Kaki Maya terasa lemas, jantungnya bergemuruh dan hatinya terasa ditusuk benda tajam, matanya yang semula berkaca-kaca kini luruh membasahi pipinya.
“Nah, sudah jelas ‘kan, sekarang, cepatlah tanda tangani, apalagi yang kamu tunggu!”perintah Ambar
Maya tak kuasa menahan sedih dan kecewa, penghianatan sang suami sungguh membuat hatinya pilu dan hancur, satu-satunya orang yang diharapkan bisa menemani seumur hidupnya, kini malah menyakitinya.
Maya meraih pena, dan dengan kemarahan dan kekecewaan yang teramat sangat ia membubuhkan tanda tangannya di lembaran kertas itu.
Senyum kemenangan tersunging di bibir Ambar, rencananya berhasil dengan lancar.
“Bagus, Maya, sekarang kamu bukan lagi menantu keluarga ini, kemasi barang –barangmu dan pergilah dari rumah ini!”suruh Ambar, tanpa belas kasihan sedikitpun, pada Maya, meskipun wanita itu tahu, bahwa manantunya sedang mengandung cucunya.
Maya mengusap air mata yang terus saja mengalir, sampai membasahi pipinya, berlahan ia mengemasi semua pakaiannya, Bi Siti membantunya. Tapi Bi Siti tidak berani mengatakan tentang kehamilan Maya.
Setelah selesai mengemasi semua barang -barang pribadinya, Maya keluar dengan melangkah gontai meninggalkan semua kenangan indah bersama Rendra. Air mata kembali luruh setelah menginggat kembali, jika sang suami yang dipujanya menghianatinya.
Sedangkan Ambar,setelah mendapatkan tanda tangan Maya, ia menghubungi Fardian.
“Pak Fardian, saya telah mendapatkan tandatangan Maya, segeralah datang ke rumahku dan urus perceraian Maya dan Rendra!”perintah tegas Ambar, kali ini terlihat wajah semringah dan senyum dibibirnya, rencananya selama satu tahun ini telah berhasil.
“Baik Bu Ambar, saya akan segera mengambil berkas itu di rumah Bu Ambar,”jawab Fardian
Disebuah jalanan sepi masih disekitaran komplek perumahan, Maya berjalan dengan pandangan kosong dan berjalan begitu saja tanpa arah dan tujuan, hingga tanpa menyadari jika mobil melaju dengan sangat kencang.
Brak! Suara benturan cukup keras, membuat Maya terpelanting dan jatuh pingsan.
“Shitt, kenapa ada orang yang menyeberang seenaknya!”gerutu seorang pria dibalik stir, lalu dengan cepat keluar dari mobilnya dan melihat Maya.
“Maya...”
Pria yang tak lain adalah Fardian, kaget melihat Maya dan sudah tergeletak dengan darah mengucur di bagian kepala, dengan cepat segera Fardian memanggil ambulance dan tak lama kemudian sebuah ambulance datang, Maya pun segera mendapat perawatan dan dibawa ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya di rumah sakit, Maya mendapatkan perawatan, Fardian menunggu dengan sangat cemas. Seorang perawat mengabari kondisi Maya pada Ambar.
“Maaf apakah ini keluarga Bu Maya?”
“Siapa kamu ?”tanya Ambar diseberang ponsel
“Bu Maya saat ini sedang dirawat dirumah sakit karena kecelakaan.”
“Jadi, Maya kecelakaan, dia sudah tidak menantuku, jadi jangan hubungi kami mengenai Maya!”jawab Ambar dengan tegas. Ponsel ditutup kasar, lalu perawat menghela napas berat, lalu perawat itu terpaksa membicarakan ini pada Fardian, yang amsih tamapk shock dan cemas itu.
