Maya mencoba menghubungi Rendra, tapi ponselnya tidak aktif, wanita itu terlihat sangat kesal. Lalu tatapannya mengarah tajam pada Ambar.
“Apa rencana ibu sebenarnya, jika ibu menginginkan yayasan itu, Maya akan berikan, tapi tolong jangan pisahkan Maya dengan Mas Rendra, hanya dia yang Maya punya saat ini,”pinta Maya dengan nada permohonan.
“Apa istimewanya dirimu Maya, hingga mendiang suamiku memilih dirimu untuk menjadi menantu dan menyerahkan yayasan Mery gold padamu!”sarkas Ambar.
“Ibu menginginkan Mery Gold, ambilah, akan aku berikan, tolong jangan campuri lagi pernikahanku dengan Mas Rendra,”pinta Maya sekali lagi kali ini ia memohon sambil berlutut di depan ibu mertuanya.
“Mery gold akan menjadi miliku tanpa kamu akan menyerahkannya, sebentar lagi Kamu dan Rendra akan bercerai, dan semuanya otomatis akan pindah ke tanganku, “jawab Ambar dengan menyilangkan kedua tanganya di dada
Maya bangkit dari jongkoknya, dan menatap sinis wanita dengan potongan rambut bob itu.
“Ibu memberikan pil kontrasepsi padaku, ibu sengaja memberikan itu padaku supaya aku tidak hamil, anak Mas Rendra,”sarkas Maya
“Oh... jadi kamu sudah menyadarinya, tapi sayang sudah terlambat, beberapa hari lagi kalian akan bercerai, dan semuanya selesai,”Ambar lalu menghubungi security dan menyuruh mengusir Maya dari kantornya.
Maya terlihat menahan tangis, apalagi sudah berkali-kali menghubungi suaminya, tapi ponsel Rendra tidak aktif. Akhirnya Maya memutuskan untuk menyusul Rendra ke Bandara.
Sesampainya disana Maya pun kecewa, karena ia terlambat, suaminya itu sudah terbang ke Singapura.
“Ini pasti rencana Bu Ambar, dia benar-benar ingin memisahkan diriku dengan Mas Rendra,”gumam Maya seraya mengusap bulir bening yang menumpuk di pelupuk matanya.
Dengan melangkah gontai, Maya meninggalkan Bandara, berharap sang suami akan menghubunginya, secepatnya.
Hari sudah gelap, ketika Maya memarkirkan montor maticnya, ia cemas, karena dihalaman rumah Ambar ada mobil jeep milik sang pengacara.Dengan melangkah pelan, Maya masuk ke dalam rumah.
“Nah itu yang ditunggu datang, Maya, duduklah, kami ingi berbicara!”perintah Ambar.
“Maya tak ingin membicarakan masalah perceraian, sebelum berbicara langsung dengan Mas Rendra,”timpal Maya dengan nada kesal.
“Pak Rendra, telah menandatangi berkas perceraianya,”sela Fardian
“Tidak mungkin, kalian pasti memanipulasi tanda tanganya, atau kalian telah meniintimidasi Mas Rendra, ia sangat mencintai diriku, Mas Rendra, tidak akan menceraikankaku, itu janjinya padaku,”sarkas Maya.
“Cukup Maya, bukankah kamu sudah sepakat, jika dalam waktu satu tahun pernikahan kalian kamu belum hamil, kau bersedia bercerai, “tukas Ambar geram.
“Aku tidak hamil, itu karena ibu memberikan padaku pil kontrasepsi, saksinya adalah BI Siti, iya kan?”
“Maaf , Maya, hal itu tidak bisa kita jadikan alasan untuk menolak, perceraian, Pak Rendra telah setuju bercerai,”sela Fardian
“Iya, Maya, dan jaga mulutmu, jangan menuduhku , jika tak ada bukti, aku akan tutut balik dirimu,”ancam Ambar pada Maya.
“Aku tidak mau bercerai!”bentak Maya, lalu wanita itu melangkah pergi dari ruang tamu, tapi baru beberapa langkah, kepalanya terasa berat, matanya berkunang-kunang, lalu tubuh mungil semampai, itu rubuh ke lantai.
