Share

BAB 6 Kehamilan Maya

Maya mencoba menghubungi Rendra, tapi ponselnya tidak aktif, wanita itu terlihat sangat kesal. Lalu tatapannya mengarah tajam pada Ambar.

“Apa rencana ibu sebenarnya, jika ibu menginginkan yayasan itu, Maya akan berikan, tapi tolong jangan pisahkan Maya dengan Mas Rendra, hanya dia yang Maya punya saat ini,”pinta Maya dengan nada permohonan.

“Apa istimewanya dirimu Maya, hingga mendiang suamiku memilih dirimu untuk menjadi menantu dan menyerahkan yayasan Mery gold padamu!”sarkas Ambar.

“Ibu menginginkan Mery Gold, ambilah, akan aku berikan, tolong jangan campuri lagi pernikahanku dengan Mas Rendra,”pinta Maya sekali lagi kali ini ia memohon sambil berlutut di depan ibu mertuanya.

“Mery gold akan menjadi miliku tanpa kamu akan menyerahkannya, sebentar lagi Kamu dan Rendra akan bercerai, dan semuanya otomatis akan pindah ke tanganku, “jawab Ambar dengan menyilangkan kedua tanganya di dada

Maya bangkit dari jongkoknya, dan menatap sinis wanita dengan potongan rambut bob itu.

“Ibu memberikan pil kontrasepsi padaku, ibu sengaja memberikan itu padaku supaya aku tidak hamil, anak Mas Rendra,”sarkas Maya

“Oh... jadi kamu sudah menyadarinya, tapi sayang sudah terlambat, beberapa hari lagi kalian akan bercerai, dan semuanya selesai,”Ambar lalu menghubungi security dan menyuruh mengusir Maya dari kantornya.

Maya terlihat menahan tangis, apalagi sudah berkali-kali menghubungi suaminya, tapi ponsel Rendra tidak aktif. Akhirnya Maya memutuskan untuk menyusul Rendra ke Bandara.

Sesampainya disana Maya pun kecewa, karena ia terlambat, suaminya itu sudah terbang ke Singapura.

“Ini pasti rencana Bu Ambar, dia benar-benar ingin memisahkan diriku dengan Mas Rendra,”gumam Maya seraya mengusap bulir bening yang menumpuk di pelupuk matanya.

Dengan melangkah gontai, Maya meninggalkan Bandara, berharap sang suami akan menghubunginya, secepatnya.

Hari sudah gelap, ketika Maya memarkirkan montor maticnya, ia cemas, karena dihalaman rumah Ambar ada mobil jeep milik sang pengacara.Dengan melangkah pelan, Maya masuk ke dalam rumah.

“Nah itu yang ditunggu datang, Maya, duduklah, kami ingi berbicara!”perintah Ambar.

“Maya tak ingin membicarakan masalah perceraian, sebelum berbicara langsung dengan Mas Rendra,”timpal Maya dengan nada kesal.

“Pak Rendra, telah menandatangi berkas perceraianya,”sela Fardian

“Tidak mungkin, kalian pasti memanipulasi tanda tanganya, atau kalian telah meniintimidasi Mas Rendra, ia sangat mencintai diriku, Mas Rendra, tidak akan menceraikankaku, itu janjinya padaku,”sarkas Maya.

“Cukup Maya, bukankah kamu sudah sepakat, jika dalam waktu satu tahun pernikahan kalian kamu belum hamil, kau bersedia bercerai, “tukas Ambar geram.

“Aku tidak hamil, itu karena ibu  memberikan padaku pil kontrasepsi, saksinya adalah BI Siti, iya kan?”

“Maaf , Maya, hal itu tidak bisa kita jadikan alasan untuk menolak, perceraian, Pak Rendra telah setuju bercerai,”sela Fardian

“Iya,  Maya, dan jaga mulutmu, jangan menuduhku , jika tak ada bukti, aku akan tutut balik dirimu,”ancam Ambar pada Maya.

