Share

BAB 2

Author: Sang Ghania
last update Last Updated: 2024-12-19 11:47:13

Tak sepatah kata pun terucap dari bibir sang kakek. Tubuhnya terlihat terkulai lemas bahkan seperti kesulitan bernapas. Rachel yang tak tahu harus bagaimana akhirnya berteriak dan berharap pria-pria berbadan besar itu mau menolongnya.

Alih-alih mengucapkan terima kasih, Rachel justru di usir dan beberapa diantara mereka menatap tajam seperti menaruh rasa curiga padanya.

“Hey! Apa yang kau lakukan! Pergi sana!” bentak salah seorang dari mereka yang seperti menaruh curiga pada Rachel.

Rachel tak bisa berbuat banyak, dan ia pun langsung bergegas pergi usai melihat sang Kakek yang sudah diurus dengan para pria berbadan besar itu.

Sesampainya di rumah, Rachel masih merasa tak enak karena sempat ada sedikit keributan saat ia berusaha menolong si kakek.

Letak kesalahanku dimana ya? Bukannya tadi terlihat jelas jika aku hanya menolong? Tapi kenapa mereka seperti menaruh rasa curiga padaku? Bahkan langsung mengusirku. Benak Rachel mulai berkecamuk apalagi saat teringat nasehat Mang Udin dan Pak Dio kalau mereka adalah pelanggan setia tempat kerjanya.

Bagaimana jika setelah kejadian itu mereka tidak memesan makanan lagi? Sudah pasti Rachel lah yang akan menjadi orang pertama yang disalahkan dan dianggap menjadi penyebab utama atas kejadian itu.

Dan benar saja, semenjak itu sang Kakek sudah tidak lagi memesan makanan cepat saji di restoran itu. Tidak seperti biasanya.

Mengetahui hal itu pun Rachel kembali merasa bahwa ia sudah melakukan kesalahan. Apakah besok terakhir kalinya Rachel bekerja?

Entahlah yang jelas Rachel masih menutupi semua yang terjadi. Baik dari Mang Udin, Pak Dio atau pun rekan kerjanya yang lain.

***

Di tempat lain, sesampainya di rumah sakit. Kakek itu langsung mendapatkan perawatan instens dari pihak rumah sakit. Sang ajudan pun langsung berbagi tugas untuk saling menjaga ketat di beberapa sudut ruangan demi keamanan sang Kakek.

Kakek itu terlihat terbujur lemas dengan raut wajahnya yang pucat. Bahkan infus pun terlihat menancap di salah satu tangannya yang sudah sangat keriput. Penyakit di usia lanjut sang Kakek memang sering kambuh.

Terlebih beliau tidak memiliki sanak saudara yang bisa menjaga, bahkan tidak ada satu pun anak ataupun ahli waris yang dimiliki sang Kakek.

Tak berselang lama terlihat beberapa jari sang Kakek mulai bergerak. Bahkan kepalanya pun mulai menoleh ke arah salah satu ajudannya yang bertugas berjaga di dalam ruangan.

Tiba-tiba sebuah nama terucap dari mulut pria paruh baya berusia 80 tahun itu yang masih terpejam.

“Gadis itu....”

“Dimana dia?”

Sang ajudan yang mendengar itu pun saling melemparkan pandangan satu sama lain. Dengan tatapan raut wajah yang sama-sama tidak mengerti apa yang dimaksud si kakek. Mereka tetap tidak melakukan apa-apa.

Dan tak berselang lama tiba-tiba ucapan itu terulang kembali. Perlahan kelopak matanya yang keriput itu pun mulai terbuka dan berusaha mengungkapkan kembali apa yang ingin disampaikan pada sang ajudan.

Sang ajudan yang melihat itu pun langsung bergegas mendekati sang Kakek dan menanyakan perihal gadis itu.

“Ada yang bisa saya bantu Tuan?”

Kakek itu tak henti-hentinya menanyakan keberadaan Rachel. Gadis pertama yang menolongnya saat hendak jatuh pingsan di lorong perusahaannya.

“Dimana dia?” tak ada satu pun pengawal yang mau menjawab pertanyaan si kakek.

Mereka kembali saling memandang satu sama lain sembari memikirkan siapa yang dimaksud sang kakek. Hingga salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk bertanya.

“Maaf Tuan, maksudnya dia siapa ya?”

