Mengingat segala sesuatu yang sudah terjadi cairan bening itu kembali mengucur deras dari kelopak mata Rachel. Dadanya bergemuruh sesak menahan Isak tangisnya yang begitu berat. Langkahnya melambat kala Rachel bersandar pada salah satu pohon dipinggir jalan yang ia lewati.
Dan perlahan semua tampak menghitam. Ditengah kesadarannya, sempat terlihat beberapa sosok pria berbadan besar berdiri di depannya. Beberapa sosok pria itu semakin mendekat hingga akhirnya menyatu dengan kegelapan. Tubuhnya perlahan merasa melayang. Entah apa yang membuatnya terasa begitu ringan seolah menembus sebuah kegelapan. *** Bak merasa terlahir di dunia dalam versi yang berbeda. Rachel kembali terbangun dikamar yang sama. Seolah kembali menjadi putri raja yang bergelimang harta. Kamar mewah yang beberapa sisi dipannya berwarna emas itu kini kembali ia nikmati. Rachel yang belum sepenuhnya pulih berusaha mengingat apa yang terjadi. Salah satu tangannya menyangga kepalanya yang masih terasa sakit. Netranya kembali mengedar ke segala arah sembari mengernyitkan dahi menahan rasa sakit. Semua yang terlihat tampak buram. Tubuhnya yang masih bersandar pada dipan kamar itu tiba-tiba Rachel kembali mengingat kejadian sebelumnya. “Kakek...” ujar Rachel kembali mengingat seorang Kakek yang pernah ia tolong tempo hari. Rachel seketika beranjak dari tempat tidurnya tapi kepalanya yang masih sakit membuatnya kembali tersingkup lemas di tempat tidur. Tak berselang lama terdengar beberapa derap langkah kaki yang mulai mendekat ke kamar itu, dan disusul dengan sebuah gagang pintu yang tampak mengayun ke bawah sebelum akhirnya benda persegi panjang yang terbuat dari ukiran kayu itu terlihat sedikit menganga. Tampak seorang pria sepuh yang tak asing menatap sayup ke arah Rachel. Dan diikuti beberapa orang diantaranya yang seperti membawa sesuatu. Salah seorang wanita salah satu dari mereka mulai mendekati Rachel sembari mengulik beberapa bagian tubuh Rachel untuk memeriksa apa saja yang terjadi. Deru napas panjang sang Kakek terdengar mengiris hati kala mendapati beberapa luka lebam tampak masih segar di sana. “Anak yang malang. Sembuhlah Nak, tunjukkan siapa dirimu”. Ujar pria sepuh itu sembari mengusap kepala Rachel yang masih terbaring lemas di tempat tidur. Sorot matanya tampak mulai berkaca usai melihat beberapa luka lebam gadis malang itu. “Rawatlah semua lukanya” pungkasnya sembari berbalik badan hendak meninggalkan Rachel yang masih terkulai lemas. “Baik Tuan” timpal salah seorang dari mereka yang sudah membawa beberapa perlengkapan medis. “Ayah...” Mendengar itu, seketika langkahnya terhenti dan menoleh ke arah sumber suara untuk memastikan ia tak salah dengar. “Kau memanggilku ayah?” Ujarnya yang tampak tertegun dengan apa yang baru saja ia dengar dari Rachel. Perlahan mata gadis malang itu terbuka. Cairan bening tampak mengucur dari sana. Tak sepintas tatapan sayup Antonio terbalas dengan Rachel yang masih terkulai. Tak berselang lama terlihat sepintas kepala Rachel yang perlahan mengangguk. “Kau sudah mau menjadi anak angkatku Nak?” Tak sepatah kata pun terucap dari bibir gadis itu. Ia hanya kembali menundukkan kepalanya namun kini