“Maaf Pak, keluarga Pasien tidak mau tahu tentang kondisi Bu Maya, katanya Bu Maya bukan lagi anggoa keluarga mereka,”jelas perawat
“Baiklah, biar saya saja yang bertanggung jawab,”balas Fardian
“Siapa yang bertanggungjawab pada pasien?”tanya seorang dokter yang keluar dari ruang pemeriksaan
“Saya yang bertanggung jawab Dokter.”
“Baiklah , mari kita bicara di ruanganku,”ajak dokter wanita
Setelah keduanya duduk di kursi masing-masing, dokter tampak serius menatap Fardian.
“Pasien, mengalami cidera serius dibagian kepala, untunglah tidak terjadi apapun dengan janinya,”
“Jadi, Maya hamil?”
“Iya pak, pasien hamil, usia kehamilannya dua minggu,untuk cidera kapala,kami akan mengevalusai setelah pasien sadar,”jelas dokter.
Beberapa jam berlalu, Fardian, masih menunggui Maya di rumah sakit, kini pria yang berprofesi sebagai pengacara menatap wanita yang tengah hamil muda, Fardian menigingat beberapa tahun silam, tepatnya dihari terakhir ia berada di panti asuhan Mery gold, sosok gadis kecil berusia 10 tahun berparas cantik dengan kulit putih bersihnya, membuat terpukau, gadis yang beranjak itu tak lain adalah Maya.
Maya berlahan membuka matanya, membuat Fardian tersentak dari lamunannya.
“Maya...”
Wanita yang masih pucat dan tak berdaya itu menatap ke arah Fardian, kemudian senyum kecil mengembang di bibirnya yang pucat.
“Kamu pasti suamiku ‘kan?”tanya Maya membuat Fardian tertegun dan berpikir sejenak.
“Aku akan memberitahukan dokter, jika kamu sudah sadar,”sahut Fardian
Baru saja akan bebalik, tanganya diraih Maya,”Aku tidak memerlukan dokter, aku mohon jangan pergi dulu, aku rasa aku tidak ingatan apapun, kamu suamiku ‘kan?”tanya Maya dengan nada cemas.
Fardian terkejut mendengar penuturan Maya,”Jika kamu tidak ingat apapun kenapa kamu mengangapku suamimu?”
“Yang kuingat aku telah menikah, tapi aku tak ingat wajahnya, kamu benar ‘kan suamiku?”tanya Maya lagi
lalu Fardian menganggukan tanda membenarkan apa yang menjadi pertanyaan Maya.
“Ohh...syukurlah,”jawab Maya dengan nada melemah.
Fardian lalu keluar meninggalkan Maya, ia menemui seorang perawat.
“Suster, Maya telah sadar, aku berniat memindahkanya di rumah sakit lain,”pinta Fardian.
“Baik, jika itu keputusan Pak Fardian, kami akan mengurus berkas kepindahan pasien,”jawab perawat.
***
Ditempat lain, jauh dari kota Jakarta, tepatnya disebuah kamar hotel vip, Rendra, melepaskan tautan bibrnya pada bibir Arnia, ciuman yang semakin panas itu, membuat darah keduanya semakin bergelora, api asmara yang pernah ada seakan terpecik kembali menjadi kobaran cinta yang siap membakar keduanya, bahkan kancing blouse yang dikenakan Arnia sudah lepas sedikit memperlihatkan bagian dada wanita cantik dan mengairahkan
“Apa perbuatan kita benar Ar, saat ini aku masih berstatus suami Maya,”ucap Rendra.
Rendra menjauhkan tubuhnya dari Arnia, ia terduduk ditepi tempat tidur,
“Pasti saat ini ia sedang cemas, karena tidak bisa menghubungiku, apa ada kabar mengenai ponselku yang mungkin jatuh di Bandara?”
“Belum ada,aku akan mencarikanmu ponsel baru, Mas Rendra, maafkan aku , terbawa suasana,”balas Arnia, lalu membenarkan kancing blouse yang terlepas.