“Gadis yang bersamaku tempo hari sebelum kalian datang. Dimana dia sekarang?”

Deg

Salah satu pria yang mengusir gadis itu pun akhirnya mengakui kesalahannya bahwa ia lah yang menyuruh gadis itu pergi saat hendak membantu sang kakek.

Setelah mengetahui itu sang Kakek pun terlihat naik pitam. Raut wajahnya yang semula pucat pun kini tampak memerah sembari mendengus kasar pada sang ajudan.

“Bodoh! Cari dia sampai dapat!” Kakek itu mulai kesal dan hendak terus membentak sang ajudan.

“Ta-tapi Tuan!”

“Aku tidak mau tahu. Aku ingin kau membawa gadis itu kemari! Cepat!!”

Salah satu pria yang mengetahui gadis yang mengantar makanannya tempo hari itu pun langsung menjawab.

“Siapp Tuan!”

Seketika beberapa diantara mereka pun kembali berbagi tugas untuk mencari Rachel melalui sekretaris pribadi sang Kakek yang tempo hari memesankan makanan.

“Beritahu aku dimana kau membeli makanan untuk Tuan Antonio?”

“Apakah terjadi sesuatu?”

“Beritahu saja! Aku tak punya waktu berdebat denganmu!”

“Baiklah” Ujarnya yang langsung mengambil seuntai kertas dan menuliskan sesuatu di sana.

“Pergilah ke alamat ini jika kau ingin”.

Pengawal itu seketika merampas secarik kertas dari sekretaris pribadi majikannya. Sebelum akhirnya ia kembali melontarkan pertanyaan.

“Apa kau mengenal salah seorang karyawan di restoran itu?”

“Tidak”.

Mendengar itu, raut wajah pria berusia 30 tahun itu pun seketika berubah. Kedua tangannya langsung menggebrak meja sekretaris itu dengan keras sembari menatap tajam ke arahnya.

BRAAAKK

“Bukankah kau setiap hari memesankan makanan untuk Tuan?”

Sekretaris pribadi sang Kakek itu pun seketika merasa terintimidasi sembari menatap sayup ke arah pria itu sembari sedikit memundurkan kursi duduknya.

“A-aku aku hanya...”

“Hanya apa!”

“Aku hanya memesan makanan sesuai permintaan Tuan Antonio. Tak lebih dari itu. Ada apa sebenarnya? Bicaralah, aku tak tahu kenapa kau begitu menaruh curiga padaku! Bukankah kau mengenalku!”

“Semua hal buruk bisa saja terjadi meski dari seseorang yang kita kenal” pungkas pria itu sembari melangkah pergi.

Sesampainya di restoran itu ia terus mengamati gerak-gerik karyawan sesuai dengan foto yang sempat mereka ambil dari cctv perusahaan. Hingga terbesit dalam pikiran mereka untuk berpura-pura menjadi pelanggan di sana.

Sekian detik kemudian terlihat seorang gadis yang mereka cari. Rachel yang masih bersiap-siap untuk pulang pun tak menyadari kehadirannya sedang diperhatikan orang lain.

Rachel yang tak menyadari akan terjadi sesuatu pun langsung keluar begitu saja untuk pulang.

Tak berselang lama salah seorang dari mereka mendekati Rachel. Dengan gerak cepat salah seorang dari mereka pun langsung menikapnya dari belakang. Pria berbadan besar itu dengan tenaganya yang sangat kuat langsung membuat Rachel tak bisa bergerak hanya dengan satu kali dekapan.

“Uhm...!” Napas Rachel yang sempat tersengal berusaha memberontak tapi apalah daya, Rachel tak sekuat para pengawal itu.

Tak menunggu waktu lama mereka pun langsung memasukkan Rachel ke dalam mobil dan bergegas menuju perusahaan Antonio Dirgantara.

Sepanjang perjalanan mereka tampak kesal dan berencana untuk memberi pelajaran pada Rachel karena sudah berusaha menyerang bos mereka. Tapi dari sisi lain mereka juga tak langsung berani mengambil tindakan tanpa perintah Tuannya.

Sesampainya di perusahaan. Rachel langsung dibawa ke ruang bawah tanah. Ruang rahasia milik Antonio Dirgantara, sang Kakek pemilik perusahaan itu. Seuntai tali pun mereka keluarkan untuk melilit gadis malang itu yang terduduk di kursi dan masih belum sadar karena pengaruh obat bius saat disekap.

