Mendengar ucapan ibu mertuanya yang lagi-lagi merendahkannya, Maya hanya bisa menghela napas pelan.
Setelah terlihat mobil Arnia menghilang di balik pagar tinggi rumahnya, Ambar pun masuk ke dalam rumah. “Bi Siti, antar vitamin itu pada Maya, suruh ia meminumnya!” perintah Ambar pada sang asisten rumah tangga. “Baik, Nyonya,” jawab Siti dengan sangat patuh. Siti beranjak ke dapur, membuka salah satu laci kabinet, kemudian meraih tablet dan mengeluarkan dari bungkusnya. Setelah itu ditaruhnya di nampan beserta segelas air mineral. Diam-diam, Maya memperhatikan apa yang dilakukan Siti, hingga wanita berdaster longgar itu berjalan ke arah tangga, tapi Maya mencegat langkahnya. “Bi Siti, itu untukku ‘kan? Sini biar aku bawa ke kamar, nanti aku minum,” pinta Maya, seraya meraih nampan kecil dari tangan Bi Siti. “Non Maya masih di bawah to, saya kira sudah di kamar,” kata Siti. Maya hanya mengulum senyum, dan melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Sesampainya di kamar, pil yang diberikan Bi Siti, dibuangnya ke wastafel kamar mandi. Sementara itu, Rendra sedang sibuk menatap layar ponsel sambil duduk bersandar di tempat tidur. “Cantik ya Mas, temanmu Arnia,” seloroh Maya. “Hmm, dia primadona waktu SMA,” jawab Rendra datar dan santai. “Kenapa kamu tidak mencintai wanita secantik dan berkelas seperti Arnia?” Rendra mengalihkan tatapannya dari ponsel ke arah Maya yang kini duduk di tepi tempat tidur. “Siapa bilang aku tidak mencintai Arnia? Aku pernah mencintainya, tapi cintaku ditolak. Ia memilih melanjutkan sekolah di Singapura.” Jawaban sang suami sungguh di luar dugaan Maya. Apalagi Rendra menjawab pertanyaan itu dengan sangat lugas, tidak tampak enggan sama sekali. Hal itu membuat api cemburu menjalar di hati Maya. “Berarti, jika satu bulan ini kita tidak bisa memenuhi keinginan ibu untuk memiliki cucu, apa Mas Rendra akan menceraikanku dan akan menikahi Arnia sesuai keinginan Ibu?” Rendra memajukan tubuhnya mendekati Maya yang terlihat sedih. “Kenapa kamu berpikiran seperti itu, Sayang? Kita akan berusaha memiliki seorang anak, aku rasa ibu hanya menggertak saja.” Tangan Rendra mulai menjelajahi tubuh Maya, menyentuh dan bermain di area sensitif milik sang istri, hingga penyatuan tubuh pun terjadi. Maya berharap, dua malam yang ia lalui bersama sang suami tanpa menelan pil kontrasepsi akan membuahkan hasil. Ia harap sebuah benih akan tertanam di rahimnya. Pukul satu dini hari, Maya terbangun. Diuraikannya pelukan Rendra, pelan dan perlahan Maya bangkit meraih gaun tidur yang tercecer di lantai dan mengenakannya kembali. Maya menuruni tangga dan berjalan menuju dapur. Dibukanya sebuah laci tempat Siti menyimpan obat dan mencari tablet yang sering diberikan padanya. Setelah ketemu, Maya memotret obat itu dengan kamera ponsel, kemudian mengembalikannya ke tempat semula. Maya kembali ke kamar. Rendra masih terlelap. Maya duduk di sofa, mengamati obat yang difotonya tadi, lalu mencari tahu tentang obat itu di internet. Ternyata … itu memang obat kontrasepsi. Dan efek obat itu jika dikonsumsi berkepanjangan bisa membuat badan gemuk dan muncul flek hitam. “Pantas saja …,” lirih Maya. Perubahan tubuhnya yang cukup signifikan itu ternyata karena obat yang ia minum. ‘Jahat sekali Bu Ambar, tidak hanya menginginkan aku tidak bisa hamil, tapi juga ingin merusak penampilanku,’ batin Maya. Maya tak bisa tidur malam itu. Kepalanya berisik dengan banyak hal. Ia tak tahu harus melakukan