Share

Batal Nikah karena Ibu Tiriku
Batal Nikah karena Ibu Tiriku
Author: GoresanTintaOnline98

Kejutan Dari Fahri

last update Last Updated: 2025-01-22 18:24:44

“Abang minta maaf, Naomi. Pernikahan ini tidak bisa kita lanjutkan," ucap Fahri.

Deg.

Tubuh Naomi mendadak kaku.

"Sekali lagi, abang minta maaf, Naomi. Pernikahan ini harus kita batalkan."

Jantung Naomi terasa berhenti berdetak sesaat setelah mendengar ucapan Fahri, kekasihnya yang telah lima tahun menjalin cinta dengannya. Kini, tiba-tiba Fahri membatalkan pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari. Empat hari lagi acara itu akan dilaksanakan, tetapi kini harus dibatalkan. Ada apa?

"Aku telah tidur dengan ibumu, Naomi. Kini ibumu tengah hamil anakku," ucap Fahri, membuat sekujur tubuh Naomi membeku tak bisa berkata apa-apa lagi. Lelaki yang selama ini ia percayai, setelah orang tuanya meninggal, malah mengkhianatinya. Yang paling menyakitkan adalah wanita yang dia hamili adalah ibu tirinya, Zakia. Lelucon macam apa ini?

Fahri memberi tahu Naomi di sebuah taman dekat kompleks perumahan mereka. Fahri sengaja mengajak Naomi berjalan-jalan di sekitar kompleks untuk menjelaskan apa penyebab beban pikirannya selama tiga bulan ini.

"Aku tahu pengakuan ini akan membuat kamu terluka, tapi semua sudah terlanjur, dan aku bukan Tuhan yang dapat membolak-balikkan waktu untuk mencegah kejadian itu terjadi. Abang harap kamu bisa mengerti, Naomi. Abang mencintai kamu, tapi abang harus bertanggung jawab atas bayi yang dikandung Ibu Zakia," ucap Fahri dengan berat. Wajahnya tampak serba salah, apalagi melihat Naomi yang belum menunjukkan raut wajah marah.

Fahri menarik napas dalam dan perlahan mengeluarkannya. Tampak berat setelah mengucapkan sebuah pengakuan yang jelas semua wanita akan sulit menerimanya. Apalagi, ini melibatkan ibu tirinya yang masuk ke dalam hubungan mereka.

Fahri sepenuhnya sadar bahwa Naomi pasti sangat terluka, tetapi ia hanya ingin berkata jujur atas kesalahannya sebelum semuanya menjadi lebih buruk. Ia tak ingin Naomi menjadi korban lebih dalam dari kekejaman ibu tirinya. Sebenarnya, Fahri juga merasa dijebak saat itu, tetapi entahlah. Ketika itu, Fahri tak sadarkan diri dan tiba-tiba sudah berada di atas ranjang tanpa busana bersama ibu tiri Naomi.

‘Tega sekali mas Fahri melakukan itu padaku, kurang apa aku selama ini,’ batin Naumi.

Seakan dunia terasa berhenti berputar, Naomi tak bisa berkata apa-apa lagi. Namun, dia tetap berusaha bersikap tenang.

"Kapan?" Setelah lama terdiam, akhirnya Naomi bicara. Melihat wajah kebingungan Fahri, Naomi memperjelas pertanyaannya. "Kapan kamu melakukan pengkhianatan itu?"

"I-itu..." Fahri menelan ludah gugup. Entah kenapa, sikap Naomi yang tetap tenang membuat nyalinya menciut. Ada aura mendominasi yang dikeluarkan Naomi, padahal Fahri tahu Naomi bukan wanita yang galak. "Dua bulan yang lalu, saat abang pergi dinas ke luar kota dan bertemu Ibu di restoran dekat hotel tempat abang menginap."

"Kenapa kamu mengkhianatiku, Bang?" cecar Naomi.

"Abang tidak sadarkan diri, Naomi! Sepertinya ada yang menjebak abang saat itu," Fahri menjelaskan sambil berusaha mengingat kejadian di mana ia dan Zakia melakukan hal itu.

