Sean pun sudah memanggil Gerald dengan sebutan ayah. Berarti hubungan mereka memang ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Sherina.
"Sean sayang, ayah pergi hanya sebentar saja dan setelah itu akan kembali menemui kalian lagi". Sean yang sama liciknya dengan Zumi kembali merengek agar Gerald tidak menemui Shaquel. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tak heran jika Sean akan mengikuti sikap ibunya. " Kalau ayah pergi, aku tidak mau lagi bicara dengan ayah dan akan mogok minum obat". Duuh masih kecil tapi sudah bisa mengancam. Gerald yang mendengar ancaman Sean pun urung untuk pergi menemui Shaquel. Dia tidak ingin ancaman itu benar-benar dilakukan Sean karena bisa berbahaya untuk kesehatannya. Dia berusaha membujuk Sean agar tidak ngambek lagi kepadanya. "Baiklah ayah tidak jadi pergi, tapi kamu harus janji untuk rajin minum obat supaya cepat sembuh". " Sean janji asalkan ayah tidak pergi, aku akan nurut apa kata ayah". Zumi yang menyaksikan interaksi Gerald dan Sean semakin yakin jika hanya anaknya yang pantas memiliki Gerald. Mereka kembali bersenda gurau di ruang perawatan Sean dan Gerald pun melupakan janjinya kepada Sherina untuk menemani Shaquel di hari ulang tahunya. Padahal, sebelum kemunculan Sean dan Zumi, cinta dan kasih sayang Gerald begitu besar kepada Shaquel walaupun dia menikah dengan Sherina karena perjodohan tetapi dia sangat menyayangi putri semata wayangnya. *** Waktu berlalu, Sherina yang masih berharap Gerald datang melihat Shaquel untuk yang terakhir kalinya, memang terlalu naif tapi biar bagaimana pun Gerald adalah ayah Shaquel. Gerald yang sebelumnya telah berjanji untuk datang di lokasi yang diberikan Sherina malahan sedang menemani Sean di rumah Zumi. Akan tetapi fakta sebenarnya akan sangat menyakitkan untuk Sherina karena lagi-lagi Gerald ingkar janji. "Kenapa Gerald belum datang juga? padahal ini sudah satu jam berlalu sejak dia mengatakan akan datang". Sherina membatin. Tetapi Sherina melupakan bahwa Gerald sebelumnya pernah mengingkari janjinya untuk menyelamatkan Shaquel. Kemungkinan besar untuk Gerald melakukan hal yang sama lagi hari ini. Sherina mencoba menghubungi Gerald melalui sambungan telepon tetapi tidak ada jawaban. Dia khawatir jika arwah Shaquel tidak tenang karena ayahnya tidak menemaninya dihari pemakamannya. Karena waktu yang ditentukan untuk pemakaman Shaquel hampir tiba, pemuka agama menghampiri Sherina untuk membicarakan hal ini. "Waktunya hampir tiba, apakah prosesi pemakaman sudah bisa dilakukan?". Tanya pemuka agama. Sherina yang masih menyimpan harapan dihatinya akan kehadiran Gerald terpaksa mengundur waktu pemakaman Shaquel. Dia meminta untuk menunggu beberapa saat lagi sampai Gerald datang. " Aku mohon beri waktu sebentar lagi. Saya yakin ayahnya sedang dalam perjalanan kesini". "Tapi jika dalam 30 menit kedepan dia tidak datang, maka lakukanlah pemakamannya". Permintaannya ini pun disetujui oleh pemuka agama tetapi juga menyarankan Sherina untuk terus menghubungi Gerald dan menanyakan posisinya. "Baiklah, sambil menunggu ada baiknya ibu menghubungi lagi ayah Shaquel". Seperti yang disarankan pemuka agama, Sherina langsung menekan tombol