Share

Pindah Rumah

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-22 21:21:00

Seminggu telah berlalu.

"Mi... boleh aku masuk?" tanya Laras yang berdiri di depan pintu kontrakan Naomi.

"Boleh."

"Sedang apa, Mi?" tanya Laras basa-basi.

"Ini lagi beres-beres, Ras, mumpung lagi libur."

"Kamu enggak kerja, Ras?" tanya Naomi yang tahu Laras merupakan penjaga warung makan, jadi harus kerja setiap hari.

"Lagi libur, Mi. Ibu mimin sedang ada acara nikahan anaknya."

"Oh."

"Mi, aku boleh minta tolong?"

"Apa?"

"Aku lagi butuh uang, Mi, untuk biaya berobat adikku."

"Adik kamu sakit?"

"Iya, Mi. Mau dioperasi minggu ini, jadi membutuhkan biaya yang besar. Kamu tahu sendiri kan hasil dari pekerjaanku tidaklah cukup."

"Memangnya kamu membutuhkan uang berapa?"

"100 juta, Mi."

"Besar juga, ya."

"Iya, Mi, untuk biaya pengobatan adikku."

"Kalau segitu enggak ada, Ras. Kamu tahu sendiri kan kebutuhan aku juga banyak, apalagi sekarang harus bayar kontrakan. Gaji aku memang besar, tapi kebutuhan tiap bulannya juga besar, Ras," jelas Naomi jujur.

"Gimana ya, Mi. Aku harus cari uangnya. Adikku harus dioperasi, kalau tidak, kasihan." Laras tertunduk.

"Kalau aku pinjam di bank tempat kamu kerja, gimana, Mi?" tanya Laras lagi.

"Asal syaratnya terpenuhi, tidak masalah. Sah-sah saja, apalagi pembayarannya nyicil. Kamu pasti bisa. Bunganya juga enggak besar."

"Tapi gimana aku punya syaratnya, Mi? Aku aja anak kost. Pasti syaratnya bakalan ribet," ucap Laras.

"Kamu enggak bisa bantu aku, Mi, sebagai penjamin? Kamu kan kerja di sana, pasti bisa lah, Mi."

"Gimana ya, Ras. Besok deh, kalau bisa aku hubungi kamu."

"Iya, Mi, makasih banget, loh."

"Iya."

---

Di lain tempat

"Bagaimana aku harus memilih, Bang? Di sana adalah tempat tinggalku juga."

"Kamu sudah memiliki suami baru, Zakia. Sudah sepatutnya kamu ikut denganku. Rumah itu biarkan untuk Naomi. Toh, sebenarnya juga seperti itu."

"Tapi di sana juga ada haknya Subhan."

"Subhan akan menjadi tanggung jawabku," ujar Fahri. "Kamu menikahi Om Rudi pada saat beliau telah memiliki semua kekayaan itu. Jadi itu bukanlah hak kamu dan Subhan. Sebab Subhan bukan anak Om Rudi sebenarnya."

Deg!

Bagaimana Fahri tahu itu? batin Zakia.

"Sudahlah, jangan pura-pura terkejut. Aku sudah tahu semuanya sejak lama, Zakia."

Tanpa perlawanan, akhirnya Zakia menyetujui ucapan Fahri untuk tinggal di apartemen Fahri.

Naomi, akan aku pastikan hakmu akan kembali, batin Fahri.

---

"Untuk siapa, Mi, kamu pinjam sebanyak itu?" tanya Maya heran saat Naomi mengajukan pinjaman 100 juta dan yang disetujui hanya 50 juta.

"Modal nikah," canda Maya.

"Ngaco kamu, mana laki-lakinya?" saut Naomi.

"Buat Laras, May. Dia lagi butuh uang untuk biaya pengobatan adiknya yang terkena kanker."

"Adiknya sakit?"

"Iya, mau dioperasi, May. Kasihan kalau sampai kenapa-kenapa sama adiknya."

"Kamu yakin, Mi, sebanyak ini? Dia kan cuma pelayan warung makan," tanya Maya memastikan.

"Kalau aku bisa bantu, kenapa tidak, May? Toh yang bayar dia juga. Aku hanya sebagai penjamin saja. Dia yang bakal cicil tiap bulannya nanti."

