Rendra memegang ponsel baru, setelah itu ia menghubungi nomor Maya, tapi ponsel Maya tidak aktif.
“Sial, kenapa ponsel Maya tidak aktif, apa dia tidak menunggu aku menghubunginya,”gerutu Rendra, dan ia beralih menghubungi ibunya.
“Bu..apa Maya di rumah?”
“Dia tidak di rumah, “jawab Ambar
“Kemana? kemarin adalah annyversery pernikahan kami, aku bahkan belum mengucapkan selamat padanya.”
“Apa perkejaanmu di Singapura sudah selesai, kenapa kamu tidak fokus pada pekerjaan saja, dari pada memilikirkan wanita tak berguna itu,”timpal Ambar bernada kesal.
“Klienku, membatalkan pertemuanku Bu, tanpa memberikan alasan apapun.”
“Ya sudah, anggap saja kamu berlibur, nikmatilah liburanmu, apalagi disana ada Arnia ‘kan.”
“Baiklah , aku satu malam lagi, besok, aku kembali ke Jakarta.”
Pembicaran Rendra dan Ambar selesai, dengan senyum puas di wajah Ambar, rencana yang disusunnya bersama Arnia berhasil, dan malam ini Arnia, akan membuat Rendra jatuh ke tanganya.
Kembali ke Jakarta, Maya dibawa Fardian, disuatu klinik dipinggiran kota, klinik kecil dengan fasilitas lengkap dengan tempat yang sangat nyaman, karena klinik dikelilingi pohon-pohon besar dan taman bunga yang sejuk dan asri.
“Kenapa, kamu membawanya ke tempatku, Fardian?”tanya seorang dokter wanita muda.
“Tata, kamu adalah sahabatku, kepada siapa lagi aku akan minta tolong, rawatlah Maya, “pinta Fardian
“Heummm...akhirnya kamu menemukan wanita pujaanmu, setelah beberapa tahun terpisah.”
“Iya Ta, dan aku tak menyangka, ia sangat menderita dalam pernikahannya, ibu mertuanya menginginkan perceriaan, dan suaminya juga sudah menceraikannya, saat ini yang Maya ingat, ia sudah menikah, tapi tak ingat wajah suaminya, dan ia menganggap aku adalah suaminya,”jelas Fardian serius
“Jadi kamu akan membohonginya, apa kamu sadar, bagaimana jika Maya suatu saat mengingat semuanya, dan ia menyadari jika kamu telah berdusta,”timpal Tata
“Saat itu tiba, aku pastikan, dia akan jatuh cinta padaku”jawab Fardian, dengan sangat yakin.
Tata hanya terdiam, ada rasa cemas menggantung di wajahnya.
“Baiklah, aku akan merawatnya, di klinikku sampai dia bisa pulih, “jawab Tata
“Tata, aku ingin kamu membuat Maya melupakn ingatnny bersama mantan suaminya, “pinta Fardian pelan.
“Maksudmu?”
“Setidaknya Maya mengalami hilang ingatannya dalam waktu lama, sampai aku membuktikan cintaku padanya.”
Tatan terlihat menyipitkan matanya, jiak saja kamu bukanlah sahabatku, aku akan menolak keinginan konyolmu itu.”Tata sedikit tegas, karena ia melakukan kemauan Fardian dengan terpaksa.
Fardian, bahagia mendapat dukungan dari Tata sahabatnya. Lalu pria itu berjalan menuju kamar, di mana Maya sedang dirawat.
“Maya, bagaimana keadaanmu, tampaknya kamu harus beberapa hari lagi dirawat di klinik ini?”tanya Fardian
“Tidak mengapa, kilinik, jauh dari kebisingan, sangat nyaman, “jawab Maya, menatap Fardian.
“Maaf, aku melupakan namamu, “lanjut Maya lagi
Fardian tersenyum ke arah Maya.”Fardian, namaku Fardian.”
“Kecelakaan ini membuatku payah, dengan nama suami sendiri bisa lupa.” senyum manis terbit di wajah Maya.