Naomi menatap Fahri dengan seksama.

"Kalau aku tidak mengizinkan Abang menikahi Ibu, apa yang akan Abang lakukan?"

"Naomi!" Tanpa sadar, Fahri langsung membentak Naomi.

"Ibu Zakia memanglah wanita janda, tapi dia sudah tidak bersuami. Apa kata orang jika wanita yang sudah tidak bersuami kini hamil? Anak yang ada dalam kandungannya tetaplah anakku. Aku tak bisa membiarkan anakku kelak mengalami cemoohan orang," lanjut Fahri.

"Lalu, apa kamu juga tega menyakiti aku, melenyapkan semua impianku?" cecar Naomi.

Fahri berkata seolah keputusannya untuk bertanggung jawab atas bayi yang dikandung Ibu Zakia adalah hal yang harus dibanggakan oleh Naomi. Sebab, ia berani berkata jujur dan memutuskan untuk menikahi Zakia, ibu tirinya. Namun, tanpa sadar, ia telah menyakiti Naomi terlalu dalam hingga menimbulkan kebencian dalam hati Naomi terhadap ibu tirinya.

"Abang tak pernah mengkhianatimu, Naomi!" bantah Fahri, tidak terima jika dirinya dituduh berkhianat. "Dari awal abang sudah mengatakan dengan jelas, apa yang terjadi antara abang dan Zakia itu adalah sebuah kecelakaan."

"Dan Abang berharap aku mempercayaimu? Bisa saja kalian melakukannya dengan kesadaran penuh dan saling suka di belakangku, atau kalian memang sudah lama berselingkuh di belakangku!" Naomi berkata santai dan tenang. Sama sekali tak terpancing emosi atas ucapan Fahri.

"Jangan katakan aku sangat jahat karena tidak mengizinkanmu menikahi Zakia! Korban yang sebenarnya adalah aku yang kamu khianati!" lanjut Naomi.

"Jika memang kamu tidak menghendaki anak itu, biarkan saja dia lahir. Kamu bisa memberinya uang untuk perawatannya, dan pernikahan kita tetap akan berjalan," ujar Naomi.

Zakia, yang sedari tadi mengikuti mereka ke taman, tiba-tiba marah. Wajahnya memerah. Bukan ini yang diinginkannya.

"Mana bisa begitu, Naomi!" bantah Fahri.

"Abang, semuanya sudah aku persiapkan, 90%. Dengan gampangnya Abang membatalkan ini. Di mana letak logikamu, Bang?" cecar Naomi, kesal.

Naomi merasa sakit hati atas perlakuan Fahri. Terlebih setelah semua pengorbanannya mempersiapkan pernikahan ini. Jika saja ia tahu lebih awal sebelum segala persiapan dilakukan, ia mungkin akan rela melepas Fahri meski sakit. Setidaknya, ia tidak perlu menanggung rasa malu.

"Naomi..." ucap Fahri, mencoba menyentuh tangan Naomi.

Namun, Naomi segera menepis tangan Fahri.

Fahri hanya mampu diam, menatap Naomi dengan nanar.

"Maafkan abang, sayang."

Naomi lantas menoleh ke arah Fahri.

"Sayang? Abang bilang sayang? Cih!"

Naomi berdiri dan meninggalkan Fahri yang masih duduk di tempatnya. Tanpa sengaja, Naomi melihat keberadaan Zakia di taman, tak jauh dari tempat mereka berbincang.

"Prok... prok... prok... Hebat sekali kamu, Zakia! Sampai kamu merebut calon suamiku. Apalagi yang akan kamu rebut dariku, jalang!"

Fahri terkejut mengetahui Zakia ada di sana. Segera dia menghampiri Zakia agar tidak terjadi keributan.

"Naomi... jangan marahi Zakia. Bagaimanapun, dia adalah ibu tirimu, dan ada calon bayi abang dalam perutnya."

Zakia dan Naomi memang tidak memiliki selisih umur yang jauh. Zakia hanya dua tahun lebih tua dari Naomi.