"Ini bukan jumlah yang sedikit, loh, Mi. Jangan terlalu percaya sama orang, apalagi kamu enggak tahu pasti orangnya. Nanti malah kamu yang terjebak di dalamnya. Masalah uang itu sangat sensitif, Mi," Maya memperingatkan.

"Aku dan Laras sudah berteman lama, May. Sama dengan aku dan kamu juga. Jadi enggak mungkin kan dia mengkhianatiku atau menjebakku. Apalagi niat aku bantu dia ikhlas, May, untuk pengobatan adiknya," jelas Naomi.

"Aku cuma ingetin kamu aja, Mi. Sudah sepatutnya teman saling mengingatkan, bukan? Jujur, aku khawatir kamu kena masalah lagi," ujar Maya.

"Iya, May. Terima kasih kamu selalu ada buat aku," ucap Naomi sambil tersenyum pada sahabatnya.

---

Di kontrakan.

"Makasih ya, Mi. Kamu memang teman yang paling baik. Aku enggak akan pernah lupain kebaikanmu, Mi. Insya Allah, akan selalu aku jaga amanah ini, Mi."

"Iya, Ras. Aku cuma bisa bantu ini ya. Terus jangan telat bayarnya. Semoga adik kamu cepat sembuh, ya, Ras."

"Iya, Mi. Sekali lagi terima kasih, Mi. Aku kirim dulu ya uangnya. Bulan depan aku cicil. Kamu kirim nomor rekening kamu ya, biar aku gampang transfernya."

"Iya, Ras. Nanti aku WA, ya."

"Oke. Aku balik ke kontrakan dulu ya, Mi. Sekali lagi terima kasih."

"Sama-sama, Ras."

Naomi merebahkan tubuhnya, terasa lelah setelah pekerjaan hari ini. Sudah sepekan lebih dia tidak bertemu Subhan, adiknya. Hal itu membuat Naomi merasakan rindu, apalagi Subhan adalah saudara satu-satunya.

Memang, semenjak Zakia menikah dengan Fahri, Naomi jarang sekali berkunjung ke rumah, apalagi harus bertemu Fahri dan ibu tirinya itu.

Naomi membuka galeri ponselnya, melihat foto kebersamaannya dengan Subhan, serta foto kedua orang tuanya yang telah meninggal. Tak terasa, air mata menetes dari kelopak matanya, mengingat kedua orang tuanya yang kini sudah tak bisa ia temui lagi. Rindu yang sangat sulit terobati adalah merindukan seseorang yang telah pergi dari dunia ini—kerinduan yang teramat berat.

Dulu, ibunya meninggal saat Naomi kelas 3 SMA karena terkejut mengetahui ayah bersama Zakia, lalu jatuh sakit hingga wafat. Awalnya, Naomi tidak merestui hubungan ayahnya, tetapi karena saat itu Zakia tengah hamil anak ayah, mau tak mau Naomi mengalah. Akhirnya, Naomi menerimanya walau sedikit terpaksa, dan sekarang semua terbukti dengan perlakuan Zakia terhadapnya.

Jika waktu bisa diputar kembali, Naomi berpikir, aku tidak ingin mengenal Fahri, lelaki yang menyakitiku dan membuatku trauma. Tetapi semua ini bisa kujadikan pelajaran yang sangat berharga.

---

"Jadi kapan kamu pindahnya, Ri?" tanya Bu Hendra.

"Lusa, Mah."

"Oh, bagus kalau begitu."

Terlihat jelas ibunya Bang Fahri tidak menyukaiku, batin Zakia.

Zakia hanya diam sambil makan.

"Lusa, Mama akan persiapkan untuk perpindahanmu. Jadi, kamu tidak perlu repot-repot, Ri," ujar Bu Hendra.

"Tidak perlu, Mah. Kan ada Zakia di sini. Sudah menjadi tugas kewajibannya untuk semua itu," ujar Fahri.

"Biar sekalian Zakia juga belajar membereskan rumah. Bukan tahu duduk santai saja," cibir Bu Hendra.

Ya Tuhan, ternyata langkahku salah masuk ke keluarga Bang Fahri. Nyatanya ibu mertuaku tidak menyukai kehadiranku di sini, batin Zakia.