anggukkan itu disertai isakkan tangis yang menderu sesak sembari menatap sayup penuh harapan dengan seorang pria sepuh yang kini menjadi ayah angkatnya itu. Rachel Lovania seorang gadis yatim piatu yang sangat malang itu kini seolah mendapat rezeki nomplok. Bak menjadi putri raja sekaligus ahli waris ayah angkatnya yang merupakan seorang Bos perusahaan. Trauma yang masih menyelimuti Rachel membuatnya takut akan mendapat perlakuan sama seperti sebelumnya. Terlebih ayah barunya ini sama sekali tak ada sedikit pun aliran darah dari keturunan Rachel. Rasa ragu akan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan semakin berkecamuk di benak Rachel. Namun keadaan tak memberi Rachel waktu untuk memilih dan hanya bergantung pada harapan dan perlindungan dari siapa saja yang menginginkan. Setelah selesai merawat luka Rachel, beberapa orang tadi tampak menundukkan kepalanya sembari keluar kamar satu persatu meninggalkan Rachel dan Antonio. “Ayah... Apakah aku boleh bertanya?” Ujar Rachel dengan sedikit sisa tenaganya yang sudah setengah sadar dari rasa sakitnya. “Tentu saja Nak. Apa yang ingin kau tanyakan. Katakanlah...” timpal Antonio sembari tersenyum ke arah putri barunya itu. “Apakah aku boleh merasakan bahagia?” Ujar Rachel lagi sembari menitikkan cairan bening di kelopak matanya. “Tentu saja putriku. Kenapa kau bicara seperti itu. Sembuhlah dan bersenang-senanglah...” Mendengar itu seketika terlukis senyum dari bibir gadis berusia 20 tahun itu. Matanya yang semula sayup kini terlihat lebih ceria, meski masih merasakan luka. *** Sebulan kemudian Rachel sudah tampak pulih. Raut wajahnya yang semula pucat dan lebam kini sudah tampak ceria dan segar kembali seperti sediakala. Tak lupa, Rachel sebelumnya yang sudah izin karena sakit kini bersiap-siap untuk berangkat kerja kembali. Seperti biasa, baju bertuliskan nama brand restoran tempat saji itu kembali ia kenakan. Tidak lupa dengan penutup kepala itu juga sudah melingkari puncak kepalanya. Setelah semua atribut sudah digunakan. Rachel segera turun untuk sarapan. Setibanya di ruang makan, Antonio tampak terkejut dengan penampilan putrinya. Raut wajahnya tampak heran bahkan dahinya sempat mengernyit memperhatikan seragam yang dikenakan putrinya. Terlebih bagian nama brand restoran itu. “Kau mau kemana Putriku? Tumben sekali pagi-pagi sudah rapi. Bukankah kau baru sembuh?” timpal Antonio yang terkejut dengan penampilan putrinya. “Ayah, aku ingin berangkat kerja...” ujar Rachel sembari menoleh ke arah Antonio yang kini sudah menjadi ayah angkatnya. “Kau ingin berangkat kerja?” timpalnya lagi sembari mengernyitkan dahi. “Iyaa Ayah...” Dada Antonio tampak bergemuruh. Deru napasnya mulai sedikit sesak. Usai meletakkan segelas kopinya di meja makan ia kembali melontarkan pertanyaan. Mendengar itu Antonio tampak kecewa. Hampir semua hidangan lezat di meja makan nyaris tak tersentuh olehnya. Hanya secangkir kopi yang baru selesai disruputlah yang sudah masuk sebagai kudapan pagi. “Apakah ayah harus memperjelas semuanya Rachel?” ujar Antonio sembari menatap tajam ke arah Rachel. “Maksud Ayah?” Rachel yang masih tak mengerti pun seketika menoleh ke arah ayahnya. Dahinya