Share

Bab 3

Author: Iyustine
last update Last Updated: 2025-03-03 16:21:11

Keluar dari resto Mama Erna, Fenita melajukan mobil ke arah yang dia hafal betul di luar kepala. Rumah Kemal. Namun saat mobil sudah dekat dengan gerbang perumahan, hati Fenita tiba-tiba meragu. 

Mungkin benar kata sang mama, kalau Kemal benar-benar punya cinta yang besar, seharusnya tadi lelaki itu tetap berdiri di sampingnya. Minimal Kemal tinggal sebentar untuk mendapat penjelasan terlebih dahulu. Tidak langsung ikut pergi bersama keluarganya.

“Cinta tulus itu nggak ada, Fe,” kata Mama Erna suatu hari. “Di jaman sekarang ini, uang adalah tujuan setiap manusia.”

Fenita mendesah. Dia ingin sekali mengingkarinya. Namun kenyataan yang dia temui selama ini hampir semua seperti itu. Teman-teman sekolahnya sering memanfaatkan dia. Pacar-pacarnya yang terdahulu selalu ingin dibelikan ini dan itu. Yang pada akhirnya Fenita tahu dia cuma menjadi ATM berjalan bagi mereka. Tidak ada yang menerima dirinya berdasarkan cinta kasih.

Semula Fenita merasa Kemal berbeda. Sebab sedari awal, lelaki itu tidak pernah meminta apa pun. Justru Kemal yang sering memberinya sesuatu, meski itu bukanlah benda-benda mahal. Cokelat, setangkai mawar, boneka mini, bando dan masih banyak lagi pernak pernik lucu khas perempuan. Yang semua itu Fenita terima bersamaan dengan puja puji dari mulut manis Kemal, yang membuatnya merasa dicintai. Merasa diinginkan.

Fenita memejamkan mata sebentar. Apa salah jika dia memperjuangkan Kemal, memperjuangkan cinta ini? Baru dengan Kemal, dia mendapatkan hangatnya kasih sayang yang selama ini dia cari.

Ah aku harus mencobanya sekali lagi, gumam Fenita. Daripada menyesal tidak pernah mencoba.

Fenita pun masuk ke kompleks perumahan Kemal. Kakinya terus menekan pedal gas sampai akhirnya berbelok di jalan bertuliskan blok H. 

Sejenak Fenita kembali meragu. Di depan sana, terlihat rumah Kemal ramai orang. Tiga mobil yang tadi dia lihat dipakai rombongan keluarga Kemal ke acara pertunangannya, terparkir rapi di sekitar rumah tipe tiga enam tersebut. 

Jalanan yang sempit, ditambah kendaraan yang terparkir memakan area, membuat Fenita tidak punya pilihan lain, selain melintas di depan rumah Kemal. Dia tidak bisa mundur.

“Kak Fenita!” 

Sayup-sayup dia mendengar suara yang meneriakkan namanya. Persis saat mobilnya melewati rumah Kemal. Dia memang tidak mungkin melaju kencang.

Fenita melirik ke spion. Terlihat sepupu Kemal menunjuk ke arahnya. Sedang Tante Desi dan sang suami ada di belakang si anak.

Sekejap dia dihinggapi kebingungan. Apakah harus berhenti atau jalan terus?

Akhirnya Fenita memilih untuk terus tancap gas. Rasanya dia belum siap jika harus bertemu dengan keluarga besar Kemal. Dia berharap bisa bertemu dengan Kemal, atau Bu Rinta. Ibu kandung Kemal yang selama ini memperlakukan dia seperti anaknya. Mungkin dia masih bisa menjelaskan dengan tenang jika hanya berdua saja.

Fenita melirik spion lagi. Entah mengapa dia ingin sekali Kemal mengejarnya. Mungkin berlari, atau naik motor, sambil meneriakkan namanya. Namun sampai dia keluar kompleks, tidak ada siapa pun. Kemal tidak mengejarnya. 