apa. Saat pagi menyapa, saat mereka tengah menikmati sarapan pagi, Ambar terlihat antusias memuji Arnia. “Makin lama Arnia makin cantik dan juga dewasa. Usianya dua tahun di bawahmu Ren, tapi terlihat lebih matang, iya ‘kan?” “Iya Bu. Empat tahun tak jumpa dengannya aku sampai pangling,” sahut Rendra ringan. “Sebentar lagi Arnia akan menyelesaikan kuliahnya di Singapura dan meneruskan bisnis orang tuanya. Sungguh beruntung jika bisa mempersuntingnya,” kata Ambar lagi, ekor matanya melirik ke arah Maya yang diam sambil menyuap nasi goreng ke dalam mulut. Sementara Rendra tidak menanggapi perkataan ibunya. Matanya fokus pada ponsel sambil sesekali tersenyum kecil. Tak lama kemudian, Rendra bergegas meninggalkan rumah untuk pergi ke kantor. Maya menghela napas panjang sambil menyaksikan kepergian suaminya. “Apa kamu sudah mentransfer uang dari yayasan ke rekeningku, May?” “Maaf Bu, untuk bulan ini pemasukan dari para donatur berkurang, dan semuanya habis untuk keperluan panti.” “Maya, aku tidak peduli dengan panti asuhan itu! Kamu harus tetap mentransfer uang ke rekening pribadiku. Paham kamu?!” bentak Ambar seraya menatap tajam pada Maya. “Baik Bu, jika begitu aku harus berhemat untuk keperluan panti,” jawab Maya sambil tertunduk. “Lakukan sebisamu. Aku rasa kamu harus lebih giat lagi menarik para donatur untuk memberikan uangnya pada panti asuhan!” suruh Ambar. Maya menghela napas panjang ketika Ambar berlalu meninggalkannya. Ia pun lantas bergegas pergi ke panti asuhan yang ia kelola. Yayasan itu berada di bawah naungan Dermawan Group. Mendiang ayah mertuanya mempercayakan pengelolaan yayasan pada Maya. Dulu, Maya juga dibesarkan di panti asuhan yang diberi nama Mery Gold itu, jadi ia sudah begitu dekat akrab dan menganggapnya sebagai rumah kedua. Seperti yang diperintahkan Ambar, Maya segera mentransfer sejumlah uang ke rekening wanita itu. Dengan terpaksa, Maya harus menggunakan rekening pribadinya untuk memenuhi keinginan sang mertua. Untunglah Maya selalu bisa berhemat dari nafkah yang diberikan Rendra padanya. Saat tengah sibuk dengan pekerjaannya, terlihat sebuah mobil mewah berhenti di halaman. Maya berjalan menghampiri dan melihat seorang pemuda tampan keluar dari mobil. Penampilannya elegan, khas seorang eksekutif muda. Maya pun menatap pria itu yang berjalan mendekatinya. “Selamat siang, bisakah saya bertemu pengelola yayasan ini?” “Saya yang bertanggung jawab akan yayasan panti asuhan Mery Gold,” balas Maya dengan sopan. “Oh, kebetulan sekali, aku ingin menjadi donatur tetap untuk yayasan ini.” Maya membelalak mendengarnya. Tanpa sadar, bibirnya mengurai senyum bahagia. Akhirnya donatur datang! “Terima kasih atas niat baik Anda, kenalkan saya Maya,” Maya mengulurkan tangannya dan disambut oleh tangan pemuda itu. “Saya Fardian,” sahutnya sambil melempar senyum pada wanita cantik walau berpenampilan sederhana di hadapannya itu. Lalu keduanya pun masuk ke dalam ruang tamu dan berbincang mengenai kondisi panti asuhan. Sementara itu di tempat lain, tepatnya di sebuah restoran merah, Rendra tampak asyik berbincang dengan Arnia sambil menikmati makan siang. Keduanya tampak menikmati kebersamaan yang beberapa tahun ini terlewat. “Apa kamu menikmati pernikahanmu dengan Maya?” Rendra tersenyum ke arah wanita cantik dengan bibir berlipstik merah marun yang sangat bold itu. “Aku menikmati pernikahanku dengan Maya,” jawab Rendra apa adanya. “Aku dengar Tante Ambar tidak setuju