Namun, serangan ke dua kali ini juga sia-sia, hasilnya sama saja seperti sebelumnya, Dimas tetap kalah.Padahal, dia merasa sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk membuat Aliando jatuh, membuat Aliando pingsan, membuat Aliando babak belur.Tapi naas. Dia yang malah mengalami hal itu. Buk! Buk! Aliando menghantamkan tinju dan tendangan telak pada tubuh lelaki sombong itu saat dia sudah terdesak. Tendangan susulan mendarat di punggung Dimas setelahnya, Aliando memberikan dorongan kuat pada kakinya dan membuat Dimas tersungkur di tanah. ARGHHH!!! "Bajingan kamu, Al!" Dimas langsung berteriak kencang sekali bersamaan dengan rasa sakit yang seketika itu menjalar di sekujur tubuhnya."Anjing kamu, Al!!! Bangsat kamu!!!" Dimas memaki-maki. Kini kedua tubuh tengah terkapar di tanah. Belum kunjung berdiri. Mungkin butuh waktu lama mereka akan seperti itu. Tentu saja dengan rasa sakit yang menemaninya. Aliando melemaskan tinju, mengatur nafas dan mengusap peluh."Sudah ya. Jangan pad
Nadine tak siap menjawabnya dengan cepat saat mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Tante Erna.Dia bingung menjawab pertanyaan dari Tante Erna dalam situasi seperti ini. Nadine menghela nafas pelan. Dia mulai mengerti dengan situasi yang sedang terjadi. Semua orang belum tahu akan perasaan dirinya yang sebenarnya terhadap Aliando. Semua orang masih mengira bahwa dirinya tidak pernah mencintai Aliando dan ingin bercerai dengannya.Dulu, Nadine sangat kecewa dengan Kakeknya yang menjodohkan dirinya dengan lelaki yang baru dia kenal, asing.Apalagi setelah mengetahui seluk beluk Aliando, penilaian orang-orang terhadapnya, membuatnya jadi agak muak dengan Aliando. Oleh sebab itu, dia menunjukan sikap yang dingin dan cuek kepada Aliando waktu itu. Tapi anehnya, tepatnya beberapa bulan terakhir ini, Nadine merasakan getar aneh terhadap Aliando, hingga akhirnya dia sadar, kalau dia telah mencintai Aliando. Rasa cinta terhadap Aliando timbul secara tiba-tiba. Namun kenapa disaat
Sebenarnya Alex sudah sedikit menyadari respon Nadine kepada dirinya yang kurang respek. Terlihat tidak nyaman. Tapi Alex tidak peduli. Alex merasa berada di atas angin sekarang. Dia punya segalanya jika dibandingkan dengan suaminya Nadine yang miskin itu. Alex sangat percaya diri bisa mendapatkan Nadine kali ini. Sifatnya mengingatkan pada Marchel. Sebelas dua belas belas lah dengannya. Tidak ada sejarahnya Alex ditolak oleh perempuan. Bahkan, di luar sana, ada banyak perempuan yang dengan suka rela menyerahkan tubuhnya pada dirinya. Lagi pula, mukanya mau ditaruh di mana kalau dia sampai ditolak Nadine? Dia harus bisa mendapatkan Nadine kali ini. Bagimana pun caranya. "Ayo lah, Ndin. Jangan bohongi perasaanmu sendiri. Aku tau, apa yang kamu rasakan selama kamu hidup bersama Aliando. Kamu pasti menderita. Menahan malu terus-terus san. Kamu tersiksa sama dia. Kamu ingin segera berpisah sama dia!" Ucap Alex dengan tatapan lurus ke depan. Alex terdiam sebentar. Nadine membiarkan
"Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Om Handoko dan ...Tante Erna ...dan juga ...kamu Lex ..." Nadine menatap Handoko, Erna dan Alex bergantian.Alex mendecakan lidahnya, tidak peduli dengan apa yang akan Nadine katakan setelah ini. Nadine lalu menceritakan apa yang tadi dia bicarakan dengan Alex di taman. Tentang perasaanya kepada Aliando. Tentang keinginannya yang tidak mau bercerai dengan Aliando.Nadine juga sekalian memberitahukan tentang perasaannya terhadap Aliando kepada kedua orang tuanya. Jelas saja Arjuna dan Kinanti terkejut bukan main setelah mendengar penuturan Nadine itu. "Jadi, maka dari itu, saya tidak bisa menerima perjodohan ini karena saya udah mencintai Aliando dan saya enggak mau bercerai dengannya."Lengang sejenak di meja makan tersebut. Semua orang tengah terpelongo, mencerna penjelasan dari Nadine. Sementara Alex nampak semakin kesal, sudah tidak peduli lagi.Handoko dan Erna kebingungan dengan apa yang barusan Nadine ceritakan. Pas
Nadine tidak peduli dengan respon mereka semua akan seperti apa setelah ini. Alex, Om Handoko dan Tante Erna yang mungkin saja akan kecewa berat. Mama dan Papanya yang sudah pasti akan marah besar dan menentang habis-habis san dengan keputusannya ini. Tapi, Nadine tetap pada pilihannya. Dia akan menunjukan kalau dia benar-benar telah mencintai dan menerima Aliando sepenuhnya. Supaya kedepannya, Mama dan Papanya tidak lagi menjodohkannya dengan lelaki lain. "Maafkan aku semuanya. Aku enggak bermaksud mau buat kamu Lex, Om Handoko dan Tante Erna kecewa. Aku harap, kalian semua bisa menghargai keputusanku ini. Ini adalah hidupku. Rumah tanggaku. Jadi, aku sendiri yang berhak menentukan atas jalan hidupku sendiri akan seperti apa. Bukan orang lain." Nadine berseru dengan pandangan bergantian diantara orang-orang yang ada di meja makan. Kini Nadine jadi lebih leluasa menyampaikan pendapatnya karena ada Aliando di sisinya."Terserah kalian mau berkomentar apa dengan keputusanku ini karn
Arjuna dan Kinanti bangkit berdiri, mengajak Aliando dan Nadine untuk segera pergi dari sana. Tentu dengan perasaan kesal terhadap Aliando. Suasana hati mereka sedang sangat buruk saat ini, tapi tiba-tiba harus dihadapkan pada kemunculan Aliando, membuat suasana hati mereka jadi semakin buruk saja. Aliando dan Nadine yang sudah akan melangkahkan kakinya, mengikuti kedua orang tua mereka pergi dari sana, tapi tiba-tiba Aliando menghentikan langkahnya. Nadine pun bertanya. Aliando bilang kalau dia mau bicara dulu kepada tuan rumah sebentar. Nadine akhirnya membiarkan Aliando. Mulai menerka apa yang akan Aliando katakan kepada mereka. Yang jelas pasti suasana akan jadi tambah semakin memanas. Sementara Arjuna dan Kinanti memilih beranjak duluan. Aliando menyipitkan pandangan, menatap mereka bertiga bergantian. "Kalian merasa marah dan kecewa karna Nadine menolak perjodohan ini?" Tanya Aliando sambil menunjuk mereka. Mereka bertiga kompak memutar bola matanya. Menatap Aliando
Arjuna dan Kinanti langsung mencecar Aliando dengan pertanyaan tentang apa yang barusan dia bicarakan di dalam.Aliando pun menceritakannya dengan jujur.Arjuna dan Kinanti agak terkejut saat mendengar bahwa ternyata Alex bekerja sama dengan Dion. Mereka berdua membujuk Aliando untuk bercerai dengan Nadine dengan iming-iming harta kekayaan. Tapi yang membuat mereka berdua tetap kesal dengan Aliando adalah karena Aliando berkata dengan percaya dirinya jika perusahaan keluarga mereka akan baik-baik saja