"Oh ya, Ma, selepas dari kantor aku tidak langsung pulang. Mau ke apartemen membereskan beberapa hal, biar pas pindah nanti Zakia tinggal yang ringan-ringan saja," ujar Fahri.

Bu Hendra hanya membalas dengan anggukan.

"Aku sudah selesai, Bang. Aku ke atas duluan ya," ucap Zakia pamit kepada Fahri.

Namun, Fahri hanya menjawab dengan anggukan.

Sesampainya di dalam kamar, Zakia bergumam, "Dasar wanita tua itu sungguh mengesalkan!"

"Wanita siapa yang kamu maksud? Ibuku?"

Tiba-tiba Fahri sudah ada di ambang pintu kamar mereka.

"E... anu, Bang. Enggak. Kamu salah dengar, Bang," ucap Zakia gugup.

"Jangan kurang ajar kamu, Zakia," bisik Fahri.

"Dia itu ibuku. Jangan aneh-aneh," kembali Fahri berbisik, memperingatkan Zakia.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Kembalinya Kepemilikan

    Pagi-pagi sekali, Fahri sudah pergi bekerja karena ia sudah menduduki jabatan yang baru dan tidak ingin terlambat.Di perjalanan, Fahri justru melihat Naomi yang sedang berjalan kaki ke arah kantornya. Sudah lebih dari sepekan mereka tidak bertemu, membuat Fahri merasa rindu.Fahri menghentikan mobilnya tepat di samping Naomi yang sedang berjalan, membuat Naomi menghentikan langkahnya."Mi... Naomi," panggil Fahri yang keluar dari mobilnya.Naomi tidak tahu itu mobil Fahri karena Fahri telah mengganti mobilnya sejak naik jabatan."Ayo bareng," ajak Fahri."Tidak, kantorku sudah dekat," tolak Naomi dengan segera."Ayolah, Mi, hitung-hitung kamu mencoba naik mobil baruku. Aku sekarang sudah naik jabatan, Mi.""Oh ya? Selamat kalau begitu, tapi aku tidak bisa! Aku duluan," pamit Naomi sambil berjalan lagi. Namun, Fahri mengejarnya dan menarik tangannya."Lepas!" Naomi menepisnya."Apa salahnya kamu ikut aku?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Kecelakaan yang Mempertemukan Cinta

    Malam mulai larut ketika Naomi melangkah menuju area parkiran tempat kerjanya. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 20.00. Suasana di sekitar sudah cukup sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang masih terparkir di sana. Sebagian besar karyawan sudah pulang, meninggalkan gedung kantor yang kini mulai terasa sunyi.Naomi berdiri di tepi jalan, menunggu taksi online yang telah ia pesan. Biasanya, setelah memesan, taksi akan tiba dalam waktu kurang dari dua menit. Namun, malam ini berbeda. Ia sudah menunggu hampir dua puluh menit, tetapi kendaraan yang dinantikan tak kunjung datang.Gelisah mulai menyelimuti perasaannya. Jalanan di depan kantor memang masih cukup terang karena lampu-lampu jalan yang menyala, tetapi tetap saja, semakin malam, semakin sepi."Seharusnya tadi aku menerima tawaran Maya untuk pulang bareng," batinnya menyesal.Tiba-tiba, suara klakson mobil terdengar dari kejauhan. Naomi terlonjak kaget, matanya refleks menoleh ke arah sumber suara. Dari dalam mobil hi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Awal Kisah Cinta

    Setelah seharian dirawat di rumah sakit, Alto akhirnya dijemput oleh sekretaris pribadinya, Rio. Alto memilih Rio bukan tanpa alasan. Ia sengaja memilih sekretaris pria karena merasa tidak nyaman jika terlalu dekat dengan wanita.Sebenarnya, Alto tidak yakin apakah ini normal atau tidak, tetapi yang jelas, setiap kali ia memiliki sekretaris wanita, selalu saja ada hal yang membuatnya merasa tidak nyaman. Beberapa dari mereka kerap mengenakan pakaian yang melebihi standar kantor, dengan rok terlalu pendek atau kancing kemeja yang sengaja dibiarkan terbuka.Ia tidak tahu apakah dirinya hanya terlalu berpikir berlebihan atau memang para wanita itu sengaja mencoba menarik perhatiannya. Namun, ia bukan tipe pria yang mudah terpengaruh. Oleh karena itu, untuk menghindari drama, ia kini lebih memilih sekretaris pria.Di dalam mobil, Rio menoleh sekilas ke arah Alto yang duduk di kursi belakang dengan wajah datar."Pak, Anda yakin nggak mau mampir ke kantor dulu?" tanya Rio. "Ada beberapa dok