Melihat hal itu Fardian dan Ambar terkejut, lalu Fardian pun segera menolong Maya.
“Maya, bangunlah,”panggil Fardian, sambil menepuk pipi Maya dengan pelan.
“Pak Fardian, tolong bawa ke kamar saja,”suruh Ambar.
Fardian mengangkat tubuh Maya, menaiki tangga, sementara Ambar segera menelepon dokter.
Ambar menyusul Fardian dan membawa Maya ke kamar, kini tubuh Maya sudah dibaringkan di tempat tidur dan ditutupi selimut, oleh Fardian.
“Haah... merepotkan saja,”gerutu Ambar sambil menghempaskan tubuh disofa depan pembaringan.
“Bu Ambar, saya akan menunggu diluar,”pamit Fardian
“Baiklah, terima kasih dan maaf telah merepotkan Anda.”
Fardian mengulum senyum, lalu melangkah pergi, lima menit berlalu, seorang dokter wanita datang dan langsung memeriksa Maya.
“Aku rasa, anda tak perlu cemas Bu Ambar, ini kabar yang sangat mengembirakan, Bu Maya hamil,”jelas dokter.
Ambar tampak shock mendengar penuturan sang dokter wanita.
“Ini tidak mungkin dokter, menantu saya mengkonsusi pil kontrasepsi, bagaimana ia bisa hamil?”
Dokter itu pun tersenyum, lalu menjawab pertanyan Ambar.”Mungkin, saja, kelewat satu hari atau beberapa hari, kemungkinan bisa terjadi pembuahan,”jawab dokter, sambil memasukan alat kesehatan ke dalam tasnya.
“Untuk memastikannya, besok pagi periksalah ke rumah sakit untuk melakukan serangakai test, nanti akan diketahui usia kehamilan Bu Maya dan bagaimana kondisi kesehatan janinnya,”suruh dokter
Setelah memberikan penjelasan, dokter itupun bergegas keluar kamar, sementara Ambar terlihat marah dan kesal, ia menatap Maya yang belum sadarkan diri.
‘Kamu harus tanda tangan peceraian itu Maya, sebelum kamu tahu akan kehamilanmu, ‘batin Ambar sambil mengepalkan telapak tanganya
Ambar berjalan menemui sang pengacara yang masih duduk di ruang tamu.
“Pak Fardian, tinggalkan berkas itu, setelah Maya sadar, aku akan mendapatkan tanda tanganya!”perintah Ambar.
“Baiklah Bu Ambar, berkas percerainya aku tinggal, setelah mendapat tanda tangan Maya, segeralah untuk memberitahukanku,”jawab Fardian.
Fardian meninggalkan rumah Ambar, tapi hatinya sangat mencemaskan Maya.
Sementara Ambar, segera menemui Siti, asisten rumah tangga kepercayaannya itu, kebetulan masih mencuci piring di dapur.
“Siti!”panggil Ambar
“Iya Noynya,”jawab Siti , langsung menghentikan aktivitsanya dan menoleh ke arah sang majikan
“Carikan obat pengugur kandungan, ternyata kamu teledor, Maya hamil!”Perintah Ambar dengan kesal
“Maaf, Nyonya, setiap malam aku tak pernah kelewat memberinya pil kontrasepsi,”jawab Siti tertunduduk gemetar.
“Seharusnya setelah memberikan pil itu, Bi Siti memastikan, Maya meminumnya, sekarang carilah jamu atau obat untuk mengugurkan janinya itu!”perintah Ambar
“Apa sebaiknya kita biarkan saja, Nyonya, kasihan, bayi yang tak bersalah itu,”balas Siti
“Diam, kamu Siti, sejak kapan kamu berani memerintahkku, sekali lagi kamu membantahku, aku pecat kamu!”ancam Ambar.
“Baik, Nyonya, saya akan segera mencari obat atau jamu untuk mengugurkan kandungan Non Maya,”jawab Siti.
Wanita berusai 40 tahun itu bergegas pergi, keluar rumah, sedangkan Ambar masih kesal, dan mondar-mandiri menunggu Siti.
