Share

Bab 6

Author: Iyustine
last update Last Updated: 2025-03-03 16:28:47

“Ibu ingin papa kandungmu bisa ikut menyaksikan kamu menikah,” kata Bu Rinta pelan.

“Maksud Ibumu baik, Fe. Supaya keluarga kami tidak digunjingkan.” Tante Desi buru-buru menambahkan penjelasan. Dia terlihat bangkit, lalu berdiri di sisi kanan Fenita.

Bu Rinta terlihat mengangguk-angguk. “Iya, betul begitu.”

Fenita terdiam. Dia tidak menyangka pembicaraan yang semula hangat, ternyata mengarah ke sana.

“Sayang… semua anak berhak mengenal ayahnya, terlepas dari masa lalu yang terjadi di antara ayah dan ibunya. Seperti kamu dan papamu. Darahnya tetap ada di tubuhmu,” kata Bu Rinta.

Fenita semakin gelisah. Dia teringat akan perkataan Mama Erna, kalau papanya yang bukan orang sembarangan itu bisa saja membuat hidupnya dalam bahaya. 

Gadis itu pun menggeleng pelan. “Maaf, Bu, tapi aku nggak sependapat soal ini. Aku nggak butuh dia, aku sudah cukup seperti sekarang.”

“Kalau ada kasak kusuk di pernikahan kalian gimana?” tanya Bu Rinta. Terdengar sedikit mendesak.

“K-kita bisa bilang kalau p-papaku meninggal–”

“Hush, ya nggak etis begitu,” tukas Tante Desi.

“Atau bilang papa mama sudah bercerai lama. Atau papaku pergi?” Fenita mulai meremas tangannya. “Bukannya hal begitu sudah biasa di masyarakat kita?”

Bu Rinta dan Tante Desi terlihat saling berpandangan.

“Iya juga ya, Des.” Bu Rinta tampak mengangguk-angguk lagi. “Aduh, Sayang. Ibu nggak kepikir sampai situ. Maafkan, Ibu ya.”

“Kami hanya sangat bersemangat untuk membuat pernikahanmu sempurna, Fe. Takut ada pengacau lagi macam ini ni… .” Bu Rinta terlihat melirik adik iparnya.

“Maaf….” Tante Desi tampak meringis malu. “Tante minta maaf ya, Fe.”

Fenita menarik sudut bibirnya. Dia berusaha tersenyum, tetapi kentara tidak iklas. Entah mengapa tiba-tiba dia mempunyai kesimpulan lain tentang kedatangan kedua orang ini. Mengingat tadi pagi Kemal juga sangat menggebu untuk mendorong dirinya bertemu ayah biologisnya.

Apakah ini benar-benar demi kebaikannya, atau ada maksud lain di balik bujukan ini?

"Ibu... maaf ya, Ibu ke sini karena ide Ibu sendiri atau Kemal yang suruh?" tanya Fenita, mencoba menggali kebenaran.

Sejenak, wajah Bu Rinta terlihat berubah. "Sayang, Kemal memang cerita tentang pendapatnya soal memulai hubungan baik antara kamu dengan papa kamu. Sebab dia selalu ingin yang terbaik untuk kamu.”

“Tapi kalau di sini Ibu niatnya mengantar Tante Desi. Ibu memang menuntutnya untuk minta maaf secara langsung sama kamu." Bu Rinta kembali memeluk.

“Kalau pembicaraan soal papamu, mungkin mengalir saja ya, Sayang. Tolong jangan diambil hati.”

“Betul, Fe, Kemal berpikir kalau kamu berhak merasakan kasih sayang papamu, dan itu belum terlambat untuk memulai,” sambung Tante Desi. 

“Kata Kemal dia melihat luka-luka kamu selama ini karena tidak pernah mengenal papamu.” Tante Desi terlihat menyentuh pundak Fenita. “Tapi semua keputusan ada di tanganmu. Kami akan selalu mendukung kamu.”

Fenita akhirnya tersenyum. 

“Aku mengerti, Tante, Bu… Tapi kasih sayang dari Kemal dan keluarga Ibu rasanya sudah cukup.”

Bu Rinta ikut tersenyum. Kemudian mereka bertiga berbincang hal ringan, sampai akhirnya Bu Rinta dan Tante Desi berpamitan.

Fenita baru saja menutup pintu kantornya, saat telepon genggamnya berbunyi. Dia pun melirik dengan malas. Nama mamanya ada di sana.

