Share

BAB 4 Sang Pengacara yang Misterius

Hari ini, Maya kembali menjumpai dokter kandungan untuk melakukan konsultasi.

“Dokter, beberapa hari ini saya sudah tidak mengkonsumsi obat kontrasepsi. Apakah kesuburanku tidak terganggu karena terlalu lama mengkonsumsinya?”

“Jangan khawatir, begitu Bu Maya tidak mengkonsumsinya, maka siklus akan kembali normal. Perbanyak mengkonsumsi sayur dan buah ya. Jika dalam tiga bulan Anda belum hamil, kita akan melakukan program hamil bersama suami Bu Maya,” kata dokter memberikan saran.

Maya hanya terdiam, ia berharap akan segera hamil dalam waktu satu bulan ini.

“Baik, Dokter, terima kasih,” kata Maya tampak pasrah.

Maya berjalan keluar klinik dan langsung pulang. Sesampainya di rumah mewah milik mertuanya, terlihat ada sebuah mobil asing yang terparkir di halaman.

Di sofa ruang tamu, ada seorang pria berpenampilan rapi sedang berbincang dengan Ambar.

Pria itu menoleh ke arah pintu depan, ketika terdengar langkah kaki Maya yang memasuki rumah.

Sesaat Maya dan pria itu saling tatap, kemudian saling melempar senyum.

“Pak Fardian,” sapa Maya menarik lengkung bibirnya.

“Bu Maya, pengurus panti asuhan Mery Gold?”

“Iya betul, kebetulan sekali Pak Fardian, kita bertemu di sini,” kata Maya sopan.

“Kalian sudah saling kenal?” sela Ambar menatap bergantian Maya dan Fardian.

“Kemarin Pak Fardian datang ke yayasan, Bu... dan beliau sekarang adalah donatur tetap Yayasan Mery Gold,” jelas Maya.

Ambar lalu terlihat bahagia dan memasang wajah ramah pada tamunya itu.

“Terima kasih atas partisipasi dan kepedulian Anda terhadap yayasan kami,” timpal Ambar.

“Sama-sama, Bu Ambar,” jawab pria muda bernama Fardian itu.

“Maya, Pak Fardian ini akan bergabung dalam kuasa hukum kita di Darmawan Group, ia seorang pengacara muda yang sukses,” jelas Ambar.

Maya hanya mengulum senyum, ada rasa kagum pada pria tampan di depannya. Sebenarnya Maya ingin sekali melanjutkan pendidikan di fakultas hukum, tapi Rendra melarangnya, membuat Maya akhirnya mengubur impiannya itu.

“Senang bertemu Anda di sini, Pak Fardian. Kalau begitu, saya permisi dulu,” pamit Maya, lalu melangkah menuju lantai atas.

Pria berwajah teduh tapi memiliki garis wajah tegas itu hanya mengangguk dan tersenyum, kemudian melanjutkan pembicaraannya dengan Ambar.

“Pak Fardian, bagaimana jika kita bicara di ruang kerja saja, menantuku sudah pulang, aku tidak mau dia mendengar pembicaraan kita,” ajak Ambar.

Meski bingung, Fardian mengangguk dan mengikuti langkah Ambar menuju ruangannya yang terletak di dekat halaman samping rumahnya. Setelah keduanya masuk, Ambar menutup pintu dengan rapat.

Mereka duduk di sofa panjang yang terletak di sudut ruangan yang besar untuk ukuran ruang kerja.

“Sebenarnya saya belum mempercayai kinerja Anda, Pak Fardian, tapi karena temanku merekomendasikan Anda untuk mengganti pengacara lama saya, jadi saya ingin kita bekerja sama.”

“Baik, Bu Ambar, saya akan melakukan yang terbaik.”

“Begini, aku ingin Anda mengurus perceraian Rendra dan Maya. Aku tidak ingin dalam perceraian mereka ada pembagian harta atau apapun itu. Maya tidak membawa apa-apa waktu menikah, jadi aku tidak ingin wanita itu meminta tunjangan atau apapun. Apalagi selama menikah, mereka tidak memiliki anak. Jadi aku ingin Anda mengurus semua secepatnya.”

“Saya mengerti. Apa ada yang ingin Anda sampaikan lagi?”

“Ada satu lagi yang membuatku risau, soal yayasan Mery Gold. Mendiang suamiku menyerahkan yayasan itu pada Maya, apakah Anda bisa mengembalikan yayasan itu padaku, jika Maya dan Rendra bercerai?”

Fardian terdiam dan tampak berpikir serius. “Kenapa Anda menginginkan yayasan itu Bu Ambar? Seorang pengusaha dan juga politikus seperti Anda, apakah tertarik dengan sebuah panti asuhan?”

“Jangan mengubah arah pembicaraan, Pak Fardian, saya hanya bertanya apakah Anda bisa. Jika tidak, kita sudahi saja pembicaraan ini!” kata Ambar tegas.

“Tentu saja bisa. Anda tahu sendiri, saya adalah donatur tetap di yayasan itu, saya akan mengembalikan yayasan itu pada pemilik sebenarnya.”

Senyum hangat terurai di wajah Ambar, lalu kembali menatap serius sang pengacara di depannya.

“Kalau begitu kita perlu mendapatkan tanda tangan Bu Maya untuk mengubahnya kembali.”

“Itu mudah. Menantuku itu berada dalam kendaliku. Aku rasa sudah waktunya menyingkirkan dia dari rumah dan yayasan Mery Gold,” tegas Ambar dengan seringai tipis di wajahnya.

Fardian tersenyum tipis menatap wanita setengah baya yang keserakahannya masih terlihat jelas di wajah yang tak lagi muda.

Setelah pembicaraan penting mengenai kepemilikan yayasan, keduanya meninggalkan ruangan dan beralih ke ruang makan. Ambar menjamu Fardian dengan makan siang.

Di sana juga terlihat Maya sibuk membantu Bi Siti mempersiapkan semuanya. Setelah terhidang, Ambar dan Fardian pun menyantap makan siang.

“Bu Maya, makan sianglah bersama kami. Anda tuan rumah juga ‘kan?”

Maya terlihat canggung, pasalnya mertuanya tidak menawarinya.

“Terima kasih Pak Fardian, saya masih ada pekerjaan, silahkan menikmati makan siang ini,” balas Maya, lalu menunduk dan pamit pergi.

Fardian menatap punggung Maya hingga lenyap di balik dinding.

‘Gadis yang belum berubah, masih sederhana dan polos,’ batin Fardian.

Sambil tersenyum kecil, ada binar bahagia tergambar di wajah teduh pemuda tampan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status