dengan pernikahan kalian. Apa yang membuatmu jatuh cinta pada wanita sederhana dan tidak berpendidikan seperti Maya?” Rendra berdeham. “Ibuku memang menentang pernikahan kami, tapi Maya adalah calon istri pilihan mendiang ayahku,” jawabnya. Arnia tersenyum manis. “Jadi kamu menikahinya karena terpaksa?” Rendra hanya diam, membiarkan pertanyaan itu menggantung di udara.Hari ini, Maya kembali menjumpai dokter kandungan untuk melakukan konsultasi. “Dokter, beberapa hari ini saya sudah tidak mengkonsumsi obat kontrasepsi. Apakah kesuburanku tidak terganggu karena terlalu lama mengkonsumsinya?”“Jangan khawatir, begitu Bu Maya tidak mengkonsumsinya, maka siklus akan kembali normal. Perbanyak mengkonsumsi sayur dan buah ya. Jika dalam tiga bulan Anda belum hamil, kita akan melakukan program hamil bersama suami Bu Maya,” kata dokter memberikan saran.Maya hanya terdiam, ia berharap akan segera hamil dalam waktu satu bulan ini. “Baik, Dokter, terima kasih,” kata Maya tampak pasrah.Maya berjalan keluar klinik dan langsung pulang. Sesampainya di rumah mewah milik mertuanya, terlihat ada sebuah mobil asing yang terparkir di halaman.Di sofa ruang tamu, ada seorang pria berpenampilan rapi sedang berbincang dengan Ambar.Pria itu menoleh ke arah pintu depan, ketika terdengar langkah kaki Maya yang memasuki rumah.Sesaat Maya dan pria itu saling tatap, kemud
Waktu menunjukan pukul sepuluh malam, tapi Rendra belum juga pulang. Maya terlihat khawatir. Sejak sore tadi, ponsel suaminya tidak bisa dihubungi. Tapi tak lama sebuah pesan masuk, bergegas Maya meraih ponselnya dan senyum mengembang di bibir ranumnya.{Aku tidak pulang malam ini, ada meeting dadakan di Bandung, kamu tidurlah dulu.}Chat dari Rendra membuat Maya bernapas lega, meski hal itu sedikit mengusiknya sebab tak biasanya suaminya pergi mendadak. Namun, Maya segera merebahkan tubuhnya di kasur, tanpa suami di sampingnya.Hingga pagi menyapa, Maya perlahan bangkit dan membuka korden kamarnya. Hawa sejuk dihirupnya, tapi tiba-tiba rasa mual menyergap. Dengan setengah berlari, ia pun menuju kamar mandi, memuntahkan cairan kekuningan yang terasa pahit.Maya membasuh mukanya, entah kenapa pagi ini terasa berbeda dengan tubuhnya, rasa pening tiba-tiba datang menyerang kepalanya, hingga Maya memutuskan berbaring lagi di tempat tidur.Maya menoleh ke arah pintu ketika terdengar suara
Maya mencoba menghubungi Rendra, tapi ponselnya tidak aktif, wanita itu terlihat sangat kesal. Lalu tatapannya mengarah tajam pada Ambar.“Apa rencana ibu sebenarnya, jika ibu menginginkan yayasan itu, Maya akan berikan, tapi tolong jangan pisahkan Maya dengan Mas Rendra, hanya dia yang Maya punya saat ini,”pinta Maya dengan nada permohonan.“Apa istimewanya dirimu Maya, hingga mendiang suamiku memilih dirimu untuk menjadi menantu dan menyerahkan yayasan Mery gold padamu!”sarkas Ambar.“Ibu menginginkan Mery Gold, ambilah, akan aku berikan, tolong jangan campuri lagi pernikahanku dengan Mas Rendra,”pinta Maya sekali lagi kali ini ia memohon sambil berlutut di depan ibu mertuanya.“Mery gold akan menjadi miliku tanpa kamu akan menyerahkannya, sebentar lagi Kamu dan Rendra akan bercerai, dan semuanya otomatis akan pindah ke tanganku, “jawab Ambar dengan menyilangkan kedua tanganya di dadaMaya bangkit dari jongkoknya, dan menatap sinis wanita dengan potongan rambut bob itu.“Ibu memberi