“Aku membelikan kamu ponsel baru, ponselmu, hilang waktu kecelakaan, mungkin terlempar dan masuk gorong-gorong,”bohong Fardian.
Maya mengangguk, tubuhnya terlihat masih lemah, dan slang ifus masih menempel di tangannya.
“Maya, aku pergi dulu, ada urusan pekerjaan, “pamit Fardian
“Iya ..hati-hati Mas Fardian,”jawab Maya, pelan.
Fardian pun melangkah pergi meninggalkan Maya di klinik sahabatnya itu, ia menuju ke kantornya sebuah Firma hukum tempatnya bekerja, saat ini ia ingin segera memproses perceraian Maya dan Rendra.
***
Malam dengan hembusan angin dingin menyapa dua insan, yang tengah makan malam berdua diatas rooptop hotel berbintang, pemandangan malam begitu memukau, Rendra dan Arnia, tampak menikmati makan malam berdua, minuman wine merah, juga melengkapi makan malam yang terkesan romantis.
“Nikmati malam ini Rendra, sudah lama ‘kan, kita tidak menghabiskan waktu bersama, dan malam ini sungguh luar biasa, aku dan sahabat lamaku, makan malam berdua,”ucap Arnia, menuangkan wine merah, di gelas berkaki yang dipegang Rendra. Lelaki itu seakan terhipnotis dengan wanita cantik yang saat ini duduk di depannya, gaun malam warna hitam, dengan belahan dada rendah sungguh membuat kecantikan Arnia begitu sempurna.
“Kita nikmati malam ini Ar, besok aku akan kembali Ke Jakarta,”balas Rendra, menegguk wine merah di tanganya.
Malam semakin larut, kedua insan itu, semakin mabuk , keduanya berjalan saling merekatkan tangan dipinggang menuju kamar hotel. Tak hayal lagi dengan setengah kesadaran, mereka meluapkan nafsu bercinta diatas tempat tidur, dinding dan lampu kamar redup menjadi saksi dua insan beda jenis berbagi peluh dan merasakan nikmat surga dunia.
Mentari datang menyinari seluruh makhluk di bumi, tak terkecuali Rendra dan Arnia yang masih bersembunyi dibalik selimut tebal, wajah keduanya tampak lelah setelah aktivitas semalam.
Berlahan Rendra, membuka kelopak matanya, ia menatap wanita yang masih memeluknya erat , ia sadar semalam telah terjadi pergulatan api cinta antara dirinya dengan Arnia. Pria yang masih bertelanjang itu, lalu mengurai pelan pelukan wanita yang masih dalam keadaan tak perpakaian juga.
Rendra bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri, pikirannya melayang pada satu sosok wanita yang memujanya yaitu Maya.
Lamunan Rendra terhenti, ketika bunyi ketukan terdengar.
“Rendra, bisa ‘kan kita mandi bersama,”pinta Arnia
“Aku terlambat ke bandara Ar,”jawab Rendra
Tak lama pintu terbuka, kedua saling tatap.
“Kamu akan bertanggung jwaab ‘kan?”tanya Arnia meminta pertanggungjawaban dari Rendra.
“Aku rasa semalam kita khilaf, bagaimana jika kita melupakan kejadian semalam.”
“Rendra, kamu....”
“Ar...aku memang dulu tergila-gila padamu, tapi saat ini aku mencitai Maya, dia istriku,”jawab Rendra,seraya memegang bahu Arnia.
Arnia menahan kecewanya, tapi Arnia harus tetap tenang.”Baiklah kita lupakan kejadian semalam, cepatlah ke Bandara,”jawab Arnia.
“Terima kasih Ar.”
Rendra, bergegas membereskan pakaiannnya memasukan ke dalam travel bag, setelah selesai ia melangkah keluar kamar hotel.
Beberapa jam berlalu, Kini Rendra sudah sampai di kediamannya, langkahnya lebar menuju kamar dan tak sabar ingin bertemu Maya. Belum sampai kakinya menaiki anak tangga. Suara ibunya memanggailnya.
“Rendra..”
“Bu...aku akan menemui Maya, ia ada dirumah ‘kan?”