Rendra, berjalan ke kamar mandi ,lalu membasuh mukannya, ada rasa bersalah menyusup hatinya, tapi tak bisa dipungkuri, wajah dan tubuh Arnia membuatnya khilaf, sisa cintanya bahkan kembali mengelitiknya membuat jatuh dalam pelukan Arnia.
“Hampir saja aku khilaf,”gerutu Rendra seraya menatap wajah basahnya di pantulan cermin.
Sementara Arnia berdiri di balkon kamar hotel, ia tampak serius berbicara di ponsel.
“Bagaimana Bu, apa vidio yang aku kirim bisa membuat Maya , menandatangi perceraian?”
“Kerja bagus Arnia, ibu sangat bangga denganmu, hanya dirimu yang akan menjadi menantuku, teruslah merayu Rendra, jangan biarkan ia memikirkan tentang Maya, supaya jika ia tahu,jika kita mengelubuhinya untuk mendapatkan tanda tanganya ia tidak akan marah, dan menerima kamu,”suruh Ambar diseberang ponsel.
“Baik Bu, aku tutup dulu, tampaknya Rendra sudah selesai di kamar mandi,”sahut Arnia
Arnia menutup ponsel, dan berjalan ke arah pria yang sudah berkemeja rapi.
“Aku , akan menemui klienku, Ar, selain itu aku mau membeli ponsel baru,tampaknya ponselku tidak akan ketemu,”ucap Rendra, sambil menyisir rambutnya.
“Okay, kita bertemu makan malam nanti,”balas Arnia mengurai senyum mengoda pada pria yang pernah jatuh hati padanya.
Tidak akan sulit mengodamu, nanti malam pasti kamu akan jatuh dalam pelukanku, batin Arnia
Rendra memegang ponsel baru, setelah itu ia menghubungi nomor Maya, tapi ponsel Maya tidak aktif.“Sial, kenapa ponsel Maya tidak aktif, apa dia tidak menunggu aku menghubunginya,”gerutu Rendra, dan ia beralih menghubungi ibunya.“Bu..apa Maya di rumah?”“Dia tidak di rumah, “jawab Ambar“Kemana? kemarin adalah annyversery pernikahan kami, aku bahkan belum mengucapkan selamat padanya.”“Apa perkejaanmu di Singapura sudah selesai, kenapa kamu tidak fokus pada pekerjaan saja, dari pada memilikirkan wanita tak berguna itu,”timpal Ambar bernada kesal.“Klienku, membatalkan pertemuanku Bu, tanpa memberikan alasan apapun.”“Ya sudah, anggap saja kamu berlibur, nikmatilah liburanmu, apalagi disana ada Arnia ‘kan.”“Baiklah , aku satu malam lagi, besok, aku kembali ke Jakarta.”Pembicaran Rendra dan Ambar selesai, dengan senyum puas di wajah Ambar, rencana yang disusunnya bersama Arnia berhasil, dan malam ini Arnia, akan membuat Rendra jatuh ke tanganya.Kembali ke Jakarta, Maya dibawa Fard
Tiga bulan berlalu, akta cerai Rendra dan Maya telah keluar, Rendra kini memutuskan untuk menikahi Arnia, sebagai bentuk tanggung jawabnya, Pernikahanya dilaksanakan sangat meriah, disebuah ballroom hotel berbintang, Ambar menunjukkan binar bahagia, menantu idamanya kini bersanding di pelaminan.Kedua mempelai selalu tersenyum memperlihatkan kebahagian mereka.“Ibu sangat senang, akhirnya kamu menikah dengan Arnia, wanita yang sederajat dengan kita, ibu juga senang, yayasan Mery Gold kembali ke tangan Ibu,”bisik Ambar di telinga Rendra.“Apa, Maya mengetahui jika aku menikah, Bu?”“Peduli amat dengan wanita itu, ibu tidak ingin membicarakan wanita itu di tengah kebahagian kita,”jawab Ambar.Sementara ditempat lain, Maya mengusap lembut perut yang semakin membuncit.“Mas Fardian, bisakah kita jalan –jalan malam ini, sudah hampir tiga bulan aku hanya duduk dan berdiam di apartemen ini,”pinta Maya“Angin malam tidak baik Maya, untuk kesehatan kamu dan bayimu, bagaimana jika pagi hari