Tak berselang lama mereka keluar dan mengurung Rachel di ruangan itu hingga mendapat perintah dari sang Kakek.

***

Di tempat lain, terlihat seorang wanita paruh baya mengamuk dan membuat gaduh di Restoran cepat saji tempat Rachel bekerja.

Suara teriakannya yang menggema seketika menjadi pusat perhatian para pengunjung di sana. Bahkan beberapa karyawan restoran itu turut menyaksikan dan berusaha menghampiri wanita itu usai sebuah nama seorang karyawan di restoran itu terucap dari bibir wanita itu.

“Racheelll... Racheeeelll!!! Anak kurang ajar! Dimana kamu!!” Bentak wanita itu sembari menatap tajam ke arah para karyawan yang sedang bertugas.

Mang Udin yang merupakan salah satu driver delivery di Restoran itu seketika langsung menghampiri sumber keributan itu.

“Permisi, maaf Bu ada apa ya?” ujar salah seorang karyawan yang memberanikan diri menegur Mira yang tampak sudah naik pitam.

“Mana Rachel! Kenapa sampai sekarang belum pulang!” bentaknya lagi sembari memukul salah satu meja pelanggan.

Seketika semua mata saling memandang satu sama lain. Berhubung Rachel masih anak baru, tentu belum semua karyawan mengenalnya. Alhasil mereka jadi saling bertanya dari satu bagian ke bagian yang lain.

“Maaf Bu, Rachel sudah pulang tadi sore. Saya lihat sendiri kok dia keluar restoran”, ujar salah seorang karyawan yang satu bagian dengan Rachel. Hanya saja hari itu mereka sedang beda shift.

“Bohong!! Kalau memang sudah pulang kenapa sampai sekarang belum sampai di rumah!!” Ujar Mira yang tampak menaruh rasa curiga pada karyawan yang kebetulan satu bagian dengan Rachel itu.

“Apa kau membantunya untuk kabur dariku?” ujarnya lagi dengan nada mengancam. Sorot matanya yang tajam seolah mengintimidasi dan mendesak karyawan tersebut untuk menjawab pertanyaannya dengan jujur.

Suara gaduh yang ditimbulkan wanita itu pun kian memuncak. Tak hanya karyawan yang merasa tak nyaman, bahkan para pelanggan pun merasa terganggu. Bahkan beberapa dari mereka pun terlihat saling berbisik lirih bersama pelanggan yang lain.

Tak berselang lama terdengar derap langkah kaki dari dalam sebelum akhirnya sebuah pintu terbuka dan seseorang tampak keluar dari sana. Terlihat seorang pria paruh baya berbadan tegap menghampiri mereka.

“Jangan sentuh karyawan saya! Jika ada yang perlu ditanyakan bicarakan baik-baik. Kalau tidak ada pergilah” pungkas pria itu sembari menangkis tangan wanita itu yang hendak menarik lengan salah satu karyawannya.

“Pak Dio...” ujar salah seorang karyawan yang merasa tenang usai managernya datang.

Pandangan mereka pun seketika mengarah pada atasannya itu sebelum akhirnya mengekor di belakangnya.

Sekian detik kemudian wanita itu pun pergi. Terdengar sekilas dengusan kasar yang tersamarkan dengan hentakan kakinya yang keras. Masih terlihat amarahnya yang masih terpendam di setiap langkahnya.

***

Hari ini, pihak rumah sakit menyatakan Antonio Dirgantara sudah baik-baik saja dan diperbolehkan untuk pulang. Tapi entah kenapa ia kembali teringat dengan gadis itu. Meski belum mendapat kabar tentang gadis itu yang tempo hari ia perintahkan pengawalnya untuk mencari. Tapi tetap saja seperti ada sesuatu yang mengganjal.

Sepertinya Antonio memang harus segera pensiun. Mengurus perusahaan sebesar ini seorang diri sangatlah berat. Mengingat usianya yang sudah menginjak 80 tahun itu membuatnya semakin merasa rapuh dalam segala hal.

Sangat ingin rasanya untuk memiliki seorang ahli waris. Tapi tidaklah mudah menentukan sebuah pilihan. Kemudian ia kembali teringat dengan seorang gadis yang pernah menolongnya kala itu.