Bukannya mengangkat telepon, gadis cantik itu justru memilih pergi ke kamar mandi. Dia berada di sana beberapa saat. Hanya iseng untuk merapikan riasannya. Namun saat keluar dari kamar mandi, seorang stafnya sudah berdiri di ambang pintu sembari menenteng telepon genggam.

“Maaf, Bu, ada telepon dari Ibu Erna,” katanya. Dia mengangguk hormat lalu mengulurkan gawai itu.

Fenita terpaksa menerima. Dia tidak ingin urusan pribadinya diketahui stafnya, lalu dijadikan ajang gosip di belakangnya.

“Fe, untuk apalagi kamu berhubungan sama laki-laki mokondo itu?” sembur Mama Erna ketika Fenita baru saja selesai mengucapkan kata halo.

“Mama tolong jangan bicara gitu. Kemal itu punya pekerjaan.”

“Iya, yang gajinya hanya mampu membelikan sepatumu sebelah saja,” tukas Mama Erna. “Terus ngapain itu orang tua Kemal ke situ? Minta duit?”

Fenita menghela napas. Dia marah dengan semua ucapan mamanya, tetapi dia lebih marah mengingat jika Mama Erna sampai tahu soal ini, pasti ada salah satu karyawannya yang sudah melapor padanya.

“Siapa yang sudah kasih info ke Mama soal ini? Mira? Vany? Atau–”

“Nggak perlu tau. Yang pasti dia peduli sama kamu. Orang waras pasti tau maksud licik si Kemal. Cuma kamu yang rela dibodoh-bodohin.” Lagi-lagi Mama Erna menukas. 

Fenita menarik napas hingga dadanya sedikit menggembung. “Aku akan cari dia, dan akan aku pecat. Bila perlu aku ganti semua staf sama pilihanku sendiri.”

Terdengar tawa di seberang sana. “Mau bertaruh sama Mama?”

Fenita terdiam.

“Oke, kalau kamu nekat. Menikahlah sama Kemal, tapi jangan bawa apa pun dari rumah Mama. Ayo bertaruh, Kemal masih mau sama kamu atau nggak?”

Fenita masih bungkam. Membuat tawa Mama Erna terdengar lebih nyaring.

“Gimana? Kamu siap nggak jadi istri Kemal yang sesungguhnya? Laki-laki yang gajinya cuma UMR!”

“Mama kenapa begini? Bukankah waktu itu setuju aku menikah sama Kemal.” Suara Fenita layu. 

“Siapa bilang, Fe? Mama hanya mengijinkan kamu berpacaran saja, sambil menunggu laki-laki yang setara datang. Bertunangan bukan berarti menikah kan?”

“Buka matamu, Fe. Kemarin saja yang beli cincin pertunangan itu kamu kan?” Nada Mama Erna meluap-luap.

“Ya sudah kalau Mama mau aku pergi dari rumah, aku akan pergi dan nggak akan kembali lagi,” ancam Fenita. 

Fenita bersuka cita saat telinganya tidak lagi mendengar tawa Mama Erna. Memang ancaman itu selalu manjur….

“Oke. Mama nggak akan menahanmu lagi. Pergilah menyongsong masa depan suram. Ingat ya, Mama tidak mengijinkan kamu membawa apa pun dari rumah Mama.”

Telepon diputus sepihak oleh Mama Erna.

Fenita terlolong kaget. Tangan kanannya yang memegang telepon genggam, berangsur-angsur meluruh. Diletakkannya gawai tersebut di atas meja.

Setelah kesadarannya sedikit pulih. Dia mengambil telepon genggam miliknya sendiri. Hanya Kemal yang bisa menyelesaikan masalah ini. Lelaki tampan itu biasanya selalu punya solusi.

Teleponnya diangkat Kemal pada dering pertama. Dengan berapi-api Fenita mengadu pada sang kekasih mengenai ancaman Mama Erna.

Terdengar tarikan napas Kemal yang dalam.

“Kayaknya nggak ada jalan lain, Sayang. Sayang harus ketemu sama Papa Sayang. Dengan begitu kita bisa menikah. Soal harta, pasti Pak Galih punya lebih banyak.”