Air mata Fenita bergulir di kedua pipinya. Mungkin Mama Erna benar, mimpinya untuk dicintai lelaki tampan itu harus usai sampai di sini. Kemal memang tidak pernah menjadikannya ATM berjalan. Tapi Kemal tidak menerima dirinya karena dia tidak punya papa yang jelas. Dia anak haram.

Sembari menangis Fenita melajukan mobil tidak tentu arah. Sampai akhirnya dia merasa lelah, lalu memutuskan untuk pulang. 

Mama Erna terlihat sedang duduk di meja makan ketika Fenita sudah berada di dalam rumah mewah mereka.

“Makanlah dulu, Fe. Kamu dari siang belum makan kan?” Mama Erna bersuara sembari menyuap. “Ini ada sop iga kesukaan kamu.”

Fenita berhenti sejenak. Sikap wanita itu benar-benar terlihat biasa saja. Tampak santai meski Fenita yakin dia melihat wajah putri semata wayangnya ini berantakan. 

“Atau mau dipanaskan dulu?” 

Fenita memilih untuk tidak mengacuhkannya. Gadis cantik berkulit putih itu gegas menaiki anak tangga dengan setengah berlari. 

Brak! 

Ditutupnya pintu dengan kencang. Setelahnya dia menghambur ke atas ranjang. Fenita kembali menangis.

Dia merasa menjadi orang paling sendirian di dunia. Sudah lahir tanpa ayah, dia juga tidak punya kerabat. Dia tidak pernah tahu siapa nenek, kakek atau saudara yang lain. Fenita hanya punya seorang ibu. Ibu yang lebih mencintai pekerjaan daripada dirinya. 

Sekarang dia tidak heran kenapa mamanya begitu. Ternyata Mama Erna melahirkan dia hanya karena perempuan itu takut mati saat menggugurkan janin. Dia dipertahankan sampai lahir, bukan karena jalinan kasih sayang seorang ibu kepada anak. Satu lagi fakta menyakitkan yang melengkapi penderitaannya.

Fenita membenamkan wajahnya, kemudian menjerit-jerit hingga tenggorokannya pegal. Hatinya terasa sakit sekali.

Mendadak telepon berbunyi. Fenita spontan terdiam. Setelah terpaku mendengarkan bunyi alat komunikasi itu, dia bergegas bangkit. Hanya ada satu nomor kontak di telepon selulernya yang dia beri bunyi khusus semacam itu.

“Mas Kemal,” panggil Fenita saat telepon sudah tersambung. Bibirnya bergetar bahagia.

“Sayang, sudah sampai rumah? Mas kuatir loh, pasti tadi kamu ngebut ya? Terus muter-muter dulu kan?” 

Fenita spontan menangis. Dia lega, haru, senang sekaligus sedih mendengar suara merdu Kemal yang beruntun itu. Hati terdalamnya meletup diberi perhatian begini rupa.

“Eh, jangan nangis dong. Maafin Mas tadi terpaksa nurut sama Ibu dulu. Kalau nggak, pasti tambah nggak karuan. Sayang kan tau Tante Desi gimana,” kata Kemal. Suaranya terdengar mendayu-dayu.

“Mas kasihan sama Sayang, sama Mama Erna juga, jadi tadi Mas sengaja mengalah dulu. Maafin ya,” tambah Kemal.

Fenita semakin menggugu. Dia ternyata tidak kehilangan Kemal. Kekasihnya yang tampan itu benar-benar mencintainya.

“Udah, jangan nangis. Sekarang Sayang maem dulu, terus bobo. Besok kita ketemu ya. Eh, Mas udah tau siapa papanya Sayang.”

“T-tapi Mas nggak ninggalin aku kan?”

Terdengar tawa Kemal berderai. “Ya nggak. Mas malah mau kasih info lengkap soal papa Sayang.”

Fenita melotot kaget. Mendadak kepalanya berisik, tetapi suaranya hilang entah kemana.

