Share

Kembalinya Kepemilikan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-22 23:22:00

Pagi-pagi sekali, Fahri sudah pergi bekerja karena ia sudah menduduki jabatan yang baru dan tidak ingin terlambat.

Di perjalanan, Fahri justru melihat Naomi yang sedang berjalan kaki ke arah kantornya. Sudah lebih dari sepekan mereka tidak bertemu, membuat Fahri merasa rindu.

Fahri menghentikan mobilnya tepat di samping Naomi yang sedang berjalan, membuat Naomi menghentikan langkahnya.

"Mi... Naomi," panggil Fahri yang keluar dari mobilnya.

Naomi tidak tahu itu mobil Fahri karena Fahri telah mengganti mobilnya sejak naik jabatan.

"Ayo bareng," ajak Fahri.

"Tidak, kantorku sudah dekat," tolak Naomi dengan segera.

"Ayolah, Mi, hitung-hitung kamu mencoba naik mobil baruku. Aku sekarang sudah naik jabatan, Mi."

"Oh ya? Selamat kalau begitu, tapi aku tidak bisa! Aku duluan," pamit Naomi sambil berjalan lagi. Namun, Fahri mengejarnya dan menarik tangannya.

"Lepas!" Naomi menepisnya.

"Apa salahnya kamu ikut aku?"

"Ya jelas salah, kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi."

"Kita ayah dan anak, Mi. Dan kalau lupa, kita juga mantan, Mi."

"Justru itu, kamu harus menjaga jarak denganku. Apa kata orang jika ayahnya merupakan mantan pacarnya sedang berjalan bersama?" tegas Naomi, sedikit mendorong tubuh Fahri, lalu berjalan cepat meninggalkan mantannya itu. Fahri tidak mengejar Naomi karena ia sedang terburu-buru.

"Gila! Dia pikir dia siapa? Mentang-mentang naik jabatan mau dekatin aku lagi. Maaf, ya, aku bukan wanita gampangan," gumam Naomi dengan raut wajah kesal.

"Kenapa, Mbok? Pagi-pagi sudah ngedumel sendiri?" ujar Maya.

"Bang Fahri buntuti aku, May. Dia mau antar aku ke kantor."

"Kalian masih berhubungan?" tanya Maya.

"Tidak, lah! Tadi dia lihat aku lagi jalan kaki menuju kantor, terus dia nyamperin aku."

"Kamu mau?"

"Ya, enggaklah! Mau ditaruh di mana harga diriku," ujar Naomi.

"Syukurlah, Mi. Jangan sampai tergoda dengan lelaki seperti itu."

"Iya, May. Amit-amit deh," ujar Naomi sambil menggigilkan pundaknya, dan disambut gelak tawa sahabatnya.

---

Tak terasa dua bulan telah berlalu sejak Naomi keluar dari rumah, membuat Fahri merindukannya.

Fahri duduk di balkon apartemennya sambil menikmati secangkir kopi yang menemani bacaan korannya. Pikirannya jauh menerawang saat masih bersama Naomi. Sosok yang pernah mengisi hatinya itu belakangan ini sering muncul di pikirannya, entah karena rindu atau hanya jenuh dengan pernikahannya dengan Zakia yang bukan kemauannya.

Sementara itu, Naomi sedang kebingungan. Sudah dua minggu ini ia tidak bertemu Laras. Ibu kontrakan bilang Laras sudah tidak mengontrak di sana. Semua pakaiannya sudah dibawa di malam hari. Ia sudah mencoba menghubungi nomor Laras, tetapi sudah tidak aktif lagi.

Serasa mau pecah kepala memikirkan masalah ini. Jatuh tempo pembayaran cicilan Laras sudah lewat tiga hari yang lalu, dan ia yang membayarnya. Tapi bulan-bulan berikutnya bagaimana? Gajinya tidak akan cukup untuk membayar kontrakan, cicilan, dan kebutuhan sehari-harinya. Naomi benar-benar pusing tujuh keliling memikirkan masalah ini.

---

"Pak Bos manggil kamu, Mi," ujar Maya.

Sudah pasti bosnya itu akan mempertanyakan perihal cicilan pinjaman Laras.