setelah pemutusan kerja sama itu. Padahal, mereka sedang kebelingsatan bukan main. Diwaktu bersamaan, Arjuna bertambah kesal karena pertemanannya dengan Handoko jadi hancur lebur. Mereka berdua juga sudah muak mendengar Aliando yang bicara omong kosong soal perusahaan kepada mereka, yang pasti akan membuat harga diri keluarga mereka jadi semakin jatuh ke dalam jurang. Keluarga mereka pasti akan kembali menjadi bahan cemoohan karena perbuatan menantu mereka yang tidak berguna itu.Tap
Aliando dan Nadine saling berpandangan, sebelum akhirnya memutuskan berjalan ke sana. Nadine tersentak kaget saat mendapati kondisi Dimas yang kini penuh dengan perban. Dia terpelongo untuk beberapa saat sebelum kemudian menghembuskan nafas kasar. Dimas pantas mendapatkannya. Siapa suruh dia mencari gara-gara duluan dengan Aliando?Nadine juga diam-dima malah merasa senang karena Aliando tidak akan bisa ditindas seperti dulu lagi. Sementara Aliando memasang tampang wajah datar. Malah menyeringai saat melihat kondisi terkini mukanya Dimas. Ternyata lukanya udah diobati. Bagus lah kalau begitu. Gumam Aliando agak terkekeh. Lucu saja baginya saat melihat bocah sombong itu berakhir mengenaskan. Arjuna melotot. "Lihat! Ini ulahmu?! Kamu yang udah buat Dimas jadi seperti Ini?!" Arjuna berseru sambil menunjuk Dimas. Aliando melirik ke arah yang dimaksud Ayah mertuanya, kemudian mengangguk, menunjukan sikap santai. Seakan dia tidak terlalu peduli dengan kemarahan yang sedang ditunjuk
Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, senyum dan tawa yang tengah menyertai obrolan diantara anggota keluarga Aryaprasaja mendadak pudar begitu saja. Detik berikutnya, tatapan mereka berubah sinis. Juga dingin. Di saat yang sama, terbit senyum penuh kemenangan di bibir mereka masing-masing. Rasakan pembalasan dari keluarga Aryaprasaja! Sementara Tuan Aryaprasaja mendengus dingin, ekspresi wajahnya buruk, entah kenapa, masih muak melihat melihat wajah-wajah anggota keluarga Sadewa. Akan tetapi, tiba-tiba ia menyeringai kala teringat keluarga mereka yang kini telah hancur! Dengan segala sisa-sisa tenaga, keberanian, Reno segera menjatuhkan diri di lantai diikuti yang lain setelahnya. Bersimpuh di hadapan Tuan Besar Arya dan Nyonya Kartika. "Tu ... tuan Aryaprasaja ... " ucap Reno dengan suara terbata selagi kepalanya tertunduk. "Ma ... maafkan keluarga kami karna selama ini keluarga kami telah berbuat jahat kepada Tuan Muda Aliando, kepada putra Anda ... kami mohon,
Setelah Aliando resmi diumumkan ke publik, Tuan Besar Aryaprasaja menggelar pesta besar-besar an. Pesta itu digelar sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia atas anak laki-laki, satu-satunya keluarga mereka yang telah lama menghilang—yang tidak lain dan tidak bukan adalah Aliando—akhirnya ditemukan juga dan telah kembali ke keluarga mereka. Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari juga ingin mengenalkan Aliando kepada semua kerabat, kolega dan kenalan mereka. Serta mengumumkan Aliando sebagai pewaris tunggal keluarga Aryaprasaja. Kerajaan bisnis keluarga Aryaprasaja. Juga sebagai Presiden Direktur perusahaan milik keluarga mereka yang baru. Tidak hanya Aliando saja yang akan dikenalkan, keluarga Aryaprasaja juga akan mengenalkan Nadine, sang istri sekaligus menantu mereka, yang kini resmi menjadi bagian dari keluarga mereka. Selain itu, untuk merayakan kebahagiaan atas hamilnya Nadine, yang mana, itu berarti mereka akan segera dikaruniai cucu. Anggota keluarga Arya