"Abang, tolong jangan marahi Naomi. Bagaimanapun, aku yang salah di sini. Aku ibu yang tak tahu diri, Bang," timpal Zakia, dengan wajah dibuat sedih. Jelas, ia sedang menarik simpati Fahri agar semakin membelanya.

"Bagus jika kamu sadar," ujar Naomi dengan nada ketus.

"Kia..." Fahri memanggil pelan, membuat Zakia menatapnya.

"Abang lelaki, Kia. Abang yang salah di sini," ucap Fahri.

Zakia menggeleng pelan. "Andai aku bisa menahan diri saat itu, kejadian ini tidak akan terjadi. Maafkan aku, Naomi... Bang... Aku benar-benar menyesal," isak Zakia.

Naomi semakin muak melihat adegan di depannya. Baginya, ini seperti drama yang sengaja dibuat untuk menertawakannya.

Naomi menatap datar Fahri dan Zakia. Pagi yang awalnya diharapkannya akan indah, kini berubah menjadi mimpi buruk.

"Apa kamu tega melihat anak itu lahir tanpa ayah, Naomi? Dia adikmu juga. Tolong berpikir jernih, Naomi. Zakia butuh suami untuk mengakui anaknya," ucap Fahri.

"Lalu bagaimana dengan semua yang telah aku siapkan, Bang?" tanya Naomi.

"Biar itu menjadi persiapan pernikahan abang dan Zakia."

Deg.

Hancur sudah semuanya. Dulu, ayahnya direbut oleh Zakia hingga ibunya meninggal karena terkejut dan tak bisa menerima kenyataan. Kini, Zakia merebut calon suaminya.

"Dasar wanita jalang!" ketus Naomi.

"Naomi! Kamu sudah keterlaluan berkata seperti itu pada ibumu," bentak Fahri.

"Dia bukan ibuku. Dia pencuri!" balas Naomi dengan nada tinggi.

"Biarkan Zakia melahirkan tanpa sosok suami. Toh, waktu dia melahirkan Subhan, ayahku juga sudah tiada," ujar Naomi.

"Naomi, saat Zakia hamil Subhan, ayahmu masih hidup. Ayahmu meninggal saat usia kandungan tujuh bulan," terang Fahri.

"Kalau ini? Dia hamil setelah menjanda selama satu tahun! Pakai logikamu, Naomi," lanjut Fahri.

"Ternyata janda lebih menarik buatmu, Bang," ucap Naomi seraya pergi meninggalkan mereka.

Naomi berlari masuk ke rumah dan segera mengemasi barang-barangnya. Ia memutuskan untuk pergi jauh dari tempat itu.

"Kakak mau ke mana?" tanya Subhan, yang masih berusia empat tahun.

"Kakak harus pergi untuk bekerja," ucap Naomi, berbohong.

Subhan hanya diam, tetapi terus membuntuti Naomi.

"Aku ikut, ya, Kak."

"Kalau ngajak kamu, Kakak tidak bisa kerja dong."

Mendengar jawaban itu, Subhan memanyunkan bibirnya. Tak lama kemudian, Fahri dan Zakia datang, hendak menghalangi Naomi pergi.

"Kamu mau ke mana?" tanya Zakia.

Naomi melirik malas.

"Enggak usah sok peduli. Kamu sudah senang, kan!"

Segera Naomi keluar rumah membawa barang-barangnya. Tak lama, taksi online yang telah dipesan Naomi tiba.

"Kak Naomi!" teriak Subhan sambil menangis ingin ikut.