Beberapa jam berlalu, Ambar sudah berada di kamar Maya, wanita muda itu masih terlihat memejamkan matanya, tak lama kemudian Maya membuka matanya
“Apa yang terjadi denganku, Bu?”tanya Maya ketika melihat sang mertua sudah duduk disofa.
“Kamu pingsan, karena kelelahan, sekarang kamu sudah sadar, cepat tanda tangan!”
“Sudah kubilang berapa kali, aku akan tanda tangan setelah aku berbicara dengan Mas Rendra,”sahut Maya berusaha bangkit dari duduknya.
“Kamu memang keras kepala, baiklah mungkin kau perlu bukti jika Rendra sudah tidak mencintaimu lagi,”Ambar berkata, lalu meletakan berkas perceraian diatas meja.
Pintu kamar tampak terbuka, terlihat Siti membawakan segelas ramuan jamu.
“Non Maya, aku buatkan jamu untuk Non Maya, kata dokter tadi, non Maya kecapean,”ucap Siti.
“Aku tidak mau minum apapun pemberianmu Bi Siti, pergilah dari kamar ini, aku ingin istirahat!”suruh Maya
“Maya...”gerutu Ambar kesal, lalu wanita baya itu meraih gelas berisi jamu
“Minum!”perintah Ambar
Maya menjadi geram, ia semakin curiga jika minuman itu mungkin racun, dengan cepat ditangkisnya gelas, hingga jatuh pecah .
Plak! “Kamu sekarang terang-terangan membantahku!”bentak Ambar sambil melayangkan tamparan di pipi Maya
“Kalian, ingin meracuniku!”sarkas Maya
“Itu bukan racun, Non Maya,”bantah Siti
“Aku tidak peduli, aku tidak percaya pada kalian, aku hanya ingin bertemu Mas Rendra!”teriak Maya
“Bi Siti, kita keluar!”perintah Ambar, lalu melangkah keluar dan menutup pintu dan menguncinya.
“Jangan biarkan Maya keluar dari rumah ini, sebelum menandatangani berkas perceraianya!”perintah Ambar pada Siti.
Siti, hanya mengangguk paham, dan tak kuasa menolak perintah sang majikan, walau hati kecilnya ia merasa kasihan pada Maya.
Pagi menyapa, Maya masih terlihat cemas dan sedih, sampai sekarang ponsel Rendra masih belum bisa dihubungi, batinya terkoyak, mungkinkah yang dikatakan Ambar benar, bahwa Rendra sudah tak bisa mempertahankan pernikahanya.
Dengan tangan gemetar diraihnya lembaran perceraian diatas meja, ditatapnya nanar dan beruarai air mata, tanda tangan Rendra, sudah terukir di lembaran kertas itu dengan sangat jelas.
Pendengaran Maya dipertajam, ketika mendengar suara langkah mendekati kamarnya, dan tak lama pintu terbuka.
“Baguslah kamu sudah bangun, “ucap Ambar lalu mendekati Maya.
“Kamu ingin bukti ‘kan, jika Rendra, sudah berniat mengakhiri pernikahannya denganmu, lihatlah ini!”perintah Ambar menunjukkan layar ponselnya, disana Rendra terlihat bercumbu mesra dengan Arnia.
Mata Maya seketika berkilat, menatap adegan yang begitu menjijikan, suaminya bertukar lidah, dengan wanita lain.
