Share

Bab 91

BUNYI gemericik air menelusup masuk ke dalam pendengaran Seta. Dari semula hanya sayup-sayup, suara tersebut semakin lama bertambah jelas.

Kesadaran sang prajurit pun pulih dibuatnya. Tak cuma gemericik air mengalir, tapi kemudian juga terdengar semilir angin yang mengempas pucuk-pucuk dedaunan.

Seta buka kedua mata perlahan-lahan. Yang mula-mula dilihatnya adalah atap yang terbuat dari susunan ilalang kering. Batang-batang bambu seukuran lengan tampak bersilangan sebagai penyangga.

“Oh, di mana aku?” ujar Seta lirih.

Sang prajurit lantas bergerak bangkit dan duduk di tepi pembaringan. Di hadapannya terpampang dinding anyaman bambu berwarna coklat kehitaman.

Tempat itu seperti tidak asing bagi Seta. Namun otaknya masih belum bekerja dengan baik. Sehingga sang prajurit belum dapat mengingat jelas tempat tersebut.

Sementara sinar matahari menyeruak masuk dari sebuah jendela besar di

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status