Kaki Maya terasa lemas, jantungnya bergemuruh dan hatinya terasa ditusuk benda tajam, matanya yang semula berkaca-kaca kini luruh membasahi pipinya.“Nah, sudah jelas ‘kan, sekarang, cepatlah tanda tangani, apalagi yang kamu tunggu!”perintah AmbarMaya tak kuasa menahan sedih dan kecewa, penghianatan sang suami sungguh membuat hatinya pilu dan hancur, satu-satunya orang yang diharapkan bisa menemani seumur hidupnya, kini malah menyakitinya.Maya meraih pena, dan dengan kemarahan dan kekecewaan yang teramat sangat ia membubuhkan tanda tangannya di lembaran kertas itu.Senyum kemenangan tersunging di bibir Ambar, rencananya berhasil dengan lancar.“Bagus, Maya, sekarang kamu bukan lagi menantu keluarga ini, kemasi barang –barangmu dan pergilah dari rumah ini!”suruh Ambar, tanpa belas kasihan sedikitpun, pada Maya, meskipun wanita itu tahu, bahwa manantunya sedang mengandung cucunya.Maya mengusap air mata yang terus saja mengalir, sampai membasahi pipinya, berlahan ia mengemasi semua p
Rendra memegang ponsel baru, setelah itu ia menghubungi nomor Maya, tapi ponsel Maya tidak aktif.“Sial, kenapa ponsel Maya tidak aktif, apa dia tidak menunggu aku menghubunginya,”gerutu Rendra, dan ia beralih menghubungi ibunya.“Bu..apa Maya di rumah?”“Dia tidak di rumah, “jawab Ambar“Kemana? kemarin adalah annyversery pernikahan kami, aku bahkan belum mengucapkan selamat padanya.”“Apa perkejaanmu di Singapura sudah selesai, kenapa kamu tidak fokus pada pekerjaan saja, dari pada memilikirkan wanita tak berguna itu,”timpal Ambar bernada kesal.“Klienku, membatalkan pertemuanku Bu, tanpa memberikan alasan apapun.”“Ya sudah, anggap saja kamu berlibur, nikmatilah liburanmu, apalagi disana ada Arnia ‘kan.”“Baiklah , aku satu malam lagi, besok, aku kembali ke Jakarta.”Pembicaran Rendra dan Ambar selesai, dengan senyum puas di wajah Ambar, rencana yang disusunnya bersama Arnia berhasil, dan malam ini Arnia, akan membuat Rendra jatuh ke tanganya.Kembali ke Jakarta, Maya dibawa Fard
Tiga bulan berlalu, akta cerai Rendra dan Maya telah keluar, Rendra kini memutuskan untuk menikahi Arnia, sebagai bentuk tanggung jawabnya, Pernikahanya dilaksanakan sangat meriah, disebuah ballroom hotel berbintang, Ambar menunjukkan binar bahagia, menantu idamanya kini bersanding di pelaminan.Kedua mempelai selalu tersenyum memperlihatkan kebahagian mereka.“Ibu sangat senang, akhirnya kamu menikah dengan Arnia, wanita yang sederajat dengan kita, ibu juga senang, yayasan Mery Gold kembali ke tangan Ibu,”bisik Ambar di telinga Rendra.“Apa, Maya mengetahui jika aku menikah, Bu?”“Peduli amat dengan wanita itu, ibu tidak ingin membicarakan wanita itu di tengah kebahagian kita,”jawab Ambar.Sementara ditempat lain, Maya mengusap lembut perut yang semakin membuncit.“Mas Fardian, bisakah kita jalan –jalan malam ini, sudah hampir tiga bulan aku hanya duduk dan berdiam di apartemen ini,”pinta Maya“Angin malam tidak baik Maya, untuk kesehatan kamu dan bayimu, bagaimana jika pagi hari
Disuatu sore, Raja dan Salma, sudah berada di RSC, Raja tampak senang, banyak teman satu sekolah yang datang untuk menyaksikan tokoh animasi favoritnya, dengan antusias bocah itu berjalan di ditengah-tengah gedung, dimana acara diselenggarakan, sebuah es krim sudah berada ditanganya, Raja berjalan sambil menjilati es krim favoritnya, hingga tak sengaja, ia menabrak seorang wanita dan membuat dres wanita itu menjadi kotor.“Hati-hati dong kalau berjalan!”bentak seorang wanita dengan melotot kearah Raja.“Maaf ...”ucap Salma, sambil menundukan wajah dan sedikit membungkuk.“Raja minta maaflah,”suruh Salma , melihat ke arah Raja, yang masih bengong menatap sebagian eskrim, tumpah di dres warna merah.“Maaf Tante, Raja, tidak sengaja,”ucap bocah berusia lima tahun itu dengan sedikit gugup.“Lain kali berhati-hatilah, lihat jalan yang benar, mengerti!”bentak wanita berpenampilan elegan dengan geram.“Ada apa Ar?”suara pria membuat semuanya menoleh kearah pria berwajah tegas dengan sorot