“Mas udah tau semuanya. Sayang pasti kaget.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 4

    Keesokan paginya, Fenita yang sebenarnya hampir tidak tidur, turun sudah dalam keadaan rapi.“Nah, gitu… baru anak Mama. Perempuan kuat,” cetus ibu kandung Fenita itu. “Mau ke cafe kan?” Fenita hanya mengulas senyum tipis. “Fokuskan hidup kamu untuk membangun cafe-mu. Itulah bibit kebahagiaan kamu yang sejati.”“Aku pergi dulu, Ma.”Fenita malas berlama-lama meladeni Mama Erna. Dia berjalan keluar seraya melihat pergelangan tangan kirinya. Masih ada waktu untuk menyantap sesuatu di cafe nanti, sebelum dia bertemu Kemal. Dia lapar sekali sedari semalam, tetapi terlalu malas untuk makan. Akibatnya sekarang dia kelaparan.Fenita membawa mobilnya sedikit lebih kencang untuk memburu waktu. Dua puluh menit kemudian mobil itu berbelok pada cafe yang masih tutup. Penjaga yang melihatnya segera membukakan pintu seraya memberi salam hormat.Cafe kecil ini baru tiga bulan dia kelola. Dia dapat dari Mama Erna, sebagai hadiah kelulusannya. Perempuan itu menginginkan Fenita menjadi pebisnis. Dan

    Last Updated : 2025-03-03
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 5

    Fenita menelan ludahnya. “A-aku nggak ingin sejauh itu, Mas.”“Maksudnya?”“Aku sebenarnya hanya ingin tau saja. Minimal kalau ada orang tanya siapa papaku, aku bisa menjawab. Selanjutnya aku bisa beralasan papa dan mamaku sudah berpisah sejak aku kecil, atau semacam itu.” Fenita menjeda ucapannya. Dia menatap Kemal yang tampak kaget.“B-bukankah i-itu kedengarannya akan lebih baik? Lebih terhormat. I-iya nggak sih?” Fenita menunduk. Mendadak dia tidak yakin dengan argumennya sendiri. Kemudian dia mengambil pisau makan yang tadi sempat terjatuh di dekat piringnya, tetapi tidak dia pakai untuk mengiris, hanya diketuk-ketuk di pinggiran piringnya.Kemal terlihat menghela napas panjang. Tampak segaris senyum yang terkesan seperti kurang tulus. “Y-ya itu terserah Sayang. Cuma menurut Mas, Sayang punya hak. Sayang juga darah daging Pak Galih.”Fenita berderai dua detik. Tawa yang serupa orang berdehem.“Aku ini anak yang dilahirkan di luar pernikahan, Mas, mana ada anak haram seperti ak

    Last Updated : 2025-03-03
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 6

    “Ibu ingin papa kandungmu bisa ikut menyaksikan kamu menikah,” kata Bu Rinta pelan.“Maksud Ibumu baik, Fe. Supaya keluarga kami tidak digunjingkan.” Tante Desi buru-buru menambahkan penjelasan. Dia terlihat bangkit, lalu berdiri di sisi kanan Fenita.Bu Rinta terlihat mengangguk-angguk. “Iya, betul begitu.”Fenita terdiam. Dia tidak menyangka pembicaraan yang semula hangat, ternyata mengarah ke sana.“Sayang… semua anak berhak mengenal ayahnya, terlepas dari masa lalu yang terjadi di antara ayah dan ibunya. Seperti kamu dan papamu. Darahnya tetap ada di tubuhmu,” kata Bu Rinta.Fenita semakin gelisah. Dia teringat akan perkataan Mama Erna, kalau papanya yang bukan orang sembarangan itu bisa saja membuat hidupnya dalam bahaya. Gadis itu pun menggeleng pelan. “Maaf, Bu, tapi aku nggak sependapat soal ini. Aku nggak butuh dia, aku sudah cukup seperti sekarang.”“Kalau ada kasak kusuk di pernikahan kalian gimana?” tanya Bu Rinta. Terdengar sedikit mendesak.“K-kita bisa bilang kalau p-p