“Sudah kubilang, dua hari ini dia tidak di rumah, dan ada kabar yang harus kamu terima,”balas Ambar
“kabar apa..”
“kita bicara di ruang kerja.”
Rendra mengikuti langkah ibunya dan masuk ke ruang kerja, kini ibu dan anak itu duduk di sofa sudut ruang
“Ini berkas percerianmu yang suduh kamu dan Maya tanda tangani, Fardian, pengacara kita sudah membawa berkas ke pengadian agama dan segera memproses perceraianmu.
“Cerai, aku tanda tangan, kapan aku tanda tangan perceraian Bu?”Rendra tampak marah.
“Ibu yang memang mengelabuhimu, berkas pembayaran biaya operasional Rajas Shopiing Center, yang kamu tanda tangan salah satunya ibu selipkan lembaran perceraian, bukankah kita sudah sepakat, jika Maya tidak hamil, satu tahun pernikahan kalian, perceraian akan terjadi, kamu masih ingat dengan janji itu, dan kamu lihat sendiri, Maya menepati janjinya, ia memberikan tanda tanganya pada berkas itu,”ungkap Ambar dengan tegas.
“Maya menandatangani, kerena ia mengira aku menceraikanya Bu, aku akan menemui Maya, aku harus membicarakan hal ini.”
“Sudah terlambat, Kata Fardian, Maya telah pergi dan menyerahkan proses perceraian, pada Fardian, “jawab Ambar
“Pergi kemana?dia tidak punya siapa-siapa di dunia ini, kalau pun pergi, ia pasti kembali ke panti asuhan.”
“Coba saja cari di sana. “Ambar tampak kesal.
Rendra, bergegas menaiki mobil sedannya dan melaju kencang menuju panti asuhan Mery gold,rasa bersalah dan juga cemas menghantui dirinya.
Sesampai di panti asuhan, Rendra kecewa, kerena menurut pengurus panti, Maya dua hari ini tidak datang ke panti, ponselnya pun tidak bisa dihubungi, Akhirnya Rendra memutuskan pergi ke kantor Fardian.
Saat ini dua lelaki yang memliki paras tampan dan tubuh proposional duduk saling berhadapan.
“Pak Fardian, apa Anda tahu di mana Maya saat ini, aku ingin berbicara tentang kesalah pahaman ini, aku tidak pernah menandatangani perceriaan itu,”jelas Rendra.
“Maaf, Maya telah pergi entah ke mana. setelah menyerah berkas dan surat penyataan bersedia cerai , maka semuanya sudah aku urus, berkas sudah masuk ke pengadilan agama. Maya menyerahkan semuanya padaku, ia juga tidak meminta apapun dari Anda, Pak Rendra,”jelas Fardian dengan tegas.
Rendra menunduk sedih, ia pun pergi dengan rasa kecewa yang amat dalam.
Tiga bulan berlalu, akta cerai Rendra dan Maya telah keluar, Rendra kini memutuskan untuk menikahi Arnia, sebagai bentuk tanggung jawabnya, Pernikahanya dilaksanakan sangat meriah, disebuah ballroom hotel berbintang, Ambar menunjukkan binar bahagia, menantu idamanya kini bersanding di pelaminan.Kedua mempelai selalu tersenyum memperlihatkan kebahagian mereka.“Ibu sangat senang, akhirnya kamu menikah dengan Arnia, wanita yang sederajat dengan kita, ibu juga senang, yayasan Mery Gold kembali ke tangan Ibu,”bisik Ambar di telinga Rendra.“Apa, Maya mengetahui jika aku menikah, Bu?”“Peduli amat dengan wanita itu, ibu tidak ingin membicarakan wanita itu di tengah kebahagian kita,”jawab Ambar.Sementara ditempat lain, Maya mengusap lembut perut yang semakin membuncit.“Mas Fardian, bisakah kita jalan –jalan malam ini, sudah hampir tiga bulan aku hanya duduk dan berdiam di apartemen ini,”pinta Maya“Angin malam tidak baik Maya, untuk kesehatan kamu dan bayimu, bagaimana jika pagi hari