Kaki Maya terasa lemas, jantungnya bergemuruh dan hatinya terasa ditusuk benda tajam, matanya yang semula berkaca-kaca kini luruh membasahi pipinya.“Nah, sudah jelas ‘kan, sekarang, cepatlah tanda tangani, apalagi yang kamu tunggu!”perintah AmbarMaya tak kuasa menahan sedih dan kecewa, penghianatan sang suami sungguh membuat hatinya pilu dan hancur, satu-satunya orang yang diharapkan bisa menemani seumur hidupnya, kini malah menyakitinya.Maya meraih pena, dan dengan kemarahan dan kekecewaan yang teramat sangat ia membubuhkan tanda tangannya di lembaran kertas itu.Senyum kemenangan tersunging di bibir Ambar, rencananya berhasil dengan lancar.“Bagus, Maya, sekarang kamu bukan lagi menantu keluarga ini, kemasi barang –barangmu dan pergilah dari rumah ini!”suruh Ambar, tanpa belas kasihan sedikitpun, pada Maya, meskipun wanita itu tahu, bahwa manantunya sedang mengandung cucunya.Maya mengusap air mata yang terus saja mengalir, sampai membasahi pipinya, berlahan ia mengemasi semua p
Rendra memegang ponsel baru, setelah itu ia menghubungi nomor Maya, tapi ponsel Maya tidak aktif.“Sial, kenapa ponsel Maya tidak aktif, apa dia tidak menunggu aku menghubunginya,”gerutu Rendra, dan ia beralih menghubungi ibunya.“Bu..apa Maya di rumah?”“Dia tidak di rumah, “jawab Ambar“Kemana? kemarin adalah annyversery pernikahan kami, aku bahkan belum mengucapkan selamat padanya.”“Apa perkejaanmu di Singapura sudah selesai, kenapa kamu tidak fokus pada pekerjaan saja, dari pada memilikirkan wanita tak berguna itu,”timpal Ambar bernada kesal.“Klienku, membatalkan pertemuanku Bu, tanpa memberikan alasan apapun.”“Ya sudah, anggap saja kamu berlibur, nikmatilah liburanmu, apalagi disana ada Arnia ‘kan.”“Baiklah , aku satu malam lagi, besok, aku kembali ke Jakarta.”Pembicaran Rendra dan Ambar selesai, dengan senyum puas di wajah Ambar, rencana yang disusunnya bersama Arnia berhasil, dan malam ini Arnia, akan membuat Rendra jatuh ke tanganya.Kembali ke Jakarta, Maya dibawa Fard
Tiga bulan berlalu, akta cerai Rendra dan Maya telah keluar, Rendra kini memutuskan untuk menikahi Arnia, sebagai bentuk tanggung jawabnya, Pernikahanya dilaksanakan sangat meriah, disebuah ballroom hotel berbintang, Ambar menunjukkan binar bahagia, menantu idamanya kini bersanding di pelaminan.Kedua mempelai selalu tersenyum memperlihatkan kebahagian mereka.“Ibu sangat senang, akhirnya kamu menikah dengan Arnia, wanita yang sederajat dengan kita, ibu juga senang, yayasan Mery Gold kembali ke tangan Ibu,”bisik Ambar di telinga Rendra.“Apa, Maya mengetahui jika aku menikah, Bu?”“Peduli amat dengan wanita itu, ibu tidak ingin membicarakan wanita itu di tengah kebahagian kita,”jawab Ambar.Sementara ditempat lain, Maya mengusap lembut perut yang semakin membuncit.“Mas Fardian, bisakah kita jalan –jalan malam ini, sudah hampir tiga bulan aku hanya duduk dan berdiam di apartemen ini,”pinta Maya“Angin malam tidak baik Maya, untuk kesehatan kamu dan bayimu, bagaimana jika pagi hari