Naomi bangkit dengan rasa gugup. Ia bingung harus menjawab apa nanti, karena jika tiap bulan harus menutupinya, Naomi tidak sanggup.

Tak berselang lama, Naomi keluar dengan wajah cemberut.

"Kenapa?" tanya Maya.

"Laras kabur, May."

"Apa?!"

"Aku juga enggak nyangka. Tiga minggu lalu dia masih mengobrol denganku. Dia bilang adiknya sudah mulai pulih, tapi kini menghilang tanpa jejak. Mana angsuran pertama lagi sudah jatuh tempo."

"Aku bilang juga apa, Mi. Jangan terlalu percaya pada orang lain."

"Hiks... hiks... aku harus bagaimana, May? Minta bantuan siapa?" tangis Naomi, membuat Maya kasihan, tetapi ia juga tak bisa membantu. Secara gaji mereka sama dan kebutuhan mereka juga hampir sama. Bedanya, Maya tinggal bersama keluarganya.

"Aduh... jangan nangis, Mi. Aku juga bingung."

"Coba saja aku dengar ucapan kamu, May. Tapi aku berniat membantu, malah disalahgunakan begini."

"Iya, Mi. Nasi sudah jadi bubur. Lain kali jangan terlalu percaya pada orang lain. Sebab, kadang keluarga sendiri juga seperti itu, apalagi orang lain," ucap Maya, diangguki oleh Naomi.

---

"Kok pulangnya malam, Mas?" tanya Zakia sambil melihat jarum jam yang menunjukkan pukul 11 malam.

"Banyak kerjaan," jawab Fahri cuek.

Selama menikah, Fahri memang seperti itu. Ia tak pernah menganggap Zakia sebagai istrinya. Jangankan bermesraan, untuk tidur satu ranjang pun Fahri enggan. Dengan sabar, Zakia melewati semua ini demi anak yang dikandungnya.

Zakia menarik napas panjang, menahan sakit hati dalam dada.

"Sampai kapan kamu akan seperti ini padaku, Bang?" Pertanyaan yang sering Zakia lontarkan dan selalu tak pernah mendapat jawaban. Fahri malah meninggalkannya saat ditanya seperti itu.

"Bang..."

"Aku capek," ucap Fahri sambil pergi ke kamar mandi untuk merilekskan tubuhnya.

Setelah keluar dari kamar mandi, Zakia bertanya, "Apa kamu masih mencintai Naomi?"

Fahri menatap Zakia sejenak. "Kamu mau aku menjawabnya?"

Zakia menelan ludah, mempersiapkan hatinya untuk jawaban yang akan diterima.

"Seharusnya kamu tak perlu bertanya. Semuanya sudah terlihat jelas. Kamu hadir dalam hidupku karena sebuah kecelakaan, dan merenggut semua yang seharusnya milik Naomi."

Deg.

"Lalu kenapa kamu mau menikahiku?"

"Karena aku tak mau nama baik Naomi tercemar olehmu."

Seperti disambar petir di malam hari. Jadi karena ini? batin Zakia.

Matanya mulai berkaca-kaca mendengar pengakuan Fahri.

"Besok aku mau pulang ke rumah," pinta Zakia.

"Ke rumah siapa?" tanya Fahri.

"Ke rumahku, lah, Bang," tutur Zakia.

"Itu bukan rumahmu, melainkan rumah Naomi. Jadi, jangan harap kamu bisa menempatinya lagi," ujar Fahri tegas.

Zakia tercengang mendengar penuturan Fahri barusan.

"Dan... semua kepemilikan kini sudah kembali ke tangan Naomi," lanjut Fahri.

"Lancang kamu, Bang!" ucap Zakia marah.

"Kamu bilang aku lancang? Yang lancang itu kamu! Datang tak diundang, tiba-tiba mengambil semua kepemilikan Naomi. Sudah cukup, Zakia. Sudah semestinya kamu pergi ke orang tuamu dan menjalani kehidupan yang tenang. Jangan kau ambil hak orang lain. Jika kamu mau tetap di sini, silakan. Tapi jangan kamu ganggu lagi kehidupan Naomi!" bentak Fahri.

Memang, Fahri telah menyewa pengacara agar semua kepemilikan keluarga Naomi jatuh kembali ke tangan Naomi, seperti seharusnya.