Zakia memegangi lengan Subhan untuk menghentikannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Pernikahan Tak Diharapkan

    "Ya, mau gimana lagi, gue kesel sama dia, Des," samar-samar Naomi mendengar suara yang tak asing baginya dan segera mendekatkan posisinya."Tega lo ya, Ki. Padahal anak lo itu baik banget. Kita aja kalau pergi ke rumah lo disediakan makanan yang enak-enak, apalagi dia kan orangnya humble gitu," ucap temannya.Sepulang bekerja, Naomi sengaja pergi ke salah satu kafe untuk menenangkan hati dan pikirannya yang galau. Naomi, yang kebetulan duduk bersebelahan dengan tempat duduk Zakia yang dipisahkan sekat bambu, jadi bisa mendengar suaranya meski tidak melihat wajahnya. Naomi sedang menunggu sahabatnya, Maya."Mau gimana lagi, gue terlalu kesal sama suami gue. Dia menumpahkan 80% warisannya ke anak kandungnya itu."Bukankah ini suara Zakia? Dengan siapa dia bicara?"Namanya juga anak kandung. Orang lo juga ketemu ayahnya pas dia udah gede, masih punya istri pula."Siapa yang mereka bicarakan? Apa itu aku? batin Naomi. Perasaannya menjadi tidak enak.Apa benar kecurigaanku tentang kehamila

    Last Updated : 2025-01-22
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Rumah Tangga Yang Hambar

    Setelah selesai acara resepsi, dua keluarga ini melanjutkan dengan acara makan malam keluarga inti. Hanya ada keluarga Fahri dan Zakia saja, sedangkan Naomi memilih untuk tidak ikut karena merasa bukan bagian dari keluarga Zakia."Akhirnya semua berjalan lancar," ucap Hendra, ayah Fahri, kepada Pak Kusuma."Saya pun sangat bersyukur karena Zakia sekarang ada yang menjaganya lagi. Semoga Nak Fahri menjadi imam yang baik bagi Zakia," ucap Pak Kusuma.Terlihat raut wajah tidak suka dari Bu Hendra. Karena status janda yang melekat pada Zakia, serta mengetahui jejak Zakia yang dulu pernah merebut suami ibu Naomi, sebenarnya Bu Hendra tidak setuju dengan pernikahan ini. Namun, entah mengapa Pak Hendra sangat setuju jika Zakia menjadi menantunya. Ada perasaan tidak enak di hati Bu Hendra. Secara riwayat, Zakia adalah perebut suami orang."Bagaimana kalau Zakia sementara tinggal bersama kami?" tawar Pak Hendra dengan mimik wajah berbunga-bunga."Terserah saja, kami manut, Pak," ujar Pak Kusum

    Last Updated : 2025-01-22
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Pindah Rumah

    Seminggu telah berlalu."Mi... boleh aku masuk?" tanya Laras yang berdiri di depan pintu kontrakan Naomi."Boleh.""Sedang apa, Mi?" tanya Laras basa-basi."Ini lagi beres-beres, Ras, mumpung lagi libur.""Kamu enggak kerja, Ras?" tanya Naomi yang tahu Laras merupakan penjaga warung makan, jadi harus kerja setiap hari."Lagi libur, Mi. Ibu mimin sedang ada acara nikahan anaknya.""Oh.""Mi, aku boleh minta tolong?""Apa?""Aku lagi butuh uang, Mi, untuk biaya berobat adikku.""Adik kamu sakit?""Iya, Mi. Mau dioperasi minggu ini, jadi membutuhkan biaya yang besar. Kamu tahu sendiri kan hasil dari pekerjaanku tidaklah cukup.""Memangnya kamu membutuhkan uang berapa?""100 juta, Mi.""Besar juga, ya.""Iya, Mi, untuk biaya pengobatan adikku.""Kalau segitu enggak ada, Ras. Kamu tahu sendiri kan kebutuhan aku juga banyak, apalagi sekarang harus bayar kontrakan. Gaji ak

    Last Updated : 2025-01-22
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Kembalinya Kepemilikan

    Pagi-pagi sekali, Fahri sudah pergi bekerja karena ia sudah menduduki jabatan yang baru dan tidak ingin terlambat.Di perjalanan, Fahri justru melihat Naomi yang sedang berjalan kaki ke arah kantornya. Sudah lebih dari sepekan mereka tidak bertemu, membuat Fahri merasa rindu.Fahri menghentikan mobilnya tepat di samping Naomi yang sedang berjalan, membuat Naomi menghentikan langkahnya."Mi... Naomi," panggil Fahri yang keluar dari mobilnya.Naomi tidak tahu itu mobil Fahri karena Fahri telah mengganti mobilnya sejak naik jabatan."Ayo bareng," ajak Fahri."Tidak, kantorku sudah dekat," tolak Naomi dengan segera."Ayolah, Mi, hitung-hitung kamu mencoba naik mobil baruku. Aku sekarang sudah naik jabatan, Mi.""Oh ya? Selamat kalau begitu, tapi aku tidak bisa! Aku duluan," pamit Naomi sambil berjalan lagi. Namun, Fahri mengejarnya dan menarik tangannya."Lepas!" Naomi menepisnya."Apa salahnya kamu ikut aku?"