“Aku tidak mau bercerai!”bentak Maya, lalu wanita itu melangkah pergi dari ruang tamu, tapi baru beberapa langkah, kepalanya terasa berat, matanya berkunang-kunang, lalu tubuh mungil semampai, itu rubuh ke lantai.

Melihat hal itu Fardian dan  Ambar terkejut, lalu Fardian pun segera menolong Maya.

“Maya, bangunlah,”panggil Fardian, sambil menepuk pipi Maya dengan pelan.

“Pak Fardian, tolong bawa ke kamar saja,”suruh Ambar.

Fardian mengangkat tubuh Maya, menaiki tangga, sementara Ambar segera menelepon dokter.

Ambar menyusul Fardian dan membawa Maya ke kamar, kini tubuh Maya sudah dibaringkan di tempat tidur dan ditutupi selimut, oleh Fardian.

“Haah... merepotkan saja,”gerutu Ambar sambil menghempaskan tubuh disofa depan pembaringan.

“Bu Ambar, saya akan menunggu diluar,”pamit  Fardian

“Baiklah, terima kasih dan maaf telah merepotkan Anda.”

Fardian mengulum senyum, lalu melangkah pergi, lima menit berlalu, seorang dokter wanita datang dan langsung memeriksa Maya.

“Aku rasa, anda tak perlu cemas Bu Ambar, ini kabar yang sangat mengembirakan, Bu Maya hamil,”jelas  dokter.

Ambar tampak shock mendengar penuturan sang dokter wanita.

“Ini tidak mungkin dokter, menantu saya mengkonsusi pil kontrasepsi, bagaimana ia bisa hamil?”

Dokter itu pun tersenyum, lalu menjawab pertanyan Ambar.”Mungkin, saja, kelewat satu hari atau beberapa hari, kemungkinan bisa terjadi pembuahan,”jawab dokter, sambil memasukan alat kesehatan ke dalam tasnya.

“Untuk memastikannya, besok pagi periksalah ke rumah sakit untuk melakukan serangakai test, nanti akan diketahui usia kehamilan Bu Maya dan bagaimana kondisi kesehatan janinnya,”suruh dokter

Setelah memberikan penjelasan, dokter itupun bergegas keluar kamar, sementara Ambar terlihat marah dan kesal, ia menatap Maya yang belum sadarkan diri.

‘Kamu harus tanda tangan peceraian itu Maya, sebelum  kamu tahu akan kehamilanmu, ‘batin Ambar sambil mengepalkan telapak tanganya

Ambar  berjalan menemui sang pengacara yang masih duduk di ruang tamu.

“Pak Fardian, tinggalkan berkas itu, setelah Maya sadar, aku akan mendapatkan tanda tanganya!”perintah  Ambar.

“Baiklah Bu Ambar, berkas percerainya aku tinggal, setelah mendapat tanda tangan Maya, segeralah untuk memberitahukanku,”jawab Fardian.

Fardian meninggalkan rumah Ambar, tapi hatinya sangat mencemaskan Maya.

Sementara Ambar, segera menemui Siti, asisten rumah tangga kepercayaannya itu, kebetulan masih mencuci piring di dapur.

“Siti!”panggil Ambar

“Iya Noynya,”jawab Siti , langsung menghentikan aktivitsanya dan menoleh ke arah sang majikan

“Carikan obat pengugur kandungan, ternyata kamu teledor, Maya hamil!”Perintah Ambar dengan kesal

“Maaf, Nyonya, setiap malam aku tak pernah kelewat memberinya pil kontrasepsi,”jawab Siti tertunduduk gemetar.

“Seharusnya setelah memberikan pil itu, Bi Siti memastikan, Maya meminumnya, sekarang carilah jamu atau obat untuk mengugurkan janinya itu!”perintah Ambar

“Apa sebaiknya kita biarkan saja, Nyonya, kasihan, bayi yang tak bersalah itu,”balas Siti

“Diam, kamu Siti, sejak kapan kamu berani memerintahkku, sekali lagi kamu membantahku, aku pecat kamu!”ancam Ambar.