Disuatu sore, Raja dan Salma, sudah berada di RSC, Raja tampak senang, banyak teman satu sekolah yang datang untuk menyaksikan tokoh animasi favoritnya, dengan antusias bocah itu berjalan di ditengah-tengah gedung, dimana acara diselenggarakan, sebuah es krim sudah berada ditanganya, Raja berjalan sambil menjilati es krim favoritnya, hingga tak sengaja, ia menabrak seorang wanita dan membuat dres wanita itu menjadi kotor.“Hati-hati dong kalau berjalan!”bentak seorang wanita dengan melotot kearah Raja.“Maaf ...”ucap Salma, sambil menundukan wajah dan sedikit membungkuk.“Raja minta maaflah,”suruh Salma , melihat ke arah Raja, yang masih bengong menatap sebagian eskrim, tumpah di dres warna merah.“Maaf Tante, Raja, tidak sengaja,”ucap bocah berusia lima tahun itu dengan sedikit gugup.“Lain kali berhati-hatilah, lihat jalan yang benar, mengerti!”bentak wanita berpenampilan elegan dengan geram.“Ada apa Ar?”suara pria membuat semuanya menoleh kearah pria berwajah tegas dengan sorot
Maya selalu menyiapkan masakan untuk keluarga kecilnya, hal itu membuat Fardian semakin mencintai Maya, dipelukanya wanita yang telah dinikahianya selama lima tahun ini. Sungguh, bagi Fardian, yang membuat dirinya bahagia adalah Maya dan Raja, meskipun Raja bukanlah anak kadungnya tapi rasa cintanya sangat besar pada anak lelaki yang berusia 5 tahun itu.“Kita liburan yuk, May, weeked ini aku tidak sibuk,”ajak Fardian, seraya memeluk pingang istrinya.“Maaf, sayang... aku ada acara pemberian donatur di yayasan panti asuhan Mery Gold,”jawab Maya“Mery Gold... apa tidak bisa kau serahkan pada Salma, bukankah biasanya Salma yang mengurusinya?”“Kali ini aku ingin sekali memberikanya langsung pada yayasan, karena ada lelang lukisan di sana, dan mengharapkan kehadiranku. Pemilik yayasan ingin berkenalan denganku, dan teman sosialitanya juga akan membayar lebih untuk lelang donasi ini.”Maya menjelaskan pada Fardian“Baiklah, kita tunda dulu liburannya, “jawab Fardian, lelaki itu menyemb
Sementara itu, Maya sedang berada diruang bawah tanah, tempat ia menyimpan beberapa lukisan, dan peralatan melukis, matanya terus menatap lukisan yang di depanya, seorang pria dengan wajah yang tidak jelas, dihadapanya,yang selalu membuatnya penasaran, lalu ia mencoba mengingat tapi justru semakin ia mengingatnya semakin kepalanya berdenyut nyeri.‘Pria yang ada dalam bayanganku, bukanlah Fardian, apa Fardian menyembunyikan sesuatu dariku?’batin Maya seraya menatap lekat lukisan.Suara seseorang memanggil nama Maya, membuat Maya menutup kembali lukisan pria dengan wajah samar itu, lalu beranjak meninggalkan ruang bawah tanah.“Hai, Salma bagiamana dengan tugas yang aku berikan padamu, apa kamu sudah tahu, panti asuhan tempat aku dibesarkan?”“Bu Maya pasti terkejut, jika mendengar informasi yang aku bawa,”balas Salma, dan itu membuat Maya penasaran“Panti asuhan mana?”“Mery Gold,”jawab Salma“Benarkah, aku dibesarkan di panti Asuhan Mery Gold?”“Benar Bu Maya, Anda masuk di panti
Ambar hanya tersenyum,”Maksud ibu, Mas Rendra itu subur, waktu pernikahannya dengan Maya mereka tidak memiliki anak, itu karena aku memberikan Maya pil kontrasepsi,”jelas Ambar“Jadi ibu, memberikan Maya pil kontrasepsi itu sebabnya mereka tidak memiliki anak?”“Iya, Arnia, kamu tahu sendiri, ibu tidak setuju Rendra menikah dengan Maya, makanya aku membuat kesepakatan dengan Maya, dan selain itu aku sengaja membuat Maya tidak bisa hamil, jadi kamu jangan meragukan Rendra ,”dalih Ambar.“Apa Rendra tahu jika ibu melakukan semua itu pada Maya?”“Rendra tidak tahu, lagi pula, ia juga tidak mencintai Maya, ia hanya melakukan apa yang diperintahkan mendiang ayahnya,”jelas Ambar“Tapi Bu.. enam tahun yang lalu kita bersengkokol untuk memisahkan Maya dan Rendra, dan saat itu aku menyadari, jika Rendra itu mencintai Maya,”jelas Arnia.“Mungkin saja itu terjadi, mereka bersama, hampir satu tahun, benih-benih cinta mulai tumbuh diantar mereka, oleh karena itu aku bertindak cepat.”Arnia tampak