“Dan Mas punya cara agar Sayang bisa mendapatkan hak itu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 7

    “Kok harta Pak Galih?” Suara Fenita tercekat.Kepalanya spontan berdenyut. Apakah tuduhan Mama Erna ternyata benar? Jika Kemal memang hanya mengincar harta?“B-bukan h-harta yang seperti itu,” sahut Kemal cepat. Kalimatnya menjadi begitu gagap. “J-jangan salah sangka dulu, Sayang.”Fenita dapat mendengar helaan napas Kemal yang panjang. Lalu mereka terdiam beberapa detik.“Gini loh maksud Mas, em… Mama Erna pasti tidak akan tinggal diam melihat kita menikah kan?” tanya Kemal hati-hati. “Mas kok agak kuatir, setelah itu Mama Erna akan mengerahkan berbagai macam cara untuk mengacaukan pernikahan kita. Menyakiti Sayang.”“Sangat tidak mungkin kalau Mama Erna melepas Sayang begitu saja. Iya nggak?”Fenita terdiam. Apa yang diucapkan Kemal terdengar menyeramkan. Namun kalau diingat kembali bagaimana selama ini Mama Erna terus menerus memaksakan kehendak pada dirinya, Fenita jadi merasa bahwa argumen sang kekasih ada benarnya.“Kalau Pak Galih sudah ada di sisi kita, Sayang jadi punya perli

    Last Updated : 2025-03-26
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 8

    “Tapi kenapa beda dengan yang ada di foto kemarin ya, Mas?” bisik Fenita lagi. Gadis itu sampai mengerutkan kelopak mata, semacam usaha untuk menajamkan pandangan.“Yang ini kayaknya jauh lebih muda,” lanjut Fenita.“Mas rasa itu memang bukan Pak Galih, Sayang,” jawab Kemal. Dia menatap Fenita sekilas. Lalu dia mengangguk mantap. “Mungkin dia asisten atau apa. Maklumlah, Pak Galih kan pejabat. Mungkin ada semacam standar penerimaan tamu gitu.”Fenita bertambah gemetar mendengar ucapan itu. Namun dia tetap berhasil menyamakan langkah Kemal, hingga mereka berdua akhirnya sampai di hadapan lelaki berjas biru tua yang mereka gunjingkan diam-diam.“Selamat siang.” Lelaki itu menyapa terlebih dahulu. Senyumnya menyembul. “Perkenalkan, saya Nolan Tjandra. Mohon ijin memberitahu bahwa sementara ini saya mewakilkan Bapak, sebab Bapak ternyata ada meeting mendadak yang sangat penting.”“Tapi nanti Pak Galih bisa menemui kami kan?” tukas Kemal.“Iya, sudah ada dalam agenda beliau kok, hanya diun

    Last Updated : 2025-03-27
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 9

    Fenita menelan ludah. Sungguh dia tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi di sini.Nolan yang masih berdiri, menatap kepada Fenita. “Mbak Fenita, apakah boleh duduk dulu? Kita akan membahas sesuatu sambil menunggu kedatangan Pak Galih.”Fenita tergagap. Dia hanya mengangguk, lalu berangsur menempatkan pantatnya kembali ke kursi. Mata gadis itu bisa melihat jika sang mama wajahnya telah menjadi merah merata, tampak sekali jika wanita itu menahan amarah. Entah mengapa air mata Fenita pun mulai mengalir. Bahkan kian deras saat dirasakan tangan Kemal mengelus pundaknya.Nolan terlihat menarik napas panjang. “Ibu Erna, Mas Kemal dan Mbak Fenita dimohon untuk dapat bersama-sama menahan diri ya. Kita di sini untuk berdiskusi, jadi saling mendengar dan saling bicara secara bergantian. Tanpa adanya emosi.”Tidak ada yang menjawab ucapan Nolan. Masing-masing nama yang disebut hanya menghela napas. Terkhusus Fenita, dia menjadi terisak-isak. Bahunya mulai berguncang.“Baik, saya anggap semua

    Last Updated : 2025-03-29
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 10

