah ia sudah mengetahui apa yang ada dalam pikiran Alex. Akhirnya, merek

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status