Tiba di ruangan Presiden Direktur perusahaan milik keluarga Aryaprasaja, semua anggota keluarga Sadewa kompak membelakakan mata saat melihat Aliando yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan balutan jas mahal nan elegan. Tampan sekali. Berbeda jauh dengan tampilan Aliando yang selama ini mereka kenal. Selama sesaat, tubuh mereka membeku di tempat. Mulut-mulut terbuka lebar, terpelongo. Jadi benar jika Aliando adalah Presiden Direktur Prasaja Group! Pewaris tunggal keluarga kaya raya—keluarga Aryaprasaja! Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, Aliando tersenyum kecut di kursi, lalu bangkit dari tempat duduk, keluar dari tempat kerjanya. Berjalan mendekat ke arah mereka dengan santai dan penuh wibawa. Nadine yang sedang duduk di sofa tengah menyesap teh, segera meletakan teh di atas meja, lantas berdiri dan ikutan berjalan mendekat ke arah anggota keluarganya. Melihat Aliando tampak sedang berjalan menghampiri mereka, membuat semua anggota keluarga Sadewa tersada
Reno dan Mayang yang sedang sarapan langsung tidak selera melanjutkan sarapannya setelah mengetahui bahwa Aliando beneran anaknya Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari. Keluarga konglomerat di Jakarta. Salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Pemilik Prasaja Group—perusahaan multinasional terbesar di negara ini. Raut muka mereka berdua langsung memancarkan aura ketakutan luar biasa. Pun pucat pasi bak mayat hidup. Di saat bersamaan, jantung mereka berdua berdetak kencang. Keringat dingin membahasi wajah mereka masing-masing. Sebab teringat akan kejahatan yang pernah mereka lakukan dulu kepada Aliando. Dalam waktu lama, mereka berdua membeku di tempat duduk masing-masing. Tengah mencerna fakta gila yang baru saja mereka berdua ketahui. Walau sebelumnya mereka sudah menduga, menebak, menerka-nerka bahwa kemungkinannya Aliando adalah putra tunggal dari pasangan salah satu keluarga terkaya di Indonesia itu, begitu tebakan mereka seratus persen benar, mere
Terduduk di kursi ruangan rapat gedung kantor perusahan keluarga Sadewa, tampilan sang presdir itu kini benar-benar kacau. "Ini ... pasti perbuatan keluarga aslinya suamimu, 'kan, Nad? Mereka yang telah membuat perusahaan kita bangkrut?" tebak Reno. Suara dan bibirnya bergetar. Pun melemah di ujung kalimat. Serta dengan pandangan lurus ke depan, kentara lemas tak berdaya. Sementara semua peserta rapat sudah keluar dari ruangan tersebut, menyisakan dirinya, Nadine dan Arjuna. Reno tidak bisa menyelamatkan perusahaannya. Benar-benar telah bangkrut. Hancur lebur dalam sekejab! Nadine menoleh dan menatap sang paman diikuti Arjuna setelahnya. Akan tetapi, mereka berdua tidak langsung menjawab, terdiam untuk beberapa saat. Setelah menghembuskan napas berat, Nadine mengangguk pelan. Membenarkan. Alhasil, ekspresi wajah Reno langsung berubah murung. Seketika lemas sejadi-jadinya. Di titik ini, Reno menyadari kesalahan dan kejahatannya yang pernah ia perbuat kepada Aliando.