panggil di ponselnya dengan harapan Gerald menerima panggilannya. Kali ini tidak perlu menekan tombol panggil berkali-kali seperti sebelumnya. Hanya sekali panggil dan Gerald pun langsung tersambung dengan Sherina. " Haloo, Gerald ! kamu dimana? dari tadi saya dan Shaquel menunggumu tapi kamu tidak kunjung datang, sebenarnya kamu dimana?". Di sambungan telepon, terdengar begitu riuh seperti orang sedang berpesta di tempat dimana Gerald berada. "Halo Sherina ! saya datang terlambat karena saat ini ada urusan mendadak". Sudah bisa dipastikan jika Gerald lagi-lagi ingkar janji. Jelas dalam sambungan telepon Gerald sedang berpesta tapi masih membuat alasan sibuk. Sherina terlalu naif karena masih berharap Gerald akan menepati janjinya. Sherina pun marah kepada Gerald di telepon. Kali ini dia tidak lagi bisa menahan kekecewaannya. Bayangan perempuan yang beberapa waktu lalu bersama Gerald pun turut mengacaukan pikirannya. " Kamu memang tidak pantas menjadi ayahnya Shaquel. Bahkan janjimu pun kau ingkari untuk yang kesekian kalinya dan saya harap kamu tidak menyesal atas perbuatanmu ini". Kalimat Sherina ini terdengar seperti ancaman ditelinga Gerald. "Kamu mengancamku? saya hanya akan datang terlambat bukan berarti tidak datang menemui Shaquel". Sambungan telepon diakhiri sepihak oleh Sherina. Tidak ada lagi alasan untuk berbicara dengan Gerald. " Upacara pemakamannya sudah bisa dilakukan, pak. Kita tidak perlu menunggu ayahnya Shaquel". Proses pemakaman Shaquel dimulai dan di iringi isak tangis Sherina beserta kerabat dekat. Dia sangat sedih karena upayanya untuk mempertemukan Shaquel dan Gerald untuk terakhir kalinya gagal karena keegoisan pihak lain. "Maafkan ibu Shaquel, bahkan di hari pemakamanmu ibu tidak bisa membawa pulang ayahmu untuk sekedar melihat jasadmu". *** Sean yang sudah diperbolehkan pulang sedang mengadakan pesta untuk menyambut kepulangannya dari rumah sakit. Suara yang didengar Sherina di sambungan telepon tadi memang benar suara pesta dan itu di rumah Zumi. Sementara Gerald sedang menikmati pesta itu bersama Sean dan kerabatnya. Gerald yang pikirannya hanya di isi oleh Sean tidak pernah memikirkan ada hati yang terluka dengan tindakannya ini. Dia begitu menikmati setiap waktu bersama Zumi dan Sean sampai-sampai melupakan bahwa dia telah memiliki keluarga kecil. "Ayah Gerald, aku sangat senang karena ayah selalu ada di dekat Sean. Aku mencintaimu ayah". Senyum Gerald merekah tatkala mendengar penuturan polos Sean. Gerald juga sangat menyayangi Sean hingga rela mengorbankan Shaquel hanya demi anak laki-laki ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa waktunya akhir-akhir ini lebih banyak dihabiskan bersama Sean dan Zumi. *** Gerald yang telah berpesta dengan Sean dan Zumi kini sedang dalam perjalanan untuk pulang. Ah rupanya dia masih ingat jalan pulang. Di perjalanan pulang, dia mampir ke tokoh kue langganannya untuk membeli kue coklat kesukaan Shaquel. Malam ini dia berencana untuk merayakan hari ulang tahun putrinya. Kali ini dia benar-benar pulang walaupun terlambat. Bagi orang egois seperti Gerald, yang penting dia sudah pulang membawa kue coklat pasti Shaquel akan memaafkannya. " Shaquel sayang, ayah pulang dan kita akan menikmati kue coklat bersama-sama di hari ulang tahunmu". Batin Gerald. Tetapi ada hal yang tidak diketahui Gerald. Dia tidak mengetahui jika di rumah akan ada kejutan yang begitu besar menantinya. Tidak akan ada lagi senyum Shaquel dan tidak ada lagi suara putri kecilnya yang didengar ketika pulang ke rumah di masa yang akan datang. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, dia akhirnya sampai di rumah. Alangkah terkejutnya dia ketika memasuki halaman dan disana terdapat begitu banyak karangan bunga. Salah satu karangan bunga yang dilihatnya bertuliskan 'Turut Berduka Cita' tetapi tulisan setelahnya tidak terlihat karena tertutup ranting pohon. "Mengapa ada karangan bunga di rumah ini? siapa yang berani-beraninya mengutuk keluarga ku?". Gerald menjadi marah ketika mendapati tulisan duka cita tepat di halaman rumahnya. Bahkan dia sempat berpikir untuk menyalahkan Sherina karena melakukan hal kotor seperti ini untuk menarik perhatiannya. Menurutnya ini sama sekali tidak lucu. Bergegas dia turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah mencari Sherina. Dia akan meminta penjelasan kepada Sherina. Padahal Sherina lah yang pantas marah atas kejadian ini karena nyawa Shaquel tidak terselamatkan akibat keegoisan Gerald. "Permainan mu ini tidak akan bisa menarik perhatian ku, Sherina. Kamu berani sekali membuat karangan bunga bela sungkawa hanya karena aku datang terlambat menemui Shaquel". Gerald berteriak mencari keberadaan Sherina. Emosinya kian membuncah karena tak kunjung menemukan Sherina di rumah itu. Padahal sebelumnya Sherina memberikan informasi keberadaannya dan Shaquel di Jalan melati tapi dia malah kembali ke rumah, pantas saja dia tidak bisa menemukan Sherina di rumah itu. Kali ini Gerald yang akan menghubungi Sherina. Dia sudah bersiap-siap untuk menekan tombol panggil ketika Sherina melangkah masuk kedalam rumah. "Darimana saja kamu? mengapa ada karangan bunga belasungkawa di depan? kamu mengutuk ku, Sherina? JAWAB !! " Gerald berteriak ke arah Sherina. Sherina yang awalnya bersedih mendadak melupakan kesedihannya dan berani melawan Gerald. "Tanyakan saja pada dirimu sendiri. Semua ini disebabkan olehmu"Sherina tidak lagi menahan amarahnya di depan Gerald. Kekecewaan yang selama ini dipendamnya berusaha dia keluarkan. Dia terlalu muak menghadapi sikap egois suaminya itu. Gerald selalu bersikap semaunya tanpa memikirkan perasaan Sherina. "Seharusnya kamu yang bertanya pada dirimu sendiri, kemana saja kamu saat anakmu membutuhkan supportmu?,Gerald". " Apakah kamu pernah hadir sedetik saja saat dia terbaring di rumah sakit? JAWAB, GERALD". Teriakan Sherina membuat Gerald sangat marah. Dia belum mendapatkan jawaban terkait karangan bunga di halaman rumahnya, sekarang Sherina mengungkit masalah di rumah sakit. Dia merasa Sherina mempermainkannya, padahal Gerald tidak pernah berkaca bahwa masalah ini awalnya ditimbulkan olehnya. "Tidak usah kamu ungkit-ungkit persoalan di rumah sakit. Bukankah Shaquel baik-baik saja? Lagian sekarang saya sudah datang untuk menemui Shaquel dan akan menemaninya merayakan ulang tahunnya". Laki-laki ini memang kurang peka atau mungkin bodoh.