“Sepertinya gadis itu... Aah tidak, tapi apakah dia bisa menjadi penerusku?” gumam Antonio yang sedikit berharap meski sedikit ragu dengan Rachel.

Ditengah lamunannya, Antonio tiba-tiba ingin berjalan menyusuri perusahaannya. Sebilah tongkat kayu yang berukuran sedang itu setia menyanggah tubuhnya yang sudah layu.

Derap langkahnya yang pelan seolah tersamarkan dengan suara mesin, kendaraan, bahkan langkah beberapa orang yang berlalu lalang di sana.

Napasnya yang mulai terengah pun membawa si Kakek ke sebuah ruangan bawah tanah tempat ia beristirahat ketika merasa lelah dan membutuhkan waktu untuk sendiri.

Usai membuka pintu ruangan itu sang Kakek dikejutkan dengan seorang gadis tak asing di sana. Sesekali ia tampak memicingkan matanya yang sedikit kabur. Terlihat seutas tali melilit tubuh gadis itu yang bersandar pada sebuah kursi kayu. Tubuhnya terkulai lemas.

“Astaga! Dia kah gadis yang menolongku kala itu?”

Related chapters

  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 3

    Antonio terus memperhatikan gadis itu yang tengah duduk tak berdaya di sandaran kursi kayu yang masih lengkap dengan tali yang melilit tubuhnya. Langkah kakinya mulai mendekat kala melihat sesuatu yang tak wajar di beberapa bagian tubuh gadis itu. Sesekali ia memicingkan matanya untuk memperjelas apa yang ia lihat. Tampak beberapa luka lebam dan memar terlukis di sana. “Siapa yang melakukan ini? Kenapa mereka tak bilang padaku jika gadis ini sudah ditemukan?” Raut wajah Antonio seketika memerah, salah satu tangannya mulai mengepal sebelum akhirnya memanggil pengawalnya. “Pengawal!!” “Siaapp Tuan!” Beberapa pria berbadan besar itu seketika datang menghampirinya. Tak menunggu lama, Antonio pun segera memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan gadis itu. “Lepaskan gadis itu!” ujarnya sembari menunjuk ke arah Rachel yang masih terkulai lemas. “Ta-tapi Tuan, bukankah gadis itu berbahaya?” “Ini perintah!” Gertak Antonio yang akhirnya membuat para pengawalnya tak berkutik.

    Last Updated : 2024-12-19
  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 4

    Mengingat segala sesuatu yang sudah terjadi cairan bening itu kembali mengucur deras dari kelopak mata Rachel. Dadanya bergemuruh sesak menahan Isak tangisnya yang begitu berat. Langkahnya melambat kala Rachel bersandar pada salah satu pohon dipinggir jalan yang ia lewati. Dan perlahan semua tampak menghitam. Ditengah kesadarannya, sempat terlihat beberapa sosok pria berbadan besar berdiri di depannya. Beberapa sosok pria itu semakin mendekat hingga akhirnya menyatu dengan kegelapan. Tubuhnya perlahan merasa melayang. Entah apa yang membuatnya terasa begitu ringan seolah menembus sebuah kegelapan. ***Bak merasa terlahir di dunia dalam versi yang berbeda. Rachel kembali terbangun dikamar yang sama. Seolah kembali menjadi putri raja yang bergelimang harta. Kamar mewah yang beberapa sisi dipannya berwarna emas itu kini kembali ia nikmati. Rachel yang belum sepenuhnya pulih berusaha mengingat apa yang terjadi. Salah satu tangannya menyangga kepalanya yang masih terasa sakit. Netrany

    Last Updated : 2024-12-19
  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 5

    Langit sudah mulai menghitam menyisakan warna jingga yang memudar perlahan, tapi sama sekali tak terlihat tanda-tanda Rachel sudah pulang. Antonio tampak gelisah, kedua tangannya mengepal sembari berjalan mondar-mandir di teras depan rumahnya.Netranya terus mengedar ke segala arah. Firasat buruk terus menghantui, mengingat posisinya sebagai Bos Mafia tentu tak mudah baginya menjaga Rachel yang notabene akan menjadi generasi penerusnya. Rintangan dan ancaman akan selalu ada dari berbagai pihak yang merupakan musuhnya. Raut wajahnya yang tenang dan sangar, tak mampu menutupi kepanikannya yang berharap anak angkatnya baik-baik saja. Di tengah kepanikan, tiba-tiba ponselnya berdering yang menandakan ada sebuah panggilan masuk. Antonio yang berharap telepon dari putrinya itu pun langsung mengangkat tanpa melihat nama kontaknya.“Putriku, cepatlah pulang. Dimana kau sekarang? Apa kau baik-baik saja!” ujar Antonio yang tampak khawatir dengan keadaan putrinya. “Wow! Sepertinya ada yang b