Maya selalu menyiapkan masakan untuk keluarga kecilnya, hal itu membuat Fardian semakin mencintai Maya, dipelukanya wanita yang telah dinikahianya selama lima tahun ini. Sungguh, bagi Fardian, yang membuat dirinya bahagia adalah Maya dan Raja, meskipun Raja bukanlah anak kadungnya tapi rasa cintanya sangat besar pada anak lelaki yang berusia 5 tahun itu.“Kita liburan yuk, May, weeked ini aku tidak sibuk,”ajak Fardian, seraya memeluk pingang istrinya.“Maaf, sayang... aku ada acara pemberian donatur di yayasan panti asuhan Mery Gold,”jawab Maya“Mery Gold... apa tidak bisa kau serahkan pada Salma, bukankah biasanya Salma yang mengurusinya?”“Kali ini aku ingin sekali memberikanya langsung pada yayasan, karena ada lelang lukisan di sana, dan mengharapkan kehadiranku. Pemilik yayasan ingin berkenalan denganku, dan teman sosialitanya juga akan membayar lebih untuk lelang donasi ini.”Maya menjelaskan pada Fardian“Baiklah, kita tunda dulu liburannya, “jawab Fardian, lelaki itu menyemb
Arnia berdecak kesal, ia kini bisa berbuat apapun, penghianatanya telah diketahui Rendra dan Ambar, dan kini ia tak akan mendapatkan apapun, jika menolak menandatangani berkas perceraian, maka Rendra akan menuntutnya, dan itu akan memperburuk keadaanya yang saat ini sedang hamil“Baiklah, aku setuju dengan perceraian ini,”ucap Arnia pasrah, lalu membubuhkan tanda tangannya di berkas perceraian.Setelah mendapatkan tanda tangan Arnia, pengacarapun pergi meningalkan rumah Arnia. Kini wanita betubuh sintal, itu hanya bisa meratapi nasibnya, tapi ada satu hal yang tak akan dimaafkan yaitu tentang kematian sang ayah, yang merupakan konspirasi Ambar, wajah Arnia terlihat menahan amarah ketika mengingat itu, batinnya tak terima, dan ingin rasanya membalas dendam, pada Ambar.Bunyi bell pintu rumahnya membuat Arnia tersentak dari pikirannya, dengan pelan ia melangkahkan kaki membuka pintu.Ceklek! “Maya , untuk apa kamu datang kesini?”tanya ArniaMaya masuk ke dalam rumah, lalu tanpa diminta
Dalam hati Maya tersenyum puas, satu langkah lagi, ia akan bisa merebut RSC dan Mery Gold dari tangan Bu Ambar dan Rendra.Surat kuasa telah di dapat Maya, dengan cepat ia menemui Rendra. Di sebuah rumah sakit, kini Maya melangkahkan kakinya menuju ruang perawatan Rendra.Ceklek! dibukanya pelan pintu kamar, dan disana terlihat Rendra sedang berbaring di brankar, wajahnya terlihat senang, ketika Maya masuk dan berjalan ke arahnya.“Kamu sudah bertemu pengacaraku?”tanya Rendra“Sudah, kenapa Mas Rendra memberiku surat kuasa untuk memimpin RSC?”tanya Maya.“Siapa lagi jika bukan dirimu, kamu satu-satunya yang aku percaya. Arnia bahkan membohongiku dan berselingkuh dengan Irfan.”Rendra terlihat kecewa.“Bagaimana keadaan Mas Rendra?”“Kakiku tidak bisa digerakan dan kata Dokter butuh terapi, aku akan berobat ke Singapura,”jawab Rendra“Lalu , bagaimana dengan kasus Bu Ambar, aku dengar ia mengalami depresi berat dan dirawat di rumah sakit?”“Ibu saat ini satu rumah sakit denganku, aku