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Ketertarikan yang Semakin Dalam

    Alto duduk di ruang kerjanya dengan tatapan dingin yang penuh perhitungan. Di hadapannya, seorang pria berkemeja hitam duduk dengan sikap tenang, tangannya menggenggam sebuah map tebal yang berisi informasi tentang seseorang yang kini menarik perhatian Alto—Naomi Prameswari.“Jadi, ini semua tentang dia?” tanya Alto, suaranya datar.Detektif itu, seorang pria berusia sekitar empat puluhan dengan sorot mata tajam, mengangguk. “Benar, Tuan Verdatoro. Semua informasi yang bisa saya dapatkan dalam waktu singkat sudah ada di sini. Jika Anda ingin detail lebih lanjut, saya masih bisa menggali lebih dalam.”Alto mengambil map itu dan membukanya. Di dalamnya ada beberapa lembar dokumen, foto, serta laporan mengenai pekerjaan Naomi, kebiasaannya, dan lingkaran sosialnya.“Dia bekerja di sebuah perusahaan media digital sebagai content writer,” gumam Alto sambil membaca. “Dia tinggal di sebuah kontrakan kecil di daerah Jakarta Selatan... sering menghabiskan waktu be

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Dua Pria yang Peduli pada Wanita yang sama

    Di sebuah restoran mewah di pusat kota, suasana terasa begitu formal dan penuh ketegangan. Di salah satu sudut VIP, Alto Verdatoro duduk dengan elegan, mengenakan jas hitam yang selalu membuatnya terlihat berwibawa. Tatapan matanya tajam, namun ada sedikit rasa ingin tahu di dalamnya.Di hadapannya, duduklah Fahri. Pria yang dulunya adalah tunangan Naomi, tetapi sekarang justru menjadi suami ibu tirinya.Fahri membuka percakapan lebih dulu."Sepertinya kau sudah cukup menyelidik tentang Naomi," ujarnya dengan nada datar, tetapi jelas mengandung sindiran.Alto tidak langsung menjawab. Ia menyesap kopinya perlahan, lalu menatap lurus ke mata Fahri."Aku hanya ingin mengenal lebih jauh orang yang menarik perhatianku," balas Alto santai.Fahri tersenyum miring. "Apa yang kau inginkan dari Naomi?"Alto meletakkan cangkir kopinya dengan perlahan, suaranya tetap dingin namun tajam. "Itu urusan antara aku dan dia.""Aku tidak akan memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Rahasia yang Terungkap

    Fahri memandangi cangkir kopinya yang sudah mulai dingin. Setelah pertemuannya dengan Alto, pikirannya terus dipenuhi oleh Naomi."Aku memang masih mencintaimu, Naomi..." batinnya lirih.Bukan sekali dua kali ia ingin mendekatinya kembali, bukan untuk mengusik, melainkan untuk melindunginya. Namun, Naomi selalu menolaknya, bahkan menghindarinya.Dan yang paling membuatnya frustasi adalah kenyataan bahwa Naomi lebih memilih hidup sederhana, mengontrak rumah kecil, dibanding tinggal di rumah mewah peninggalan ayahnya. Bahkan, perusahaan milik ayahnya yang kini telah kembali padanya pun tidak ia kelola sendiri, melainkan ia percayakan pada pamannya.Fahri tahu, semua ini karena Zakia.Zakia, ibu tiri Naomi sekaligus istrinya saat ini, adalah sumber dari semua penderitaan Naomi.Dulu, saat Naomi kehilangan ayahnya, Zakia dengan liciknya mengambil alih semua harta dan perusahaan, meninggalkan Naomi dalam keadaan tak berdaya. Naomi bahkan hampir k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Pertemuan dan Tawaran tak Terduga

