Kabut hitam melingkupi tubuh Lady Neenash. Gadis itu tetap terlelap, tetapi dengan wajah meringis. Semakin lama, dia tampak semakin tersiksa dan mulai kesulitan bernapas. Lady Neenash memegangi lehernya seperti tengah membela diri ketika dicekik seseorang."Akhh ... ugh ... to-long ...."Saat Lady Neenash hampir kehabisan energi, kalung Lady Hazel bersinar. Bola-bola cahaya keluar dari benda itu, lalu menyelimuti Lady Neenash. Kabut hitam dan bola cahaya saling bertarung, berebut kekuasaan."Syukurlah, kekuatanku masih bisa sedikit digunakan. Aku harus mengenyahkan sihir hitam ini." Suara merdu yang tak asing mengusik telinga Lady Neenash.Dia perlahan membuka mata. Silau. Lady Neenash kembali terpejam. Kehangatan terasa melingkupi tubuh, tetapi kadang tergantikan oleh rasa dingin yang mencekik."Bertahanlah, Lady. Aku akan segera mengusir kiriman iblis busuk ini," bisik suara familiar itu lagi.Lady Neenash benar-benar penasaran. Suara merdu itu tidak asing. Dia seperti seringkali me
Saat mata Lady Neenash terbuka sempurna, wajah tampan Pangeran Sallac langsung menyambutnya. Lady Neenash hanya bisa terbengong-bengong saat dipeluk dengan erat. Setelah puas memeluk, Pangeran Sallac menatap dalam sembari memegangi pipi Lady Neenash dengan kedua tangan. "Kamu lagi-lagi membuatku khawatir. Apa kau tahu jantungku ini bisa saja berhenti berdetak karena terlalu takut?" bisik Pangeran Sallac lembut.Louvi dan Lady Hazel kompak terbatuk. Lady Neenash yang tadi terhanyut suasana seketika merona. Dia mendorong pelan dada Pangeran Sallac agar sedikit menjauh. Tak ayal, Pangeran Sallac melotot pada dua pengganggu momen romantisnya."Ayo kita kabur, Tuan Louvi! Sepertinya, seseorang akan menelan kita bulat-bulat," ledek Lady Hazel sembari berpura-pura keluar dari kamar."Tidak, tidak, kita harus tetap di sini. Saya tidak mau ada yang terbawa suasana dan harus dinikahkan mendadak," timpal Louvi."Lady Hazel! Tuan Louvi!" seru Lady Neenash kesal. Pipinya semakin merona. Dia memu
Malam itu, Kota Carisca, pusat Kerajaan Varyans tampak lengang. Para penduduk kebanyakan telah bergelung dalam selimut. Saat itulah, kabut hitam melesat menuju Istana Safir, istana khusus yang disediakan untuk Lady Cherrie oleh Pangeran Seandock.Srak! Srak! Lady Cherrie yang sedang tertidur seketika terbangun. Firasat buruk terasa begitu kuat. Namun, belum sempat dia melakukan persiapan apa pun untuk mengantisipasinya, kabut hitam telah masuk ke kamar dan menyerbu tanpa ampun."Uhuk! Akhh! Sial! Ugggh!"Lady Cherrie terbatuk hingga memuntahkan darah. Dengan tangan gemetar, dia membunyikan lonceng. Hanya dalam waktu singkat para pelayan berdatangan.Kepanikan menjalar dengan begitu cepat. Pelayan-pelayan itu tampak gemetaran. Salah sedikit, kepala mereka bisa melayang seperti apa yang terjadi pada Keluarga Esbuach."Tuan Pendeta, tolong segera sembuhkan, Lady Searaby!" pinta kepala pelayan kepada pendeta muda yang datang dengan tergopoh-gopoh.Pendeta muda itu tampak menelan ludah. N
Sementara itu, di hutan dekat pinggiran Kota Carisca, Grand Duke Erbish bersama dengan kesatrianya, Sir Dulcais berkuda dengan kecepatan tinggi. Puncak menara sihir terlihat di kejauhan. Semangat Grand Duke Erbish semakin menggebu-gebu. Wajah Lady Neenash sudah terbayang. Adik manis yang dirindukan sebentar lagi akan bisa ditemui. Dia terkekeh sendiri saat membayangkan akan bertengkar dengan Sir Durio untuk memperebutkan gelar sebagai kakak terbaik seperti yang sudah-sudah. "Apa Sallac sudah melamar Neenash setelah si bodoh Sean melepaskan adik perempuanku yang manis itu?" gumam Grand Duke Erbish. Pangeran Sallac memang sempat menceritakan pembatalan pertunangan Lady Neenash. Grand Duke Erbish benar-benar lega saat mendengarnya. Dialah yang paling tahu perasaan keponakan dan adik angkatnya itu. Senyum Grand Duke Erbish semakin mengembang saat menara sihir semakin tampak. Berarti, gerbang timur Kota Carisca tinggal beberapa ratus langkah lagi. Grand Duke Erbish melambatkan lari kud