Disuatu sore, Raja dan Salma, sudah berada di RSC, Raja tampak senang, banyak teman satu sekolah yang datang untuk menyaksikan tokoh animasi favoritnya, dengan antusias bocah itu berjalan di ditengah-tengah gedung, dimana acara diselenggarakan, sebuah es krim sudah berada ditanganya, Raja berjalan sambil menjilati es krim favoritnya, hingga tak sengaja, ia menabrak seorang wanita dan membuat dres wanita itu menjadi kotor.“Hati-hati dong kalau berjalan!”bentak seorang wanita dengan melotot kearah Raja.“Maaf ...”ucap Salma, sambil menundukan wajah dan sedikit membungkuk.“Raja minta maaflah,”suruh Salma , melihat ke arah Raja, yang masih bengong menatap sebagian eskrim, tumpah di dres warna merah.“Maaf Tante, Raja, tidak sengaja,”ucap bocah berusia lima tahun itu dengan sedikit gugup.“Lain kali berhati-hatilah, lihat jalan yang benar, mengerti!”bentak wanita berpenampilan elegan dengan geram.“Ada apa Ar?”suara pria membuat semuanya menoleh kearah pria berwajah tegas dengan sorot
Maya selalu menyiapkan masakan untuk keluarga kecilnya, hal itu membuat Fardian semakin mencintai Maya, dipelukanya wanita yang telah dinikahianya selama lima tahun ini. Sungguh, bagi Fardian, yang membuat dirinya bahagia adalah Maya dan Raja, meskipun Raja bukanlah anak kadungnya tapi rasa cintanya sangat besar pada anak lelaki yang berusia 5 tahun itu.“Kita liburan yuk, May, weeked ini aku tidak sibuk,”ajak Fardian, seraya memeluk pingang istrinya.“Maaf, sayang... aku ada acara pemberian donatur di yayasan panti asuhan Mery Gold,”jawab Maya“Mery Gold... apa tidak bisa kau serahkan pada Salma, bukankah biasanya Salma yang mengurusinya?”“Kali ini aku ingin sekali memberikanya langsung pada yayasan, karena ada lelang lukisan di sana, dan mengharapkan kehadiranku. Pemilik yayasan ingin berkenalan denganku, dan teman sosialitanya juga akan membayar lebih untuk lelang donasi ini.”Maya menjelaskan pada Fardian“Baiklah, kita tunda dulu liburannya, “jawab Fardian, lelaki itu menyemb
Sementara itu, Maya sedang berada diruang bawah tanah, tempat ia menyimpan beberapa lukisan, dan peralatan melukis, matanya terus menatap lukisan yang di depanya, seorang pria dengan wajah yang tidak jelas, dihadapanya,yang selalu membuatnya penasaran, lalu ia mencoba mengingat tapi justru semakin ia mengingatnya semakin kepalanya berdenyut nyeri.‘Pria yang ada dalam bayanganku, bukanlah Fardian, apa Fardian menyembunyikan sesuatu dariku?’batin Maya seraya menatap lekat lukisan.Suara seseorang memanggil nama Maya, membuat Maya menutup kembali lukisan pria dengan wajah samar itu, lalu beranjak meninggalkan ruang bawah tanah.“Hai, Salma bagiamana dengan tugas yang aku berikan padamu, apa kamu sudah tahu, panti asuhan tempat aku dibesarkan?”“Bu Maya pasti terkejut, jika mendengar informasi yang aku bawa,”balas Salma, dan itu membuat Maya penasaran“Panti asuhan mana?”“Mery Gold,”jawab Salma“Benarkah, aku dibesarkan di panti Asuhan Mery Gold?”“Benar Bu Maya, Anda masuk di panti
