Langit sudah mulai menghitam menyisakan warna jingga yang memudar perlahan, tapi sama sekali tak terlihat tanda-tanda Rachel sudah pulang. Antonio tampak gelisah, kedua tangannya mengepal sembari berjalan mondar-mandir di teras depan rumahnya.
Netranya terus mengedar ke segala arah. Firasat buruk terus menghantui, mengingat posisinya sebagai Bos Mafia tentu tak mudah baginya menjaga Rachel yang notabene akan menjadi generasi penerusnya. Rintangan dan ancaman akan selalu ada dari berbagai pihak yang merupakan musuhnya. Raut wajahnya yang tenang dan sangar, tak mampu menutupi kepanikannya yang berharap anak angkatnya baik-baik saja. Di tengah kepanikan, tiba-tiba ponselnya berdering yang menandakan ada sebuah panggilan masuk. Antonio yang berharap telepon dari putrinya itu pun langsung mengangkat tanpa melihat nama kontaknya. “Putriku, cepatlah pulang. Dimana kau sekarang? Apa kau baik-baik saja!” ujar Antonio yang tampak khawatir dengan keadaan putrinya. “Wow! Sepertinya ada yang baru saja mengkhawatirkan putri barunya. Apa kau baru saja belajar menjadi ayah yang baik, Antonio?” “Kau..!” Suara tak asing itu mengingatkan Antonio pada peristiwa penembakan beberapa puluh tahun lalu yang melibatkan dirinya. “Akhirnya kau mengingatku.” “Apa yang kau inginkan!!” bentak Antonio pada sosok misterius itu. “Hahaha... Tenanglah, tak ada yang kuinginkan selain membuatmu merasakan apa yang pernah ku rasa.” “Huuft! Apa kau baru saja mengancamku?” “Apa kau menganggap itu sebuah ancaman? Aku rasa kita harus merayakan Reoni kita melalui putri barumu.” “Jangan sentuh putriku! Atau kau akan kubunuh!!” “Kau mau menyerahkan diri atau putrimu yang akan kuhabisi! Aku rasa itu cukup adil untuk mengulas masa lalu kita. Bagaimana? Apa kau tertarik?” “Apa maksudmu, Bajingan!! Urusanmu adalah denganku, bukan putriku!!!” Antonio yang sudah naik pitam tak mampu lagi membendung amarahnya. Ia tak hanya melontarkan umpatan untuk sosok misterius itu, tapi juga memukul meja di teras depan hingga beberapa pengawalnya datang menghampirinya. Mereka tampak siaga dengan segala kemungkinan yang akan terjadi dengan Tuannya. “Apa kau pernah berfikir seperti itu beberapa tahun lalu?” pungkas sosok misterius itu. Tak sepatah kata pun terucap dari bibir Antonio, raut wajahnya sudah tampak menjelaskan apa yang sedang ia rasakan. Lidahnya mendadak kelu mengingat apa yang pernah terjadi. “Aku rasa itu masalah yang berbeda!” “Hahaha... Kenapa? Apa kau kira aku tidak tahu putri barumu yang bekerja di restoran cepat saji itu?” “Jangan macam-macam jika kau tak ingin kembali berhadapan denganku!!” “Hahahahaaa.... Aku rasa kau sudah terlambat.” Sebuah telepon misterius yang baru saja diterima Antonio. Raut wajahnya yang semula tenang kini tampak memerah mengingat Rachel yang masih dalam bahaya. Dadanya bergemuruh sesak memikirkan nasib gadis malang yang kini menjadi putrinya itu. Antonio yang merupakan bos mafia tentu sudah menjadi hal yang biasa jika mendapatkan ancaman, terlibat kasus pembunuhan dan sebagainya. Sangat sulit baginya menjaga Rachel kecuali jika Rachel mau menggantikan posisinya. “Rudiiii....!!” teriak Antonio memanggil pengawal pribadinya. “Siaap