Share

Part 7. Keputusan Mutlak

Untuk sesaat, Gemi hanya mematung di tempatnya. Tidak pernah memiliki bayangan kalau Ancala akan datang ke rumahnya bersama dengan keluarganya. Sepertinya, Ancala tengah mengujinya. Pertemuan malam itu saja belum hilang dari ingatan Gemi, sekarang lelaki itu justru berada di rumahnya. Tersenyum lebar seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Hal itu membuatnya sangat kesal.

Tapi, sekali lagi Gemi tak bisa melakukan apa pun kecuali harus menyingkirkan segala macam perasaan sakit yang dirasakan. Kalau dia sekarang menunjukkan perubahan interaksi dengan Ancala, maka itu akan membuat para orang tua curiga. Karena itu, dia akhirnya mencoba tersenyum. Mengubur sebentar luka basahnya.

“Bunda Anye.” Gemi mendekat pada Anyelir.

Perempuan paruh baya itu mencium Gemi. “Kenapa nggak dikeringkan dulu rambutnya?” Anyelir mengelus punggung Gemi dengan pelan.

“Udah dipanggil. Biar terasa seger juga, Nda.” Gemi berlalu untuk mendekati Ramon. Mencium punggung tangan laki-laki itu. Barulah dia duduk di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status