Wajah Zakia memanas mendengar semuanya. Akhirnya, ia tidak jadi pergi dari apartemen itu.

Aku harus mengatur kembali, batin Zakia.

"Jangan kau berulah lagi," ujar Fahri tajam, seolah membaca pikiran Zakia.

Zakia kesal dan meninggalkan Fahri, pergi ke ruang TV. Ia menangisi apa yang tidak seharusnya ia tangisi, sebab semua itu adalah milik sah Naomi.

Sampai siang hari, Zakia tidur di ruang TV. Ia melihat Fahri yang baru saja keluar dari kamar.

"Kamu sudah bangun, Bang?" tanya Zakia.

"Untuk yang tadi malam, aku minta maaf," ujar Zakia, mencoba meluluhkan hati Fahri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Kecelakaan yang Mempertemukan Cinta

    Malam mulai larut ketika Naomi melangkah menuju area parkiran tempat kerjanya. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 20.00. Suasana di sekitar sudah cukup sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang masih terparkir di sana. Sebagian besar karyawan sudah pulang, meninggalkan gedung kantor yang kini mulai terasa sunyi.Naomi berdiri di tepi jalan, menunggu taksi online yang telah ia pesan. Biasanya, setelah memesan, taksi akan tiba dalam waktu kurang dari dua menit. Namun, malam ini berbeda. Ia sudah menunggu hampir dua puluh menit, tetapi kendaraan yang dinantikan tak kunjung datang.Gelisah mulai menyelimuti perasaannya. Jalanan di depan kantor memang masih cukup terang karena lampu-lampu jalan yang menyala, tetapi tetap saja, semakin malam, semakin sepi."Seharusnya tadi aku menerima tawaran Maya untuk pulang bareng," batinnya menyesal.Tiba-tiba, suara klakson mobil terdengar dari kejauhan. Naomi terlonjak kaget, matanya refleks menoleh ke arah sumber suara. Dari dalam mobil hi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Awal Kisah Cinta

    Setelah seharian dirawat di rumah sakit, Alto akhirnya dijemput oleh sekretaris pribadinya, Rio. Alto memilih Rio bukan tanpa alasan. Ia sengaja memilih sekretaris pria karena merasa tidak nyaman jika terlalu dekat dengan wanita.Sebenarnya, Alto tidak yakin apakah ini normal atau tidak, tetapi yang jelas, setiap kali ia memiliki sekretaris wanita, selalu saja ada hal yang membuatnya merasa tidak nyaman. Beberapa dari mereka kerap mengenakan pakaian yang melebihi standar kantor, dengan rok terlalu pendek atau kancing kemeja yang sengaja dibiarkan terbuka.Ia tidak tahu apakah dirinya hanya terlalu berpikir berlebihan atau memang para wanita itu sengaja mencoba menarik perhatiannya. Namun, ia bukan tipe pria yang mudah terpengaruh. Oleh karena itu, untuk menghindari drama, ia kini lebih memilih sekretaris pria.Di dalam mobil, Rio menoleh sekilas ke arah Alto yang duduk di kursi belakang dengan wajah datar."Pak, Anda yakin nggak mau mampir ke kantor dulu?" tanya Rio. "Ada beberapa dok

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Ketertarikan yang Semakin Dalam

    Alto duduk di ruang kerjanya dengan tatapan dingin yang penuh perhitungan. Di hadapannya, seorang pria berkemeja hitam duduk dengan sikap tenang, tangannya menggenggam sebuah map tebal yang berisi informasi tentang seseorang yang kini menarik perhatian Alto—Naomi Prameswari.“Jadi, ini semua tentang dia?” tanya Alto, suaranya datar.Detektif itu, seorang pria berusia sekitar empat puluhan dengan sorot mata tajam, mengangguk. “Benar, Tuan Verdatoro. Semua informasi yang bisa saya dapatkan dalam waktu singkat sudah ada di sini. Jika Anda ingin detail lebih lanjut, saya masih bisa menggali lebih dalam.”Alto mengambil map itu dan membukanya. Di dalamnya ada beberapa lembar dokumen, foto, serta laporan mengenai pekerjaan Naomi, kebiasaannya, dan lingkaran sosialnya.“Dia bekerja di sebuah perusahaan media digital sebagai content writer,” gumam Alto sambil membaca. “Dia tinggal di sebuah kontrakan kecil di daerah Jakarta Selatan... sering menghabiskan waktu be