Ambar hanya tersenyum,”Maksud ibu, Mas Rendra itu subur, waktu pernikahannya dengan Maya mereka tidak memiliki anak, itu karena aku memberikan Maya pil kontrasepsi,”jelas Ambar“Jadi ibu, memberikan Maya pil kontrasepsi itu sebabnya mereka tidak memiliki anak?”“Iya, Arnia, kamu tahu sendiri, ibu tidak setuju Rendra menikah dengan Maya, makanya aku membuat kesepakatan dengan Maya, dan selain itu aku sengaja membuat Maya tidak bisa hamil, jadi kamu jangan meragukan Rendra ,”dalih Ambar.“Apa Rendra tahu jika ibu melakukan semua itu pada Maya?”“Rendra tidak tahu, lagi pula, ia juga tidak mencintai Maya, ia hanya melakukan apa yang diperintahkan mendiang ayahnya,”jelas Ambar“Tapi Bu.. enam tahun yang lalu kita bersengkokol untuk memisahkan Maya dan Rendra, dan saat itu aku menyadari, jika Rendra itu mencintai Maya,”jelas Arnia.“Mungkin saja itu terjadi, mereka bersama, hampir satu tahun, benih-benih cinta mulai tumbuh diantar mereka, oleh karena itu aku bertindak cepat.”Arnia tampak
Fardian sedang berbicara serius diujung ponsel.“Ada apa Ta?”“Fardian, tadi Maya ke kilinik, ia minta aku untuk melakukan hipnoterapi, ia bilang bahwa akhir-akhir ini bermimpi seorang pria yang terus mendatanginya,”kata Tata psikiater dan juga teman Fardian.“Lalu, apa Maya mengingat Rendra, mantan suaminya?”Fardian terlihat cemas“Aku rasa bukan Rendra, yang Maya ingat, tapi ia mengingat Ayahnya.”Fardian terdiam dan berpikir, lalu mengakhiri pembicaraannya dengan Tata.Pria yang saat ini berusia 36 tahun itu terdiam, ditengelamkannya kepalanya dikedua telapak tanganya, mulai khawatir jika Maya mengingat semuanya.***Sementara di sebuah rumah sakit, Arnia mengantar Rendra yang sedang menjalani serangkai pemeriksaan.“Sebelum, memulai progam hamil, Pak Rendra akan kami periksa dulu dengan kesehatan dan kesuburannya,”ucap dokterRendra pun melakukan apa yang diperintahkan dokter.“Hasilnya akan kelaur dalam waktu satu jam, silahkan tunggu saja,”ucap perawat.“Arnia, aku ada meeti
Maya mencermati penjelasan dari Ranti, tampak berpikir dan mengingat pertemuannya dengan Ambar, wanita pemilik yayasan Mery Gold, wanita itu memang terlihat salah tangkah, waktu melihatnya.‘Kenapa Bu Ambar tidak berterus terang padaku, jika aku penah menjadi menantunya, seakan ada yang dia sembunyikan,batin Maya“Maya, sekarang kamu tinggal di mana?”tanya Ranti“Aku telah menikah dan memiliki seorang anak,”jawab Maya“Oh..syukurlah, kamu sudah hidup bahagia.”“Kebahagianku terasa kurang, karena aku tidak mengingat masa lalu, dan akhir-akhir ini aku bermimpi tentang seorang pria, aku kira dia ayahku, oleh karena itu aku penasaran tentang siapa diriku.”“Maya, biarlah masa lalu berlalu, sekarang kamu sudah bahagia dengan keluarga barumu, siapa pria yang beruntung, menikahimu?”“Namannya Fardian, dia seorang pengacara.”“Fardian... pengacara.”Ranti sedikit terkejut, dan mengerutkan dahi seakan berpikir.“Ah..mungkin kebetulan nama dan profesinya sama,”gumam Ranti“Apa Bu Ranti mengen