“Aku merindukan ayah ! bisakah ayah untuk tinggal dan menemaniku sepanjang waktu?”Perkataan Sean ini membuat Gerald berusaha menampakkan senyuman manisnya. Dia berjanji untuk selalu ada saat Sean membutuhkannya.Sean yang manja tiba-tiba memnghambur ke pelukan Gerald. Dia duduk di pangkuan Gerald dengan waktu yang cukup lama hingga pada akhirnya dia tertidur.Saat ini tinggal Gerald dan Zumi yang masih terjaga. Zumi mencoba membuka pembicaraan dengan Gerald terkait permasalah hari ini. Zumi memang sangat pandai memanfaatkan keadaan, apalagi jika itu tentang Gerald dan Sherina, dia semakin suka karena memiliki kesempatan untuk memprovokasi mereka berdua.“Soal permasalahan di rumahmu, kamu belum menceritakan dengan jelas kepadaku, Gerald. Aku masih menunggu kamu untuk bercerita”.“Aku tidak ingin kamu memendamnya sendirian karena bisa menjadi penyakit untuk kamu suatu saat nanti, maka dari itu ceritakanlah kepadaku, Gerald”.Gerald yang mulai terpancing pun tanpa berpikir panjang men
Betapa terkejutnya Gerald saat melihat Sherina berada di kamar Shaquel.Keterkejutannya ini bukan karena istrinya yang tiba-tiba ada disana tetapi terkait hal yang tidak biasa terjadi di depan matanya.Dia menganggap Sherina gila bahkan mencacinya karena hal bodoh yang menurut Gerald tidak sepantasnya dilakukan.Bahkan Gerald hampir saja merusak semua yang ada di kamar Shaquel. Dia tidak ingin ada hal semacam ini di rumahnya karena hanya orang yang telah meninggal lah yang diperlakukan demikian.“Maksud kamu apa dengan melakukan ritual seperti ini Sherina? Kamu ini bodoh atau bagaimana? Ini jelas-jelas ritual pasca kematian tapi kenapa kamu lakukan di rumah ini?”.Gerald yang marah lantas menarik Sherina dari kursi tempatnya duduk dan langsung menghadapkan wajah mereka sehingga saling bertatapan.Sherina yang terkejut dengan tindakan Gerald, pun berusaha melepaskan cengkraman suaminya dari lengannya. Sekuat tenaga dia mencoba tetapi tidak berhasil.Selama beberapa menit mereka saling
Surat elektronik yang diterima Gerald dibuka di hadapan Sherina. Dia benar-benar terkejut saat sampai di lembar kedua dimana disitu tertulis jelas mengenai keadaan Shaquel.Pernyataan di surat itu membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi akan tetapi dia merasa ini hanyalah sebuah mimpi buruk dan buru-buru mencubit pipinya untuk memastikan semua ini tidak benar.Namun kenyataannya dia sedang tidak bermimpi melainkan dihadapkan pada sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan.“Sherina tolong pukul aku lebih keras Sherina, ini hanya mimpi, kan? Ayo Sherina”. Dia memerintahkan Sherina untuk membangunkannya dari mimpi.Sherina yang mendengar perintah Gerald tidak menurutinya melainkan membiarkan laki-laki itu membaca surat sampai selesai.Gerald benar-benar Shock mendapati sebuah fakta terkait putrinya. Dalam surat itu tertulis jelas bahwa lima hari yang lalu Shaquel telah dipanggil menghadap ke yang maha kuasa.Tertulis sangat jelas tanggal, jam, dan penyebab kematian Shaquel. Gerald benar-
“Shaquel sayang, demam mu sangat tinggi, nak. Jangan buat ibu takut, nak”. Seorang perempuan bernama Sherina panik saat mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit dan tiba-tiba demamnya sangat tinggi. Kepanikannya semakin bertambah karena saat ini suaminya sedang tidak berada di rumah sehingga dia hanya tinggal berdua dengan putrinya, Shaquel, yang baru berusia 5 tahun.Suaminya, Gerald yang juga merupakan seorang dokter telah meresepkan obat untuk Shaquel, tapi obat yang diresepkan Gerald untuk Saquel tidak mempan dan malah membuat demam Shaquel semakin tinggi. Dalam kepanikannya, Sherina lantas menghubungi Gerald untuk memberi tahunya keadaan Shaquel yang memprihatinkan dan butuh penanganan segera. Dia benar-benar takut jika sampai terjadi apa-apa kepada putri semata wayangnya itu. Ketika telepon berdering, Gerald sedang berada di sebuah tempat hiburan malam dan tidak memperdulikan panggilan Sherina karena merasa dia adalah gangguan untuknya ketika sedang berkumpul bersam