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Dua Pria yang Peduli pada Wanita yang sama

    Di sebuah restoran mewah di pusat kota, suasana terasa begitu formal dan penuh ketegangan. Di salah satu sudut VIP, Alto Verdatoro duduk dengan elegan, mengenakan jas hitam yang selalu membuatnya terlihat berwibawa. Tatapan matanya tajam, namun ada sedikit rasa ingin tahu di dalamnya.Di hadapannya, duduklah Fahri. Pria yang dulunya adalah tunangan Naomi, tetapi sekarang justru menjadi suami ibu tirinya.Fahri membuka percakapan lebih dulu."Sepertinya kau sudah cukup menyelidik tentang Naomi," ujarnya dengan nada datar, tetapi jelas mengandung sindiran.Alto tidak langsung menjawab. Ia menyesap kopinya perlahan, lalu menatap lurus ke mata Fahri."Aku hanya ingin mengenal lebih jauh orang yang menarik perhatianku," balas Alto santai.Fahri tersenyum miring. "Apa yang kau inginkan dari Naomi?"Alto meletakkan cangkir kopinya dengan perlahan, suaranya tetap dingin namun tajam. "Itu urusan antara aku dan dia.""Aku tidak akan memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Rahasia yang Terungkap

    Fahri memandangi cangkir kopinya yang sudah mulai dingin. Setelah pertemuannya dengan Alto, pikirannya terus dipenuhi oleh Naomi."Aku memang masih mencintaimu, Naomi..." batinnya lirih.Bukan sekali dua kali ia ingin mendekatinya kembali, bukan untuk mengusik, melainkan untuk melindunginya. Namun, Naomi selalu menolaknya, bahkan menghindarinya.Dan yang paling membuatnya frustasi adalah kenyataan bahwa Naomi lebih memilih hidup sederhana, mengontrak rumah kecil, dibanding tinggal di rumah mewah peninggalan ayahnya. Bahkan, perusahaan milik ayahnya yang kini telah kembali padanya pun tidak ia kelola sendiri, melainkan ia percayakan pada pamannya.Fahri tahu, semua ini karena Zakia.Zakia, ibu tiri Naomi sekaligus istrinya saat ini, adalah sumber dari semua penderitaan Naomi.Dulu, saat Naomi kehilangan ayahnya, Zakia dengan liciknya mengambil alih semua harta dan perusahaan, meninggalkan Naomi dalam keadaan tak berdaya. Naomi bahkan hampir k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Pertemuan dan Tawaran tak Terduga

    Naomi berjalan menyusuri trotoar dengan langkah cepat, menyesali keputusannya keluar tanpa membawa payung. Langit mendung mulai menghitam, pertanda hujan akan turun sebentar lagi. Ia baru saja selesai mengurus dokumen di kantor pamannya dan kini dalam perjalanan pulang ke apartemen Maya."Semoga sempat sampai sebelum hujan turun," gumamnya sambil menarik jaketnya lebih erat.Namun, keberuntungan sepertinya tidak berpihak padanya hari ini. Baru beberapa langkah dari halte, hujan mulai turun dengan derasnya. Naomi terpaksa berteduh di bawah kanopi sebuah kafe kecil di pinggir jalan.Ia menghela napas dan memutuskan untuk masuk ke dalam kafe agar tidak basah kuyup. Aroma kopi langsung menyambutnya begitu ia membuka pintu. Suasana kafe yang hangat dan nyaman membuatnya sedikit lebih tenang.Naomi memilih duduk di dekat jendela, menikmati pemandangan hujan yang membasahi jalanan kota. Ia memesan secangkir cokelat panas dan mulai sibuk dengan ponselnya, tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Antara Cinta, Luka, dan Keputusan