Tuan!” “Jemput Rachel pulang!” “Bagaimana jika ini belum waktunya pulang?” “Paksa dia pulang. Dan kalau perlu paksa dia berhenti bekerja di restoran itu sekarang juga!” “Baik Tuan...!” Sekian detik kemudian Rudi dan beberapa pengawal lainnya bergegas menjemput Rachel di tempat kerjanya. Tak berselang lama sampailah mereka di restoran itu. Tampak seorang gadis sedang mau berangkat mengirim barang. “Rachel, Tuan memintamu untuk pulang”. “Apa. Tapi aku belum selesai....” “Hari ini juga kau harus mengundurkan diri dari pekerjaanmu!” “Ta-tapi....” Belum sempat Rachel berpamitan dengan teman-temannya. Seketika lengannya langsung ditarik keluar dan dipaksa masuk mobil. “Maaf Kak, ini sebenarnya ada apa ya?” Tak seorang pun dari mereka yang mau menjawab. Hingga akhirnya di perjalanan, tiba-tiba mobil mereka dihadang oleh beberapa kelompok bersenjata. Bermula dari dua motor yang mulai mendekat sebelum akhirnya melakukan penembakan yang mengarah pada Rachel. Namun dengan cepat Rudi langsung mendorong Rachel dan menyuruhnya untuk merunduk di bawah. Rachel yang panik pun mengikuti perintah pengawal pribadi Ayahnya itu. Tak berselang lama beberapa motor itu berhasil mengepung mobil mereka hingga terjadi baku tembak dan sempat mengenai salah satu kaca mobil yang mengarah pada Rachel. Melihat kejadian itu raut wajah Rachel seketika berubah. Semua terjadi begitu cepat. Bahkan tangannya tampak bergetar dengan napas sedikit tersengal. Teriakan demi teriakan seketika menggema usai kaca mobil terpecah karena peluru yang ditembakkan salah satu kelompok bersenjata itu. Untunglah Rachel berhasil selamat hingga sampai di rumah. Bibirnya tampak bungkam dan kembali teringat dengan apa yang sudah pernah dilontarkan Pak Dio dan Mang Udin. Apakah selama ini ayah angkatku? Ah tidak, tidak mungkin! Pasti mereka salah.. Karena selama ini beliau sangat menyayangiku bahkan aku dianggap seperti anak kandungnya sendiri. Beliau pasti orang baik, aku yakin itu! gumam Rachel dalam hati. Seketika cairan bening itu kembali mengalir dari netranya hingga menghampiri sang Ayah yang tampak cemas menunggu putrinya di depan Rumah. “Ayaaaaaaaahhhh...” DORR!! Seketika ada sebuah tembakan mengarah pada Rachel saat hendak menghampiri ayahnya. Dan dihadang ayah Rachel yang seketika menarik Rachel hingga jatuh tersungkur di hamparan tanah untuk menghindari tembakan. “TIDAK!!! Ayaaaaaaahhh....” Melihat ayahnya jatuh terkapar membuat Rachel sangat terpukul hebat. Benda padat yang keluar dari pistol itu berhasil mengenai dada Antonio. Cairan merah kental pun seketika mengalir deras. Ia langsung membawa ayahnya ke rumah sakit bersama beberapa pengawal. Sementara pengawal lainnya saling baku tembak dan mengejar pelaku itu. Selama perjalanan di rumah sakit. Isak tangis Rachel terus menggema sembari memohon Ayahnya agar tetap kuat sampai tujuan. “Ayah... Tetaplah kuat ya! Aku yakin Ayah bisa”. Isak tangis Rachel semakin kencang kala ia melihat kelopak mata sang Ayah semakin menutup. Sama sekali tak terdengar deru napasnya. Rachel langsung meraih pergelangan tangan Antonio sembari memeriksa denyut nadi sang Ayah. Deg Denyut nadinya sama sekali tak ada. Seketika Rachel pun