    Last Updated : 2025-01-22
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Kecelakaan yang Mempertemukan Cinta

    Malam mulai larut ketika Naomi melangkah menuju area parkiran tempat kerjanya. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 20.00. Suasana di sekitar sudah cukup sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang masih terparkir di sana. Sebagian besar karyawan sudah pulang, meninggalkan gedung kantor yang kini mulai terasa sunyi.Naomi berdiri di tepi jalan, menunggu taksi online yang telah ia pesan. Biasanya, setelah memesan, taksi akan tiba dalam waktu kurang dari dua menit. Namun, malam ini berbeda. Ia sudah menunggu hampir dua puluh menit, tetapi kendaraan yang dinantikan tak kunjung datang.Gelisah mulai menyelimuti perasaannya. Jalanan di depan kantor memang masih cukup terang karena lampu-lampu jalan yang menyala, tetapi tetap saja, semakin malam, semakin sepi."Seharusnya tadi aku menerima tawaran Maya untuk pulang bareng," batinnya menyesal.Tiba-tiba, suara klakson mobil terdengar dari kejauhan. Naomi terlonjak kaget, matanya refleks menoleh ke arah sumber suara. Dari dalam mobil hi

    Last Updated : 2025-02-20
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Awal Kisah Cinta

    Setelah seharian dirawat di rumah sakit, Alto akhirnya dijemput oleh sekretaris pribadinya, Rio. Alto memilih Rio bukan tanpa alasan. Ia sengaja memilih sekretaris pria karena merasa tidak nyaman jika terlalu dekat dengan wanita.Sebenarnya, Alto tidak yakin apakah ini normal atau tidak, tetapi yang jelas, setiap kali ia memiliki sekretaris wanita, selalu saja ada hal yang membuatnya merasa tidak nyaman. Beberapa dari mereka kerap mengenakan pakaian yang melebihi standar kantor, dengan rok terlalu pendek atau kancing kemeja yang sengaja dibiarkan terbuka.Ia tidak tahu apakah dirinya hanya terlalu berpikir berlebihan atau memang para wanita itu sengaja mencoba menarik perhatiannya. Namun, ia bukan tipe pria yang mudah terpengaruh. Oleh karena itu, untuk menghindari drama, ia kini lebih memilih sekretaris pria.Di dalam mobil, Rio menoleh sekilas ke arah Alto yang duduk di kursi belakang dengan wajah datar."Pak, Anda yakin nggak mau mampir ke kantor dulu?" tanya Rio. "Ada beberapa dok

    Last Updated : 2025-02-20
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Ketertarikan yang Semakin Dalam

    Alto duduk di ruang kerjanya dengan tatapan dingin yang penuh perhitungan. Di hadapannya, seorang pria berkemeja hitam duduk dengan sikap tenang, tangannya menggenggam sebuah map tebal yang berisi informasi tentang seseorang yang kini menarik perhatian Alto—Naomi Prameswari.“Jadi, ini semua tentang dia?” tanya Alto, suaranya datar.Detektif itu, seorang pria berusia sekitar empat puluhan dengan sorot mata tajam, mengangguk. “Benar, Tuan Verdatoro. Semua informasi yang bisa saya dapatkan dalam waktu singkat sudah ada di sini. Jika Anda ingin detail lebih lanjut, saya masih bisa menggali lebih dalam.”Alto mengambil map itu dan membukanya. Di dalamnya ada beberapa lembar dokumen, foto, serta laporan mengenai pekerjaan Naomi, kebiasaannya, dan lingkaran sosialnya.“Dia bekerja di sebuah perusahaan media digital sebagai content writer,” gumam Alto sambil membaca. “Dia tinggal di sebuah kontrakan kecil di daerah Jakarta Selatan... sering menghabiskan waktu be