Sementara itu jauh dari Jakarta, Rendra dan Arnia, menikmati bulan madu kedua mereka, mereka tidak mau menyia-nyiakan tiga hari di Bali, dengan pantai yang exotic, membuat keduanya meluapkan cinta.Malam pertama di hotel, Rendra dan Arnia, meminum minum keras, setelah melewatkan bercinta diatas ranjang, hingga membuat Rendra tak sadarkan diri, karena Arnia mencampurkan minuman dengan obat tidur, lalu Arnia tersenyum getir.‘Maaf Rendra, aku terpaksa menghianatimu, aku ingin segera hamil, tapi bukan denganmu, karena ternyata kesuburanmu bermasalah,’batin Arnia, lalu meninggalkan kamar hotel, dan masuk ke sebuah kamar, di mana ada seorang pria sudah menunggunya.“Kenapa lama sekali Arnia, aku sudah tak sabar menaruh benihku di rahimmu,”ucap pria berperawakan tinggi yang telah siap berbaring dengan bertelanjang dada di tempat tidur“Sabarlah, aku baru saja, membuat Rendra tertidur pulas, supaya kita puas bercinta.”Arnia mulai membuka kancing blousenya, dan merangkak naik ke tempat ti
Maya dan Raja telihat sedih mereka duduk di sofa ruang tengah, setelah pulang dari pemakaman, Maya memeluk Raja yang masih terisak menangis, sementara Maya menyesal, karena sempat meragukan cinta Fardian pada dirinya dan Raja. kini ia menyadari jika Fardian begitu tulus mencintainya dan juga menyayangi Raja. Bulir bening menetes membasahi pipi Maya. Hingga sebuah ketukan pintu membuatnya mengusap air matanya.Maya membuka pintu depan dan terlihat Salma sudah diambang pintu.“Salma, masuklah, aku ingin berbicara serius denganmu?”“Iya, Bu Maya,”Salma melangkah masuk dan duduk di sofa ruang tamuSalma masuk dan duduk di ruang tamu, di depannya duduk Maya dengan tatapan serius.“Ada yang mencoba melenyapkan kami, tapi polisi tidak menemukan tanda-tanda jika kebakaran vila itu disengaja, “jelas Maya“Siapa yang Bu Maya curigai?”“Bu Ambar, aku sudah mengingat semuanya Salma, amnesiaku sembuh ketika ada seseorang yang memukul kepalaku sebelum kebakaran terjadi.”“Bu Ambar?”“Dia satu satun
Beberapa jam kemudian, Maya membuka matanya pelan, seluruh tubuhnya terasa lemah, di bagian hidung terpasang alat bantu pernapasan. Maya perlahan melepas alat, matanya mengedar, jantunganya berdetak kencang, karena ia menyadari, jika saat ini ada di rumah sakit.“Apa yang terjadi..tolong,”teriak Maya walau suaranya masih lemahTak berselang lama seorang perawat datang. “Nyonya, Anda sudah sadar, tenanglah, Dokter akan melihat kondisi Anda,”ucap perawat“Katakan padaku, apa yang terjadi?”“Anda mengalami gangguan pernapasan, akibat dari kebakaran vila,”jawab perawat“Kebakaran! Raja...di mana anakku , aku mohon katakan padaku, bagaimana anakku,”Maya terlihat cemas, ia berontak dan turun dari brankar“Seorang anak kecil juga menjalani perawatan, tenanglah, kondisinya baik –baik saja,”jawaban perawat membuat Maya sedikit tenang.“Tapi aku ingin melihat keadaannya suster, tolong bawa aku ke tempat anakku,”pinta Maya“Baiklah jika itu membuat Anda tenang, saya akan pindahkan Anda satu ka
Sudah satu jam polisi melacak mobil Van putih, tapi mereka kehilangan jejak.“Kita kehilangan van itu, saat mulai masuk ke jalan tol, pasti mereka sembunyi, jika tidak mereka berganti mobil,”ucap seorang polisi setelah memeriksa cctv jalanan.Fardian semakin cemas, bahkan sampai saat ini ia belum mengabari Maya, tentang hilangnya Raja. Bunyi dering ponsel, menganggu konsentrasi Fardian, dan ketika melihat ke layar ponsel, ternyata Maya yang menghubunginya, wajah Fardian berubah cemas, tapi ia tetap mengangkat pangilan dari Maya.“Hallo Maya?”“Mas, apa kalian sudah sampai, setelah kupikir , aku akan menyusulmu di vila danau, bagaimana Raja, apa dia senang?”tanya Maya“Maya, aku belum sampai di vila danau,”sahut Fardian pelan“Lalu kalian dimana, aku baru dalam perjalanan, mungkin tiga puluh menit lagi sampai.”“Maya..tolong hentikan mobilmu dan kembalilah ke rumah, aku akan berbicara di rumah, aku tunggu kamu di rumah,”suruh Fardian ragu“Jadi Mas Fardian tidak jadi ke vila danau, da