Disuatu sore, Raja dan Salma, sudah berada di RSC, Raja tampak senang, banyak teman satu sekolah yang datang untuk menyaksikan tokoh animasi favoritnya, dengan antusias bocah itu berjalan di ditengah-tengah gedung, dimana acara diselenggarakan, sebuah es krim sudah berada ditanganya, Raja berjalan sambil menjilati es krim favoritnya, hingga tak sengaja, ia menabrak seorang wanita dan membuat dres wanita itu menjadi kotor.“Hati-hati dong kalau berjalan!”bentak seorang wanita dengan melotot kearah Raja.“Maaf ...”ucap Salma, sambil menundukan wajah dan sedikit membungkuk.“Raja minta maaflah,”suruh Salma , melihat ke arah Raja, yang masih bengong menatap sebagian eskrim, tumpah di dres warna merah.“Maaf Tante, Raja, tidak sengaja,”ucap bocah berusia lima tahun itu dengan sedikit gugup.“Lain kali berhati-hatilah, lihat jalan yang benar, mengerti!”bentak wanita berpenampilan elegan dengan geram.“Ada apa Ar?”suara pria membuat semuanya menoleh kearah pria berwajah tegas dengan sorot
Maya selalu menyiapkan masakan untuk keluarga kecilnya, hal itu membuat Fardian semakin mencintai Maya, dipelukanya wanita yang telah dinikahianya selama lima tahun ini. Sungguh, bagi Fardian, yang membuat dirinya bahagia adalah Maya dan Raja, meskipun Raja bukanlah anak kadungnya tapi rasa cintanya sangat besar pada anak lelaki yang berusia 5 tahun itu.“Kita liburan yuk, May, weeked ini aku tidak sibuk,”ajak Fardian, seraya memeluk pingang istrinya.“Maaf, sayang... aku ada acara pemberian donatur di yayasan panti asuhan Mery Gold,”jawab Maya“Mery Gold... apa tidak bisa kau serahkan pada Salma, bukankah biasanya Salma yang mengurusinya?”“Kali ini aku ingin sekali memberikanya langsung pada yayasan, karena ada lelang lukisan di sana, dan mengharapkan kehadiranku. Pemilik yayasan ingin berkenalan denganku, dan teman sosialitanya juga akan membayar lebih untuk lelang donasi ini.”Maya menjelaskan pada Fardian“Baiklah, kita tunda dulu liburannya, “jawab Fardian, lelaki itu menyemb
Sementara itu, Maya sedang berada diruang bawah tanah, tempat ia menyimpan beberapa lukisan, dan peralatan melukis, matanya terus menatap lukisan yang di depanya, seorang pria dengan wajah yang tidak jelas, dihadapanya,yang selalu membuatnya penasaran, lalu ia mencoba mengingat tapi justru semakin ia mengingatnya semakin kepalanya berdenyut nyeri.‘Pria yang ada dalam bayanganku, bukanlah Fardian, apa Fardian menyembunyikan sesuatu dariku?’batin Maya seraya menatap lekat lukisan.Suara seseorang memanggil nama Maya, membuat Maya menutup kembali lukisan pria dengan wajah samar itu, lalu beranjak meninggalkan ruang bawah tanah.“Hai, Salma bagiamana dengan tugas yang aku berikan padamu, apa kamu sudah tahu, panti asuhan tempat aku dibesarkan?”“Bu Maya pasti terkejut, jika mendengar informasi yang aku bawa,”balas Salma, dan itu membuat Maya penasaran“Panti asuhan mana?”“Mery Gold,”jawab Salma“Benarkah, aku dibesarkan di panti Asuhan Mery Gold?”“Benar Bu Maya, Anda masuk di panti