tampak mengernyit dengan raut wajah yang tampak heran. Rachel yang menyadari sebagai anak angkat sama sekali tidak pernah berniat untuk memanfaatkan kekayaan Ayahnya. Sebab itulah ia memutuskan untuk tetap bekerja meski sudah dinobatkan sebagai anak orang kaya. Sisa trauma di masa lalunya memang sangat berat. Tapi keadaan memaksanya menjadi kuat. Terlebih sekarang ia sudah memiliki seorang Ayah angkat yang tampak menyayanginya, tentu ini akan menjadi anugerah dalam perjalanan hidup Rachel. “Ada yang ingin Ayah bicarakan padamu” Mengingat waktu yang sudah mendekati jam kerja, Rachel tampak buru-buru dan tak memiliki banyak waktu untuk berbincang dengan Ayahnya. Dengan berat hati ia berpamitan dengan sang Ayah. “Maaf Ayah, bisakah nanti setelah aku pulang kerja? Aku takut terlambat” timpal sembari memasukan bekal makan siangnya ke dalam tas kerjanya. “Baiklah..” ujar Antonio usai menghela napas. Tak berselang lama Rachel pun langsung meraih tangan Ayahnya sembari menempelkan punggung tangan ayahnya itu ke dahinya sebelum akhirnya pergi. “Mintalah Rudi untuk mengantarmu...” “Tidak apa-apa Ayah, aku bisa naik angkot!” balas Rachel sembari berlari keluar rumah dan berjalan ke jalan besar untuk menghadang angkot. “Huuuftt... Gadis yang baik. Aku tak salah pilih. Dia memang pantas mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya” gumam Antonio dalam hati. Di tengah kesempurnaan hidup yang dimiliki Rachel saat ini adalah bertolak belakang dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sebab, Rachel belum tau sepenuhnya siapa ayah angkatnya itu. Kegelisahan dan segala rasa cemas ia curahkan kepada salah seorang pengawal pribadinya. Yaitu Rudi. “Huuft... Apakah kau sudah memberi tahu Rachel siapa aku?” “Tidak Tuan...” “Dia terlihat begitu bahagia usai menjadi putriku” “Maaf Tuan, bukankkah itu kabar baik?” “Itu hanya kabar baik sementara”. “Maksud Tuan?” “Apakah menurutmu dia akan tetap mau menjadi putriku usai mengetahui siapa diriku sebenarnya?” Pengawal itu mendadak bisu seolah ada sesuatu yang membuatnya bungkam. “Kenapa kau tak menjawab?” “Ma-maaf Tuan, kenapa kau bertanya seperti itu?” ujar Rudi sembari terbata-bata usai melihat raut wajah Antonio yang menatap tajam ke arahnya. “Aku hanya ingin meyakinkan raguku”. Setelah beberapa saat berbincang dengan pengawal pribadinya, Antonio ingin ditinggalkan sendiri. Dibalik pelindung besi tirai jendela rumahnya ia memandang sekeliling. Menatap indahnya apa yang sudah ia bangun selama ini. Antonio sejenak merenungi putri angkatnya itu. Karena sebenarnya Antonio memiliki karakter yang sangat berbeda bahkan jauh dari yang sebelumnya Rachel tau. Antonio bukanlah orang sembarangan, bukan hanya sebagai pemilik perusahaan. Melainkan otak dari segala bentuk kejahatan yang selama ini terbungkam. Tak hanya rumah, perusahaan miliknya pun sangat tersembunyi dari khalayak ramai bahkan jauh dari pemukiman orang pada umumnya. Dengan mengadopsi gadis baik seperti Rachel memiliki tantangan berat untuk Antonio yang merupakan bos mafia. Apakah ia akan berubah menjadi baik atau sebaliknya. Rachel yang akan menjadi penerus Antonio. Mengingat Rachel gadis lugu