Share

Bab 2

Author: Iyustine
last update Last Updated: 2025-03-03 16:18:41

“Jangan mengancam, Fe.” Mama Erna terlihat hendak meraih pundak Fenita, tetapi gadis itu cepat berkelit.

“Sungguh, ini semua demi kebaikanmu. Karena papamu itu bukan orang sembarangan,” kata Mama Erna lagi.

Fenita merasa frustasi setiap mendengar kalimat itu. Memangnya kenapa kalau papanya bukan orang sembarangan? Dia tetap punya hak untuk mengetahui siapa ayahnya, seperti milyaran anak lain di dunia ini.

“Oke, jadi Mama lebih pilih aku tanya ke Tante Desi ya?” tantang Fenita. 

Mama kandungnya itu terlihat melenguh. “Tidak akan ada bed–”

“Ada bedanya, Ma. Aku sudah mengatakannya berkali-kali. Ada bedanya untuk masa depanku,” potong Fenita. Suaranya terdengar seperti berputus asa. Perdebatan ini sejatinya sudah sering terjadi di antara mereka.

Mama Erna menghela napas panjang. Wanita cantik itu tampak menghindari tatap muka dengan sang anak.

“Ma, lihatlah diri Mama. Sampai sekarang Mama tidak menikah. Apa Mama juga ingin aku melajang seumur hidup, hanya karena nggak ada laki-laki yang mau menerima ketidakjelasan ini?”

“Nggak menikah itu bukan sesuatu yang buruk, Fe. Lihat, Mama baik-baik saja.”

Kini Fenita yang menghela napas. Bulir air mata kembali jatuh. Entah dengan cara apalagi dia membujuk mamanya. Dia hanya ingin tahu siapa ayah kandungnya, kenapa susah sekali?

Fenita tiba-tiba meletupkan tawa sumbang dua detik. Lalu menarik napas kembali. “Oke, mungkin memang hanya Tante Desi yang bisa menolong aku.”

Gadis ramping berambut panjang itu bergerak menuju pintu sembari merapikan pakaiannya. Dia baru membuka pintu ketika akhirnya Mama Erna bersuara.

“Namanya Galih. Dia baru berumur delapan belas tahun waktu kamu lahir.”

Fenita membeku. Hatinya langsung bergetar mendengar nama lelaki yang baru saja disebut sang mama. Jadi papanya bernama Galih? 

Dengan gerakan amat pelan gadis itu menutup pintu. Lalu kembali mendekati Mama Erna.

“Mama memang pernah menjadi ART di rumah seorang konglomerat. Galih adalah anak bungsu mereka, yang satu hari pulang dalam keadaan mabuk, lalu….” Mama Erna cepat memalingkan wajahnya lagi. Terlihat dia begitu berat untuk melanjutkan cerita.

“Mama….” Fenita memeluk Mama Erna. Dia tidak menyangka jika ternyata cerita yang sebenarnya lebih kelam daripada dugaannya. Dia pernah menduga mama dan papanya terlibat pergaulan bebas.

“Maafkan Mama, maafkan… sebab kamu harus hidup seperti ini sekarang,” ucap Mama Erna seraya berusaha mundur.

Fenita melepaskan pelukan. Hatinya mencelos. Selain tanda tanya tentang ayahnya, Fenita selalu menyimpan tanya kenapa sang mama terlihat tidak ingin berkontak fisik dengannya.

“Setelah kamu tau, Mama harap kamu tidak perlu mencari lebih jauh lagi.” Mama Erna terlihat merapikan rambutnya.

“Kenapa?”

“Fe, hanya Mama yang menginginkan kamu lahir. Jadi kamu tidak berhak menuntut papamu, atau keluarganya. Kamu benci saja sama Mama.”

Fenita spontan menggerungkan tangis. Hatinya perih sekali, seperti diiris-iris.

“Jangan usik papamu. Papamu dan keluarganya punya kekuasaan, punya banyak uang. Cukuplah kamu tau segitu saja, sebab uang dan kekuasaan di negara ini bisa membuatmu celaka. Kamu mengerti maksud Mama?”