    Naomi berjalan menyusuri trotoar dengan langkah cepat, menyesali keputusannya keluar tanpa membawa payung. Langit mendung mulai menghitam, pertanda hujan akan turun sebentar lagi. Ia baru saja selesai mengurus dokumen di kantor pamannya dan kini dalam perjalanan pulang ke apartemen Maya."Semoga sempat sampai sebelum hujan turun," gumamnya sambil menarik jaketnya lebih erat.Namun, keberuntungan sepertinya tidak berpihak padanya hari ini. Baru beberapa langkah dari halte, hujan mulai turun dengan derasnya. Naomi terpaksa berteduh di bawah kanopi sebuah kafe kecil di pinggir jalan.Ia menghela napas dan memutuskan untuk masuk ke dalam kafe agar tidak basah kuyup. Aroma kopi langsung menyambutnya begitu ia membuka pintu. Suasana kafe yang hangat dan nyaman membuatnya sedikit lebih tenang.Naomi memilih duduk di dekat jendela, menikmati pemandangan hujan yang membasahi jalanan kota. Ia memesan secangkir cokelat panas dan mulai sibuk dengan ponselnya, tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Antara Cinta, Luka, dan Keputusan

    Naomi tidak pernah menyangka bahwa hubungannya dengan Alto akan seintens ini. Setelah resmi berpacaran, Alto sering mengajaknya makan bersama, mengantarnya pulang, bahkan memberikannya apartemen agar tidak perlu lagi tinggal di kontrakan. Perhatian Alto begitu besar, meskipun terkadang ia menunjukkan sikap yang membuat Naomi kewalahan.Hari itu, mereka sedang dalam perjalanan menuju restoran ketika tanpa diduga, mereka berpapasan dengan seseorang dari masa lalu Naomi—Fahri. Naomi terkejut, tapi sebelum ia sempat berkata apa-apa, Alto tiba-tiba merangkul pinggangnya.Naomi refleks mencoba melepaskan diri. “Alto, jangan seperti ini. Aku nggak nyaman.”Namun, Alto tidak menggubris protesnya. Matanya menatap tajam ke arah Fahri, seolah ingin menunjukkan sesuatu. Fahri yang melihat mereka sontak menghentikan langkahnya. Ada kilatan tak suka di matanya, tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, seseorang memanggil namanya."Fahri!"Fahri men

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22

Bab terbaru

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Keputusan Alto

    Setelah semalaman menikmati kebersamaan yang begitu intim, pagi itu Naomi terbangun dengan senyum di wajahnya. Angin laut yang sejuk menerpa kulitnya, membawa aroma khas laut yang menyegarkan. Ia menoleh ke samping, mendapati Alto masih tertidur dengan ekspresi tenang. Pria itu terlihat lebih damai dibandingkan biasanya—tidak ada sorot dingin dan penuh tekanan yang sering ia tunjukkan saat berada di kantor.Naomi menyentuh pipi Alto dengan lembut, membuat pria itu mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka sepenuhnya. Ia tersenyum kecil."Selamat pagi," ucap Alto dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur."Selamat pagi," balas Naomi dengan lembut. "Ayo kita jalan-jalan. Aku ingin melihat keindahan bawah laut Pulau Amora."Alto meregangkan tubuhnya sejenak sebelum duduk di ranjang. Ia mengusap rambutnya yang sedikit berantakan. "Kedengarannya bagus. Tapi jangan menyelam terlalu dalam, aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu."Naomi tertawa kecil. "Aku bisa berenang, Alto. Kau

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Bulan Madu di Pulau Amora

    Stelah menempuh perjalanan panjang selama lima jam, akhirnya Alto dan Naomi tiba di Pulau Amora, sebuah pulau pribadi milik keluarga Alto yang telah dipersiapkan khusus untuk bulan madu mereka.Begitu mereka turun dari kapal, tiga orang pegawai sudah menanti di dermaga. Dua perempuan dan satu laki-laki, semuanya berpakaian seragam rapi dengan senyuman ramah di wajah mereka."Selamat datang, Tuan Alto dan Nyonya Naomi," ucap seorang wanita yang tampak lebih senior dari yang lain. "Nama saya Liana, dan ini Adinda serta Rudi. Kami akan memastikan semua kebutuhan Anda selama di sini terpenuhi."Naomi tersenyum sopan. "Terima kasih, senang bertemu dengan kalian."Alto hanya mengangguk kecil. "Pastikan semuanya sesuai dengan yang sudah saya instruksikan sebelumnya.""Tentu, Tuan," jawab Liana dengan penuh hormat.Mereka mengantar Alto dan Naomi ke dalam vila utama yang sudah didekorasi dengan sangat indah. Naomi hampir tidak bisa menyembunyikan ke

