Keesokan harinya, usai melaksanakan sholat Subuh, Rachel dikejutkan dengan derap langkah kaki yang terdengar berhenti di depan pintu kamarnya, diikuti oleh ketukan pintu yang perlahan.“Ayah?” tanya Rachel, tampak terkejut melihat ayahnya yang berdiri mematung di depan pintu kamarnya.“Boleh ayah masuk? Ada yang ingin ayah bicarakan padamu,” ujar Antonio, menatap serius dengan sedikit tergesa, lalu menghampiri putrinya.“Iyaa, Ayah. Ada apa?”“Nak, Ayah sudah sangat tua. Ayah tidak bisa terus-menerus menjagamu dengan tenaga Ayah. Ayah hanya bisa melindungimu dengan ilmu yang akan Ayah wariskan padamu.”“Maksud Ayah? Apakah para penjahat itu akan datang lagi? Kenapa kita tidak lapor polisi saja, Ayah?”Antonio tak menjelaskan siapa dirinya secara gamblang. Ia hanya ingin melindungi putrinya dengan caranya sendiri, tanpa menanamkan rasa curiga yang lebih dalam.Mungkin akan terdengar berat, atau bahkan bisa menimbulkan lebih banyak pertanyaan ketika nanti Rachel mulai menjalani pelatiha
“Bangun kamu! Bangun!! Dasar anak tak tau diri! Sudah jam berapa ini!!” bentak Mira usai mengguyur air dingin pada Rachel yang langsung terjingkat. Napas Rachel sempat terengah sembari menahan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya. Tangannya bergetar sembari terus meringkuk tubuhnya yang kedinginan. Rachel Lovania, gadis yang sudah menyandang status yatim piatu itu kini harus tinggal bersama Om dan Tantenya. Keluarga baru yang kini berperan sebagai pengganti orang tuanya. Sepasang suami istri yang tidak selalu memperlalukan Rachel dengan baik layaknya seorang anak, bahkan tak jauh lebih baik dari seonggok sampah yang sudah dibuang. Gadis yang masih berusia 20 tahun itu baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai kurir makanan di sebuah restoran cepat saji yang tak jauh dari tempatnya tinggalnya. Gadis berpostur gemuk, bermata cekung dan berkulit sawo matang itu harus bekerja keras karena beasiswa yang ia dapatkan harus diberikan pada Aliya. Saudara sepupunya sendiri. Tambah lagi
Tak sepatah kata pun terucap dari bibir sang kakek. Tubuhnya terlihat terkulai lemas bahkan seperti kesulitan bernapas. Rachel yang tak tahu harus bagaimana akhirnya berteriak dan berharap pria-pria berbadan besar itu mau menolongnya. Alih-alih mengucapkan terima kasih, Rachel justru di usir dan beberapa diantara mereka menatap tajam seperti menaruh rasa curiga padanya. “Hey! Apa yang kau lakukan! Pergi sana!” bentak salah seorang dari mereka yang seperti menaruh curiga pada Rachel. Rachel tak bisa berbuat banyak, dan ia pun langsung bergegas pergi usai melihat sang Kakek yang sudah diurus dengan para pria berbadan besar itu. Sesampainya di rumah, Rachel masih merasa tak enak karena sempat ada sedikit keributan saat ia berusaha menolong si kakek. Letak kesalahanku dimana ya? Bukannya tadi terlihat jelas jika aku hanya menolong? Tapi kenapa mereka seperti menaruh rasa curiga padaku? Bahkan langsung mengusirku. Benak Rachel mulai berkecamuk apalagi saat teringat nasehat Mang U
Antonio terus memperhatikan gadis itu yang tengah duduk tak berdaya di sandaran kursi kayu yang masih lengkap dengan tali yang melilit tubuhnya. Langkah kakinya mulai mendekat kala melihat sesuatu yang tak wajar di beberapa bagian tubuh gadis itu. Sesekali ia memicingkan matanya untuk memperjelas apa yang ia lihat. Tampak beberapa luka lebam dan memar terlukis di sana. “Siapa yang melakukan ini? Kenapa mereka tak bilang padaku jika gadis ini sudah ditemukan?” Raut wajah Antonio seketika memerah, salah satu tangannya mulai mengepal sebelum akhirnya memanggil pengawalnya. “Pengawal!!” “Siaapp Tuan!” Beberapa pria berbadan besar itu seketika datang menghampirinya. Tak menunggu lama, Antonio pun segera memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan gadis itu. “Lepaskan gadis itu!” ujarnya sembari menunjuk ke arah Rachel yang masih terkulai lemas. “Ta-tapi Tuan, bukankah gadis itu berbahaya?” “Ini perintah!” Gertak Antonio yang akhirnya membuat para pengawalnya tak berkutik.