Fenita tidak merespon. Dia masih syok.

“Jujur, mereka memberi Mama banyak uang agar Mama menggugurkan kamu. Tapi Mama tidak berani menggugurkanmu karena Mama takut mati,” tandas Mama Erna.

“Hanya itu alasan Mama?” Dua butir air mata berlomba turun di kedua pipi Fenita.

Mama Erna mengangguk. “Maaf kalau kamu kecewa, tapi jawabannya iya. Uang yang mereka berikan, Mama pakai untuk membangun resto ini, yang satu hari nanti untuk kamu juga.”

Isak Fenita kembali kencang. Dulu dia menyangka akan menjadi lebih tenang setelah tahu siapa lelaki yang sudah menghadirkan dirinya ke dunia ini. Namun mendengar semua kenyataannya, kenapa justru dia merasa menjadi orang yang paling menyedihkan sekarang?

“Apa Mama benci aku?” tanya Fenita dengan suara susah payah. “Apa itu sebabnya Mama nggak pernah mau memelukku?”

“Fe, sudahlah. Jangan merambat kemana-mana. Katamu hanya ingin tahu siapa nama papamu. Sudah kan? Namanya Galih.”

“Jadi akhiri drama-drama kamu itu. Lebih baik kamu menatap masa depan kamu. Jangan hanya memikirkan laki-laki,” sembur Mama Erna. “Kamu masih muda, kamu cantik….”

Fenita menelan ludah. Mama Erna mulai lagi, mengoceh tentang teorinya soal perempuan bernilai tinggi, yang bisa bahagia tanpa lelaki. Apa dia tidak mengerti jika anak perempuannya ini butuh kasih sayang, bukan materi semata. 

Setelah Mama Erna diam, Fenita berdiri. “Aku mau cari angin dulu, Ma.”

“Mama harap kamu nggak bodoh dengan mengemis cinta sama Kemal,” ucap Mama Erna penuh penekanan. “Laki-laki seperti dia hanya ingin numpang hidup sama kamu. Mama sudah bisa melihat gelagatnya.”

Fenita hanya melirik. Terkadang dia heran, meski hubungan di antara mereka tidak harmonis, tetapi dalam beberapa hal Mama Erna seakan bisa menebak isi hati Fenita. 

Dia memang baru saja berniat pergi ke rumah kekasihnya itu, dia ingin menjelaskan sesuatu pada Kemal. Fenita yakin cinta Kemal masih sangat besar untuk dirinya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 3

    Keluar dari resto Mama Erna, Fenita melajukan mobil ke arah yang dia hafal betul di luar kepala. Rumah Kemal. Namun saat mobil sudah dekat dengan gerbang perumahan, hati Fenita tiba-tiba meragu. Mungkin benar kata sang mama, kalau Kemal benar-benar punya cinta yang besar, seharusnya tadi lelaki itu tetap berdiri di sampingnya. Minimal Kemal tinggal sebentar untuk mendapat penjelasan terlebih dahulu. Tidak langsung ikut pergi bersama keluarganya.“Cinta tulus itu nggak ada, Fe,” kata Mama Erna suatu hari. “Di jaman sekarang ini, uang adalah tujuan setiap manusia.”Fenita mendesah. Dia ingin sekali mengingkarinya. Namun kenyataan yang dia temui selama ini hampir semua seperti itu. Teman-teman sekolahnya sering memanfaatkan dia. Pacar-pacarnya yang terdahulu selalu ingin dibelikan ini dan itu. Yang pada akhirnya Fenita tahu dia cuma menjadi ATM berjalan bagi mereka. Tidak ada yang menerima dirinya berdasarkan cinta kasih.Semula Fenita merasa Kemal berbeda. Sebab sedari awal, lelaki itu

    Last Updated : 2025-03-03
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 4