    Last Updated : 2025-02-21
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Dua Pria yang Peduli pada Wanita yang sama

    Di sebuah restoran mewah di pusat kota, suasana terasa begitu formal dan penuh ketegangan. Di salah satu sudut VIP, Alto Verdatoro duduk dengan elegan, mengenakan jas hitam yang selalu membuatnya terlihat berwibawa. Tatapan matanya tajam, namun ada sedikit rasa ingin tahu di dalamnya.Di hadapannya, duduklah Fahri. Pria yang dulunya adalah tunangan Naomi, tetapi sekarang justru menjadi suami ibu tirinya.Fahri membuka percakapan lebih dulu."Sepertinya kau sudah cukup menyelidik tentang Naomi," ujarnya dengan nada datar, tetapi jelas mengandung sindiran.Alto tidak langsung menjawab. Ia menyesap kopinya perlahan, lalu menatap lurus ke mata Fahri."Aku hanya ingin mengenal lebih jauh orang yang menarik perhatianku," balas Alto santai.Fahri tersenyum miring. "Apa yang kau inginkan dari Naomi?"Alto meletakkan cangkir kopinya dengan perlahan, suaranya tetap dingin namun tajam. "Itu urusan antara aku dan dia.""Aku tidak akan memb

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Keputusan Alto

    Setelah semalaman menikmati kebersamaan yang begitu intim, pagi itu Naomi terbangun dengan senyum di wajahnya. Angin laut yang sejuk menerpa kulitnya, membawa aroma khas laut yang menyegarkan. Ia menoleh ke samping, mendapati Alto masih tertidur dengan ekspresi tenang. Pria itu terlihat lebih damai dibandingkan biasanya—tidak ada sorot dingin dan penuh tekanan yang sering ia tunjukkan saat berada di kantor.Naomi menyentuh pipi Alto dengan lembut, membuat pria itu mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka sepenuhnya. Ia tersenyum kecil."Selamat pagi," ucap Alto dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur."Selamat pagi," balas Naomi dengan lembut. "Ayo kita jalan-jalan. Aku ingin melihat keindahan bawah laut Pulau Amora."Alto meregangkan tubuhnya sejenak sebelum duduk di ranjang. Ia mengusap rambutnya yang sedikit berantakan. "Kedengarannya bagus. Tapi jangan menyelam terlalu dalam, aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu."Naomi tertawa kecil. "Aku bisa berenang, Alto. Kau

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Bulan Madu di Pulau Amora

    Stelah menempuh perjalanan panjang selama lima jam, akhirnya Alto dan Naomi tiba di Pulau Amora, sebuah pulau pribadi milik keluarga Alto yang telah dipersiapkan khusus untuk bulan madu mereka.Begitu mereka turun dari kapal, tiga orang pegawai sudah menanti di dermaga. Dua perempuan dan satu laki-laki, semuanya berpakaian seragam rapi dengan senyuman ramah di wajah mereka."Selamat datang, Tuan Alto dan Nyonya Naomi," ucap seorang wanita yang tampak lebih senior dari yang lain. "Nama saya Liana, dan ini Adinda serta Rudi. Kami akan memastikan semua kebutuhan Anda selama di sini terpenuhi."Naomi tersenyum sopan. "Terima kasih, senang bertemu dengan kalian."Alto hanya mengangguk kecil. "Pastikan semuanya sesuai dengan yang sudah saya instruksikan sebelumnya.""Tentu, Tuan," jawab Liana dengan penuh hormat.Mereka mengantar Alto dan Naomi ke dalam vila utama yang sudah didekorasi dengan sangat indah. Naomi hampir tidak bisa menyembunyikan ke