semakin panik. Sesampainya di rumah sakit, Antonio langsung mendapatkan perawatan instens. Isak tangis Rachel terus menggema. “Yakinlah bahwa Tuan akan baik-baik saja“ ujar Rudi salah seorang pengawal kepercayaan Antonio. “Tapi tadi tidak ada denyut nadinya!” Rudi seketika langsung duduk lemas di samping Rachel. Raut wajahnya yang sangar kini terlihat tampak sayup. Tak sepatah katapun terucap dari bibirnya yang tipis. “Apa Tuan sudah menceritakan semua padamu?” Rachel perlahan mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Rudi, matanya yang sembab kini menatap serius pada pria berbadan besar yang merupakan pengawal pribadi ayah angkatnya. “Cerita apa?” Rudi tampak menghela napasnya perlahan. Namun lidahnya mendadak kelu saat terdengar gagang pintu depan kamar Antonio terbuka. Tampak seorang pria paruh baya berjas putih dan beberapa suster itu menghampiri mereka. Tak berselang lama Rudi dan Rachel pun berdiri untuk menanyakan keadaan Antonio yang sedang terkapar di tempat tidur rumah sakit itu. Raut wajahnya tampak pucat dan sama sekali tak ada pergerakan dari sekujur tubuhnya. Semua tampak kaku. Begitu banyak selang oksigen yang mengitari tubuh Antonio. Tak hanya itu, pergelangan tangannya juga terlihat beberapa infus masih menancap di sana. Terbesit dalam pikiran Rachel. Apakah Ayah bisa diselamatkan?“Bagaimana keadaan ayah saya, dok?” tanya Rachel dengan cemas, matanya terpaku pada dokter yang menangani Antonio, berharap ada harapan untuk sang ayah.“Mari masuk, saya akan jelaskan di dalam,” jawab dokter itu, wajahnya terlihat enggan.“Baiklah…” Rachel mengikuti langkah dokter dengan langkah ragu.Di dalam ruangan, dokter itu tampak berat hati untuk berbicara. Wajahnya tampak lelah dan sayup. “Dok! Tolong katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi?” desak Rachel, menarik lengan dokter bername tag Heri itu dengan tangan gemetar.Akhirnya, dengan suara lirih, dokter itu mengungkapkan yang paling ditakuti Rachel.“Maafkan kami, Ayahmu…”“Ayah saya kenapa, dok?!” Rachel hampir tidak bisa menahan firasat buruknya.“Ayahmu telah berpulang…”“TIDAK! Ayaaaaah!!” teriak Rachel, merasakan dunia runtuh seketika. Ia langsung memeluk tubuh Antonio yang terbaring kaku, wajahnya pucat. Sang dokter dengan perlahan menutup tubuh ayahnya dengan selimut.Beberapa petugas rumah sakit mulai bersiap
Keesokan harinya, usai melaksanakan sholat Subuh, Rachel dikejutkan dengan derap langkah kaki yang terdengar berhenti di depan pintu kamarnya, diikuti oleh ketukan pintu yang perlahan.“Ayah?” tanya Rachel, tampak terkejut melihat ayahnya yang berdiri mematung di depan pintu kamarnya.“Boleh ayah masuk? Ada yang ingin ayah bicarakan padamu,” ujar Antonio, menatap serius dengan sedikit tergesa, lalu menghampiri putrinya.“Iyaa, Ayah. Ada apa?”“Nak, Ayah sudah sangat tua. Ayah tidak bisa terus-menerus menjagamu dengan tenaga Ayah. Ayah hanya bisa melindungimu dengan ilmu yang akan Ayah wariskan padamu.”“Maksud Ayah? Apakah para penjahat itu akan datang lagi? Kenapa kita tidak lapor polisi saja, Ayah?”Antonio tak menjelaskan siapa dirinya secara gamblang. Ia hanya ingin melindungi putrinya dengan caranya sendiri, tanpa menanamkan rasa curiga yang lebih dalam.Mungkin akan terdengar berat, atau bahkan bisa menimbulkan lebih banyak pertanyaan ketika nanti Rachel mulai menjalani pelatiha