“Apa, polisi akan menangkapku dalam waktu dekat ini?”“Jika korban membuat laporan mungkin anda akan ditahan sampai persidangan berlangsung,”jawab pengacara membuat geram Ambar“Aku akan berbicara dengan Maya, dia harus ada dipihakku,”sahut Ambar“Itu lebih baik ,”saran pengacara yang tampak serius mencermati rekaman yang ada dihadapannya.Maya dan Fardian sudah berada di kantor polisi, dan melaporkan tentang upaya pelenyapan dirinya, semua bukti diserahkan pada polisi“Jadi Anda menyamar sebagai pelaku kebakaran untuk mengetahui otak dari kebakaran vila?”tanya polisi“Benar , dan jasad yang ditemukan adalah jasad preman yang diperintahkan Bu Ambar,”jawab Fardian“Baiklah, kami akan menangakap Bu Ambar dan mengadakan penyelidikan.”“Kami juga akan menyerahkan catatan buku besar yayasan Mery Gold, di sana terlihat jika Bu Ambar selama ini memanipulasi angka sebenarnya dan sebagian uang donatur masuk ke rekening pribadinya.”Fardian menyerahkan catatat buku besar pada polisi.Staf penga
Parto sudah berada di kamar perawatan Rendra, sang majikan sudah menunggunya di sana, duduk di sofa kamar.“Nyonya, ingin berbicara denganku?”“Iya, Parto, kenapa preman itu belum melakukan tugasnya?”“Itu karena belum ada kesempatan Nyonya, pasti dia akan melakukan, jika ada kesempatan,”jawab Parto“Aku hari ini membatalkan konfrensi pers, Rendra belum sadar dari komanya,”ucap kecewa Ambar“Sayang sekali Nyonya, lebih baik tidak usah dibatalkan , bagaimana jika saya yang akan menjaga, Tuan Rendra,”saran Parto“Kamu benar , justru hal ini bisa aku jadikan untuk menarik simpati publik untuk mendukungku ‘kan?”Ambar punya banyak rencana untuk karir politiknya.Polisi datang menemui Ambar, untuk menjelaskan kronologi kecelakaan“Mobil, Pak Rendra, menurut penyelidikan sengaja ditabrak dari belakang, kami kehilangan jejak dari mobil yang menabraknya,”ucap polisi membuat Ambar kaget.“Jadi ada yang ingin membuat Rendra celaka?”“Aku rasa begitu,”sahut polisi“Pak di mana ponsel, anak saya
“Salma kamu turun saja di apertemenmu, dan sampaikan salamku pada Raja, malam ini aku tidak bisa menemuinya, apa dia betah untuk sementara tinggal di apartemenmu?”“Aku rasa, Raja, kurang betah, Bu Maya, aku sering melihatnya termenung, dan menatap foto Pak Fardian, mungkin Raja merindukan Papahnya,”jawab Salma.Helaan napas pelan dan berat keluar dari bibir Maya,”Aku harap yang aku pikirkan benar, jika Fardian masih hidup,”gumam Maya“Jadi, Bu Maya, mencurigai ,jika pencuri itu Pak Fardian?”“Iya, oleh karena itu aku akan menemui Tata, aku yakin jika dugaanku benar pasti Tata mengetahui tentang hal ini,”jawab MayaMobil berhenti di depan apartemen sederhana milik Salma, lalu wanita muda berkaca mata tebal itu, keluar dari mobil. Dan setelahnya Maya pun pergi dengan mobilnya melaju menuju kediaman Tata.Tata sangat terkejut melihat kedatangan Maya , tengah malam.“Maya, apa ada hal penting, hingga tengah malam begini kamu datang ke tempatku?”“Ada hal penting, kamu pasti mengetahui s
Sebuah mobil ambulance membawa Rendra ke rumah sakit terdekat, dan sesampainya di rumah sakit, Ambar dan pengacarnya juga sampai. Tidak sengaja Ambar melihat Rendra yang terluka dibawa oleh dua perawat menuju ruang pemeriksaan.“Rendra..!”teriak Ambar, terkejut dengan apa yang dilihatnya.”Apa yang terjadi, suster?”tanya Ambar dengan cemas“korban kecelakaan Bu..apa ibu adalah kerabatnya?”“Saya, ibunya.”“Oh syukurlah lebih baik ibu mendampingi korban,”pinta perawatAmbar pun mengikuti ke mana Rendra dibawa, hingga sebuah tindakan operasi dilakukan untuk Rendra.Ambar menunggu dengan sangat cemas, sementara Siti sudah melakukan pemeriksaan dan dinyatakan dokter dalam kondisi baik.“Nyonya, apa benar Tuan Rendra kecelakaan?”tanya Siti“Benar Bi Siti, mudah-mudahan lukanya tidak serius,”balas Ambar.“Apa, non Arnia tahu jika Tuan mengalami kecelakaan?”“Aku belum sempat mengabarinya, aku akan meneleponnya.”Ambar meraih ponsel, dan mencoba menghubungi Arnia, tapi tidak bisa.“Bi.. seg