"Siapa di sana?" seru Grand Duke Erbish.Dia memicingkan mata ke arah suara. Namun, penglihatannya sangat terbatas. cahaya keemasan nan hangat menyelimuti seluruh aula kuil. Jangankan mencari si pemilik suara misterius, Sir Dulcais saja seperti menghilang ditelan cahaya."Segeralah kembali ke utara, Anakku. Kekuatanmu diperlukan olehnya." Suara merdu misterius kembali menggema."Siapakah Anda? Tolong perlihatkan rupa Anda!" pinta Grand Duke Erbish sungguh-sungguh."Apakah anakku yang sangat taat ini tidak mengenaliku?" Grand Duke Erbish terperenyak. Jantungnya seketika berdebar kencang. Meskipun bukan saint ataupun pendeta agung, diceritakan dalam sejarah bahwa Dewi Asteriella juga bisa memberikan petunjuk kepada manusia biasa yang taat."D-de-wi, maafkan hamba tak menyadarinya." Grand Duke Erbish menyungkur dengan tubuh gemetaran. Keningnya sedikit benjol karena menubruk lantai keramik dengan keras."Bangunlah, Anakku. Aku tak bisa berlama-lama terhubung denganmu. Aku harus segera
Grand Duke Erbish telah tiba di kediaman Esbuach. Rumah mewah dengan taman lavender itu terlihat lengang. Hanya ada beberapa pekerja yang tampak baru. Rasa cemas Grand Duke Erbish semakin menjadi-jadi. Dia langsung turun dari kuda dan merangsek masuk ke pintu utama. Beberapa pekerja menyambut dengan canggung. Mereka benar-benar tidak profesional, sangat tidak cocok dengan Keluarga Esbuach."Siapa kalian? Aku baru melihat wajah-wajah kalian!" desak Grand Duke Erbish tak sabaran."Tenanglah, Yang Mulia," bisik Sir Dulcais, tak ingin tuannya bertindak anarkis di kediaman sang pahlawan perang."Diamlah kau, Dulcais! Aku tidak sedang bicara denganmu!" bentak Grand Duke Erbish.Sir Dulcais seketika menelan ludah. "Maafkan saya, Yang Mulia," tuturnya.Grand Duke Erbish kembali menatap nyalang si pekerja yang tak cekatan. "Jawab! Siapa kalian? Tak mungkin Ayah mempekerjakan pekerja tidak cekatan!" cecarnya.Para pekerja semakin kebingungan. Mereka memang dibayar oleh Pangeran Seandock untuk
Tanpa peduli tata krama, Grand Duke Erbish langsung menyerbu ke Istana Emerald, tempat tinggal Pangeran Seandock. Langkahnya begitu cepat, hingga Sir Dulcais terhuyung-huyung mengejar. Grand Duke Erbish bahkan dengan lancang mendobrak ruang kerja putra mahkota."SEAN! KAU SUDAH KETERLALUAN!" bentaknya.Namun, hanya lengang yang menyambut sang grand duke. Ruang kerja putra mahkota kosong. Tumpukan dokumen di meja bahkan seperti belum tersentuh."Sepertinya, putra mahkota sedang keluar, Yang Mulia. Bagaimana kalau kita kembali ke kediaman, beristirahat, menenangkan diri, lalu ke sini lagi setelah membuat janji?" bujuk Sir Dulcais dengan napas tersengal-sengal.Dia sedikit lega. Grand Duke Erbish tak berhasil bertemu Pangeran Seandock. Artinya, tak akan ada pertengkaran yang bisa saja memicu perang saudara.Namun, harapan Sir Dulcais kembali merosot tajam. Grand Duke Erbish tiba-tiba menarik salah seorang pelayan bertubuh kurus. Pemuda malang itu seketika gemetaran dengan berurai air mat
Lady Cherrie langsung menjatuhkan diri ke lantai. Dia meringis sambil memegangi kepala. Pangeran Seandock seketika terlupa dengan wajah bengis dan tingkah aneh gadis itu sebelumnya. "Cherrie! Cherrie!" serunya panik. Dia menarik Lady Cherrie ke dalam dekapan. Sir Markist yang baru tiba termangu di depan pintu. Ruangan berantakan dan Lady Cherrie yang tampak sekarat dalam pelukan Pangeran Seandock tentu menimbulkan banyak tanda tanya. Terlebih, gadis itu terlihat baik-baik saja sebelumnya. Pangeran Seandock melihat ajudannya hanya terbengong-bengong di depan pintu seketika menjadi geram. Calon putri Mahkota tengah terluka. Bisa-bisanya Sir Markist malah melamun seperti orang bodoh. "Markist! Apa yang kau lakukan di sana, hah? Cepat panggilkan tabib atau pendeta!" titah Pangeran Seandock gusar. "Baik, Yang Mulia."Sir Markist telah menghilang dari depan pintu. Gerakan seorang mantan prajurit bayaran memang sangat gesit dan hampir tak menimbulkan bunyi apa pun. Pangeran Seandock kem
Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel
Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende
"Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men
Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha
Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.
Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa
"Jantung naga ...." Wajah Pangeran Alesca tampak sangat muram. Matanya beberapa kali bergerak dengan gelisah. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi meragukannya, seolah-olah hal itu adalah sebuah kabar yang sangat buruk."Hei, katakan dengan jelas! Jantung naga? Apa itu sebuah artefak? Di mana kami akan mendapatkannya? Di kuil naga selatan?" cecar Grand Duke Erbish tak sabaran.Pangeran Alesca menghela napas berat. "Bukan artefak, tetapi jantung dari naga yang hidup."Para prajurit utara yang mendengarnya menjadi gentar. Meskipun sudah dikatakan punah, mereka sering kali mendengar legenda tentang naga. Kematian konyol yang akan dihadapi jika berani bertarung dengan makhluk mitologi tersebut.Grand Duke Erbish mengepalkan tangan. "Di mana naganya? Meskipun harus bertarung mati-matian, aku pasti akan mendapatkan jantungnya!" Wajah Pangeran Alesca semakin sendu. Dia bahkan menghela napas berat berkali-kali. Grand Duke Erbish menjadi tidak sabaran dan hampir saja mencengkeram
Flash! Cahaya benderang memancar dari tubuh Lady Cherrie. Ratu iblis Artica yang sebelumnya menguasai tubuh tersebut mendadak tak bisa bergerak. Tak lama kemudian, sebilah pedang terbentuk dari cahaya. Tangan halus Lady Cherrie meraih pedang cahaya."Kau berhasil, Cherrie!" seru Lady Hazel. Badannya yang lemas kembali bertenaga. Dia mendadak berdiri. Grand Duke Erbish hampir saja terseruduk. "Terima kasih, Lady Cherrie," tutur Lady Neenash seraya mengalirkan kekuatan suci ke arah Lady Cherrie.Sayangnya, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lady Cherrie yang telah mengenggam pedang cahaya dengan sempurna malah menusuk dirinya sendiri. Kabut hitam seketika merembes keluar, semakin lama semakin deras. "Sial*n! Dasa bodoh! Kau akan mati bodoh!" Umpatan Ratu Artica terdengar mengiringi jatuhnya tubuh Lady Cherrie ke tanah.Kepalanya membentur bebatuan. Darah segar mengalir bersamaan deru napas yang semakin melemah. Namun, senyuman semanis madu terukir di sudut bibir kemerahan."Ch
"Hazel! Hazel!" Grand Duke Erbish semakin berteriak emosional. Dia hendak berlari ke depan. Namun, Lady Neenash malah memegangi tangannya sembari menggeleng pelan. Grand Duke Erbish mendelik protes, tetapi tetap tak berani memberontak dari perintah sang adik angkat kesayangan. "Lihatlah baik-baik, Kak! Aku juga sebenarnya tak ingin mengizinkan seperti ini, tapi istrimu memang nekat," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish mengerutkan kening. " Maksudmu?""Lihat saja, Kak. Jika kubilang sekarang, tolong tarik Lady Hazel ke sini. Sebenarnya, aku ingin Sallac yang melakukannya karena dia bisa terbang, tetapi dia malah diculik," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish bahkan belum mampu memahami situasi. Lady Neenash tiba-tiba mengalirkan kekuatan suci ke arah Ratu Artica. Iblis itu tentu menepisnya, tetapi kekuatan suci malah berbelok ke satu titik dan beresonansi dengan kekuatan cahaya asli di tubuh Lady Cherrie. "Sekarang, Kak! Bawa lagi Lady Hazel ke sini!" seru Lady Neenash. Grand