    Last Updated : 2024-12-19
  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 6

    “Bagaimana keadaan ayah saya, dok?” tanya Rachel dengan cemas, matanya terpaku pada dokter yang menangani Antonio, berharap ada harapan untuk sang ayah.“Mari masuk, saya akan jelaskan di dalam,” jawab dokter itu, wajahnya terlihat enggan.“Baiklah…” Rachel mengikuti langkah dokter dengan langkah ragu.Di dalam ruangan, dokter itu tampak berat hati untuk berbicara. Wajahnya tampak lelah dan sayup. “Dok! Tolong katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi?” desak Rachel, menarik lengan dokter bername tag Heri itu dengan tangan gemetar.Akhirnya, dengan suara lirih, dokter itu mengungkapkan yang paling ditakuti Rachel.“Maafkan kami, Ayahmu…”“Ayah saya kenapa, dok?!” Rachel hampir tidak bisa menahan firasat buruknya.“Ayahmu telah berpulang…”“TIDAK! Ayaaaaah!!” teriak Rachel, merasakan dunia runtuh seketika. Ia langsung memeluk tubuh Antonio yang terbaring kaku, wajahnya pucat. Sang dokter dengan perlahan menutup tubuh ayahnya dengan selimut.Beberapa petugas rumah sakit mulai bersiap

    Last Updated : 2025-01-02
  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 7

    Keesokan harinya, usai melaksanakan sholat Subuh, Rachel dikejutkan dengan derap langkah kaki yang terdengar berhenti di depan pintu kamarnya, diikuti oleh ketukan pintu yang perlahan.“Ayah?” tanya Rachel, tampak terkejut melihat ayahnya yang berdiri mematung di depan pintu kamarnya.“Boleh ayah masuk? Ada yang ingin ayah bicarakan padamu,” ujar Antonio, menatap serius dengan sedikit tergesa, lalu menghampiri putrinya.“Iyaa, Ayah. Ada apa?”“Nak, Ayah sudah sangat tua. Ayah tidak bisa terus-menerus menjagamu dengan tenaga Ayah. Ayah hanya bisa melindungimu dengan ilmu yang akan Ayah wariskan padamu.”“Maksud Ayah? Apakah para penjahat itu akan datang lagi? Kenapa kita tidak lapor polisi saja, Ayah?”Antonio tak menjelaskan siapa dirinya secara gamblang. Ia hanya ingin melindungi putrinya dengan caranya sendiri, tanpa menanamkan rasa curiga yang lebih dalam.Mungkin akan terdengar berat, atau bahkan bisa menimbulkan lebih banyak pertanyaan ketika nanti Rachel mulai menjalani pelatiha

    Last Updated : 2025-01-04
  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 1

    “Bangun kamu! Bangun!! Dasar anak tak tau diri! Sudah jam berapa ini!!” bentak Mira usai mengguyur air dingin pada Rachel yang langsung terjingkat. Napas Rachel sempat terengah sembari menahan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya. Tangannya bergetar sembari terus meringkuk tubuhnya yang kedinginan. Rachel Lovania, gadis yang sudah menyandang status yatim piatu itu kini harus tinggal bersama Om dan Tantenya. Keluarga baru yang kini berperan sebagai pengganti orang tuanya. Sepasang suami istri yang tidak selalu memperlalukan Rachel dengan baik layaknya seorang anak, bahkan tak jauh lebih baik dari seonggok sampah yang sudah dibuang. Gadis yang masih berusia 20 tahun itu baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai kurir makanan di sebuah restoran cepat saji yang tak jauh dari tempatnya tinggalnya. Gadis berpostur gemuk, bermata cekung dan berkulit sawo matang itu harus bekerja keras karena beasiswa yang ia dapatkan harus diberikan pada Aliya. Saudara sepupunya sendiri. Tambah lagi