“Baik, Nyonya, saya akan  segera mencari obat atau jamu untuk mengugurkan kandungan Non Maya,”jawab Siti.

Wanita berusai 40 tahun itu bergegas pergi, keluar rumah, sedangkan Ambar masih kesal, dan mondar-mandiri menunggu Siti.

Beberapa jam berlalu, Ambar sudah berada  di kamar Maya, wanita muda itu masih terlihat memejamkan matanya, tak lama kemudian Maya membuka matanya

“Apa yang terjadi denganku, Bu?”tanya Maya ketika melihat sang mertua sudah duduk disofa.

“Kamu pingsan, karena kelelahan, sekarang kamu sudah sadar, cepat tanda tangan!”

“Sudah kubilang berapa kali, aku akan tanda tangan setelah aku berbicara dengan Mas Rendra,”sahut Maya berusaha bangkit dari duduknya.

“Kamu memang keras kepala, baiklah mungkin kau perlu bukti jika Rendra sudah tidak mencintaimu lagi,”Ambar berkata, lalu meletakan berkas perceraian diatas meja.

Pintu kamar tampak terbuka, terlihat Siti membawakan segelas ramuan jamu.

“Non Maya, aku buatkan jamu untuk Non Maya, kata dokter tadi, non Maya kecapean,”ucap Siti.

“Aku tidak mau minum apapun pemberianmu Bi Siti, pergilah dari kamar ini, aku ingin istirahat!”suruh Maya

“Maya...”gerutu Ambar kesal, lalu wanita baya itu meraih gelas berisi jamu

“Minum!”perintah Ambar

Maya menjadi geram, ia semakin curiga jika minuman itu mungkin racun, dengan cepat ditangkisnya gelas, hingga jatuh pecah  .

Plak! “Kamu sekarang terang-terangan membantahku!”bentak Ambar sambil melayangkan tamparan di pipi Maya

“Kalian, ingin meracuniku!”sarkas Maya

“Itu bukan racun, Non Maya,”bantah Siti

“Aku tidak peduli, aku tidak percaya pada kalian, aku hanya ingin bertemu Mas Rendra!”teriak Maya

“Bi Siti, kita keluar!”perintah Ambar, lalu melangkah keluar dan menutup pintu dan menguncinya.

“Jangan biarkan Maya keluar dari rumah ini, sebelum menandatangani berkas perceraianya!”perintah Ambar pada Siti.

Siti, hanya mengangguk paham, dan tak kuasa menolak perintah sang majikan, walau hati kecilnya ia merasa kasihan pada Maya.

Pagi menyapa, Maya masih terlihat cemas dan sedih, sampai sekarang ponsel Rendra masih belum bisa dihubungi, batinya terkoyak, mungkinkah yang dikatakan Ambar benar, bahwa Rendra sudah tak bisa mempertahankan pernikahanya.

Dengan tangan gemetar diraihnya lembaran perceraian diatas meja, ditatapnya nanar dan beruarai air mata, tanda tangan Rendra, sudah terukir di lembaran kertas itu dengan sangat jelas.

Pendengaran Maya dipertajam, ketika mendengar suara langkah mendekati kamarnya, dan tak lama pintu terbuka.

“Baguslah kamu sudah bangun, “ucap Ambar lalu mendekati Maya.

“Kamu ingin bukti  ‘kan, jika Rendra, sudah berniat mengakhiri pernikahannya denganmu, lihatlah ini!”perintah Ambar menunjukkan layar ponselnya, disana Rendra terlihat bercumbu mesra dengan Arnia.

Mata Maya seketika berkilat, menatap adegan yang begitu menjijikan, suaminya bertukar lidah, dengan wanita lain.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status