    Keesokan paginya, Fenita yang sebenarnya hampir tidak tidur, turun sudah dalam keadaan rapi.“Nah, gitu… baru anak Mama. Perempuan kuat,” cetus ibu kandung Fenita itu. “Mau ke cafe kan?” Fenita hanya mengulas senyum tipis. “Fokuskan hidup kamu untuk membangun cafe-mu. Itulah bibit kebahagiaan kamu yang sejati.”“Aku pergi dulu, Ma.”Fenita malas berlama-lama meladeni Mama Erna. Dia berjalan keluar seraya melihat pergelangan tangan kirinya. Masih ada waktu untuk menyantap sesuatu di cafe nanti, sebelum dia bertemu Kemal. Dia lapar sekali sedari semalam, tetapi terlalu malas untuk makan. Akibatnya sekarang dia kelaparan.Fenita membawa mobilnya sedikit lebih kencang untuk memburu waktu. Dua puluh menit kemudian mobil itu berbelok pada cafe yang masih tutup. Penjaga yang melihatnya segera membukakan pintu seraya memberi salam hormat.Cafe kecil ini baru tiga bulan dia kelola. Dia dapat dari Mama Erna, sebagai hadiah kelulusannya. Perempuan itu menginginkan Fenita menjadi pebisnis. Dan

    Last Updated : 2025-03-03
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 5

    Fenita menelan ludahnya. “A-aku nggak ingin sejauh itu, Mas.”“Maksudnya?”“Aku sebenarnya hanya ingin tau saja. Minimal kalau ada orang tanya siapa papaku, aku bisa menjawab. Selanjutnya aku bisa beralasan papa dan mamaku sudah berpisah sejak aku kecil, atau semacam itu.” Fenita menjeda ucapannya. Dia menatap Kemal yang tampak kaget.“B-bukankah i-itu kedengarannya akan lebih baik? Lebih terhormat. I-iya nggak sih?” Fenita menunduk. Mendadak dia tidak yakin dengan argumennya sendiri. Kemudian dia mengambil pisau makan yang tadi sempat terjatuh di dekat piringnya, tetapi tidak dia pakai untuk mengiris, hanya diketuk-ketuk di pinggiran piringnya.Kemal terlihat menghela napas panjang. Tampak segaris senyum yang terkesan seperti kurang tulus. “Y-ya itu terserah Sayang. Cuma menurut Mas, Sayang punya hak. Sayang juga darah daging Pak Galih.”Fenita berderai dua detik. Tawa yang serupa orang berdehem.“Aku ini anak yang dilahirkan di luar pernikahan, Mas, mana ada anak haram seperti ak

    Last Updated : 2025-03-03
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 6

    “Ibu ingin papa kandungmu bisa ikut menyaksikan kamu menikah,” kata Bu Rinta pelan.“Maksud Ibumu baik, Fe. Supaya keluarga kami tidak digunjingkan.” Tante Desi buru-buru menambahkan penjelasan. Dia terlihat bangkit, lalu berdiri di sisi kanan Fenita.Bu Rinta terlihat mengangguk-angguk. “Iya, betul begitu.”Fenita terdiam. Dia tidak menyangka pembicaraan yang semula hangat, ternyata mengarah ke sana.“Sayang… semua anak berhak mengenal ayahnya, terlepas dari masa lalu yang terjadi di antara ayah dan ibunya. Seperti kamu dan papamu. Darahnya tetap ada di tubuhmu,” kata Bu Rinta.Fenita semakin gelisah. Dia teringat akan perkataan Mama Erna, kalau papanya yang bukan orang sembarangan itu bisa saja membuat hidupnya dalam bahaya. Gadis itu pun menggeleng pelan. “Maaf, Bu, tapi aku nggak sependapat soal ini. Aku nggak butuh dia, aku sudah cukup seperti sekarang.”“Kalau ada kasak kusuk di pernikahan kalian gimana?” tanya Bu Rinta. Terdengar sedikit mendesak.“K-kita bisa bilang kalau p-p

    Last Updated : 2025-03-03
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 7