“Bangun kamu! Bangun!! Dasar anak tak tau diri! Sudah jam berapa ini!!” bentak Mira usai mengguyur air dingin pada Rachel yang langsung terjingkat. Napas Rachel sempat terengah sembari menahan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya. Tangannya bergetar sembari terus meringkuk tubuhnya yang kedinginan. Rachel Lovania, gadis yang sudah menyandang status yatim piatu itu kini harus tinggal bersama Om dan Tantenya. Keluarga baru yang kini berperan sebagai pengganti orang tuanya. Sepasang suami istri yang tidak selalu memperlalukan Rachel dengan baik layaknya seorang anak, bahkan tak jauh lebih baik dari seonggok sampah yang sudah dibuang. Gadis yang masih berusia 20 tahun itu baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai kurir makanan di sebuah restoran cepat saji yang tak jauh dari tempatnya tinggalnya. Gadis berpostur gemuk, bermata cekung dan berkulit sawo matang itu harus bekerja keras karena beasiswa yang ia dapatkan harus diberikan pada Aliya. Saudara sepupunya sendiri. Tambah lagi
Tak sepatah kata pun terucap dari bibir sang kakek. Tubuhnya terlihat terkulai lemas bahkan seperti kesulitan bernapas. Rachel yang tak tahu harus bagaimana akhirnya berteriak dan berharap pria-pria berbadan besar itu mau menolongnya. Alih-alih mengucapkan terima kasih, Rachel justru di usir dan beberapa diantara mereka menatap tajam seperti menaruh rasa curiga padanya. “Hey! Apa yang kau lakukan! Pergi sana!” bentak salah seorang dari mereka yang seperti menaruh curiga pada Rachel. Rachel tak bisa berbuat banyak, dan ia pun langsung bergegas pergi usai melihat sang Kakek yang sudah diurus dengan para pria berbadan besar itu. Sesampainya di rumah, Rachel masih merasa tak enak karena sempat ada sedikit keributan saat ia berusaha menolong si kakek. Letak kesalahanku dimana ya? Bukannya tadi terlihat jelas jika aku hanya menolong? Tapi kenapa mereka seperti menaruh rasa curiga padaku? Bahkan langsung mengusirku. Benak Rachel mulai berkecamuk apalagi saat teringat nasehat Mang U
Antonio terus memperhatikan gadis itu yang tengah duduk tak berdaya di sandaran kursi kayu yang masih lengkap dengan tali yang melilit tubuhnya. Langkah kakinya mulai mendekat kala melihat sesuatu yang tak wajar di beberapa bagian tubuh gadis itu. Sesekali ia memicingkan matanya untuk memperjelas apa yang ia lihat. Tampak beberapa luka lebam dan memar terlukis di sana. “Siapa yang melakukan ini? Kenapa mereka tak bilang padaku jika gadis ini sudah ditemukan?” Raut wajah Antonio seketika memerah, salah satu tangannya mulai mengepal sebelum akhirnya memanggil pengawalnya. “Pengawal!!” “Siaapp Tuan!” Beberapa pria berbadan besar itu seketika datang menghampirinya. Tak menunggu lama, Antonio pun segera memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan gadis itu. “Lepaskan gadis itu!” ujarnya sembari menunjuk ke arah Rachel yang masih terkulai lemas. “Ta-tapi Tuan, bukankah gadis itu berbahaya?” “Ini perintah!” Gertak Antonio yang akhirnya membuat para pengawalnya tak berkutik.