Mengingat segala sesuatu yang sudah terjadi cairan bening itu kembali mengucur deras dari kelopak mata Rachel. Dadanya bergemuruh sesak menahan Isak tangisnya yang begitu berat. Langkahnya melambat kala Rachel bersandar pada salah satu pohon dipinggir jalan yang ia lewati. Dan perlahan semua tampak menghitam. Ditengah kesadarannya, sempat terlihat beberapa sosok pria berbadan besar berdiri di depannya. Beberapa sosok pria itu semakin mendekat hingga akhirnya menyatu dengan kegelapan. Tubuhnya perlahan merasa melayang. Entah apa yang membuatnya terasa begitu ringan seolah menembus sebuah kegelapan. ***Bak merasa terlahir di dunia dalam versi yang berbeda. Rachel kembali terbangun dikamar yang sama. Seolah kembali menjadi putri raja yang bergelimang harta. Kamar mewah yang beberapa sisi dipannya berwarna emas itu kini kembali ia nikmati. Rachel yang belum sepenuhnya pulih berusaha mengingat apa yang terjadi. Salah satu tangannya menyangga kepalanya yang masih terasa sakit. Netrany
Langit sudah mulai menghitam menyisakan warna jingga yang memudar perlahan, tapi sama sekali tak terlihat tanda-tanda Rachel sudah pulang. Antonio tampak gelisah, kedua tangannya mengepal sembari berjalan mondar-mandir di teras depan rumahnya.Netranya terus mengedar ke segala arah. Firasat buruk terus menghantui, mengingat posisinya sebagai Bos Mafia tentu tak mudah baginya menjaga Rachel yang notabene akan menjadi generasi penerusnya. Rintangan dan ancaman akan selalu ada dari berbagai pihak yang merupakan musuhnya. Raut wajahnya yang tenang dan sangar, tak mampu menutupi kepanikannya yang berharap anak angkatnya baik-baik saja. Di tengah kepanikan, tiba-tiba ponselnya berdering yang menandakan ada sebuah panggilan masuk. Antonio yang berharap telepon dari putrinya itu pun langsung mengangkat tanpa melihat nama kontaknya.“Putriku, cepatlah pulang. Dimana kau sekarang? Apa kau baik-baik saja!” ujar Antonio yang tampak khawatir dengan keadaan putrinya. “Wow! Sepertinya ada yang b
Keesokan harinya, usai melaksanakan sholat Subuh, Rachel dikejutkan dengan derap langkah kaki yang terdengar berhenti di depan pintu kamarnya, diikuti oleh ketukan pintu yang perlahan.“Ayah?” tanya Rachel, tampak terkejut melihat ayahnya yang berdiri mematung di depan pintu kamarnya.“Boleh ayah masuk? Ada yang ingin ayah bicarakan padamu,” ujar Antonio, menatap serius dengan sedikit tergesa, lalu menghampiri putrinya.“Iyaa, Ayah. Ada apa?”“Nak, Ayah sudah sangat tua. Ayah tidak bisa terus-menerus menjagamu dengan tenaga Ayah. Ayah hanya bisa melindungimu dengan ilmu yang akan Ayah wariskan padamu.”“Maksud Ayah? Apakah para penjahat itu akan datang lagi? Kenapa kita tidak lapor polisi saja, Ayah?”Antonio tak menjelaskan siapa dirinya secara gamblang. Ia hanya ingin melindungi putrinya dengan caranya sendiri, tanpa menanamkan rasa curiga yang lebih dalam.Mungkin akan terdengar berat, atau bahkan bisa menimbulkan lebih banyak pertanyaan ketika nanti Rachel mulai menjalani pelatiha