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 7

    Keesokan harinya, usai melaksanakan sholat Subuh, Rachel dikejutkan dengan derap langkah kaki yang terdengar berhenti di depan pintu kamarnya, diikuti oleh ketukan pintu yang perlahan.“Ayah?” tanya Rachel, tampak terkejut melihat ayahnya yang berdiri mematung di depan pintu kamarnya.“Boleh ayah masuk? Ada yang ingin ayah bicarakan padamu,” ujar Antonio, menatap serius dengan sedikit tergesa, lalu menghampiri putrinya.“Iyaa, Ayah. Ada apa?”“Nak, Ayah sudah sangat tua. Ayah tidak bisa terus-menerus menjagamu dengan tenaga Ayah. Ayah hanya bisa melindungimu dengan ilmu yang akan Ayah wariskan padamu.”“Maksud Ayah? Apakah para penjahat itu akan datang lagi? Kenapa kita tidak lapor polisi saja, Ayah?”Antonio tak menjelaskan siapa dirinya secara gamblang. Ia hanya ingin melindungi putrinya dengan caranya sendiri, tanpa menanamkan rasa curiga yang lebih dalam.Mungkin akan terdengar berat, atau bahkan bisa menimbulkan lebih banyak pertanyaan ketika nanti Rachel mulai menjalani pelatiha

  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 6

    “Bagaimana keadaan ayah saya, dok?” tanya Rachel dengan cemas, matanya terpaku pada dokter yang menangani Antonio, berharap ada harapan untuk sang ayah.“Mari masuk, saya akan jelaskan di dalam,” jawab dokter itu, wajahnya terlihat enggan.“Baiklah…” Rachel mengikuti langkah dokter dengan langkah ragu.Di dalam ruangan, dokter itu tampak berat hati untuk berbicara. Wajahnya tampak lelah dan sayup. “Dok! Tolong katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi?” desak Rachel, menarik lengan dokter bername tag Heri itu dengan tangan gemetar.Akhirnya, dengan suara lirih, dokter itu mengungkapkan yang paling ditakuti Rachel.“Maafkan kami, Ayahmu…”“Ayah saya kenapa, dok?!” Rachel hampir tidak bisa menahan firasat buruknya.“Ayahmu telah berpulang…”“TIDAK! Ayaaaaah!!” teriak Rachel, merasakan dunia runtuh seketika. Ia langsung memeluk tubuh Antonio yang terbaring kaku, wajahnya pucat. Sang dokter dengan perlahan menutup tubuh ayahnya dengan selimut.Beberapa petugas rumah sakit mulai bersiap

  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 5

    Langit sudah mulai menghitam menyisakan warna jingga yang memudar perlahan, tapi sama sekali tak terlihat tanda-tanda Rachel sudah pulang. Antonio tampak gelisah, kedua tangannya mengepal sembari berjalan mondar-mandir di teras depan rumahnya.Netranya terus mengedar ke segala arah. Firasat buruk terus menghantui, mengingat posisinya sebagai Bos Mafia tentu tak mudah baginya menjaga Rachel yang notabene akan menjadi generasi penerusnya. Rintangan dan ancaman akan selalu ada dari berbagai pihak yang merupakan musuhnya. Raut wajahnya yang tenang dan sangar, tak mampu menutupi kepanikannya yang berharap anak angkatnya baik-baik saja. Di tengah kepanikan, tiba-tiba ponselnya berdering yang menandakan ada sebuah panggilan masuk. Antonio yang berharap telepon dari putrinya itu pun langsung mengangkat tanpa melihat nama kontaknya.“Putriku, cepatlah pulang. Dimana kau sekarang? Apa kau baik-baik saja!” ujar Antonio yang tampak khawatir dengan keadaan putrinya. “Wow! Sepertinya ada yang b