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Hambatan di Perjalanan

    Setelah hari pernikahan yang digelar dengan megah dan penuh kebahagiaan, pagi ini Naomi dan Alto bersiap untuk menikmati bulan madu mereka. Destinasi mereka adalah sebuah pulau pribadi milik keluarga Alto, tempat yang indah dan jauh dari hiruk-pikuk kota.Naomi yang duduk di dalam mobil menatap suaminya yang sedang fokus menyetir. Hari ini, Alto terlihat lebih santai dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku dan celana panjang hitam. Sementara itu, Naomi mengenakan dress berwarna biru muda yang memberi kesan lembut namun elegan."Apa kau yakin ingin menyetir sendiri? Kita bisa meminta sopir untuk mengantar kita sampai pelabuhan," ucap Naomi sambil melirik Alto.Alto tersenyum kecil tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan. "Aku ingin menikmati perjalanan ini hanya denganmu. Lagipula, aku sudah terbiasa menyetir sendiri."Naomi tersenyum dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. "Baiklah, tapi kalau lelah, kita bisa berhenti sebentar."Perjalanan berlangsung dengan t

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Hari Bahagia Naomi dan Alto

    Hari yang dinanti akhirnya tiba. Hari di mana Naomi dan Alto akan mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Acara ini tidak digelar dengan megah, hanya sebuah pernikahan yang dihadiri oleh orang-orang terdekat mereka. Naomi dan Alto memang sepakat untuk tidak membuat pesta besar-besaran.Hanya beberapa rekan kerja yang diundang, baik dari pihak Naomi maupun Alto. Orang tua Alto juga hanya mengundang teman kerja mereka, membuat suasana pernikahan terasa lebih intim dan penuh kehangatan.Di salah satu ruangan khusus, Naomi tengah bersiap dengan gaun pengantinnya. Sebuah gaun putih sederhana namun elegan yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya ditata dengan rapi, dihiasi aksesori kecil yang semakin mempermanis penampilannya.Saat Naomi memandang dirinya di cermin, jantungnya berdebar kencang. Ia masih sulit percaya bahwa hari ini akhirnya tiba—hari di mana ia menjadi istri Alto Verdatoro."Naomi, kau sudah siap?" suara lembut seorang MUA m

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Kunjungan Mantan

    Siang itu, matahari bersinar terik, menyengat kulit siapa pun yang berjalan di bawahnya. Suasana kota masih sibuk, dengan lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya.Naomi baru saja turun dari mobil setelah kembali dari kunjungannya ke MUA. Tangannya masih memegang ponsel, jari-jarinya secara refleks menggulir layar, melihat-lihat pesan yang masuk. Tatapannya sesaat kosong. Pikirannya masih sedikit kacau setelah kejadian semalam—jebakan Zakia yang hampir membuatnya berada dalam situasi sulit.SMS dari Zakia masih tersimpan di ponselnya. Kata-kata penuh provokasi yang seolah ingin mengaduk-aduk perasaannya terus berputar di benaknya.Namun, langkahnya terhenti seketika saat ia melihat seseorang berdiri di depan apartemennya.Fahri.Jantung Naomi berdegup lebih cepat. Ia tidak pernah memberi tahu Fahri alamat apartemennya. Bagaimana pria itu bisa tahu?Sebelum Naomi sempat mengatakan sesuatu, langkah lain terden

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Batas yang Tertahan

    Naomi masih terengah-engah setelah ciuman mereka berakhir. Tatapan Alto yang dalam seolah membakar kulitnya. Ia bisa merasakan tangan pria itu tetap bertahan di pinggangnya, jemarinya mencengkeram seakan enggan melepaskannya."Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu," gumam Alto, suaranya terdengar rendah dan berat.Naomi tidak menjawab. Ia hanya bisa menatap pria di hadapannya, merasakan detak jantungnya yang berdebar tak karuan. Namun, sebelum pikirannya bisa kembali jernih, Alto sudah kembali menundukkan kepalanya.Bibirnya kembali menyapu bibir Naomi, kali ini lebih dalam, lebih menuntut. Naomi tak sempat berpikir lagi, tubuhnya sudah mengikuti ritme yang Alto berikan. Ia membalasnya dengan penuh perasaan, kedua tangannya naik ke dada pria itu, mencengkeram kerah kemejanya seolah takut kehilangan pegangan.Alto menarik Naomi lebih dekat, hingga tidak ada lagi jarak di antara mereka. Tubuhnya terasa begitu panas, setiap sentuhan pria itu membuatnya hampir kehilangan kendali