    Naomi tidak pernah menyangka bahwa hubungannya dengan Alto akan seintens ini. Setelah resmi berpacaran, Alto sering mengajaknya makan bersama, mengantarnya pulang, bahkan memberikannya apartemen agar tidak perlu lagi tinggal di kontrakan. Perhatian Alto begitu besar, meskipun terkadang ia menunjukkan sikap yang membuat Naomi kewalahan.Hari itu, mereka sedang dalam perjalanan menuju restoran ketika tanpa diduga, mereka berpapasan dengan seseorang dari masa lalu Naomi—Fahri. Naomi terkejut, tapi sebelum ia sempat berkata apa-apa, Alto tiba-tiba merangkul pinggangnya.Naomi refleks mencoba melepaskan diri. “Alto, jangan seperti ini. Aku nggak nyaman.”Namun, Alto tidak menggubris protesnya. Matanya menatap tajam ke arah Fahri, seolah ingin menunjukkan sesuatu. Fahri yang melihat mereka sontak menghentikan langkahnya. Ada kilatan tak suka di matanya, tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, seseorang memanggil namanya."Fahri!"Fahri men

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Dekapan yang Menggoda

    Naomi masih merasakan debaran di dadanya. Apa yang Alto lakukan semalam membuatnya gelisah, bukan karena ia tidak menyukainya, tetapi karena ia tahu dirinya selalu kehilangan kendali setiap kali Alto menyentuhnya. Itu yang membuatnya takut—takut akan dirinya sendiri.Malam itu, Naomi memastikan dirinya tidur lebih awal dan mengunci pintu kamar rapat-rapat. Ia ingin menenangkan pikirannya sebelum kembali beraktivitas esok hari. Namun, satu hal yang ia lupakan—ini adalah apartemen milik Alto, dan pria itu memiliki semua duplikat kunci ruangan.Pagi yang MengejutkanKetika sinar matahari mulai masuk melalui celah tirai, Naomi perlahan membuka matanya. Ia merasakan sesuatu yang hangat dan berat di pinggangnya. Jantungnya seketika berdegup kencang saat menyadari bahwa Alto sedang memeluknya dari belakang.Matanya membelalak. Kapan Alto masuk ke kamarnya? Kenapa dia ada di sini?Naomi menahan napas, berusaha tidak membuat gerakan yang dapat membangunkan pria itu. Dengan hati-hati, ia mencob

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23

Bab terbaru

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Keputusan Alto

    Setelah semalaman menikmati kebersamaan yang begitu intim, pagi itu Naomi terbangun dengan senyum di wajahnya. Angin laut yang sejuk menerpa kulitnya, membawa aroma khas laut yang menyegarkan. Ia menoleh ke samping, mendapati Alto masih tertidur dengan ekspresi tenang. Pria itu terlihat lebih damai dibandingkan biasanya—tidak ada sorot dingin dan penuh tekanan yang sering ia tunjukkan saat berada di kantor.Naomi menyentuh pipi Alto dengan lembut, membuat pria itu mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka sepenuhnya. Ia tersenyum kecil."Selamat pagi," ucap Alto dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur."Selamat pagi," balas Naomi dengan lembut. "Ayo kita jalan-jalan. Aku ingin melihat keindahan bawah laut Pulau Amora."Alto meregangkan tubuhnya sejenak sebelum duduk di ranjang. Ia mengusap rambutnya yang sedikit berantakan. "Kedengarannya bagus. Tapi jangan menyelam terlalu dalam, aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu."Naomi tertawa kecil. "Aku bisa berenang, Alto. Kau

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Bulan Madu di Pulau Amora

    Stelah menempuh perjalanan panjang selama lima jam, akhirnya Alto dan Naomi tiba di Pulau Amora, sebuah pulau pribadi milik keluarga Alto yang telah dipersiapkan khusus untuk bulan madu mereka.Begitu mereka turun dari kapal, tiga orang pegawai sudah menanti di dermaga. Dua perempuan dan satu laki-laki, semuanya berpakaian seragam rapi dengan senyuman ramah di wajah mereka."Selamat datang, Tuan Alto dan Nyonya Naomi," ucap seorang wanita yang tampak lebih senior dari yang lain. "Nama saya Liana, dan ini Adinda serta Rudi. Kami akan memastikan semua kebutuhan Anda selama di sini terpenuhi."Naomi tersenyum sopan. "Terima kasih, senang bertemu dengan kalian."Alto hanya mengangguk kecil. "Pastikan semuanya sesuai dengan yang sudah saya instruksikan sebelumnya.""Tentu, Tuan," jawab Liana dengan penuh hormat.Mereka mengantar Alto dan Naomi ke dalam vila utama yang sudah didekorasi dengan sangat indah. Naomi hampir tidak bisa menyembunyikan ke