  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 4

    Mengingat segala sesuatu yang sudah terjadi cairan bening itu kembali mengucur deras dari kelopak mata Rachel. Dadanya bergemuruh sesak menahan Isak tangisnya yang begitu berat. Langkahnya melambat kala Rachel bersandar pada salah satu pohon dipinggir jalan yang ia lewati. Dan perlahan semua tampak menghitam. Ditengah kesadarannya, sempat terlihat beberapa sosok pria berbadan besar berdiri di depannya. Beberapa sosok pria itu semakin mendekat hingga akhirnya menyatu dengan kegelapan. Tubuhnya perlahan merasa melayang. Entah apa yang membuatnya terasa begitu ringan seolah menembus sebuah kegelapan. ***Bak merasa terlahir di dunia dalam versi yang berbeda. Rachel kembali terbangun dikamar yang sama. Seolah kembali menjadi putri raja yang bergelimang harta. Kamar mewah yang beberapa sisi dipannya berwarna emas itu kini kembali ia nikmati. Rachel yang belum sepenuhnya pulih berusaha mengingat apa yang terjadi. Salah satu tangannya menyangga kepalanya yang masih terasa sakit. Netrany

  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 3

    Antonio terus memperhatikan gadis itu yang tengah duduk tak berdaya di sandaran kursi kayu yang masih lengkap dengan tali yang melilit tubuhnya. Langkah kakinya mulai mendekat kala melihat sesuatu yang tak wajar di beberapa bagian tubuh gadis itu. Sesekali ia memicingkan matanya untuk memperjelas apa yang ia lihat. Tampak beberapa luka lebam dan memar terlukis di sana. “Siapa yang melakukan ini? Kenapa mereka tak bilang padaku jika gadis ini sudah ditemukan?” Raut wajah Antonio seketika memerah, salah satu tangannya mulai mengepal sebelum akhirnya memanggil pengawalnya. “Pengawal!!” “Siaapp Tuan!” Beberapa pria berbadan besar itu seketika datang menghampirinya. Tak menunggu lama, Antonio pun segera memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan gadis itu. “Lepaskan gadis itu!” ujarnya sembari menunjuk ke arah Rachel yang masih terkulai lemas. “Ta-tapi Tuan, bukankah gadis itu berbahaya?” “Ini perintah!” Gertak Antonio yang akhirnya membuat para pengawalnya tak berkutik.

  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 2

    Tak sepatah kata pun terucap dari bibir sang kakek. Tubuhnya terlihat terkulai lemas bahkan seperti kesulitan bernapas. Rachel yang tak tahu harus bagaimana akhirnya berteriak dan berharap pria-pria berbadan besar itu mau menolongnya. Alih-alih mengucapkan terima kasih, Rachel justru di usir dan beberapa diantara mereka menatap tajam seperti menaruh rasa curiga padanya. “Hey! Apa yang kau lakukan! Pergi sana!” bentak salah seorang dari mereka yang seperti menaruh curiga pada Rachel. Rachel tak bisa berbuat banyak, dan ia pun langsung bergegas pergi usai melihat sang Kakek yang sudah diurus dengan para pria berbadan besar itu. Sesampainya di rumah, Rachel masih merasa tak enak karena sempat ada sedikit keributan saat ia berusaha menolong si kakek. Letak kesalahanku dimana ya? Bukannya tadi terlihat jelas jika aku hanya menolong? Tapi kenapa mereka seperti menaruh rasa curiga padaku? Bahkan langsung mengusirku. Benak Rachel mulai berkecamuk apalagi saat teringat nasehat Mang U

  • Bangkitnya Wanita Yang Kau Hina   BAB 1

    “Bangun kamu! Bangun!! Dasar anak tak tau diri! Sudah jam berapa ini!!” bentak Mira usai mengguyur air dingin pada Rachel yang langsung terjingkat. Napas Rachel sempat terengah sembari menahan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya. Tangannya bergetar sembari terus meringkuk tubuhnya yang kedinginan. Rachel Lovania, gadis yang sudah menyandang status yatim piatu itu kini harus tinggal bersama Om dan Tantenya. Keluarga baru yang kini berperan sebagai pengganti orang tuanya. Sepasang suami istri yang tidak selalu memperlalukan Rachel dengan baik layaknya seorang anak, bahkan tak jauh lebih baik dari seonggok sampah yang sudah dibuang. Gadis yang masih berusia 20 tahun itu baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai kurir makanan di sebuah restoran cepat saji yang tak jauh dari tempatnya tinggalnya. Gadis berpostur gemuk, bermata cekung dan berkulit sawo matang itu harus bekerja keras karena beasiswa yang ia dapatkan harus diberikan pada Aliya. Saudara sepupunya sendiri. Tambah lagi

DMCA.com Protection Status