    “Kok harta Pak Galih?” Suara Fenita tercekat.Kepalanya spontan berdenyut. Apakah tuduhan Mama Erna ternyata benar? Jika Kemal memang hanya mengincar harta?“B-bukan h-harta yang seperti itu,” sahut Kemal cepat. Kalimatnya menjadi begitu gagap. “J-jangan salah sangka dulu, Sayang.”Fenita dapat mendengar helaan napas Kemal yang panjang. Lalu mereka terdiam beberapa detik.“Gini loh maksud Mas, em… Mama Erna pasti tidak akan tinggal diam melihat kita menikah kan?” tanya Kemal hati-hati. “Mas kok agak kuatir, setelah itu Mama Erna akan mengerahkan berbagai macam cara untuk mengacaukan pernikahan kita. Menyakiti Sayang.”“Sangat tidak mungkin kalau Mama Erna melepas Sayang begitu saja. Iya nggak?”Fenita terdiam. Apa yang diucapkan Kemal terdengar menyeramkan. Namun kalau diingat kembali bagaimana selama ini Mama Erna terus menerus memaksakan kehendak pada dirinya, Fenita jadi merasa bahwa argumen sang kekasih ada benarnya.“Kalau Pak Galih sudah ada di sisi kita, Sayang jadi punya perli

    Last Updated : 2025-03-26
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 8

    “Tapi kenapa beda dengan yang ada di foto kemarin ya, Mas?” bisik Fenita lagi. Gadis itu sampai mengerutkan kelopak mata, semacam usaha untuk menajamkan pandangan.“Yang ini kayaknya jauh lebih muda,” lanjut Fenita.“Mas rasa itu memang bukan Pak Galih, Sayang,” jawab Kemal. Dia menatap Fenita sekilas. Lalu dia mengangguk mantap. “Mungkin dia asisten atau apa. Maklumlah, Pak Galih kan pejabat. Mungkin ada semacam standar penerimaan tamu gitu.”Fenita bertambah gemetar mendengar ucapan itu. Namun dia tetap berhasil menyamakan langkah Kemal, hingga mereka berdua akhirnya sampai di hadapan lelaki berjas biru tua yang mereka gunjingkan diam-diam.“Selamat siang.” Lelaki itu menyapa terlebih dahulu. Senyumnya menyembul. “Perkenalkan, saya Nolan Tjandra. Mohon ijin memberitahu bahwa sementara ini saya mewakilkan Bapak, sebab Bapak ternyata ada meeting mendadak yang sangat penting.”“Tapi nanti Pak Galih bisa menemui kami kan?” tukas Kemal.“Iya, sudah ada dalam agenda beliau kok, hanya diun

    Last Updated : 2025-03-27
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 9

    Fenita menelan ludah. Sungguh dia tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi di sini.Nolan yang masih berdiri, menatap kepada Fenita. “Mbak Fenita, apakah boleh duduk dulu? Kita akan membahas sesuatu sambil menunggu kedatangan Pak Galih.”Fenita tergagap. Dia hanya mengangguk, lalu berangsur menempatkan pantatnya kembali ke kursi. Mata gadis itu bisa melihat jika sang mama wajahnya telah menjadi merah merata, tampak sekali jika wanita itu menahan amarah. Entah mengapa air mata Fenita pun mulai mengalir. Bahkan kian deras saat dirasakan tangan Kemal mengelus pundaknya.Nolan terlihat menarik napas panjang. “Ibu Erna, Mas Kemal dan Mbak Fenita dimohon untuk dapat bersama-sama menahan diri ya. Kita di sini untuk berdiskusi, jadi saling mendengar dan saling bicara secara bergantian. Tanpa adanya emosi.”Tidak ada yang menjawab ucapan Nolan. Masing-masing nama yang disebut hanya menghela napas. Terkhusus Fenita, dia menjadi terisak-isak. Bahunya mulai berguncang.“Baik, saya anggap semua

    Last Updated : 2025-03-29
  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 10