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Hambatan di Perjalanan

    Setelah hari pernikahan yang digelar dengan megah dan penuh kebahagiaan, pagi ini Naomi dan Alto bersiap untuk menikmati bulan madu mereka. Destinasi mereka adalah sebuah pulau pribadi milik keluarga Alto, tempat yang indah dan jauh dari hiruk-pikuk kota.Naomi yang duduk di dalam mobil menatap suaminya yang sedang fokus menyetir. Hari ini, Alto terlihat lebih santai dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku dan celana panjang hitam. Sementara itu, Naomi mengenakan dress berwarna biru muda yang memberi kesan lembut namun elegan."Apa kau yakin ingin menyetir sendiri? Kita bisa meminta sopir untuk mengantar kita sampai pelabuhan," ucap Naomi sambil melirik Alto.Alto tersenyum kecil tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan. "Aku ingin menikmati perjalanan ini hanya denganmu. Lagipula, aku sudah terbiasa menyetir sendiri."Naomi tersenyum dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. "Baiklah, tapi kalau lelah, kita bisa berhenti sebentar."Perjalanan berlangsung dengan t

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Hari Bahagia Naomi dan Alto

    Hari yang dinanti akhirnya tiba. Hari di mana Naomi dan Alto akan mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Acara ini tidak digelar dengan megah, hanya sebuah pernikahan yang dihadiri oleh orang-orang terdekat mereka. Naomi dan Alto memang sepakat untuk tidak membuat pesta besar-besaran.Hanya beberapa rekan kerja yang diundang, baik dari pihak Naomi maupun Alto. Orang tua Alto juga hanya mengundang teman kerja mereka, membuat suasana pernikahan terasa lebih intim dan penuh kehangatan.Di salah satu ruangan khusus, Naomi tengah bersiap dengan gaun pengantinnya. Sebuah gaun putih sederhana namun elegan yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya ditata dengan rapi, dihiasi aksesori kecil yang semakin mempermanis penampilannya.Saat Naomi memandang dirinya di cermin, jantungnya berdebar kencang. Ia masih sulit percaya bahwa hari ini akhirnya tiba—hari di mana ia menjadi istri Alto Verdatoro."Naomi, kau sudah siap?" suara lembut seorang MUA m

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Kunjungan Mantan

    Siang itu, matahari bersinar terik, menyengat kulit siapa pun yang berjalan di bawahnya. Suasana kota masih sibuk, dengan lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya.Naomi baru saja turun dari mobil setelah kembali dari kunjungannya ke MUA. Tangannya masih memegang ponsel, jari-jarinya secara refleks menggulir layar, melihat-lihat pesan yang masuk. Tatapannya sesaat kosong. Pikirannya masih sedikit kacau setelah kejadian semalam—jebakan Zakia yang hampir membuatnya berada dalam situasi sulit.SMS dari Zakia masih tersimpan di ponselnya. Kata-kata penuh provokasi yang seolah ingin mengaduk-aduk perasaannya terus berputar di benaknya.Namun, langkahnya terhenti seketika saat ia melihat seseorang berdiri di depan apartemennya.Fahri.Jantung Naomi berdegup lebih cepat. Ia tidak pernah memberi tahu Fahri alamat apartemennya. Bagaimana pria itu bisa tahu?Sebelum Naomi sempat mengatakan sesuatu, langkah lain terden

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Batas yang Tertahan

    Naomi masih terengah-engah setelah ciuman mereka berakhir. Tatapan Alto yang dalam seolah membakar kulitnya. Ia bisa merasakan tangan pria itu tetap bertahan di pinggangnya, jemarinya mencengkeram seakan enggan melepaskannya."Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu," gumam Alto, suaranya terdengar rendah dan berat.Naomi tidak menjawab. Ia hanya bisa menatap pria di hadapannya, merasakan detak jantungnya yang berdebar tak karuan. Namun, sebelum pikirannya bisa kembali jernih, Alto sudah kembali menundukkan kepalanya.Bibirnya kembali menyapu bibir Naomi, kali ini lebih dalam, lebih menuntut. Naomi tak sempat berpikir lagi, tubuhnya sudah mengikuti ritme yang Alto berikan. Ia membalasnya dengan penuh perasaan, kedua tangannya naik ke dada pria itu, mencengkeram kerah kemejanya seolah takut kehilangan pegangan.Alto menarik Naomi lebih dekat, hingga tidak ada lagi jarak di antara mereka. Tubuhnya terasa begitu panas, setiap sentuhan pria itu membuatnya hampir kehilangan kendali