Ambar hanya tersenyum,”Maksud ibu, Mas Rendra itu subur, waktu pernikahannya dengan Maya mereka tidak memiliki anak, itu karena aku memberikan Maya pil kontrasepsi,”jelas Ambar“Jadi ibu, memberikan Maya pil kontrasepsi itu sebabnya mereka tidak memiliki anak?”“Iya, Arnia, kamu tahu sendiri, ibu tidak setuju Rendra menikah dengan Maya, makanya aku membuat kesepakatan dengan Maya, dan selain itu aku sengaja membuat Maya tidak bisa hamil, jadi kamu jangan meragukan Rendra ,”dalih Ambar.“Apa Rendra tahu jika ibu melakukan semua itu pada Maya?”“Rendra tidak tahu, lagi pula, ia juga tidak mencintai Maya, ia hanya melakukan apa yang diperintahkan mendiang ayahnya,”jelas Ambar“Tapi Bu.. enam tahun yang lalu kita bersengkokol untuk memisahkan Maya dan Rendra, dan saat itu aku menyadari, jika Rendra itu mencintai Maya,”jelas Arnia.“Mungkin saja itu terjadi, mereka bersama, hampir satu tahun, benih-benih cinta mulai tumbuh diantar mereka, oleh karena itu aku bertindak cepat.”Arnia tampak
Fardian sedang berbicara serius diujung ponsel.“Ada apa Ta?”“Fardian, tadi Maya ke kilinik, ia minta aku untuk melakukan hipnoterapi, ia bilang bahwa akhir-akhir ini bermimpi seorang pria yang terus mendatanginya,”kata Tata psikiater dan juga teman Fardian.“Lalu, apa Maya mengingat Rendra, mantan suaminya?”Fardian terlihat cemas“Aku rasa bukan Rendra, yang Maya ingat, tapi ia mengingat Ayahnya.”Fardian terdiam dan berpikir, lalu mengakhiri pembicaraannya dengan Tata.Pria yang saat ini berusia 36 tahun itu terdiam, ditengelamkannya kepalanya dikedua telapak tanganya, mulai khawatir jika Maya mengingat semuanya.***Sementara di sebuah rumah sakit, Arnia mengantar Rendra yang sedang menjalani serangkai pemeriksaan.“Sebelum, memulai progam hamil, Pak Rendra akan kami periksa dulu dengan kesehatan dan kesuburannya,”ucap dokterRendra pun melakukan apa yang diperintahkan dokter.“Hasilnya akan kelaur dalam waktu satu jam, silahkan tunggu saja,”ucap perawat.“Arnia, aku ada meeti
Maya mencermati penjelasan dari Ranti, tampak berpikir dan mengingat pertemuannya dengan Ambar, wanita pemilik yayasan Mery Gold, wanita itu memang terlihat salah tangkah, waktu melihatnya.‘Kenapa Bu Ambar tidak berterus terang padaku, jika aku penah menjadi menantunya, seakan ada yang dia sembunyikan,batin Maya“Maya, sekarang kamu tinggal di mana?”tanya Ranti“Aku telah menikah dan memiliki seorang anak,”jawab Maya“Oh..syukurlah, kamu sudah hidup bahagia.”“Kebahagianku terasa kurang, karena aku tidak mengingat masa lalu, dan akhir-akhir ini aku bermimpi tentang seorang pria, aku kira dia ayahku, oleh karena itu aku penasaran tentang siapa diriku.”“Maya, biarlah masa lalu berlalu, sekarang kamu sudah bahagia dengan keluarga barumu, siapa pria yang beruntung, menikahimu?”“Namannya Fardian, dia seorang pengacara.”“Fardian... pengacara.”Ranti sedikit terkejut, dan mengerutkan dahi seakan berpikir.“Ah..mungkin kebetulan nama dan profesinya sama,”gumam Ranti“Apa Bu Ranti mengen