    Nolan bangkit dari duduknya. “Ya tepat yang seperti saya katakan barusan, Mbak Fenita. Pak Galih hari ini hanya bersedia bertemu dengan Anda. Mungkin lain kali, Pak Galih dapat bertemu dengan Mas Kemal dan Ibu Erna juga.”“Saya rasa Ibu Erna dan Mas Kemal dapat memakluminya,” tambah Nolan.“Tentu saja, Pak Nolan,” sahut Kemal.Sedang Mama Erna hanya mengangguk.“Mari, Mbak Fenita!” Nolan mengajak sekali lagi.Fenita menelan ludah. Dia menatap sang kekasih. Suaranya penuh keragu-raguan. “T-tapi a-apakah masih bisa diusahakan kalau s-saya bersama….”“Pergilah, Sayang. Nggak apa-apa. Mas tunggu di sini,” kata Kemal.Nolan bergerak mendahului. Dia menuju keluar, lalu segera membuka pintu, dan menahan benda itu agar tetap terbuka sembari menunggu Fenita untuk menyusulnya.Fenita menoleh pada Mama Erna dan Kemal secara bergantian. Dia baru melangkah saat melihat Kemal mengangguk sembari tersenyum lebar.Sepeninggal Fenita, Mama Erna gegas berdiri. Dia menatap tajam pada Kemal, tersirat penu

    Last Updated : 2025-03-31

Latest chapter

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 20

    Fenita membulatkan mata. Jadi kalau benar begitu, artinya dia bukan murni anak haram? Meskipun siri, sebenarnya Mama Erna dan Pak Galih menikah?Tiba-tiba Pak Galih merangkul Fenita dengan erat. Membuat Fenita sedikit gelagapan. Gadis itu spontan saja balas memeluk, lalu menyembunyikan wajahnya di dada Pak Galih.Sedang Pak Galih kembali menatap pada para wartawan yang sepertinya kalap mengabadikan momen mereka.“Ya, kami memang menikah siri, tapi sehabis melahirkan kami bercerai baik-baik,” desah Pak Galih.Fenita menegakkan kepala. Kembali menatap Pak Galih. Matanya sudah basah. “Benarkah?” lirihnya.Lirih sekali suara itu. Saking lirihnya, tidak dapat ditangkap oleh telinga siapa pun yang ada di sekitar situ. Sebab suara gemuruh dari para kuli tinta terus bergelombang naik. Gemuruh hebat, yang seakan-akan tidak menyisakan ruang sedikit pun bagi suara lain.“Mungkin kami bisa mendengar dari Bu Erna?” teriak salah satu di antara gerombolan wartawan yang duduk di sebelah kanan. Dia me

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 19

    Fenita menelan ludah. Dia sampai tidak mampu mengangguk. Namun kakinya melangkah, mengiringi ayunan kaki Pak Galih. Dia berjalan sembari menunduk, membiarkan ayahnya menuntun langkah. Sementara Mama Erna berjalan di belakangnya, berjejer dengan Keira dan Pak Ferdinand.Semakin jauh melangkah, Fenita merasa kakinya semakin lunglai. Apalagi saat melihat sebuah pintu besar yang terbuka, dan terdengar suara-suara bergemuruh dari sana. Tangan Fenita spontan meraih pinggang Pak Galih.“Tenanglah, semua akan baik-baik saja,” bisik Pak Galih sembari mengambil tangan Fenita yang sempat meremas pinggangnya. Kemudian dia genggam tangan anaknya itu.Dengan bergandengan, Pak Galih dan Fenita memasuki ruangan.Pak Ferdinand terlihat sigap mendahului, sehingga kini dia sudah berada paling depan. Sampai di depan deretan meja yang sudah diatur rapi, dia berseru dengan nada lucu, “Semua harus tertib, kalau tidak ingin ditendang keluar ya!”

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 18

    “Jangan berpikir ini pemerasan, Fe,” ujar Mama Erna. Dia kembali tertawa. Kali ini sembari menutup mulutnya dengan kedua tangan yang dia tangkupkan beberapa detik.“Kamu tau? Ini adalah kerja sama yang saling menguntungkan!” tandas Mama Erna sambil meluruhkan tangannya. “Pak Galih dapat nama baik, kamu dapat uang. And happy ending untuk semua.”Mama Erna bertepuk tangan, dan kembali tertawa.Kedua perempuan cantik itu reflek saling menatap.Beberapa jenak Fenita hanya bisa terpaku, sampai akhirnya Mama Erna memalingkan wajahnya. Seringai kembali muncul di wajah Mama Erna, saat itulah dengan serta merta ada sesuatu yang melintas di kepala Fenita. Dia kemudian mulai tersenyum. Dari senyum tipis menjadi semakin lebar.Setelah sedari tadi dia membiarkan Mama Erna terus menerus mentertawakannya, sekarang dia ingin sedikit membalas. Dia tegakkan kepala, dagunya sedikit terangkat.“Dan Mama dapat apa? Kok a