“Bagaimana keadaan ayah saya, dok?” tanya Rachel dengan cemas, matanya terpaku pada dokter yang menangani Antonio, berharap ada harapan untuk sang ayah.“Mari masuk, saya akan jelaskan di dalam,” jawab dokter itu, wajahnya terlihat enggan.“Baiklah…” Rachel mengikuti langkah dokter dengan langkah ragu.Di dalam ruangan, dokter itu tampak berat hati untuk berbicara. Wajahnya tampak lelah dan sayup. “Dok! Tolong katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi?” desak Rachel, menarik lengan dokter bername tag Heri itu dengan tangan gemetar.Akhirnya, dengan suara lirih, dokter itu mengungkapkan yang paling ditakuti Rachel.“Maafkan kami, Ayahmu…”“Ayah saya kenapa, dok?!” Rachel hampir tidak bisa menahan firasat buruknya.“Ayahmu telah berpulang…”“TIDAK! Ayaaaaah!!” teriak Rachel, merasakan dunia runtuh seketika. Ia langsung memeluk tubuh Antonio yang terbaring kaku, wajahnya pucat. Sang dokter dengan perlahan menutup tubuh ayahnya dengan selimut.Beberapa petugas rumah sakit mulai bersiap
Langit sudah mulai menghitam menyisakan warna jingga yang memudar perlahan, tapi sama sekali tak terlihat tanda-tanda Rachel sudah pulang. Antonio tampak gelisah, kedua tangannya mengepal sembari berjalan mondar-mandir di teras depan rumahnya.Netranya terus mengedar ke segala arah. Firasat buruk terus menghantui, mengingat posisinya sebagai Bos Mafia tentu tak mudah baginya menjaga Rachel yang notabene akan menjadi generasi penerusnya. Rintangan dan ancaman akan selalu ada dari berbagai pihak yang merupakan musuhnya. Raut wajahnya yang tenang dan sangar, tak mampu menutupi kepanikannya yang berharap anak angkatnya baik-baik saja. Di tengah kepanikan, tiba-tiba ponselnya berdering yang menandakan ada sebuah panggilan masuk. Antonio yang berharap telepon dari putrinya itu pun langsung mengangkat tanpa melihat nama kontaknya.“Putriku, cepatlah pulang. Dimana kau sekarang? Apa kau baik-baik saja!” ujar Antonio yang tampak khawatir dengan keadaan putrinya. “Wow! Sepertinya ada yang b
Mengingat segala sesuatu yang sudah terjadi cairan bening itu kembali mengucur deras dari kelopak mata Rachel. Dadanya bergemuruh sesak menahan Isak tangisnya yang begitu berat. Langkahnya melambat kala Rachel bersandar pada salah satu pohon dipinggir jalan yang ia lewati. Dan perlahan semua tampak menghitam. Ditengah kesadarannya, sempat terlihat beberapa sosok pria berbadan besar berdiri di depannya. Beberapa sosok pria itu semakin mendekat hingga akhirnya menyatu dengan kegelapan. Tubuhnya perlahan merasa melayang. Entah apa yang membuatnya terasa begitu ringan seolah menembus sebuah kegelapan. ***Bak merasa terlahir di dunia dalam versi yang berbeda. Rachel kembali terbangun dikamar yang sama. Seolah kembali menjadi putri raja yang bergelimang harta. Kamar mewah yang beberapa sisi dipannya berwarna emas itu kini kembali ia nikmati. Rachel yang belum sepenuhnya pulih berusaha mengingat apa yang terjadi. Salah satu tangannya menyangga kepalanya yang masih terasa sakit. Netrany