    Nolan bangkit dari duduknya. “Ya tepat yang seperti saya katakan barusan, Mbak Fenita. Pak Galih hari ini hanya bersedia bertemu dengan Anda. Mungkin lain kali, Pak Galih dapat bertemu dengan Mas Kemal dan Ibu Erna juga.”“Saya rasa Ibu Erna dan Mas Kemal dapat memakluminya,” tambah Nolan.“Tentu saja, Pak Nolan,” sahut Kemal.Sedang Mama Erna hanya mengangguk.“Mari, Mbak Fenita!” Nolan mengajak sekali lagi.Fenita menelan ludah. Dia menatap sang kekasih. Suaranya penuh keragu-raguan. “T-tapi a-apakah masih bisa diusahakan kalau s-saya bersama….”“Pergilah, Sayang. Nggak apa-apa. Mas tunggu di sini,” kata Kemal.Nolan bergerak mendahului. Dia menuju keluar, lalu segera membuka pintu, dan menahan benda itu agar tetap terbuka sembari menunggu Fenita untuk menyusulnya.Fenita menoleh pada Mama Erna dan Kemal secara bergantian. Dia baru melangkah saat melihat Kemal mengangguk sembari tersenyum lebar.Sepeninggal Fenita, Mama Erna gegas berdiri. Dia menatap tajam pada Kemal, tersirat penu

    Last Updated : 2025-03-31
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 11

    Pak Galih menatap Fenita. Seulas senyum dia cipta, sedang tangannya masih rapat memegang telapak tangan Fenita dengan sikap tenang.“Fenita, kenalkan ini Ibu Keira, istri Papa,” kata Pak Galih. “Ibu Keira, sudah tahu sejak lama tentang keberadaan kamu, tentang peristiwa itu.”Pak Galih membawa tangan Fenita untuk lebih dekat kepada tangan Keira.Dan perempuan berkerudung itu gegas mengambil tangan Fenita, dia genggam dengan sedikit meremas. Keira yang sedari tadi diam membisu, akhirnya menerbitkan senyum tipis. “Ya, apa yang dikatakan papamu memang betul. Tapi aku tidak menyangka kamu ternyata sudah sebesar ini, Fenita.”Keira bergerak untuk memeluk. Ada isak yang dia tahan dalam dadanya. Meskipun tampak gagal, sebab perempuan dua anak itu akhirnya benar-benar terisak.Fenita yang semula bingung. Membalas pelukan dengan sedikit canggung. Namun ketika merasa bahwa Keira membawanya ke dalam dekapan tulus, gadis itu pun memeluk Keira sama eratnya. Lalu dia menjadi ikut terisak.“Hei, kal

    Last Updated : 2025-04-02
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 12

    Suami istri itu lagi-lagi berpandangan. Lalu saling melempar senyum.“Fenita,” ujar Keira sembari mengelus punggung tangan Fenita. “Mungkin kamu sudah tahu bahwa masa lalu Papa dan Mama kamu dapat merusak reputasi Papa kamu jika sampai didengar lawan politiknya….”Keira sengaja berhenti bicara. Elusan di punggung tangan Fenita semakin dia tekankan. “J-jadi… jadi k-kami ingin minta bantuan kamu.”“Bantuan?” Mata Fenita membelalak. “Bantuan bagaimana, Bu?”Keira dan Pak Galih mengangguk bersamaan.“Bantuan yang sangat berarti untuk Papa, Fe,” sahut Pak Galih. “Tapi kita akan sama-sama diuntungkan kok.”“Ya betul!” sambung Keira. Nadanya sedikit naik.Ketiga orang di dalam ruangan itu pun saling menatap satu sama lain. Fenita dengan tatapan bingung. Sedang Keira dan Pak Galih seperti saling melemparkan sebuah kode.Pada akhirnya Pak Galih yang terlebih dahulu memecah kebuntuan. Setelah dia menghela napas, dia berbicara, “Bisakah pertemuan kita ini, kita angkat ke publik?”“Hah? Gimana?”

    Last Updated : 2025-04-03
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 13

    Keira menatap suaminya dengan sedikit sangsi. Dia tahu, pemuda yang mengaku sebagai tunangan Fenita itu sedikit berbahaya. Tentang kisah kelam ini pun terkuak sebab Kemal tiada henti membombardir media sosial milik Galih yang dikelola oleh seorang admin.Dari laporan admin yang memegang akun itulah kemudian Galih memerintahkan tim pengacaranya untuk menyelidiki kebenaran berita yang dihembuskan Kemal. Nyatanya, semua pesan-pesan yang Kemal kirimkan tiada henti selama tiga hari berturut-turut, benar adanya.Saat itu Galih langsung mengumpulkan orang-orang kepercayaannya untuk membahas hal tersebut. Dan diputuskan bahwa demi masa depan karir politiknya, mau tidak mau Galih harus merangkul Fenita. Sebab jika tidak, Fenita justru dapat menjadi bumerang yang membuat segala sesuatu yang sudah dia tanam dari lama akan berantakan.“Tenanglah, Ma. Semua aman terkendali,” ujar Galih seraya mengecup dahi sang istri.“Mama kok jadi kepikiran kalau Kemal itu sebenarnya hanya mengincar uang kita sa