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 17

    Kemal menghela napas. “Bu, jangan gegabah. Kita tidak boleh menunjukkan pada Fenita kalau kita menginginkan uangnya. Apalagi sampai meminta.”“Ibu kan tau sendiri, mamanya Fenita itu sepertinya sudah mencium niatku sedari awal,” lanjut Kemal. “Tadi sewaktu kami bersama, dia itu tiap detik mengingatkan Fenita bahwa aku ini mengincar uangnya. Nah, kalau Ibu begitu, nanti Fenita akan tersadar.”“Kalau Fenita sadar? Kita belum dapat apa-apa loh,” tambah Kemal. Nadanya sedikit naik.Bu Rinta mencebik. Gestur dan mimik wajahnya langsung memancarkan kekecewaan. Bola matanya memandang ke atas dengan gerakan perlahan.“Sabar ya, Bu. Kalau mau sukses harus bisa tahan diri,” Kemal menatap wajah ibunya. “Ingat, yang kita incar bukan hanya sejuta dua juta. Tapi bisa milyar. Milyar, Bu!”“Iya!” Bu Rinta memekik geram.“Kalau gitu, tolong beliin di toko online. Yang imitasi, dua puluh ribuan juga nggak apa-apa, Mal. Kalung sama gelang.” Bu Rinta berdiri. Dia melangkah, lalu mengambil sapunya.Sampai

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 16

    “Ibu ini kalau soal duit paling cepat deh,” celetuk Kemal.“Padahal dulu yang paling… .”Dia tertawa, sengaja tidak meneruskan kalimatnya. Hanya melirik penuh arti, lalu masuk ke dalam rumah.Bu Rinta yang sedianya belum beres membersihkan teras rumahnya, mengikuti langkah Kemal. Dia berpura-pura tidak mendengar ledekan dari anaknya itu.“Ibu bikinin kopi ya?” Bu Rinta meletakkan sapunya begitu saja dekat Kemal. Tanpa menunggu jawaban dari Kemal, Bu Rinta menuju dapur. Dan dalam waktu kurang dari lima menit dia sudah kembali dengan secangkir kopi instan.“Gimana? Dapat berapa juta dari Galih Sukma? Atau milyar ya, Mal?” tanya Bu Rinta seraya menghempaskan pantatnya ke sofa dekat Kemal. Wajahnya begitu serius.“Aduh, sabar dong, Bu. Masa langsung duit-duit aja,” gelak Kemal.Kemal melirik, tersenyum lagi. Namun dia tidak segera menjawab, dia lebih memilih untuk mengangkat cangkir kopinya. Menyeruput pelan-pelan sembari memejamkan mata. Jelas sekali dia sengaja menggoda ibunya.Bu Rinta

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 15

    Mama Erna menghela napas. Dia menatap Kemal, lalu perlahan menyingkirkan tangan Fenita yang melingkari sekitar kedua pundaknya.“Mama kan sudah bilang, Fe. Papa kamu itu bukan orang sembarangan, kita tidak punya pilihan selain menurut apa katanya,” desah Mama Erna.Fenita dan Kemal berpandangan. Fenita bisa melihat, ada secuil senyum yang coba disembunyikan oleh Kemal, meski akhirnya senyum itu tidak jadi terkembang sempurna.“Jadi kita akan balik ke kantor Pak Galih?” Mama Erna melihat kepada Fenita.“O-oh, aku lupa menanyakan hal itu,” desis Fenita. “A-aku terlalu gugup tadi.”Kemal gegas menangkap tangan Fenita. “Nggak apa-apa, Sayang. Kita bisa—”“Mama telpon saja Pak Galih,” potong Mama Erna seraya meraih tasnya. Dan dalam sekejap tangannya sudah membawa telepon genggam ke telinga kanannya.Fenita melebarkan mata. Sejak kapan Mama Erna punya nomor Pak Galih? Rasa penasarannya yang menggunung terpaksa dia tahan, sebab dia melihat mamanya mulai bicara dengan nada amat formal dan se