Maya dan Raja telihat sedih mereka duduk di sofa ruang tengah, setelah pulang dari pemakaman, Maya memeluk Raja yang masih terisak menangis, sementara Maya menyesal, karena sempat meragukan cinta Fardian pada dirinya dan Raja. kini ia menyadari jika Fardian begitu tulus mencintainya dan juga menyayangi Raja. Bulir bening menetes membasahi pipi Maya. Hingga sebuah ketukan pintu membuatnya mengusap air matanya.Maya membuka pintu depan dan terlihat Salma sudah diambang pintu.“Salma, masuklah, aku ingin berbicara serius denganmu?”“Iya, Bu Maya,”Salma melangkah masuk dan duduk di sofa ruang tamuSalma masuk dan duduk di ruang tamu, di depannya duduk Maya dengan tatapan serius.“Ada yang mencoba melenyapkan kami, tapi polisi tidak menemukan tanda-tanda jika kebakaran vila itu disengaja, “jelas Maya“Siapa yang Bu Maya curigai?”“Bu Ambar, aku sudah mengingat semuanya Salma, amnesiaku sembuh ketika ada seseorang yang memukul kepalaku sebelum kebakaran terjadi.”“Bu Ambar?”“Dia satu satun
Beberapa jam kemudian, Maya membuka matanya pelan, seluruh tubuhnya terasa lemah, di bagian hidung terpasang alat bantu pernapasan. Maya perlahan melepas alat, matanya mengedar, jantunganya berdetak kencang, karena ia menyadari, jika saat ini ada di rumah sakit.“Apa yang terjadi..tolong,”teriak Maya walau suaranya masih lemahTak berselang lama seorang perawat datang. “Nyonya, Anda sudah sadar, tenanglah, Dokter akan melihat kondisi Anda,”ucap perawat“Katakan padaku, apa yang terjadi?”“Anda mengalami gangguan pernapasan, akibat dari kebakaran vila,”jawab perawat“Kebakaran! Raja...di mana anakku , aku mohon katakan padaku, bagaimana anakku,”Maya terlihat cemas, ia berontak dan turun dari brankar“Seorang anak kecil juga menjalani perawatan, tenanglah, kondisinya baik –baik saja,”jawaban perawat membuat Maya sedikit tenang.“Tapi aku ingin melihat keadaannya suster, tolong bawa aku ke tempat anakku,”pinta Maya“Baiklah jika itu membuat Anda tenang, saya akan pindahkan Anda satu ka
Sudah satu jam polisi melacak mobil Van putih, tapi mereka kehilangan jejak.“Kita kehilangan van itu, saat mulai masuk ke jalan tol, pasti mereka sembunyi, jika tidak mereka berganti mobil,”ucap seorang polisi setelah memeriksa cctv jalanan.Fardian semakin cemas, bahkan sampai saat ini ia belum mengabari Maya, tentang hilangnya Raja. Bunyi dering ponsel, menganggu konsentrasi Fardian, dan ketika melihat ke layar ponsel, ternyata Maya yang menghubunginya, wajah Fardian berubah cemas, tapi ia tetap mengangkat pangilan dari Maya.“Hallo Maya?”“Mas, apa kalian sudah sampai, setelah kupikir , aku akan menyusulmu di vila danau, bagaimana Raja, apa dia senang?”tanya Maya“Maya, aku belum sampai di vila danau,”sahut Fardian pelan“Lalu kalian dimana, aku baru dalam perjalanan, mungkin tiga puluh menit lagi sampai.”“Maya..tolong hentikan mobilmu dan kembalilah ke rumah, aku akan berbicara di rumah, aku tunggu kamu di rumah,”suruh Fardian ragu“Jadi Mas Fardian tidak jadi ke vila danau, da