Antonio terus memperhatikan gadis itu yang tengah duduk tak berdaya di sandaran kursi kayu yang masih lengkap dengan tali yang melilit tubuhnya. Langkah kakinya mulai mendekat kala melihat sesuatu yang tak wajar di beberapa bagian tubuh gadis itu. Sesekali ia memicingkan matanya untuk memperjelas apa yang ia lihat. Tampak beberapa luka lebam dan memar terlukis di sana. “Siapa yang melakukan ini? Kenapa mereka tak bilang padaku jika gadis ini sudah ditemukan?” Raut wajah Antonio seketika memerah, salah satu tangannya mulai mengepal sebelum akhirnya memanggil pengawalnya. “Pengawal!!” “Siaapp Tuan!” Beberapa pria berbadan besar itu seketika datang menghampirinya. Tak menunggu lama, Antonio pun segera memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan gadis itu. “Lepaskan gadis itu!” ujarnya sembari menunjuk ke arah Rachel yang masih terkulai lemas. “Ta-tapi Tuan, bukankah gadis itu berbahaya?” “Ini perintah!” Gertak Antonio yang akhirnya membuat para pengawalnya tak berkutik.
Tak sepatah kata pun terucap dari bibir sang kakek. Tubuhnya terlihat terkulai lemas bahkan seperti kesulitan bernapas. Rachel yang tak tahu harus bagaimana akhirnya berteriak dan berharap pria-pria berbadan besar itu mau menolongnya. Alih-alih mengucapkan terima kasih, Rachel justru di usir dan beberapa diantara mereka menatap tajam seperti menaruh rasa curiga padanya. “Hey! Apa yang kau lakukan! Pergi sana!” bentak salah seorang dari mereka yang seperti menaruh curiga pada Rachel. Rachel tak bisa berbuat banyak, dan ia pun langsung bergegas pergi usai melihat sang Kakek yang sudah diurus dengan para pria berbadan besar itu. Sesampainya di rumah, Rachel masih merasa tak enak karena sempat ada sedikit keributan saat ia berusaha menolong si kakek. Letak kesalahanku dimana ya? Bukannya tadi terlihat jelas jika aku hanya menolong? Tapi kenapa mereka seperti menaruh rasa curiga padaku? Bahkan langsung mengusirku. Benak Rachel mulai berkecamuk apalagi saat teringat nasehat Mang U
“Bangun kamu! Bangun!! Dasar anak tak tau diri! Sudah jam berapa ini!!” bentak Mira usai mengguyur air dingin pada Rachel yang langsung terjingkat. Napas Rachel sempat terengah sembari menahan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya. Tangannya bergetar sembari terus meringkuk tubuhnya yang kedinginan. Rachel Lovania, gadis yang sudah menyandang status yatim piatu itu kini harus tinggal bersama Om dan Tantenya. Keluarga baru yang kini berperan sebagai pengganti orang tuanya. Sepasang suami istri yang tidak selalu memperlalukan Rachel dengan baik layaknya seorang anak, bahkan tak jauh lebih baik dari seonggok sampah yang sudah dibuang. Gadis yang masih berusia 20 tahun itu baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai kurir makanan di sebuah restoran cepat saji yang tak jauh dari tempatnya tinggalnya. Gadis berpostur gemuk, bermata cekung dan berkulit sawo matang itu harus bekerja keras karena beasiswa yang ia dapatkan harus diberikan pada Aliya. Saudara sepupunya sendiri. Tambah lagi