Arnia seketika memucat, jemari tanganya saling meremas, dan otaknya mulai berpikir bagaimana menyakinkan Rendra, jika ia mengandung darah dagingnya.“Mas Rendra lakukan pemeriksaan lagi, di rumah sakit berbeda, dan kita lihat hasilnya seperti apa?”pinta Arnia“Baiklah, aku akan melakukan pemeriksaan di rumah sakit berbeda, dan jika memang kesuburanku bermasalah, kita akan melakukan tes DNA pada janin dalam perutmu itu!” Rendra meraih lagi formulir, dan menyimpannya lalu dengan wajah dingin, ia meningalkan Arnia‘Aku hanya punya waktu sedikit untuk menguasai harta Rendra’batin Arnia mulai panik.Arnia bergegas, kembali ke rumah Ambar, ia masuk keruang kerja dan seperti mencari sesuatu, sebuah kunci lemari brankas, wanita dengan perut membuncit itu sangat panik, hingga menjatuhkan beberapa benda di atas meja.“Arnia, apa yang kamu lakukan di ruang kerja,tiba-tiba suara Ambar terdengar.“Mas Rendra menyuruhku mengambil berkas kerja sama dengan klien yang tertinggal Bu, tapi tampaknya ti
“Aku akan memikirkannya,”jawab Maya masih ragu“Seandainya ada Pak Fardian, mungkin dia bisa membantu kita,”timpal SalmaMaya hanya terdiam, ingatanya kembali pada sosok lelaki yang menemani dan mencintainya selama enam tahun ini, setelah ingatannya kembali, baru ia merasakan cinta yang sesungguhnya pada Fardian.Desahan pelan dan penyesalan terdengar di bibir Maya, hingga ia menoleh ke arah pintu yang dibuka, dan di balik pintu terlihat Tata.“Apa yang sedang kalian bicarakan, tampaknya serius?”tanya Tata dan berjalan ke arah Maya dan Salma yang fokus di depan laptop.“Tidak ada apa-apa, kami hanya membicarakan masalah lukisanku yang terjual, jawab Maya lalu beringsut menjauhi laptop“Maya, bagaimana jika kita makan siang, di dekat sini,”ajak Tata“Oke.”Maya menerima ajakan TataTata dan Maya pun menuju kafe dekat MY kosmetik, lalu keduanya memilih tempat duduk di luar ruangan.“Bagaimana keadaan Raja, setelah kepergian Fardian?”tanya Tata, sembari memelih menu .“Aku rasa ia masih s
Sementara itu seorang pria yang masih misterius, berjalan dengan pelan, menuju sebuah taman yang gelap, tengah malam yang dingin dan disertai gerimis, pria yang memakai topi dan masker serta jaket melangkah. Ia berhenti ketika melihat seseorang tengah membawa tas, duduk di kursi taman, tidak terlihat jelas wajahnya karena ia juga memakai masker dan topi, tapi di bagian pipinya terlihat bekas luka bakar.Kini keduanya berhadapan“Apa kau terluka, waktu membakar vila?”“Iya aku terluka, di bagian wajahku. Apa kamu sudah siapkan uangnya?”“Ini uang kami janjikan, pastikan tugasmu kali ini berhasil,”suruh pria itu dengan tegas“Kenapa tidak bosmu sendiri yang datang menemuiku?”“Kamu sudah gila, wanita dengan reputasi yang baik tidak mungkin terlibat langsung dengan tindak kriminal,”jawabnya dengan tegas dan emosi“Padahal, aku memiliki informasi tentang Maya, yang akan membuat majikanmu tertarik.”“Informasi apa?”“Aku ingin berbicara langsung dengan majikanmu, jika ingin mengetahui sesu