“Lalu apa rencana Anda, Bu Maya?”tanya Salma“Bisakah kamu, mengikuti Arnia, ia pasti menemui Irfan, di tempat Irfan menginap ‘kan?”“Baiklah, Bu Maya, saya akan mengikuti Arnia, tapi saat ini Arnia ada di kafenya,dan biasanya ia meninggalkan RSC jam delapan malam,”jawab Salma“Ikuti saja, dan potret, aku membutuhkan bukti kebersamaan mereka,”suruh Maya“Baik, Bu Maya.”Sementara itu justru Irfan mempunyai rencana jahat sebelum ia kembali ke Bali, pria itu khawatir jika keberadaan raja, justru akan mengagalkan rencananya bersama Arnia, oleh karena itu, tanpa berbicara terlebih dulu pada Arnia, pria itu bermaksud mencelakai Raja.Malam semakin larut, Salma sudah mengikuti Arnia, tapi wanita itu kembali ke rumah bersama Rendra, jadi tidak mungkin bagi Arnia untuk diam-diam bertemu Irfan di hotel.“Aku rasa Arnia malam ini tidak menemui Irfan,”gumam Salma, lalu melajukan mobilnya, dan berhenti mengikuti Arnia dan ia pun melaporkan hal itu pada Maya.“Oke, Salma , aku rasa memang Arnia t
Setelah berbincangan singkatnya dengan Rendra, pemuda yang seumuran dengan Rendra itu berpamitan. Langkah kakinya menuju kafe milik Arnia, yang masih dalam SRC. Hatinya mulai gelisah, ketika mendengar, jika Rendra ternyata memiliki anak dari mantan istrinya yaitu Maya.Langkah kaki Irfan terhenti ketika matanya menangkap nama kefe yaitu japanis food kafe Arnia. Lalu ia masuk ke dalam kafe, cukup rame pengunjung. Hingga sapaan Arnia membuat Irfan menoleh kebelakang“Irfan duduklah dan pilih menu , kamu suka japanis food?”tanya Arnia“Apapun aku suka, bisa kita bicara sambil makan, tapi pilihkan tempat yang sedikit private,”pinta Irfan“Oke, ikuti aku,”ajak Arnia seraya berjalan menuju tempat yang agak sepi.Keduanya lalu duduk, dan mulai berbincang, sementara Arnia sudah memesankan menu untuk Irfan“Ar, apa kamu tahu, jika Rendra juga memiliki anak dari mantan istrinya?”“Baru-baru ini aku tahu, apa Rendra bercerita tentang Raja, anaknya dari Maya?”“Iya , ia tampak bahagia waktu berc
Malam semakin larut, kini Maya dan Salma menjalankan misinya, berada di dalam mobil sewaan, mereka tampak serius mengamati rumah mendiang Dherma, rumah itu tampak gelap.“Apa kau yakin, jika aku masuk dari arah samping tidak terekam cctv?”tanya Maya“Aku sudah memeriksanya, cctv yang ada ujung sana, mengalami kerusakan, aku rasa ini waktu yang tepat untuk Bu Maya, keluar mobil, lalu berjalan kesamping sana, masuk kesemak, dan loncatlah ke pagar,”suruh Salma.“Oke, aku siap,tungglah di sini.”Maya melakukan apa yang diarahkan Salma, ia bergegas berjalan menuju samping rumah dan masuk kesemak-semak, lalu melompat pagar, kini Maya telah berada di dalam rumah Dherma, lalu ia mencari kamar Dherma.‘Aku rasa ini kamar Arnia, aku salah memasuki kamarnya, tapi aku juga penasaran dengan Arnia. Wanita itu berencana melenyapkan Raja, aku harus tahu siapa dia,’batin Maya mulai membuka dan mengedarkan matanya keseluruh ruangan yang gelap mengunakan senter.Laci almari dibukanya, mata Maya menata
