Share

Bagian 106

"Kamu ... cukup tampan jika tidak botak," komentar kepala kuil dengan masih menatap wajah Louvi. "Dua yang perempuan ini juga cantik-cantik. Kita sangat beruntung," tambahnya lagi.

Lady Neenash dan Lady Hazel diam-diam menghela napas lega. Tadinya, mereka pikir si kepala kuil berhasil mengenali Louvi. Namun, Louvi sendiri malah terlihat susah payah menahan emosi.

Kepala kuil tiba-tiba menyeringai. "Pasti akan banyak bangsawan yang ingin meminta bantuan dari mereka nanti," gumamnya, lalu tersenyum.

Lady Neenash bergidik tanpa sadar. Entah kenapa dia merasa senyuman kepala kuil mengandung makna tertentu. Terlebih, sorot mata Louvi jelas-jelas memancarkan kekecewaan mendalam.

"Tunjukkan kamar mereka, lalu jelaskan tugas-tugas pendeta muda!" perintah kepala kuil membuyarkan lamunan Lady Neenash.

"Baik, Bapak Kepala."

Si pendeta senior mengangguk takzim. Dia mengajak para pendeta muda palsu itu keluar dari ruangan. Mereka menyusuri lorong panjang. Beberapa pendeta lain menyapa dan sal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status