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 14

    Untuk sampai ke kantor Pak Galih, ternyata Mama Erna membawa mobil dan sopir pribadinya. Maka mereka bertiga pun pergi dari situ dengan memakai kendaraan tersebut.Mama Erna mempersilakan Fenita untuk memilih tempat makan. Dan dia setuju saat Fenita menunjuk sebuah resto jepang yang kelihatannya cukup privasi untuk membahas permintaan Pak Galih tadi.Sampai di resto, mereka duduk dengan sikap canggung. Saat pelayan datang, ketiganya memilih menu secara acak saja tanpa banyak pertimbangan. Baik Fenita, Kemal maupun Mama Erna kompak meminta dipilihkan menu yang dapt tersaji dengan cepat.Dan tidak perlu menunggu waktu lama, masing-masing dari mereka sudah menghadapi makanan.Begitu pelayan mundur, Fenita mulai menceritakan tentang pertemuan dengan ayahnya, sekaligus permintaan yang dia maksud tadi.“Jadi Pak Galih ingin mengumumkan Sayang sebagai anak biologisnya secara resmi?” Mata Kemal membulat. Dia terlihat tidak percaya dengan apa yang baru saja diceritakan oleh sang kekasih.“Yang

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 13

    Keira menatap suaminya dengan sedikit sangsi. Dia tahu, pemuda yang mengaku sebagai tunangan Fenita itu sedikit berbahaya. Tentang kisah kelam ini pun terkuak sebab Kemal tiada henti membombardir media sosial milik Galih yang dikelola oleh seorang admin.Dari laporan admin yang memegang akun itulah kemudian Galih memerintahkan tim pengacaranya untuk menyelidiki kebenaran berita yang dihembuskan Kemal. Nyatanya, semua pesan-pesan yang Kemal kirimkan tiada henti selama tiga hari berturut-turut, benar adanya.Saat itu Galih langsung mengumpulkan orang-orang kepercayaannya untuk membahas hal tersebut. Dan diputuskan bahwa demi masa depan karir politiknya, mau tidak mau Galih harus merangkul Fenita. Sebab jika tidak, Fenita justru dapat menjadi bumerang yang membuat segala sesuatu yang sudah dia tanam dari lama akan berantakan.“Tenanglah, Ma. Semua aman terkendali,” ujar Galih seraya mengecup dahi sang istri.“Mama kok jadi kepikiran kalau Kemal itu sebenarnya hanya mengincar uang kita sa

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 12

    Suami istri itu lagi-lagi berpandangan. Lalu saling melempar senyum.“Fenita,” ujar Keira sembari mengelus punggung tangan Fenita. “Mungkin kamu sudah tahu bahwa masa lalu Papa dan Mama kamu dapat merusak reputasi Papa kamu jika sampai didengar lawan politiknya….”Keira sengaja berhenti bicara. Elusan di punggung tangan Fenita semakin dia tekankan. “J-jadi… jadi k-kami ingin minta bantuan kamu.”“Bantuan?” Mata Fenita membelalak. “Bantuan bagaimana, Bu?”Keira dan Pak Galih mengangguk bersamaan.“Bantuan yang sangat berarti untuk Papa, Fe,” sahut Pak Galih. “Tapi kita akan sama-sama diuntungkan kok.”“Ya betul!” sambung Keira. Nadanya sedikit naik.Ketiga orang di dalam ruangan itu pun saling menatap satu sama lain. Fenita dengan tatapan bingung. Sedang Keira dan Pak Galih seperti saling melemparkan sebuah kode.Pada akhirnya Pak Galih yang terlebih dahulu memecah kebuntuan. Setelah dia menghela napas, dia berbicara, “Bisakah pertemuan kita ini, kita angkat ke publik?”“Hah? Gimana?”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status