Langkah kaki Maya, dengan cepat menuruni tangga lantai dua, dan kembali duduk di sofa sebelum Rendra ,Ambar dan Arnia masuk ke dalam rumah.“Maya, apa yang kamu lakukan di dalam rumahku!”gertak Ambar“Maya, ada janji bertemu denganku, Bu, “sela Rendra“Iya, Bu Ambar, kami sudah mengadakan Janji,”jawab Maya“Jika mengadakan pertemuan, jangan di rumah ini, “sarkas Ambar terlihat tidak senang dengan kehadiran Maya.Arnia hanya diam, dan menatap ke arah Maya, ia beranggapan datangnya Maya untuk membujuk Rendra, supaya mengurungkan niatnya mengakui secara hukum bahwa Raja, adalah darah dagingnya.“Bicaralah kalian di ruang kerja,”suruh Arnia bernada santai, dan itu membuat Ambar kecewa.“Ayo, Maya, kita ke ruang kerja,”ajak RendraLalu keduanya melangkah menuju ruang kerja. Dan saat Maya berada dihadapan Rendra, mereka saling tatap sejenak.“Apa yang kamu ingin bicarakan Maya?”“Aku ingin membicarakan masalah Raja, melihat kejadian kemarin siang, alangkah baiknya, jika kita menunda untuk
“Aku tak percaya sepenuhnya dengan apa yang kamu ucapkan, tapi aku berterima kasih padamu karena memberikan cincin ini padaku, “ucap Maya“Apa imbalan yang aku dapatkan karena telah mengembalikan cincin itu padamu?”“Apa kamu menginginkan uang, berapa yang kamu inginkan?”“Ha...ha...apa aku terlihat miskin hingga aku meminta imbalan uang.”Arnia menatap sambil tersenyum sinis ke arah Maya.“Katakan apa yang kamu inginkan?”“Jauhkan Raja, dari Rendra.”Arnia mencondongkan tubuhnya ke depan meja, sambil menatap dalam Maya.“Jika kamu tidak bersedia, aku akan mengambil cincin itu,”lanjut ArniaMaya terdiam, ia menatap cincin yang masih berada di atas meja kerjanya, lalu sejenak tidak ada suara.“Percuma kamu menginginkan hal itu Arnia, karena Rendra sudah bersikukuh akan membawa Raja, melalui kuasa hukumnya,”jawab Maya“Kamu bisa mencegahnya Maya, hanya dirimulah yang saat ini membuat Rendra takluk, katakan padanya, jika kamu menundannya sampai Raja dewasa,”suruh Arnia“Baiklah, aku akan
“Apa, Arnia, tahu jika Maya waktu itu hamil?”“Aku rasa, Non Arnia tidak tahu, yang tahu kehamilan Maya, adalah saya dan Nyonya Ambar,”jawab SitiRendra sangat kecewa, mendengar penuturan Bi Siti, lalu menyuruh wanita itu pergi, dari ruang kerjanya. Rendra memperlihatkan wajah tegang dan siap mencerca ibunya.‘Jangan –jangan ponselku menghilang adalah bagian dari skenario Ibu, jadi aku tidak bisa menghubungi Maya, dan Maya tidak bisa menghubungiku waktu di Singapura, sungguh aku merasa dipermainkan oleh ibuku sendiri,’batin Rendra.Tak berselang lama, Ambar kembali, dan melihat Rendra di rumah dengan menatapanya tajam.“Ini jam kerja, kenapa kamu ada di rumah?”tanya Ambar“Aku ingin bicara dengan ibu?”“Masalah apa?”“Masalah, Maya.”“Ahh dia lagi, kamu tahu ‘kan, ibu tidak suka membicarakan dia di rumah ini, paham!”gertak Ambar“Suka tidak suka ibu harus mendengarkannya.Ibu tahu ‘kan, jika Maya sebelum menandatangani berkas perceraian, dia hamil?”cerca Rendra“Masalah itu sudah berla