“Lalu apa rencana Anda, Bu Maya?”tanya Salma“Bisakah kamu, mengikuti Arnia, ia pasti menemui Irfan, di tempat Irfan menginap ‘kan?”“Baiklah, Bu Maya, saya akan mengikuti Arnia, tapi saat ini Arnia ada di kafenya,dan biasanya ia meninggalkan RSC jam delapan malam,”jawab Salma“Ikuti saja, dan potret, aku membutuhkan bukti kebersamaan mereka,”suruh Maya“Baik, Bu Maya.”Sementara itu justru Irfan mempunyai rencana jahat sebelum ia kembali ke Bali, pria itu khawatir jika keberadaan raja, justru akan mengagalkan rencananya bersama Arnia, oleh karena itu, tanpa berbicara terlebih dulu pada Arnia, pria itu bermaksud mencelakai Raja.Malam semakin larut, Salma sudah mengikuti Arnia, tapi wanita itu kembali ke rumah bersama Rendra, jadi tidak mungkin bagi Arnia untuk diam-diam bertemu Irfan di hotel.“Aku rasa Arnia malam ini tidak menemui Irfan,”gumam Salma, lalu melajukan mobilnya, dan berhenti mengikuti Arnia dan ia pun melaporkan hal itu pada Maya.“Oke, Salma , aku rasa memang Arnia t
Setelah berbincangan singkatnya dengan Rendra, pemuda yang seumuran dengan Rendra itu berpamitan. Langkah kakinya menuju kafe milik Arnia, yang masih dalam SRC. Hatinya mulai gelisah, ketika mendengar, jika Rendra ternyata memiliki anak dari mantan istrinya yaitu Maya.Langkah kaki Irfan terhenti ketika matanya menangkap nama kefe yaitu japanis food kafe Arnia. Lalu ia masuk ke dalam kafe, cukup rame pengunjung. Hingga sapaan Arnia membuat Irfan menoleh kebelakang“Irfan duduklah dan pilih menu , kamu suka japanis food?”tanya Arnia“Apapun aku suka, bisa kita bicara sambil makan, tapi pilihkan tempat yang sedikit private,”pinta Irfan“Oke, ikuti aku,”ajak Arnia seraya berjalan menuju tempat yang agak sepi.Keduanya lalu duduk, dan mulai berbincang, sementara Arnia sudah memesankan menu untuk Irfan“Ar, apa kamu tahu, jika Rendra juga memiliki anak dari mantan istrinya?”“Baru-baru ini aku tahu, apa Rendra bercerita tentang Raja, anaknya dari Maya?”“Iya , ia tampak bahagia waktu berc
Malam semakin larut, kini Maya dan Salma menjalankan misinya, berada di dalam mobil sewaan, mereka tampak serius mengamati rumah mendiang Dherma, rumah itu tampak gelap.“Apa kau yakin, jika aku masuk dari arah samping tidak terekam cctv?”tanya Maya“Aku sudah memeriksanya, cctv yang ada ujung sana, mengalami kerusakan, aku rasa ini waktu yang tepat untuk Bu Maya, keluar mobil, lalu berjalan kesamping sana, masuk kesemak, dan loncatlah ke pagar,”suruh Salma.“Oke, aku siap,tungglah di sini.”Maya melakukan apa yang diarahkan Salma, ia bergegas berjalan menuju samping rumah dan masuk kesemak-semak, lalu melompat pagar, kini Maya telah berada di dalam rumah Dherma, lalu ia mencari kamar Dherma.‘Aku rasa ini kamar Arnia, aku salah memasuki kamarnya, tapi aku juga penasaran dengan Arnia. Wanita itu berencana melenyapkan Raja, aku harus tahu siapa dia,’batin Maya mulai membuka dan mengedarkan matanya keseluruh ruangan yang gelap mengunakan senter.Laci almari dibukanya, mata Maya menata