    Last Updated : 2025-04-04
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 14

    Untuk sampai ke kantor Pak Galih, ternyata Mama Erna membawa mobil dan sopir pribadinya. Maka mereka bertiga pun pergi dari situ dengan memakai kendaraan tersebut.Mama Erna mempersilakan Fenita untuk memilih tempat makan. Dan dia setuju saat Fenita menunjuk sebuah resto jepang yang kelihatannya cukup privasi untuk membahas permintaan Pak Galih tadi.Sampai di resto, mereka duduk dengan sikap canggung. Saat pelayan datang, ketiganya memilih menu secara acak saja tanpa banyak pertimbangan. Baik Fenita, Kemal maupun Mama Erna kompak meminta dipilihkan menu yang dapt tersaji dengan cepat.Dan tidak perlu menunggu waktu lama, masing-masing dari mereka sudah menghadapi makanan.Begitu pelayan mundur, Fenita mulai menceritakan tentang pertemuan dengan ayahnya, sekaligus permintaan yang dia maksud tadi.“Jadi Pak Galih ingin mengumumkan Sayang sebagai anak biologisnya secara resmi?” Mata Kemal membulat. Dia terlihat tidak percaya dengan apa yang baru saja diceritakan oleh sang kekasih.“Yang

    Last Updated : 2025-04-05

Latest chapter

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 20

    Fenita membulatkan mata. Jadi kalau benar begitu, artinya dia bukan murni anak haram? Meskipun siri, sebenarnya Mama Erna dan Pak Galih menikah?Tiba-tiba Pak Galih merangkul Fenita dengan erat. Membuat Fenita sedikit gelagapan. Gadis itu spontan saja balas memeluk, lalu menyembunyikan wajahnya di dada Pak Galih.Sedang Pak Galih kembali menatap pada para wartawan yang sepertinya kalap mengabadikan momen mereka.“Ya, kami memang menikah siri, tapi sehabis melahirkan kami bercerai baik-baik,” desah Pak Galih.Fenita menegakkan kepala. Kembali menatap Pak Galih. Matanya sudah basah. “Benarkah?” lirihnya.Lirih sekali suara itu. Saking lirihnya, tidak dapat ditangkap oleh telinga siapa pun yang ada di sekitar situ. Sebab suara gemuruh dari para kuli tinta terus bergelombang naik. Gemuruh hebat, yang seakan-akan tidak menyisakan ruang sedikit pun bagi suara lain.“Mungkin kami bisa mendengar dari Bu Erna?” teriak salah satu di antara gerombolan wartawan yang duduk di sebelah kanan. Dia me

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 19

    Fenita menelan ludah. Dia sampai tidak mampu mengangguk. Namun kakinya melangkah, mengiringi ayunan kaki Pak Galih. Dia berjalan sembari menunduk, membiarkan ayahnya menuntun langkah. Sementara Mama Erna berjalan di belakangnya, berjejer dengan Keira dan Pak Ferdinand.Semakin jauh melangkah, Fenita merasa kakinya semakin lunglai. Apalagi saat melihat sebuah pintu besar yang terbuka, dan terdengar suara-suara bergemuruh dari sana. Tangan Fenita spontan meraih pinggang Pak Galih.“Tenanglah, semua akan baik-baik saja,” bisik Pak Galih sembari mengambil tangan Fenita yang sempat meremas pinggangnya. Kemudian dia genggam tangan anaknya itu.Dengan bergandengan, Pak Galih dan Fenita memasuki ruangan.Pak Ferdinand terlihat sigap mendahului, sehingga kini dia sudah berada paling depan. Sampai di depan deretan meja yang sudah diatur rapi, dia berseru dengan nada lucu, “Semua harus tertib, kalau tidak ingin ditendang keluar ya!”