Di dalam kamar, Aliando dan Nadine terlihat sedang bersiap hendak tidur. "Aku mau memberitahu sesuatu sama kamu, sayang." Ucap Aliando dengan punggung bersandar pada tepi ranjang. Setelah mengatakan hal itu, pandangan pria tampan itu yang sebelumnya menatap lurus ke depan, berganti menoleh ke arah sang istri di sampingnya. Nadine yang sedang memposisikan diri di ranjang seketika balas menoleh. "Soal apa, Mas?" tanya Nadine setelah terdiam sebentar, lantas ikutan menyenderkan punggung ke tepi ranjang. Aliando menghela napas lebih dulu sebelum kemudian melanjutkan bicara. "Tapi aku mohon sama kamu untuk enggak menjadikan bahan pikiran dengan apa yang akan aku katakan ini sama kamu, ya, sayang karena kamu dan kedua orang tuamu enggak akan dibawa-bawa, enggak akan menjadi target, kalian adalah pengecualian. Okay?" Lipatan di kening Nadine semakin bertambah. Ia dan kedua orang tuanya tidak akan dibawa-bawa? Tidak akan menjadi target? Adalah pengecualian? Nadine mencerna perk
Pukul empat sore, mobil yang ditumpangi Aliando dan Nadine berhenti di depan halaman rumah mereka. Di dalam mobil, mereka melihat ada mobil yang tak asing terparkir di halaman rumah. Itu adalah mobilnya Lidya. Aliando dan Nadine sudah tahu jika kakaknya itu datang ke rumah sore ini karena Lidya memberitahu Nadine sebelumnya. Ditambah mendapat laporan dari satpam rumah pula. Akan tetapi, Nadine tidak tahu apa tujuan sang kakak ke rumahnya. Lidya tidak memberitahukannya di telepon. Namun keduanya menduga jika Lidya hendak memohon supaya sang suami dibebaskan dari penjara, memohon supaya keduanya mencabut laporannya. Lalu, keduanya turun dari mobil, segera membawa langkahnya masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya satpam rumah sempat melapor perihal kedatangan Lidya. Tiba di ruang tamu, Aliando dan Nadine langsung disambut Lidya dan kedua anaknya. Melihat kedatangan Aliando dan Nadine, mereka bertiga refleks berdiri. "Al ... Nadine ... " panggil Lidya dengan suara lirih, me
Pagi hari. Di rumah keluarga Aryprasaja ruangan kerja sang kepala keluarga... Tampak Pak Irawan memasuki ruangan tersebut, berjalan mendekat ke arah Tuan Besar Arya yang saat ini sedang duduk di kursi meja kerjanya. Beberapa menit yang lalu, ia mendapat pesan dari Tuan Besar Arya yang menyuruhnya untuk datang ke rumahnya. Sepertinya ada hal penting yang mau dibicarakan atau ada tugas yang akan diberikan kepadanya. Tiba di hadapan sang Tuan Besarnya, Pak Irawan langsung membungkukan badan dengan hormat lebih dulu sebelum kemudian menegapkan tubuhnya kembali. Kemudian, Tuan Besar Arya menyuruh Pak Irawan untuk duduk. Mendapati hal itu, Pak Irawan pun segera menjatuhkan diri di kursi dihadapan sang tuan besar dan duduk di sana. Memperbaiki posisi duduk lebih dulu, telah siap mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh majikannya itu. Tuan Besar Arya menatap Pak Irawan untuk beberapa saat sebelum kemudian menarik punggung dari sandaran kursi. Di saat bersamaan, rahangnya men
"Asal Kak Lidya tau aja ya ... aku itu masih kecewa sama Kakak karna tindakan Kakak yang waktu itu enggak langsung memihakku ... dan tindakan Kakak waktu itu ... keputusan Kakak waktu itu ... menandakan ... kalau Kakak sepertinya senang melihat aku dan Mas Al ribut." Lidya buru-buru menggeleng dengan isak tangis yang terdengar semakin keras begitu mendengar hal itu, kini ia benar-benar menyesal dengan tindakannya waktu di pesta itu. Seharusnya ia bersikap semestinya. Bukannya malah ikut mengompor-ngompori. Selagi Lidya bungkam, Nadine lanjut berkata. "Dan soal masalah yang sedang terjadi ... semua keputusan ada di tangan Mas Al."Mendengar itu, semua orang langsung memasang wajah tak berdaya. Begitu juga dengan Lidya. "Kami akan melakukan apa saja, Al ... asalkan kamu mau memaafkan Dion dan Dimas ... asalkan kamu mau mencabut tuntutanmu." Reno kembali bersuara setelah agak lama terdiam. Ternyata dia belum menyerah juga. Aliando menoleh dan menatap Reno. Tertarik mendengar ucapa