Mengingat segala sesuatu yang sudah terjadi cairan bening itu kembali mengucur deras dari kelopak mata Rachel. Dadanya bergemuruh sesak menahan Isak tangisnya yang begitu berat. Langkahnya melambat kala Rachel bersandar pada salah satu pohon dipinggir jalan yang ia lewati. Dan perlahan semua tampak menghitam. Ditengah kesadarannya, sempat terlihat beberapa sosok pria berbadan besar berdiri di depannya. Beberapa sosok pria itu semakin mendekat hingga akhirnya menyatu dengan kegelapan. Tubuhnya perlahan merasa melayang. Entah apa yang membuatnya terasa begitu ringan seolah menembus sebuah kegelapan. ***Bak merasa terlahir di dunia dalam versi yang berbeda. Rachel kembali terbangun dikamar yang sama. Seolah kembali menjadi putri raja yang bergelimang harta. Kamar mewah yang beberapa sisi dipannya berwarna emas itu kini kembali ia nikmati. Rachel yang belum sepenuhnya pulih berusaha mengingat apa yang terjadi. Salah satu tangannya menyangga kepalanya yang masih terasa sakit. Netrany
Keesokan harinya, usai melaksanakan sholat Subuh, Rachel dikejutkan dengan derap langkah kaki yang terdengar berhenti di depan pintu kamarnya, diikuti oleh ketukan pintu yang perlahan.“Ayah?” tanya Rachel, tampak terkejut melihat ayahnya yang berdiri mematung di depan pintu kamarnya.“Boleh ayah masuk? Ada yang ingin ayah bicarakan padamu,” ujar Antonio, menatap serius dengan sedikit tergesa, lalu menghampiri putrinya.“Iyaa, Ayah. Ada apa?”“Nak, Ayah sudah sangat tua. Ayah tidak bisa terus-menerus menjagamu dengan tenaga Ayah. Ayah hanya bisa melindungimu dengan ilmu yang akan Ayah wariskan padamu.”“Maksud Ayah? Apakah para penjahat itu akan datang lagi? Kenapa kita tidak lapor polisi saja, Ayah?”Antonio tak menjelaskan siapa dirinya secara gamblang. Ia hanya ingin melindungi putrinya dengan caranya sendiri, tanpa menanamkan rasa curiga yang lebih dalam.Mungkin akan terdengar berat, atau bahkan bisa menimbulkan lebih banyak pertanyaan ketika nanti Rachel mulai menjalani pelatiha
“Bagaimana keadaan ayah saya, dok?” tanya Rachel dengan cemas, matanya terpaku pada dokter yang menangani Antonio, berharap ada harapan untuk sang ayah.“Mari masuk, saya akan jelaskan di dalam,” jawab dokter itu, wajahnya terlihat enggan.“Baiklah…” Rachel mengikuti langkah dokter dengan langkah ragu.Di dalam ruangan, dokter itu tampak berat hati untuk berbicara. Wajahnya tampak lelah dan sayup. “Dok! Tolong katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi?” desak Rachel, menarik lengan dokter bername tag Heri itu dengan tangan gemetar.Akhirnya, dengan suara lirih, dokter itu mengungkapkan yang paling ditakuti Rachel.“Maafkan kami, Ayahmu…”“Ayah saya kenapa, dok?!” Rachel hampir tidak bisa menahan firasat buruknya.“Ayahmu telah berpulang…”“TIDAK! Ayaaaaah!!” teriak Rachel, merasakan dunia runtuh seketika. Ia langsung memeluk tubuh Antonio yang terbaring kaku, wajahnya pucat. Sang dokter dengan perlahan menutup tubuh ayahnya dengan selimut.Beberapa petugas rumah sakit mulai bersiap
Langit sudah mulai menghitam menyisakan warna jingga yang memudar perlahan, tapi sama sekali tak terlihat tanda-tanda Rachel sudah pulang. Antonio tampak gelisah, kedua tangannya mengepal sembari berjalan mondar-mandir di teras depan rumahnya.Netranya terus mengedar ke segala arah. Firasat buruk terus menghantui, mengingat posisinya sebagai Bos Mafia tentu tak mudah baginya menjaga Rachel yang notabene akan menjadi generasi penerusnya. Rintangan dan ancaman akan selalu ada dari berbagai pihak yang merupakan musuhnya. Raut wajahnya yang tenang dan sangar, tak mampu menutupi kepanikannya yang berharap anak angkatnya baik-baik saja. Di tengah kepanikan, tiba-tiba ponselnya berdering yang menandakan ada sebuah panggilan masuk. Antonio yang berharap telepon dari putrinya itu pun langsung mengangkat tanpa melihat nama kontaknya.“Putriku, cepatlah pulang. Dimana kau sekarang? Apa kau baik-baik saja!” ujar Antonio yang tampak khawatir dengan keadaan putrinya. “Wow! Sepertinya ada yang b