Fardian sedang berbicara serius diujung ponsel.“Ada apa Ta?”“Fardian, tadi Maya ke kilinik, ia minta aku untuk melakukan hipnoterapi, ia bilang bahwa akhir-akhir ini bermimpi seorang pria yang terus mendatanginya,”kata Tata psikiater dan juga teman Fardian.“Lalu, apa Maya mengingat Rendra, mantan suaminya?”Fardian terlihat cemas“Aku rasa bukan Rendra, yang Maya ingat, tapi ia mengingat Ayahnya.”Fardian terdiam dan berpikir, lalu mengakhiri pembicaraannya dengan Tata.Pria yang saat ini berusia 36 tahun itu terdiam, ditengelamkannya kepalanya dikedua telapak tanganya, mulai khawatir jika Maya mengingat semuanya.***Sementara di sebuah rumah sakit, Arnia mengantar Rendra yang sedang menjalani serangkai pemeriksaan.“Sebelum, memulai progam hamil, Pak Rendra akan kami periksa dulu dengan kesehatan dan kesuburannya,”ucap dokterRendra pun melakukan apa yang diperintahkan dokter.“Hasilnya akan kelaur dalam waktu satu jam, silahkan tunggu saja,”ucap perawat.“Arnia, aku ada meeti
“Fara, kenapa diam-diam bertemu Nova, kamu tahu ‘kan Nova mencoba melawanku?”“A..aku hanya makan malam saja,”jawab Fara semakin cemas“Makan malam di private room, sepertinya ada yang kalian rencanakan,”timpal Nura tegas“Keluarlah, aku tidak mengundangmu makan malam!”suruh Nova dengan tatapan marah“Aku tahu, kalian menunggu Risa ‘kan?”Nova dan Fara terkejut, Nura melangkah mendekati meja, dan duduk di kursi, menatap menu hidangan yang sudah tersaji.“Tampaknya kalian, akan merayakan sesuatu.” Nura menatap satu persatu Fara dan Nova.“Itu bukan urusanmu, pergi sebelum aku memanggil security untuk menyeretmu!”bentak NovaNura tidak peduli dengan ancaman Nova, ia menuang minuman di gelas kosong dan meneguknya.”Aku sedang merayakan kemenanganku, bagaimana kondisi tanganmu Nova, apa sudah mulai susah digerakkan?”Pertanyaan Nura membuat Nova terkejut, ia mulai merasakan sesuatu yang tak beres sedang terjadi.Lalu terdengar suara Nura lagi, kali ia menatap Fara.”Akhir-akhir ini banya
Nura mengerutkan dahi, lalu berjalan cepat menuju kamarnya dan menatap cermin, matanya memindai tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu melangkah menuju almari pakaiannya disana masih tersimpan baju-baju yang dibelikan Jho untuknya, lalu ia meraih salah satu baju berwarna pink lembut, dengan kerah sabrina, lalu mengenakannya di tubuhnya.‘Apa berlebihan ya,’batin Nura sambil menatap tubuhnya di cermin, lalu senyum mengembang di bibirnya,”Ahh demi pria yang kucinta dan demi pernikahan bertingkah konyol pun tak apa, semoga kak Raja senang,”gumam NuraSekitar tiga puluh menit berlalu, terdengar bunyi bel pintu depan, lalu Nura berjalan untuk membukanya.Ceklek! Sebuah boneka tedy bear besar ada dihadapannya, lalu terlihat Raja, ada dibalik boneka itu“Kak Raja, bikin kaget, aku kira siapa?”basa-basi Nura“Emangnya kamu menunggu siapa lagi selain aku,”sahut RajaNura hanya tersenyum, lalu meraih boneka yang masih di tangan Raja.”Ini untuk aku ‘kan?”“Siapa lagi jika bukan unt