yang sangat baik dan tulus, apakah ia mau menggantikan posisi ayahnya sebagai bos mafia? Apakah kedudukan yang diwariskan Antonio akan membuka trauma masa lalu Rachel yang tersakiti dan mengubahnya menjadi monster mengerikan? Akankah ia melibatkan Rachel dalam dunia hitam yang sama sekali tak pernah terjamah olehnya?Langit sudah mulai menghitam menyisakan warna jingga yang memudar perlahan, tapi sama sekali tak terlihat tanda-tanda Rachel sudah pulang. Antonio tampak gelisah, kedua tangannya mengepal sembari berjalan mondar-mandir di teras depan rumahnya.Netranya terus mengedar ke segala arah. Firasat buruk terus menghantui, mengingat posisinya sebagai Bos Mafia tentu tak mudah baginya menjaga Rachel yang notabene akan menjadi generasi penerusnya. Rintangan dan ancaman akan selalu ada dari berbagai pihak yang merupakan musuhnya. Raut wajahnya yang tenang dan sangar, tak mampu menutupi kepanikannya yang berharap anak angkatnya baik-baik saja. Di tengah kepanikan, tiba-tiba ponselnya berdering yang menandakan ada sebuah panggilan masuk. Antonio yang berharap telepon dari putrinya itu pun langsung mengangkat tanpa melihat nama kontaknya.“Putriku, cepatlah pulang. Dimana kau sekarang? Apa kau baik-baik saja!” ujar Antonio yang tampak khawatir dengan keadaan putrinya. “Wow! Sepertinya ada yang b
“Bagaimana keadaan ayah saya, dok?” tanya Rachel dengan cemas, matanya terpaku pada dokter yang menangani Antonio, berharap ada harapan untuk sang ayah.“Mari masuk, saya akan jelaskan di dalam,” jawab dokter itu, wajahnya terlihat enggan.“Baiklah…” Rachel mengikuti langkah dokter dengan langkah ragu.Di dalam ruangan, dokter itu tampak berat hati untuk berbicara. Wajahnya tampak lelah dan sayup. “Dok! Tolong katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi?” desak Rachel, menarik lengan dokter bername tag Heri itu dengan tangan gemetar.Akhirnya, dengan suara lirih, dokter itu mengungkapkan yang paling ditakuti Rachel.“Maafkan kami, Ayahmu…”“Ayah saya kenapa, dok?!” Rachel hampir tidak bisa menahan firasat buruknya.“Ayahmu telah berpulang…”“TIDAK! Ayaaaaah!!” teriak Rachel, merasakan dunia runtuh seketika. Ia langsung memeluk tubuh Antonio yang terbaring kaku, wajahnya pucat. Sang dokter dengan perlahan menutup tubuh ayahnya dengan selimut.Beberapa petugas rumah sakit mulai bersiap
Keesokan harinya, usai melaksanakan sholat Subuh, Rachel dikejutkan dengan derap langkah kaki yang terdengar berhenti di depan pintu kamarnya, diikuti oleh ketukan pintu yang perlahan.“Ayah?” tanya Rachel, tampak terkejut melihat ayahnya yang berdiri mematung di depan pintu kamarnya.“Boleh ayah masuk? Ada yang ingin ayah bicarakan padamu,” ujar Antonio, menatap serius dengan sedikit tergesa, lalu menghampiri putrinya.“Iyaa, Ayah. Ada apa?”“Nak, Ayah sudah sangat tua. Ayah tidak bisa terus-menerus menjagamu dengan tenaga Ayah. Ayah hanya bisa melindungimu dengan ilmu yang akan Ayah wariskan padamu.”“Maksud Ayah? Apakah para penjahat itu akan datang lagi? Kenapa kita tidak lapor polisi saja, Ayah?”Antonio tak menjelaskan siapa dirinya secara gamblang. Ia hanya ingin melindungi putrinya dengan caranya sendiri, tanpa menanamkan rasa curiga yang lebih dalam.Mungkin akan terdengar berat, atau bahkan bisa menimbulkan lebih banyak pertanyaan ketika nanti Rachel mulai menjalani pelatiha