Mengingat segala sesuatu yang sudah terjadi cairan bening itu kembali mengucur deras dari kelopak mata Rachel. Dadanya bergemuruh sesak menahan Isak tangisnya yang begitu berat. Langkahnya melambat kala Rachel bersandar pada salah satu pohon dipinggir jalan yang ia lewati. Dan perlahan semua tampak menghitam. Ditengah kesadarannya, sempat terlihat beberapa sosok pria berbadan besar berdiri di depannya. Beberapa sosok pria itu semakin mendekat hingga akhirnya menyatu dengan kegelapan. Tubuhnya perlahan merasa melayang. Entah apa yang membuatnya terasa begitu ringan seolah menembus sebuah kegelapan. ***Bak merasa terlahir di dunia dalam versi yang berbeda. Rachel kembali terbangun dikamar yang sama. Seolah kembali menjadi putri raja yang bergelimang harta. Kamar mewah yang beberapa sisi dipannya berwarna emas itu kini kembali ia nikmati. Rachel yang belum sepenuhnya pulih berusaha mengingat apa yang terjadi. Salah satu tangannya menyangga kepalanya yang masih terasa sakit. Netrany
Antonio terus memperhatikan gadis itu yang tengah duduk tak berdaya di sandaran kursi kayu yang masih lengkap dengan tali yang melilit tubuhnya. Langkah kakinya mulai mendekat kala melihat sesuatu yang tak wajar di beberapa bagian tubuh gadis itu. Sesekali ia memicingkan matanya untuk memperjelas apa yang ia lihat. Tampak beberapa luka lebam dan memar terlukis di sana. “Siapa yang melakukan ini? Kenapa mereka tak bilang padaku jika gadis ini sudah ditemukan?” Raut wajah Antonio seketika memerah, salah satu tangannya mulai mengepal sebelum akhirnya memanggil pengawalnya. “Pengawal!!” “Siaapp Tuan!” Beberapa pria berbadan besar itu seketika datang menghampirinya. Tak menunggu lama, Antonio pun segera memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan gadis itu. “Lepaskan gadis itu!” ujarnya sembari menunjuk ke arah Rachel yang masih terkulai lemas. “Ta-tapi Tuan, bukankah gadis itu berbahaya?” “Ini perintah!” Gertak Antonio yang akhirnya membuat para pengawalnya tak berkutik.
Tak sepatah kata pun terucap dari bibir sang kakek. Tubuhnya terlihat terkulai lemas bahkan seperti kesulitan bernapas. Rachel yang tak tahu harus bagaimana akhirnya berteriak dan berharap pria-pria berbadan besar itu mau menolongnya. Alih-alih mengucapkan terima kasih, Rachel justru di usir dan beberapa diantara mereka menatap tajam seperti menaruh rasa curiga padanya. “Hey! Apa yang kau lakukan! Pergi sana!” bentak salah seorang dari mereka yang seperti menaruh curiga pada Rachel. Rachel tak bisa berbuat banyak, dan ia pun langsung bergegas pergi usai melihat sang Kakek yang sudah diurus dengan para pria berbadan besar itu. Sesampainya di rumah, Rachel masih merasa tak enak karena sempat ada sedikit keributan saat ia berusaha menolong si kakek. Letak kesalahanku dimana ya? Bukannya tadi terlihat jelas jika aku hanya menolong? Tapi kenapa mereka seperti menaruh rasa curiga padaku? Bahkan langsung mengusirku. Benak Rachel mulai berkecamuk apalagi saat teringat nasehat Mang U
“Bangun kamu! Bangun!! Dasar anak tak tau diri! Sudah jam berapa ini!!” bentak Mira usai mengguyur air dingin pada Rachel yang langsung terjingkat. Napas Rachel sempat terengah sembari menahan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya. Tangannya bergetar sembari terus meringkuk tubuhnya yang kedinginan. Rachel Lovania, gadis yang sudah menyandang status yatim piatu itu kini harus tinggal bersama Om dan Tantenya. Keluarga baru yang kini berperan sebagai pengganti orang tuanya. Sepasang suami istri yang tidak selalu memperlalukan Rachel dengan baik layaknya seorang anak, bahkan tak jauh lebih baik dari seonggok sampah yang sudah dibuang. Gadis yang masih berusia 20 tahun itu baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai kurir makanan di sebuah restoran cepat saji yang tak jauh dari tempatnya tinggalnya. Gadis berpostur gemuk, bermata cekung dan berkulit sawo matang itu harus bekerja keras karena beasiswa yang ia dapatkan harus diberikan pada Aliya. Saudara sepupunya sendiri. Tambah lagi