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Hambatan di Perjalanan

    Setelah hari pernikahan yang digelar dengan megah dan penuh kebahagiaan, pagi ini Naomi dan Alto bersiap untuk menikmati bulan madu mereka. Destinasi mereka adalah sebuah pulau pribadi milik keluarga Alto, tempat yang indah dan jauh dari hiruk-pikuk kota.Naomi yang duduk di dalam mobil menatap suaminya yang sedang fokus menyetir. Hari ini, Alto terlihat lebih santai dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku dan celana panjang hitam. Sementara itu, Naomi mengenakan dress berwarna biru muda yang memberi kesan lembut namun elegan."Apa kau yakin ingin menyetir sendiri? Kita bisa meminta sopir untuk mengantar kita sampai pelabuhan," ucap Naomi sambil melirik Alto.Alto tersenyum kecil tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan. "Aku ingin menikmati perjalanan ini hanya denganmu. Lagipula, aku sudah terbiasa menyetir sendiri."Naomi tersenyum dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. "Baiklah, tapi kalau lelah, kita bisa berhenti sebentar."Perjalanan berlangsung dengan t

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Hari Bahagia Naomi dan Alto

    Hari yang dinanti akhirnya tiba. Hari di mana Naomi dan Alto akan mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Acara ini tidak digelar dengan megah, hanya sebuah pernikahan yang dihadiri oleh orang-orang terdekat mereka. Naomi dan Alto memang sepakat untuk tidak membuat pesta besar-besaran.Hanya beberapa rekan kerja yang diundang, baik dari pihak Naomi maupun Alto. Orang tua Alto juga hanya mengundang teman kerja mereka, membuat suasana pernikahan terasa lebih intim dan penuh kehangatan.Di salah satu ruangan khusus, Naomi tengah bersiap dengan gaun pengantinnya. Sebuah gaun putih sederhana namun elegan yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya ditata dengan rapi, dihiasi aksesori kecil yang semakin mempermanis penampilannya.Saat Naomi memandang dirinya di cermin, jantungnya berdebar kencang. Ia masih sulit percaya bahwa hari ini akhirnya tiba—hari di mana ia menjadi istri Alto Verdatoro."Naomi, kau sudah siap?" suara lembut seorang MUA m

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Kunjungan Mantan

    Siang itu, matahari bersinar terik, menyengat kulit siapa pun yang berjalan di bawahnya. Suasana kota masih sibuk, dengan lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya.Naomi baru saja turun dari mobil setelah kembali dari kunjungannya ke MUA. Tangannya masih memegang ponsel, jari-jarinya secara refleks menggulir layar, melihat-lihat pesan yang masuk. Tatapannya sesaat kosong. Pikirannya masih sedikit kacau setelah kejadian semalam—jebakan Zakia yang hampir membuatnya berada dalam situasi sulit.SMS dari Zakia masih tersimpan di ponselnya. Kata-kata penuh provokasi yang seolah ingin mengaduk-aduk perasaannya terus berputar di benaknya.Namun, langkahnya terhenti seketika saat ia melihat seseorang berdiri di depan apartemennya.Fahri.Jantung Naomi berdegup lebih cepat. Ia tidak pernah memberi tahu Fahri alamat apartemennya. Bagaimana pria itu bisa tahu?Sebelum Naomi sempat mengatakan sesuatu, langkah lain terden

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Batas yang Tertahan

    Naomi masih terengah-engah setelah ciuman mereka berakhir. Tatapan Alto yang dalam seolah membakar kulitnya. Ia bisa merasakan tangan pria itu tetap bertahan di pinggangnya, jemarinya mencengkeram seakan enggan melepaskannya."Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu," gumam Alto, suaranya terdengar rendah dan berat.Naomi tidak menjawab. Ia hanya bisa menatap pria di hadapannya, merasakan detak jantungnya yang berdebar tak karuan. Namun, sebelum pikirannya bisa kembali jernih, Alto sudah kembali menundukkan kepalanya.Bibirnya kembali menyapu bibir Naomi, kali ini lebih dalam, lebih menuntut. Naomi tak sempat berpikir lagi, tubuhnya sudah mengikuti ritme yang Alto berikan. Ia membalasnya dengan penuh perasaan, kedua tangannya naik ke dada pria itu, mencengkeram kerah kemejanya seolah takut kehilangan pegangan.Alto menarik Naomi lebih dekat, hingga tidak ada lagi jarak di antara mereka. Tubuhnya terasa begitu panas, setiap sentuhan pria itu membuatnya hampir kehilangan kendali