    Last Updated : 2025-03-03
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 7

    “Kok harta Pak Galih?” Suara Fenita tercekat.Kepalanya spontan berdenyut. Apakah tuduhan Mama Erna ternyata benar? Jika Kemal memang hanya mengincar harta?“B-bukan h-harta yang seperti itu,” sahut Kemal cepat. Kalimatnya menjadi begitu gagap. “J-jangan salah sangka dulu, Sayang.”Fenita dapat mendengar helaan napas Kemal yang panjang. Lalu mereka terdiam beberapa detik.“Gini loh maksud Mas, em… Mama Erna pasti tidak akan tinggal diam melihat kita menikah kan?” tanya Kemal hati-hati. “Mas kok agak kuatir, setelah itu Mama Erna akan mengerahkan berbagai macam cara untuk mengacaukan pernikahan kita. Menyakiti Sayang.”“Sangat tidak mungkin kalau Mama Erna melepas Sayang begitu saja. Iya nggak?”Fenita terdiam. Apa yang diucapkan Kemal terdengar menyeramkan. Namun kalau diingat kembali bagaimana selama ini Mama Erna terus menerus memaksakan kehendak pada dirinya, Fenita jadi merasa bahwa argumen sang kekasih ada benarnya.“Kalau Pak Galih sudah ada di sisi kita, Sayang jadi punya perli

    Last Updated : 2025-03-26
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 8

    “Tapi kenapa beda dengan yang ada di foto kemarin ya, Mas?” bisik Fenita lagi. Gadis itu sampai mengerutkan kelopak mata, semacam usaha untuk menajamkan pandangan.“Yang ini kayaknya jauh lebih muda,” lanjut Fenita.“Mas rasa itu memang bukan Pak Galih, Sayang,” jawab Kemal. Dia menatap Fenita sekilas. Lalu dia mengangguk mantap. “Mungkin dia asisten atau apa. Maklumlah, Pak Galih kan pejabat. Mungkin ada semacam standar penerimaan tamu gitu.”Fenita bertambah gemetar mendengar ucapan itu. Namun dia tetap berhasil menyamakan langkah Kemal, hingga mereka berdua akhirnya sampai di hadapan lelaki berjas biru tua yang mereka gunjingkan diam-diam.“Selamat siang.” Lelaki itu menyapa terlebih dahulu. Senyumnya menyembul. “Perkenalkan, saya Nolan Tjandra. Mohon ijin memberitahu bahwa sementara ini saya mewakilkan Bapak, sebab Bapak ternyata ada meeting mendadak yang sangat penting.”“Tapi nanti Pak Galih bisa menemui kami kan?” tukas Kemal.“Iya, sudah ada dalam agenda beliau kok, hanya diun

    Last Updated : 2025-03-27
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 1

    “Tunggu!”Lengkingan itu spontan membuat Fenita dan Kemal berhenti. Sedianya Kemal akan memasangkan cincin di jari manis Fenita. Malam ini adalah malam pertunangan mereka. Meski hanya dihadiri oleh keluarga Fenita dan Kemal, tetapi diadakan secara cukup mewah. Bertempat di sebuah resto terkenal milik Mama Erna, yang tidak lain ibu kandung Fenita.“Tunggu, Mal. Tahan dulu!” Suara itu terdengar lagi.Tidak berapa lama sang pemilik suara, seorang ibu bertubuh besar dari rombongan keluarga Kemal, terlihat berdiri. Dia lalu melangkah mendekati panggung kecil, di mana Fenita dan Kemal berdiri berhadapan, bersiap saling memasangkan cincin pertunangan. Fenita mengenal perempuan bertubuh besar itu. Dia Tante Desi, adik dari Bu Rinta, ibu kandung Kemal.“Des, bukan waktunya bercanda!” tegur Bu Rinta, terlihat dia hendak menarik tangan sang adik ipar.“Ini serius, Mbak, ini soal masa depan Kemal,” ujar Tante Desi tetap merangsek maju. Ternyata perempuan itu tidak menuju ke panggung, melainkan