“Bangun kamu! Bangun!! Dasar anak tak tau diri! Sudah jam berapa ini!!” bentak Mira usai mengguyur air dingin pada Rachel yang langsung terjingkat. Napas Rachel sempat terengah sembari menahan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya. Tangannya bergetar sembari terus meringkuk tubuhnya yang kedinginan. Rachel Lovania, gadis yang sudah menyandang status yatim piatu itu kini harus tinggal bersama Om dan Tantenya. Keluarga baru yang kini berperan sebagai pengganti orang tuanya. Sepasang suami istri yang tidak selalu memperlalukan Rachel dengan baik layaknya seorang anak, bahkan tak jauh lebih baik dari seonggok sampah yang sudah dibuang. Gadis yang masih berusia 20 tahun itu baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai kurir makanan di sebuah restoran cepat saji yang tak jauh dari tempatnya tinggalnya. Gadis berpostur gemuk, bermata cekung dan berkulit sawo matang itu harus bekerja keras karena beasiswa yang ia dapatkan harus diberikan pada Aliya. Saudara sepupunya sendiri. Tambah lagi
Tak sepatah kata pun terucap dari bibir sang kakek. Tubuhnya terlihat terkulai lemas bahkan seperti kesulitan bernapas. Rachel yang tak tahu harus bagaimana akhirnya berteriak dan berharap pria-pria berbadan besar itu mau menolongnya. Alih-alih mengucapkan terima kasih, Rachel justru di usir dan beberapa diantara mereka menatap tajam seperti menaruh rasa curiga padanya. “Hey! Apa yang kau lakukan! Pergi sana!” bentak salah seorang dari mereka yang seperti menaruh curiga pada Rachel. Rachel tak bisa berbuat banyak, dan ia pun langsung bergegas pergi usai melihat sang Kakek yang sudah diurus dengan para pria berbadan besar itu. Sesampainya di rumah, Rachel masih merasa tak enak karena sempat ada sedikit keributan saat ia berusaha menolong si kakek. Letak kesalahanku dimana ya? Bukannya tadi terlihat jelas jika aku hanya menolong? Tapi kenapa mereka seperti menaruh rasa curiga padaku? Bahkan langsung mengusirku. Benak Rachel mulai berkecamuk apalagi saat teringat nasehat Mang U
Antonio terus memperhatikan gadis itu yang tengah duduk tak berdaya di sandaran kursi kayu yang masih lengkap dengan tali yang melilit tubuhnya. Langkah kakinya mulai mendekat kala melihat sesuatu yang tak wajar di beberapa bagian tubuh gadis itu. Sesekali ia memicingkan matanya untuk memperjelas apa yang ia lihat. Tampak beberapa luka lebam dan memar terlukis di sana. “Siapa yang melakukan ini? Kenapa mereka tak bilang padaku jika gadis ini sudah ditemukan?” Raut wajah Antonio seketika memerah, salah satu tangannya mulai mengepal sebelum akhirnya memanggil pengawalnya. “Pengawal!!” “Siaapp Tuan!” Beberapa pria berbadan besar itu seketika datang menghampirinya. Tak menunggu lama, Antonio pun segera memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan gadis itu. “Lepaskan gadis itu!” ujarnya sembari menunjuk ke arah Rachel yang masih terkulai lemas. “Ta-tapi Tuan, bukankah gadis itu berbahaya?” “Ini perintah!” Gertak Antonio yang akhirnya membuat para pengawalnya tak berkutik.