Langkah kaki Maya, dengan cepat menuruni tangga lantai dua, dan kembali duduk di sofa sebelum Rendra ,Ambar dan Arnia masuk ke dalam rumah.“Maya, apa yang kamu lakukan di dalam rumahku!”gertak Ambar“Maya, ada janji bertemu denganku, Bu, “sela Rendra“Iya, Bu Ambar, kami sudah mengadakan Janji,”jawab Maya“Jika mengadakan pertemuan, jangan di rumah ini, “sarkas Ambar terlihat tidak senang dengan kehadiran Maya.Arnia hanya diam, dan menatap ke arah Maya, ia beranggapan datangnya Maya untuk membujuk Rendra, supaya mengurungkan niatnya mengakui secara hukum bahwa Raja, adalah darah dagingnya.“Bicaralah kalian di ruang kerja,”suruh Arnia bernada santai, dan itu membuat Ambar kecewa.“Ayo, Maya, kita ke ruang kerja,”ajak RendraLalu keduanya melangkah menuju ruang kerja. Dan saat Maya berada dihadapan Rendra, mereka saling tatap sejenak.“Apa yang kamu ingin bicarakan Maya?”“Aku ingin membicarakan masalah Raja, melihat kejadian kemarin siang, alangkah baiknya, jika kita menunda untuk
“Aku tak percaya sepenuhnya dengan apa yang kamu ucapkan, tapi aku berterima kasih padamu karena memberikan cincin ini padaku, “ucap Maya“Apa imbalan yang aku dapatkan karena telah mengembalikan cincin itu padamu?”“Apa kamu menginginkan uang, berapa yang kamu inginkan?”“Ha...ha...apa aku terlihat miskin hingga aku meminta imbalan uang.”Arnia menatap sambil tersenyum sinis ke arah Maya.“Katakan apa yang kamu inginkan?”“Jauhkan Raja, dari Rendra.”Arnia mencondongkan tubuhnya ke depan meja, sambil menatap dalam Maya.“Jika kamu tidak bersedia, aku akan mengambil cincin itu,”lanjut ArniaMaya terdiam, ia menatap cincin yang masih berada di atas meja kerjanya, lalu sejenak tidak ada suara.“Percuma kamu menginginkan hal itu Arnia, karena Rendra sudah bersikukuh akan membawa Raja, melalui kuasa hukumnya,”jawab Maya“Kamu bisa mencegahnya Maya, hanya dirimulah yang saat ini membuat Rendra takluk, katakan padanya, jika kamu menundannya sampai Raja dewasa,”suruh Arnia“Baiklah, aku akan
“Apa, Arnia, tahu jika Maya waktu itu hamil?”“Aku rasa, Non Arnia tidak tahu, yang tahu kehamilan Maya, adalah saya dan Nyonya Ambar,”jawab SitiRendra sangat kecewa, mendengar penuturan Bi Siti, lalu menyuruh wanita itu pergi, dari ruang kerjanya. Rendra memperlihatkan wajah tegang dan siap mencerca ibunya.‘Jangan –jangan ponselku menghilang adalah bagian dari skenario Ibu, jadi aku tidak bisa menghubungi Maya, dan Maya tidak bisa menghubungiku waktu di Singapura, sungguh aku merasa dipermainkan oleh ibuku sendiri,’batin Rendra.Tak berselang lama, Ambar kembali, dan melihat Rendra di rumah dengan menatapanya tajam.“Ini jam kerja, kenapa kamu ada di rumah?”tanya Ambar“Aku ingin bicara dengan ibu?”“Masalah apa?”“Masalah, Maya.”“Ahh dia lagi, kamu tahu ‘kan, ibu tidak suka membicarakan dia di rumah ini, paham!”gertak Ambar“Suka tidak suka ibu harus mendengarkannya.Ibu tahu ‘kan, jika Maya sebelum menandatangani berkas perceraian, dia hamil?”cerca Rendra“Masalah itu sudah berla