    Last Updated : 2025-03-03
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 2

    “Jangan mengancam, Fe.” Mama Erna terlihat hendak meraih pundak Fenita, tetapi gadis itu cepat berkelit.“Sungguh, ini semua demi kebaikanmu. Karena papamu itu bukan orang sembarangan,” kata Mama Erna lagi.Fenita merasa frustasi setiap mendengar kalimat itu. Memangnya kenapa kalau papanya bukan orang sembarangan? Dia tetap punya hak untuk mengetahui siapa ayahnya, seperti milyaran anak lain di dunia ini.“Oke, jadi Mama lebih pilih aku tanya ke Tante Desi ya?” tantang Fenita. Mama kandungnya itu terlihat melenguh. “Tidak akan ada bed–”“Ada bedanya, Ma. Aku sudah mengatakannya berkali-kali. Ada bedanya untuk masa depanku,” potong Fenita. Suaranya terdengar seperti berputus asa. Perdebatan ini sejatinya sudah sering terjadi di antara mereka.Mama Erna menghela napas panjang. Wanita cantik itu tampak menghindari tatap muka dengan sang anak.“Ma, lihatlah diri Mama. Sampai sekarang Mama tidak menikah. Apa Mama juga ingin aku melajang seumur hidup, hanya karena nggak ada laki-laki yang

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 8

    “Tapi kenapa beda dengan yang ada di foto kemarin ya, Mas?” bisik Fenita lagi. Gadis itu sampai mengerutkan kelopak mata, semacam usaha untuk menajamkan pandangan.“Yang ini kayaknya jauh lebih muda,” lanjut Fenita.“Mas rasa itu memang bukan Pak Galih, Sayang,” jawab Kemal. Dia menatap Fenita sekilas. Lalu dia mengangguk mantap. “Mungkin dia asisten atau apa. Maklumlah, Pak Galih kan pejabat. Mungkin ada semacam standar penerimaan tamu gitu.”Fenita bertambah gemetar mendengar ucapan itu. Namun dia tetap berhasil menyamakan langkah Kemal, hingga mereka berdua akhirnya sampai di hadapan lelaki berjas biru tua yang mereka gunjingkan diam-diam.“Selamat siang.” Lelaki itu menyapa terlebih dahulu. Senyumnya menyembul. “Perkenalkan, saya Nolan Tjandra. Mohon ijin memberitahu bahwa sementara ini saya mewakilkan Bapak, sebab Bapak ternyata ada meeting mendadak yang sangat penting.”“Tapi nanti Pak Galih bisa menemui kami kan?” tukas Kemal.“Iya, sudah ada dalam agenda beliau kok, hanya diun

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 7

    “Kok harta Pak Galih?” Suara Fenita tercekat.Kepalanya spontan berdenyut. Apakah tuduhan Mama Erna ternyata benar? Jika Kemal memang hanya mengincar harta?“B-bukan h-harta yang seperti itu,” sahut Kemal cepat. Kalimatnya menjadi begitu gagap. “J-jangan salah sangka dulu, Sayang.”Fenita dapat mendengar helaan napas Kemal yang panjang. Lalu mereka terdiam beberapa detik.“Gini loh maksud Mas, em… Mama Erna pasti tidak akan tinggal diam melihat kita menikah kan?” tanya Kemal hati-hati. “Mas kok agak kuatir, setelah itu Mama Erna akan mengerahkan berbagai macam cara untuk mengacaukan pernikahan kita. Menyakiti Sayang.”“Sangat tidak mungkin kalau Mama Erna melepas Sayang begitu saja. Iya nggak?”Fenita terdiam. Apa yang diucapkan Kemal terdengar menyeramkan. Namun kalau diingat kembali bagaimana selama ini Mama Erna terus menerus memaksakan kehendak pada dirinya, Fenita jadi merasa bahwa argumen sang kekasih ada benarnya.“Kalau Pak Galih sudah ada di sisi kita, Sayang jadi punya perli