Keesokan harinya, usai melaksanakan sholat Subuh, Rachel dikejutkan dengan derap langkah kaki yang terdengar berhenti di depan pintu kamarnya, diikuti oleh ketukan pintu yang perlahan.“Ayah?” tanya Rachel, tampak terkejut melihat ayahnya yang berdiri mematung di depan pintu kamarnya.“Boleh ayah masuk? Ada yang ingin ayah bicarakan padamu,” ujar Antonio, menatap serius dengan sedikit tergesa, lalu menghampiri putrinya.“Iyaa, Ayah. Ada apa?”“Nak, Ayah sudah sangat tua. Ayah tidak bisa terus-menerus menjagamu dengan tenaga Ayah. Ayah hanya bisa melindungimu dengan ilmu yang akan Ayah wariskan padamu.”“Maksud Ayah? Apakah para penjahat itu akan datang lagi? Kenapa kita tidak lapor polisi saja, Ayah?”Antonio tak menjelaskan siapa dirinya secara gamblang. Ia hanya ingin melindungi putrinya dengan caranya sendiri, tanpa menanamkan rasa curiga yang lebih dalam.Mungkin akan terdengar berat, atau bahkan bisa menimbulkan lebih banyak pertanyaan ketika nanti Rachel mulai menjalani pelatiha
“Bagaimana keadaan ayah saya, dok?” tanya Rachel dengan cemas, matanya terpaku pada dokter yang menangani Antonio, berharap ada harapan untuk sang ayah.“Mari masuk, saya akan jelaskan di dalam,” jawab dokter itu, wajahnya terlihat enggan.“Baiklah…” Rachel mengikuti langkah dokter dengan langkah ragu.Di dalam ruangan, dokter itu tampak berat hati untuk berbicara. Wajahnya tampak lelah dan sayup. “Dok! Tolong katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi?” desak Rachel, menarik lengan dokter bername tag Heri itu dengan tangan gemetar.Akhirnya, dengan suara lirih, dokter itu mengungkapkan yang paling ditakuti Rachel.“Maafkan kami, Ayahmu…”“Ayah saya kenapa, dok?!” Rachel hampir tidak bisa menahan firasat buruknya.“Ayahmu telah berpulang…”“TIDAK! Ayaaaaah!!” teriak Rachel, merasakan dunia runtuh seketika. Ia langsung memeluk tubuh Antonio yang terbaring kaku, wajahnya pucat. Sang dokter dengan perlahan menutup tubuh ayahnya dengan selimut.Beberapa petugas rumah sakit mulai bersiap
Langit sudah mulai menghitam menyisakan warna jingga yang memudar perlahan, tapi sama sekali tak terlihat tanda-tanda Rachel sudah pulang. Antonio tampak gelisah, kedua tangannya mengepal sembari berjalan mondar-mandir di teras depan rumahnya.Netranya terus mengedar ke segala arah. Firasat buruk terus menghantui, mengingat posisinya sebagai Bos Mafia tentu tak mudah baginya menjaga Rachel yang notabene akan menjadi generasi penerusnya. Rintangan dan ancaman akan selalu ada dari berbagai pihak yang merupakan musuhnya. Raut wajahnya yang tenang dan sangar, tak mampu menutupi kepanikannya yang berharap anak angkatnya baik-baik saja. Di tengah kepanikan, tiba-tiba ponselnya berdering yang menandakan ada sebuah panggilan masuk. Antonio yang berharap telepon dari putrinya itu pun langsung mengangkat tanpa melihat nama kontaknya.“Putriku, cepatlah pulang. Dimana kau sekarang? Apa kau baik-baik saja!” ujar Antonio yang tampak khawatir dengan keadaan putrinya. “Wow! Sepertinya ada yang b
Mengingat segala sesuatu yang sudah terjadi cairan bening itu kembali mengucur deras dari kelopak mata Rachel. Dadanya bergemuruh sesak menahan Isak tangisnya yang begitu berat. Langkahnya melambat kala Rachel bersandar pada salah satu pohon dipinggir jalan yang ia lewati. Dan perlahan semua tampak menghitam. Ditengah kesadarannya, sempat terlihat beberapa sosok pria berbadan besar berdiri di depannya. Beberapa sosok pria itu semakin mendekat hingga akhirnya menyatu dengan kegelapan. Tubuhnya perlahan merasa melayang. Entah apa yang membuatnya terasa begitu ringan seolah menembus sebuah kegelapan. ***Bak merasa terlahir di dunia dalam versi yang berbeda. Rachel kembali terbangun dikamar yang sama. Seolah kembali menjadi putri raja yang bergelimang harta. Kamar mewah yang beberapa sisi dipannya berwarna emas itu kini kembali ia nikmati. Rachel yang belum sepenuhnya pulih berusaha mengingat apa yang terjadi. Salah satu tangannya menyangga kepalanya yang masih terasa sakit. Netrany