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 18

    “Jangan berpikir ini pemerasan, Fe,” ujar Mama Erna. Dia kembali tertawa. Kali ini sembari menutup mulutnya dengan kedua tangan yang dia tangkupkan beberapa detik.“Kamu tau? Ini adalah kerja sama yang saling menguntungkan!” tandas Mama Erna sambil meluruhkan tangannya. “Pak Galih dapat nama baik, kamu dapat uang. And happy ending untuk semua.”Mama Erna bertepuk tangan, dan kembali tertawa.Kedua perempuan cantik itu reflek saling menatap.Beberapa jenak Fenita hanya bisa terpaku, sampai akhirnya Mama Erna memalingkan wajahnya. Seringai kembali muncul di wajah Mama Erna, saat itulah dengan serta merta ada sesuatu yang melintas di kepala Fenita. Dia kemudian mulai tersenyum. Dari senyum tipis menjadi semakin lebar.Setelah sedari tadi dia membiarkan Mama Erna terus menerus mentertawakannya, sekarang dia ingin sedikit membalas. Dia tegakkan kepala, dagunya sedikit terangkat.“Dan Mama dapat apa? Kok a

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 17

    Kemal menghela napas. “Bu, jangan gegabah. Kita tidak boleh menunjukkan pada Fenita kalau kita menginginkan uangnya. Apalagi sampai meminta.”“Ibu kan tau sendiri, mamanya Fenita itu sepertinya sudah mencium niatku sedari awal,” lanjut Kemal. “Tadi sewaktu kami bersama, dia itu tiap detik mengingatkan Fenita bahwa aku ini mengincar uangnya. Nah, kalau Ibu begitu, nanti Fenita akan tersadar.”“Kalau Fenita sadar? Kita belum dapat apa-apa loh,” tambah Kemal. Nadanya sedikit naik.Bu Rinta mencebik. Gestur dan mimik wajahnya langsung memancarkan kekecewaan. Bola matanya memandang ke atas dengan gerakan perlahan.“Sabar ya, Bu. Kalau mau sukses harus bisa tahan diri,” Kemal menatap wajah ibunya. “Ingat, yang kita incar bukan hanya sejuta dua juta. Tapi bisa milyar. Milyar, Bu!”“Iya!” Bu Rinta memekik geram.“Kalau gitu, tolong beliin di toko online. Yang imitasi, dua puluh ribuan juga nggak apa-apa, Mal. Kalung sama gelang.” Bu Rinta berdiri. Dia melangkah, lalu mengambil sapunya.Sampai

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 16

    “Ibu ini kalau soal duit paling cepat deh,” celetuk Kemal.“Padahal dulu yang paling… .”Dia tertawa, sengaja tidak meneruskan kalimatnya. Hanya melirik penuh arti, lalu masuk ke dalam rumah.Bu Rinta yang sedianya belum beres membersihkan teras rumahnya, mengikuti langkah Kemal. Dia berpura-pura tidak mendengar ledekan dari anaknya itu.“Ibu bikinin kopi ya?” Bu Rinta meletakkan sapunya begitu saja dekat Kemal. Tanpa menunggu jawaban dari Kemal, Bu Rinta menuju dapur. Dan dalam waktu kurang dari lima menit dia sudah kembali dengan secangkir kopi instan.“Gimana? Dapat berapa juta dari Galih Sukma? Atau milyar ya, Mal?” tanya Bu Rinta seraya menghempaskan pantatnya ke sofa dekat Kemal. Wajahnya begitu serius.“Aduh, sabar dong, Bu. Masa langsung duit-duit aja,” gelak Kemal.Kemal melirik, tersenyum lagi. Namun dia tidak segera menjawab, dia lebih memilih untuk mengangkat cangkir kopinya. Menyeruput pelan-pelan sembari memejamkan mata. Jelas sekali dia sengaja menggoda ibunya.Bu Rinta

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 15

    Mama Erna menghela napas. Dia menatap Kemal, lalu perlahan menyingkirkan tangan Fenita yang melingkari sekitar kedua pundaknya.“Mama kan sudah bilang, Fe. Papa kamu itu bukan orang sembarangan, kita tidak punya pilihan selain menurut apa katanya,” desah Mama Erna.Fenita dan Kemal berpandangan. Fenita bisa melihat, ada secuil senyum yang coba disembunyikan oleh Kemal, meski akhirnya senyum itu tidak jadi terkembang sempurna.“Jadi kita akan balik ke kantor Pak Galih?” Mama Erna melihat kepada Fenita.“O-oh, aku lupa menanyakan hal itu,” desis Fenita. “A-aku terlalu gugup tadi.”Kemal gegas menangkap tangan Fenita. “Nggak apa-apa, Sayang. Kita bisa—”“Mama telpon saja Pak Galih,” potong Mama Erna seraya meraih tasnya. Dan dalam sekejap tangannya sudah membawa telepon genggam ke telinga kanannya.Fenita melebarkan mata. Sejak kapan Mama Erna punya nomor Pak Galih? Rasa penasarannya yang menggunung terpaksa dia tahan, sebab dia melihat mamanya mulai bicara dengan nada amat formal dan se