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 6

    “Ibu ingin papa kandungmu bisa ikut menyaksikan kamu menikah,” kata Bu Rinta pelan.“Maksud Ibumu baik, Fe. Supaya keluarga kami tidak digunjingkan.” Tante Desi buru-buru menambahkan penjelasan. Dia terlihat bangkit, lalu berdiri di sisi kanan Fenita.Bu Rinta terlihat mengangguk-angguk. “Iya, betul begitu.”Fenita terdiam. Dia tidak menyangka pembicaraan yang semula hangat, ternyata mengarah ke sana.“Sayang… semua anak berhak mengenal ayahnya, terlepas dari masa lalu yang terjadi di antara ayah dan ibunya. Seperti kamu dan papamu. Darahnya tetap ada di tubuhmu,” kata Bu Rinta.Fenita semakin gelisah. Dia teringat akan perkataan Mama Erna, kalau papanya yang bukan orang sembarangan itu bisa saja membuat hidupnya dalam bahaya. Gadis itu pun menggeleng pelan. “Maaf, Bu, tapi aku nggak sependapat soal ini. Aku nggak butuh dia, aku sudah cukup seperti sekarang.”“Kalau ada kasak kusuk di pernikahan kalian gimana?” tanya Bu Rinta. Terdengar sedikit mendesak.“K-kita bisa bilang kalau p-p

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 5

    Fenita menelan ludahnya. “A-aku nggak ingin sejauh itu, Mas.”“Maksudnya?”“Aku sebenarnya hanya ingin tau saja. Minimal kalau ada orang tanya siapa papaku, aku bisa menjawab. Selanjutnya aku bisa beralasan papa dan mamaku sudah berpisah sejak aku kecil, atau semacam itu.” Fenita menjeda ucapannya. Dia menatap Kemal yang tampak kaget.“B-bukankah i-itu kedengarannya akan lebih baik? Lebih terhormat. I-iya nggak sih?” Fenita menunduk. Mendadak dia tidak yakin dengan argumennya sendiri. Kemudian dia mengambil pisau makan yang tadi sempat terjatuh di dekat piringnya, tetapi tidak dia pakai untuk mengiris, hanya diketuk-ketuk di pinggiran piringnya.Kemal terlihat menghela napas panjang. Tampak segaris senyum yang terkesan seperti kurang tulus. “Y-ya itu terserah Sayang. Cuma menurut Mas, Sayang punya hak. Sayang juga darah daging Pak Galih.”Fenita berderai dua detik. Tawa yang serupa orang berdehem.“Aku ini anak yang dilahirkan di luar pernikahan, Mas, mana ada anak haram seperti ak

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 4

    Keesokan paginya, Fenita yang sebenarnya hampir tidak tidur, turun sudah dalam keadaan rapi.“Nah, gitu… baru anak Mama. Perempuan kuat,” cetus ibu kandung Fenita itu. “Mau ke cafe kan?” Fenita hanya mengulas senyum tipis. “Fokuskan hidup kamu untuk membangun cafe-mu. Itulah bibit kebahagiaan kamu yang sejati.”“Aku pergi dulu, Ma.”Fenita malas berlama-lama meladeni Mama Erna. Dia berjalan keluar seraya melihat pergelangan tangan kirinya. Masih ada waktu untuk menyantap sesuatu di cafe nanti, sebelum dia bertemu Kemal. Dia lapar sekali sedari semalam, tetapi terlalu malas untuk makan. Akibatnya sekarang dia kelaparan.Fenita membawa mobilnya sedikit lebih kencang untuk memburu waktu. Dua puluh menit kemudian mobil itu berbelok pada cafe yang masih tutup. Penjaga yang melihatnya segera membukakan pintu seraya memberi salam hormat.Cafe kecil ini baru tiga bulan dia kelola. Dia dapat dari Mama Erna, sebagai hadiah kelulusannya. Perempuan itu menginginkan Fenita menjadi pebisnis. Dan