Antonio terus memperhatikan gadis itu yang tengah duduk tak berdaya di sandaran kursi kayu yang masih lengkap dengan tali yang melilit tubuhnya. Langkah kakinya mulai mendekat kala melihat sesuatu yang tak wajar di beberapa bagian tubuh gadis itu. Sesekali ia memicingkan matanya untuk memperjelas apa yang ia lihat. Tampak beberapa luka lebam dan memar terlukis di sana. “Siapa yang melakukan ini? Kenapa mereka tak bilang padaku jika gadis ini sudah ditemukan?” Raut wajah Antonio seketika memerah, salah satu tangannya mulai mengepal sebelum akhirnya memanggil pengawalnya. “Pengawal!!” “Siaapp Tuan!” Beberapa pria berbadan besar itu seketika datang menghampirinya. Tak menunggu lama, Antonio pun segera memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan gadis itu. “Lepaskan gadis itu!” ujarnya sembari menunjuk ke arah Rachel yang masih terkulai lemas. “Ta-tapi Tuan, bukankah gadis itu berbahaya?” “Ini perintah!” Gertak Antonio yang akhirnya membuat para pengawalnya tak berkutik.
Tak sepatah kata pun terucap dari bibir sang kakek. Tubuhnya terlihat terkulai lemas bahkan seperti kesulitan bernapas. Rachel yang tak tahu harus bagaimana akhirnya berteriak dan berharap pria-pria berbadan besar itu mau menolongnya. Alih-alih mengucapkan terima kasih, Rachel justru di usir dan beberapa diantara mereka menatap tajam seperti menaruh rasa curiga padanya. “Hey! Apa yang kau lakukan! Pergi sana!” bentak salah seorang dari mereka yang seperti menaruh curiga pada Rachel. Rachel tak bisa berbuat banyak, dan ia pun langsung bergegas pergi usai melihat sang Kakek yang sudah diurus dengan para pria berbadan besar itu. Sesampainya di rumah, Rachel masih merasa tak enak karena sempat ada sedikit keributan saat ia berusaha menolong si kakek. Letak kesalahanku dimana ya? Bukannya tadi terlihat jelas jika aku hanya menolong? Tapi kenapa mereka seperti menaruh rasa curiga padaku? Bahkan langsung mengusirku. Benak Rachel mulai berkecamuk apalagi saat teringat nasehat Mang U
“Bangun kamu! Bangun!! Dasar anak tak tau diri! Sudah jam berapa ini!!” bentak Mira usai mengguyur air dingin pada Rachel yang langsung terjingkat. Napas Rachel sempat terengah sembari menahan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya. Tangannya bergetar sembari terus meringkuk tubuhnya yang kedinginan. Rachel Lovania, gadis yang sudah menyandang status yatim piatu itu kini harus tinggal bersama Om dan Tantenya. Keluarga baru yang kini berperan sebagai pengganti orang tuanya. Sepasang suami istri yang tidak selalu memperlalukan Rachel dengan baik layaknya seorang anak, bahkan tak jauh lebih baik dari seonggok sampah yang sudah dibuang. Gadis yang masih berusia 20 tahun itu baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai kurir makanan di sebuah restoran cepat saji yang tak jauh dari tempatnya tinggalnya. Gadis berpostur gemuk, bermata cekung dan berkulit sawo matang itu harus bekerja keras karena beasiswa yang ia dapatkan harus diberikan pada Aliya. Saudara sepupunya sendiri. Tambah lagi