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 14

    Untuk sampai ke kantor Pak Galih, ternyata Mama Erna membawa mobil dan sopir pribadinya. Maka mereka bertiga pun pergi dari situ dengan memakai kendaraan tersebut.Mama Erna mempersilakan Fenita untuk memilih tempat makan. Dan dia setuju saat Fenita menunjuk sebuah resto jepang yang kelihatannya cukup privasi untuk membahas permintaan Pak Galih tadi.Sampai di resto, mereka duduk dengan sikap canggung. Saat pelayan datang, ketiganya memilih menu secara acak saja tanpa banyak pertimbangan. Baik Fenita, Kemal maupun Mama Erna kompak meminta dipilihkan menu yang dapt tersaji dengan cepat.Dan tidak perlu menunggu waktu lama, masing-masing dari mereka sudah menghadapi makanan.Begitu pelayan mundur, Fenita mulai menceritakan tentang pertemuan dengan ayahnya, sekaligus permintaan yang dia maksud tadi.“Jadi Pak Galih ingin mengumumkan Sayang sebagai anak biologisnya secara resmi?” Mata Kemal membulat. Dia terlihat tidak percaya dengan apa yang baru saja diceritakan oleh sang kekasih.“Yang

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 13

    Keira menatap suaminya dengan sedikit sangsi. Dia tahu, pemuda yang mengaku sebagai tunangan Fenita itu sedikit berbahaya. Tentang kisah kelam ini pun terkuak sebab Kemal tiada henti membombardir media sosial milik Galih yang dikelola oleh seorang admin.Dari laporan admin yang memegang akun itulah kemudian Galih memerintahkan tim pengacaranya untuk menyelidiki kebenaran berita yang dihembuskan Kemal. Nyatanya, semua pesan-pesan yang Kemal kirimkan tiada henti selama tiga hari berturut-turut, benar adanya.Saat itu Galih langsung mengumpulkan orang-orang kepercayaannya untuk membahas hal tersebut. Dan diputuskan bahwa demi masa depan karir politiknya, mau tidak mau Galih harus merangkul Fenita. Sebab jika tidak, Fenita justru dapat menjadi bumerang yang membuat segala sesuatu yang sudah dia tanam dari lama akan berantakan.“Tenanglah, Ma. Semua aman terkendali,” ujar Galih seraya mengecup dahi sang istri.“Mama kok jadi kepikiran kalau Kemal itu sebenarnya hanya mengincar uang kita sa

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 12

    Suami istri itu lagi-lagi berpandangan. Lalu saling melempar senyum.“Fenita,” ujar Keira sembari mengelus punggung tangan Fenita. “Mungkin kamu sudah tahu bahwa masa lalu Papa dan Mama kamu dapat merusak reputasi Papa kamu jika sampai didengar lawan politiknya….”Keira sengaja berhenti bicara. Elusan di punggung tangan Fenita semakin dia tekankan. “J-jadi… jadi k-kami ingin minta bantuan kamu.”“Bantuan?” Mata Fenita membelalak. “Bantuan bagaimana, Bu?”Keira dan Pak Galih mengangguk bersamaan.“Bantuan yang sangat berarti untuk Papa, Fe,” sahut Pak Galih. “Tapi kita akan sama-sama diuntungkan kok.”“Ya betul!” sambung Keira. Nadanya sedikit naik.Ketiga orang di dalam ruangan itu pun saling menatap satu sama lain. Fenita dengan tatapan bingung. Sedang Keira dan Pak Galih seperti saling melemparkan sebuah kode.Pada akhirnya Pak Galih yang terlebih dahulu memecah kebuntuan. Setelah dia menghela napas, dia berbicara, “Bisakah pertemuan kita ini, kita angkat ke publik?”“Hah? Gimana?”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status