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Keheningan di Balik Pelukan

    Suasana di dalam mobil terasa sunyi. Hanya suara mesin yang terdengar, sementara Naomi terus memandangi Alto tanpa sadar. Pria itu memang dingin, tapi malam ini, Naomi melihat sisi lain darinya—sisi yang peduli dan melindungi.Jika bukan karena Alto, mungkin ia sudah terjebak dalam rencana licik Zakia. Naomi masih tidak habis pikir bagaimana sahabatnya sendiri tega melakukan hal itu padanya. Tapi satu hal yang lebih mengejutkan adalah bagaimana Alto menangani semuanya dengan kepala dingin. Ia tidak menyakiti Zakia, padahal ia punya kesempatan. Bahkan, Alto memastikan wanita itu dibawa kepada Fahri agar tetap dalam pengawasan.“Kau mau terus menatapku seperti itu, atau mau bilang sesuatu?” suara Alto tiba-tiba memecah kesunyian.Naomi tersentak dan langsung membuang muka ke luar jendela. “Aku cuma… masih syok.”Alto meliriknya sekilas sebelum kembali fokus ke jalan. “Itu wajar. Tapi kau aman sekarang.”Naomi mengangguk kecil. Perjalanan menuju apartemen dilanjutkan tanpa banyak bicara.

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Konspirasi di Balik Malam

    Malam itu, Naomi sudah bersiap tidur ketika ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk.Fahri:"Naomi, aku ingin bertemu denganmu sebentar. Ada Subhan juga. Dia ingin bertemu denganmu. Aku kirim lokasinya."Naomi membaca pesan itu sekilas. Bukan hal aneh jika Fahri mengiriminya pesan.Sejak lama, Fahri sering menghubunginya, entah sekadar menanyakan kabar atau mengajak bertemu. Namun, Naomi selalu mengabaikan pesan-pesan itu, tidak ingin lagi terlibat dalam urusan pria yang telah memilih menikahi Zakia.Namun, kali ini berbeda.Subhan.Hanya dengan membaca nama itu, hatinya langsung tergerak. Ia sangat merindukan bocah itu. Naomi tahu bahwa Subhan bukan adik kandungnya, tetapi mereka sangat dekat sejak kecil.Tanpa banyak berpikir, ia membalas singkat.Naomi:"Baik, aku akan ke sana."Tak ingin membuang waktu, ia segera mengenakan jaketnya dan melangkah keluar apartemen tanpa suara.Yang tidak disadariny

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Dekapan yang Menggoda

    Naomi masih merasakan debaran di dadanya. Apa yang Alto lakukan semalam membuatnya gelisah, bukan karena ia tidak menyukainya, tetapi karena ia tahu dirinya selalu kehilangan kendali setiap kali Alto menyentuhnya. Itu yang membuatnya takut—takut akan dirinya sendiri.Malam itu, Naomi memastikan dirinya tidur lebih awal dan mengunci pintu kamar rapat-rapat. Ia ingin menenangkan pikirannya sebelum kembali beraktivitas esok hari. Namun, satu hal yang ia lupakan—ini adalah apartemen milik Alto, dan pria itu memiliki semua duplikat kunci ruangan.Pagi yang MengejutkanKetika sinar matahari mulai masuk melalui celah tirai, Naomi perlahan membuka matanya. Ia merasakan sesuatu yang hangat dan berat di pinggangnya. Jantungnya seketika berdegup kencang saat menyadari bahwa Alto sedang memeluknya dari belakang.Matanya membelalak. Kapan Alto masuk ke kamarnya? Kenapa dia ada di sini?Naomi menahan napas, berusaha tidak membuat gerakan yang dapat membangunkan pria itu. Dengan hati-hati, ia mencob

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status