Raja meraih telapak tangan Nura, lalu mengecupnya dengan lembut, seraya berbisik,”Maafkan aku, Nura.”“Apa itu berarti kita punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya?”tanya Nura“Aku akan memperbaiki kesalahanku, aku akan menjadi suami yang sempurna untukmu, berikan kesempatan itu,”pinta RajaNura menatap dalam wajah tampan yang ada dihadapannya, seakan tak percaya jika pria egois itu kini bisa luluh menyatakan cinta.“Tak perlu menjadi sempurna, cukup cintai aku dengan tulus. Aku juga minta maaf, beberapa minggu ini aku bersikap egois padamu, “jawab NuraMalam itu hampir semalaman mereka berbincang hingga memutuskan kembali ke kamar masing-masing karena masih canggung.“Istirahatlah, besok setelah perkerjaan kita selesai, aku akan mengajakmu jalan-jalan,”suruh Raja, mengantarkan Nura sampai di depan pintu kamarnya“Oke,”jawab Nura sambil tersenyum hangat***Risa mencari tahu di mana Nova tinggal selama di Bali, dan akhirnya Risa pun berhasil.‘Jadi Nova tinggal sendiri di rumah s
Risa meningalkan kamar dengan perasaan tenang, kini ia tak harus menuruti petintah Nova. Sementara Nura masih menatap botol obat ditanganya sesekali menyuap menu makan malam sambil berpikir apa yang akan dia lakukan pada Nova.‘Ah..kenapa wanita itu harus mencari masalah denganku,’batin NuraMalam berganti pagi yang cerah, Fara sudah menunggu di depan kantor Nura“Fara, ada apa? Akhir-akhir ini kamu sering menemuiku?”tanya Nura“Apa kakimu sudah membaik?”basa –basi Fara“Kamu lihat ‘kan, aku bisa berjalan,”jawab Nura lalu membuka pintu kantornyaFara mengikuti langkah Nura, lalu duduk di sofa di sudut ruangan, Nura menatap Fara dari tempat kursi kerjanya.“Kamu belum menjawab pertanyaanku, kenapa kamu sering menemuiku, pasti ada sesuatu yang kamu harapkan dariku?”tanya Nura tegas“Aku membutuhkan pekerjaan, dan aku rasa kamu bisa membantuku.”Fara menjawab pertanyaan Nura“Sayangnya tidak ada lowongan di J hotel.”“Kenapa kamu tidak menjadikan aku sekertaris pribadimu Nura, kita bersau
Sementara itu Fara yang berdiri tak jauh dari Raja dan Nura yang terjatuh dalam posisi berpelukan, berdecak kesal karena rencananya gagal, gara-gara Raja menyelamatkan Nura lebih dulu.‘Ck...kenapa ada Raja sih...rencanaku gagal,’batin Fara lalu melangkah mendekati keduanya.“Kalian tidak ada apa-apa ‘kan, atau aku panggilkan ambulance,”tawar Fara“Fara, kami baik-baik saja,”balas Nura , lalu berlahan bangkit berdiri, diikuti Raja“Pengendara tidak waras, ia hampir menabrakmu tadi, “ujar Raja kesal“Mungkin pengendaranya mabuk, jadi mengendalikan mobil asal-asalan,”sahut Fara“Sudahlah yang penting aku selamat,terima kasih kak Raja,”ucap NuraBaru saja berdiri beberapa menit , Nura merasakan kesakitan, dan waktu akan berjalan, ia kehilangan keseimbangan karena kaki kanannya terkilir.“Aoww,”jerit Nura menahan sakit“Apa kamu bisa berjalan,”“Kakiku sakit, mungkin terkilir,”sahut Nura sambil menahan sakitTanpa diminta Raja, langsung membopong Nura dan berjalan menuju J hotel, banyak
“Lalu bagaimana cara kita membuat Nura, gila?”Fara penasaran tatapannya serius“Heumm.. aku mengenal dokter psikiater, ia bisa diajak kerjasama, kita cari tahu dulu tentang Nura, baru kita pikirkan cara yang tepat,”suruh Nova.“Aku akan menemui Nura,”jawab Fara“Oke, kamu harus mendekati Nura, berpura-puralah kamu mulai menyadari kesalahanmu dan senang memiliki saudara Nura,”saran Nova“Walau sebenarnya aku muak dengannya,”gerutu Fara sambil cemberut.“Ingat tujuan kita Fara.”“Okelah, aku akan mencoba mendekatinya,”jawab FaraFara dan Nova tersenyum licik dibalik rencananya untuk merebut kedudukan Nura.Saat ini Nova sudah mendapatkan informasi, jika Nura tinggal di J Hotel. Tanpa membuang waktu wanita cantik keturunan indo, mencari obat jenis anti psikotik, Nova mendatangi sahabatnya yang berprofesi sebagai dokter jiwa.“kamu tahu ‘kan aku sekarang dibatasi karena beberapa kasus yang aku lakukan,”ucap seorang wanita tengah baya.“Carikan aku obat yang dapat membuat gangguan jiwa,”