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 3

    Keluar dari resto Mama Erna, Fenita melajukan mobil ke arah yang dia hafal betul di luar kepala. Rumah Kemal. Namun saat mobil sudah dekat dengan gerbang perumahan, hati Fenita tiba-tiba meragu. Mungkin benar kata sang mama, kalau Kemal benar-benar punya cinta yang besar, seharusnya tadi lelaki itu tetap berdiri di sampingnya. Minimal Kemal tinggal sebentar untuk mendapat penjelasan terlebih dahulu. Tidak langsung ikut pergi bersama keluarganya.“Cinta tulus itu nggak ada, Fe,” kata Mama Erna suatu hari. “Di jaman sekarang ini, uang adalah tujuan setiap manusia.”Fenita mendesah. Dia ingin sekali mengingkarinya. Namun kenyataan yang dia temui selama ini hampir semua seperti itu. Teman-teman sekolahnya sering memanfaatkan dia. Pacar-pacarnya yang terdahulu selalu ingin dibelikan ini dan itu. Yang pada akhirnya Fenita tahu dia cuma menjadi ATM berjalan bagi mereka. Tidak ada yang menerima dirinya berdasarkan cinta kasih.Semula Fenita merasa Kemal berbeda. Sebab sedari awal, lelaki itu

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 2

    “Jangan mengancam, Fe.” Mama Erna terlihat hendak meraih pundak Fenita, tetapi gadis itu cepat berkelit.“Sungguh, ini semua demi kebaikanmu. Karena papamu itu bukan orang sembarangan,” kata Mama Erna lagi.Fenita merasa frustasi setiap mendengar kalimat itu. Memangnya kenapa kalau papanya bukan orang sembarangan? Dia tetap punya hak untuk mengetahui siapa ayahnya, seperti milyaran anak lain di dunia ini.“Oke, jadi Mama lebih pilih aku tanya ke Tante Desi ya?” tantang Fenita. Mama kandungnya itu terlihat melenguh. “Tidak akan ada bed–”“Ada bedanya, Ma. Aku sudah mengatakannya berkali-kali. Ada bedanya untuk masa depanku,” potong Fenita. Suaranya terdengar seperti berputus asa. Perdebatan ini sejatinya sudah sering terjadi di antara mereka.Mama Erna menghela napas panjang. Wanita cantik itu tampak menghindari tatap muka dengan sang anak.“Ma, lihatlah diri Mama. Sampai sekarang Mama tidak menikah. Apa Mama juga ingin aku melajang seumur hidup, hanya karena nggak ada laki-laki yang

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 1

    “Tunggu!”Lengkingan itu spontan membuat Fenita dan Kemal berhenti. Sedianya Kemal akan memasangkan cincin di jari manis Fenita. Malam ini adalah malam pertunangan mereka. Meski hanya dihadiri oleh keluarga Fenita dan Kemal, tetapi diadakan secara cukup mewah. Bertempat di sebuah resto terkenal milik Mama Erna, yang tidak lain ibu kandung Fenita.“Tunggu, Mal. Tahan dulu!” Suara itu terdengar lagi.Tidak berapa lama sang pemilik suara, seorang ibu bertubuh besar dari rombongan keluarga Kemal, terlihat berdiri. Dia lalu melangkah mendekati panggung kecil, di mana Fenita dan Kemal berdiri berhadapan, bersiap saling memasangkan cincin pertunangan. Fenita mengenal perempuan bertubuh besar itu. Dia Tante Desi, adik dari Bu Rinta, ibu kandung Kemal.“Des, bukan waktunya bercanda!” tegur Bu Rinta, terlihat dia hendak menarik tangan sang adik ipar.“Ini serius, Mbak, ini soal masa depan Kemal,” ujar Tante Desi tetap merangsek maju. Ternyata perempuan itu tidak menuju ke panggung, melainkan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status