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Keheningan di Balik Pelukan

    Suasana di dalam mobil terasa sunyi. Hanya suara mesin yang terdengar, sementara Naomi terus memandangi Alto tanpa sadar. Pria itu memang dingin, tapi malam ini, Naomi melihat sisi lain darinya—sisi yang peduli dan melindungi.Jika bukan karena Alto, mungkin ia sudah terjebak dalam rencana licik Zakia. Naomi masih tidak habis pikir bagaimana sahabatnya sendiri tega melakukan hal itu padanya. Tapi satu hal yang lebih mengejutkan adalah bagaimana Alto menangani semuanya dengan kepala dingin. Ia tidak menyakiti Zakia, padahal ia punya kesempatan. Bahkan, Alto memastikan wanita itu dibawa kepada Fahri agar tetap dalam pengawasan.“Kau mau terus menatapku seperti itu, atau mau bilang sesuatu?” suara Alto tiba-tiba memecah kesunyian.Naomi tersentak dan langsung membuang muka ke luar jendela. “Aku cuma… masih syok.”Alto meliriknya sekilas sebelum kembali fokus ke jalan. “Itu wajar. Tapi kau aman sekarang.”Naomi mengangguk kecil. Perjalanan menuju apartemen dilanjutkan tanpa banyak bicara.

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Konspirasi di Balik Malam

    Malam itu, Naomi sudah bersiap tidur ketika ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk.Fahri:"Naomi, aku ingin bertemu denganmu sebentar. Ada Subhan juga. Dia ingin bertemu denganmu. Aku kirim lokasinya."Naomi membaca pesan itu sekilas. Bukan hal aneh jika Fahri mengiriminya pesan.Sejak lama, Fahri sering menghubunginya, entah sekadar menanyakan kabar atau mengajak bertemu. Namun, Naomi selalu mengabaikan pesan-pesan itu, tidak ingin lagi terlibat dalam urusan pria yang telah memilih menikahi Zakia.Namun, kali ini berbeda.Subhan.Hanya dengan membaca nama itu, hatinya langsung tergerak. Ia sangat merindukan bocah itu. Naomi tahu bahwa Subhan bukan adik kandungnya, tetapi mereka sangat dekat sejak kecil.Tanpa banyak berpikir, ia membalas singkat.Naomi:"Baik, aku akan ke sana."Tak ingin membuang waktu, ia segera mengenakan jaketnya dan melangkah keluar apartemen tanpa suara.Yang tidak disadariny

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Dekapan yang Menggoda

    Naomi masih merasakan debaran di dadanya. Apa yang Alto lakukan semalam membuatnya gelisah, bukan karena ia tidak menyukainya, tetapi karena ia tahu dirinya selalu kehilangan kendali setiap kali Alto menyentuhnya. Itu yang membuatnya takut—takut akan dirinya sendiri.Malam itu, Naomi memastikan dirinya tidur lebih awal dan mengunci pintu kamar rapat-rapat. Ia ingin menenangkan pikirannya sebelum kembali beraktivitas esok hari. Namun, satu hal yang ia lupakan—ini adalah apartemen milik Alto, dan pria itu memiliki semua duplikat kunci ruangan.Pagi yang MengejutkanKetika sinar matahari mulai masuk melalui celah tirai, Naomi perlahan membuka matanya. Ia merasakan sesuatu yang hangat dan berat di pinggangnya. Jantungnya seketika berdegup kencang saat menyadari bahwa Alto sedang memeluknya dari belakang.Matanya membelalak. Kapan Alto masuk ke kamarnya? Kenapa dia ada di sini?Naomi menahan napas, berusaha tidak membuat gerakan yang dapat membangunkan pria itu. Dengan hati-hati, ia mencob

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status