Langkah kaki Salma memasuki sebuah ruang kerja, setelah pintu dibukakan oleh sang resepsionis.“Silahkan Bu Salma , Bu Nura sudah menunggu di dalam,”ucap sang resepsionis, setelah Salma masuk pintu ditutup kembali.“Masuklah Bu,”suruh NuraSalma melempar senyum.”Apa kamu memaafkan ibumu ini Nur?”Salma berkata sambil duduk di sofa di mana Nura juga duduk di sana.“Ibu punya alasan yang kuat , menaruhku di Mery Gold, aku mengerti jika berada di posisi Ibu, yang tidak bisa aku maafkan adalah perbuatan Irfan, sampai kapanpun aku tak akan pernah mengkuinya sebagai ayahku,”jawab Nura“Kamu benar, pria seperti itu tidak usah diakui sebagai ayah, aku sendiri belum puas melihatnya di penjara, aku akan puas jika dia di hukum mati,”balas Salma.“Dia tidak akan tenang hidup di penjara, ibu tak usah risau,”sahut Nura“Nura, bagaimana bisa kamu menjadi pemlik J hotel, katanya kamu mengantikan, Jho?”“Iya Bu, Jho telah meninggal dan dia memberikan J hotel dan vila padaku, aku sendiri tak menya
Wanita berusia 30 tahunan itu geram, mengetahui jika Jho, mengubah surat wasiatnya, apalagi yang namanya digantikan oleh Nura, wanita yang bahkan tidak memilki hubungan apapun dengan Jho.“Brengsek, Jho, aku mantan istrinya setidaknya aku pernah menemainya selama 5 tahun dalam pernikahan, bisa-bisanya ia memberikan kekayaan pada Nura, aku tidak terima , Nura harus menyerahkannya padaku,”gerutu Nova dibalik stir mobilnya.Hari berganti malam, Nura akhirnya tinggal di vila, seperti yang diinginkan Jho, tiba-tiba ia ingin bertemu Salma, rasa sepi menyelimuti hatinya, di dalam vila yang mewah dan besar itu ia sendirian, ia membutuhkan seseorang dan yang dalam pikirannya Salma, ada yang ingin Nura bicarakan pada wanita yang mengaku sebagai ibu kandungnya itu.Tapi rasa kecewa membuatnya mengurungkan niatnya, akhirnya Nura memilih untuk mengetahui sisi kehidupan Jho. Ia penasaran dengan mantan istri Jho yang bernama Nova, kenapa Badi juga terkesan enggan berurusan dengan Nova. Langkah kaki
Nura dan asistennya Jho menyiapkan pemakaman, sesuai permintaan Jho, jika ia meninggal, jenazahnya dikremasi. Jenazahpun dibawa ke krematorium. Para pelayat yang kebanyakan rekan bisnis dan kolega Jho hadir, mereka berbisik-bisk, tentang kelanjutan usaha Jho dan siapa penganti Jho dalam memegang kendali dibeberapa usahanya itu.Nura tampak sedih, ia duduk bersimpuh di depan foto Jho, kremasi jenazah berlangsung beberapa jam, hingga akhirnya selesai dan abu sudah dimasukan ke dalam wadah khusus.“Aku akan menebarkan abu jenazah jho di laut sesuai permintaanya,”ucap Nura“Baik Nona, saya akan siapkan mobil untuk Nona Nura,”ucap asisten JhoHari menjelang malam ketika Nura sampai di dermaga, sebuah kapal very telah disiapkan untuk membawa Nura ke tengah lautan, Nura menaburkan abu jenazah Jho di laut lepas.“Selamat jalan Jho, semoga kamu tenang di surga, aku senang menjadi temanmu,”ucap Nura.***Beberapa hari berlalu setelah kematian Jho, Nura mulai berkemas kan meninggalkan vila, sa