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Keheningan di Balik Pelukan

    Suasana di dalam mobil terasa sunyi. Hanya suara mesin yang terdengar, sementara Naomi terus memandangi Alto tanpa sadar. Pria itu memang dingin, tapi malam ini, Naomi melihat sisi lain darinya—sisi yang peduli dan melindungi.Jika bukan karena Alto, mungkin ia sudah terjebak dalam rencana licik Zakia. Naomi masih tidak habis pikir bagaimana sahabatnya sendiri tega melakukan hal itu padanya. Tapi satu hal yang lebih mengejutkan adalah bagaimana Alto menangani semuanya dengan kepala dingin. Ia tidak menyakiti Zakia, padahal ia punya kesempatan. Bahkan, Alto memastikan wanita itu dibawa kepada Fahri agar tetap dalam pengawasan.“Kau mau terus menatapku seperti itu, atau mau bilang sesuatu?” suara Alto tiba-tiba memecah kesunyian.Naomi tersentak dan langsung membuang muka ke luar jendela. “Aku cuma… masih syok.”Alto meliriknya sekilas sebelum kembali fokus ke jalan. “Itu wajar. Tapi kau aman sekarang.”Naomi mengangguk kecil. Perjalanan menuju apartemen dilanjutkan tanpa banyak bicara.

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Konspirasi di Balik Malam

    Malam itu, Naomi sudah bersiap tidur ketika ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk.Fahri:"Naomi, aku ingin bertemu denganmu sebentar. Ada Subhan juga. Dia ingin bertemu denganmu. Aku kirim lokasinya."Naomi membaca pesan itu sekilas. Bukan hal aneh jika Fahri mengiriminya pesan.Sejak lama, Fahri sering menghubunginya, entah sekadar menanyakan kabar atau mengajak bertemu. Namun, Naomi selalu mengabaikan pesan-pesan itu, tidak ingin lagi terlibat dalam urusan pria yang telah memilih menikahi Zakia.Namun, kali ini berbeda.Subhan.Hanya dengan membaca nama itu, hatinya langsung tergerak. Ia sangat merindukan bocah itu. Naomi tahu bahwa Subhan bukan adik kandungnya, tetapi mereka sangat dekat sejak kecil.Tanpa banyak berpikir, ia membalas singkat.Naomi:"Baik, aku akan ke sana."Tak ingin membuang waktu, ia segera mengenakan jaketnya dan melangkah keluar apartemen tanpa suara.Yang tidak disadariny

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Dekapan yang Menggoda

    Naomi masih merasakan debaran di dadanya. Apa yang Alto lakukan semalam membuatnya gelisah, bukan karena ia tidak menyukainya, tetapi karena ia tahu dirinya selalu kehilangan kendali setiap kali Alto menyentuhnya. Itu yang membuatnya takut—takut akan dirinya sendiri.Malam itu, Naomi memastikan dirinya tidur lebih awal dan mengunci pintu kamar rapat-rapat. Ia ingin menenangkan pikirannya sebelum kembali beraktivitas esok hari. Namun, satu hal yang ia lupakan—ini adalah apartemen milik Alto, dan pria itu memiliki semua duplikat kunci ruangan.Pagi yang MengejutkanKetika sinar matahari mulai masuk melalui celah tirai, Naomi perlahan membuka matanya. Ia merasakan sesuatu yang hangat dan berat di pinggangnya. Jantungnya seketika berdegup kencang saat menyadari bahwa Alto sedang memeluknya dari belakang.Matanya membelalak. Kapan Alto masuk ke kamarnya? Kenapa dia ada di sini?Naomi menahan napas, berusaha tidak membuat gerakan yang dapat membangunkan pria itu. Dengan hati-hati, ia mencob

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status