Sherina yang penasaran pun langsung menuju ruang donor untuk mencari keberadaan Gerald. Setibanya di sana, di ruangan itu hanya terdapat dua orang perawat yang sedang bertugas dan tidak ada bayangan Gerald sama sekali. “Sus maaf saya mau nanya. Apakah tadi ada seorang pria atas nama Gerald Aditama datang mendonorkan darah?”. Perawat yang ada di ruangan itu lantas menjawab pertanyaan Sherina bahwa memang benar ada pendonor bernama Gerald Aditama yang sekitar satu jam yang lalu telah meninggalkan ruang donor. “Benar bu tadi ada pendonor yang bernama Gerald Aditama" Sherina memang tidak salah lihat, Gerald lah yang memasuki ruang donor sejam lalu. "Lalu, apakah darah untuk pasien atas nama Shaquel sudah ada? ". “Saat ini anak kami sedang membutuhkan transfusi darah dari Pak Gerald karena kebetulan tipe darah mereka sama”. Raut wajah kedua perawat itu menjadi kebingungan karena data yang mereka terimah adalah transfusi darah untuk pasien kecelakan bernama Sean Aditama
Sepasang mata yang menyaksikan kemesraan Gerald dengan Zumi adalah Sherina. Dia tidak sengaja melihat kedekatan Gerald dan perempuan itu. Dia sama sekali tidak mengetahui diapa perempuan yang bersama suaminya. “Dasar laki-laki busuk tidak tahu malu. Anaknya sedang berjuang melewati masa kritis tapi dia malah asyik bersama perempuan lain”. Umpat Sherina. Sementara Zumi yang menggandeng tangan Gerald dengan mesra, sama sekali tidak mengetahui bahwa tindakan kotornya ini dilihat oleh istri sah Gerald malahan semakin mengeratkan gandengannya. Mereka berjalan di lorong rumah sakit bak suami istri, sementara ada hati yang terluka setelah menyaksikan secara langsung Gerald menggandeng perempuan lain. Ingin rasanya Sherina melabrak Gerald dan Zumi untuk mempertabyakan hubungan mereka tapi ditahannya karena mengingat saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membongkar kebusukan mereka, masih ada Shaquel yang harus diutamakan dibanding membuat keributan di rumah sakit. “Jika saja a
Amarah Sherina semakin tak terkendali ketika membayangkan betapa menderitanya anaknya semasa hidupnya. Laki-laki yang mengaku ayahnya tega membiarkannya meregang nyawa dan sekarang membiarkan putrinya berada di meja operasi demi memberikan jantungnya kepada anak laki-laki yang tidak dia ketahui identitasnya. Sherina segera mencari keberadaan Gerald dan mempertanyakan terkait hal ini, dia pasti masih berada di rumah sakit ini karena rumah sakit ini juga adalah tempat Gerald bekerja. “Tunggu saja pembalasanku untuk kalian, tidak akan kubiarkan kalian hidup tenang sementara anakku yang menjadi korban". Yang tidak diketahui Sherina adalah surat persetujuan donor jantung Shaquel ini ternyata asal ditandatangani Gerald tanpa melihat isi suratnya. Meskipun begitu, nyawa Shaquel telah melayang dan jantungnya pun sebentar lagi akan berpindah ke Sean Aditama. Sherina benar-benar mengutuk tindakan ceroboh ini. Secara kebetulan, Sherina bertemu dengan Gerald sesaat setelah dia menguru
Surat elektronik yang diterima Gerald dibuka di hadapan Sherina. Dia benar-benar terkejut saat sampai di lembar kedua dimana disitu tertulis jelas mengenai keadaan Shaquel.Pernyataan di surat itu membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi akan tetapi dia merasa ini hanyalah sebuah mimpi buruk dan buru-buru mencubit pipinya untuk memastikan semua ini tidak benar.Namun kenyataannya dia sedang tidak bermimpi melainkan dihadapkan pada sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan.“Sherina tolong pukul aku lebih keras Sherina, ini hanya mimpi, kan? Ayo Sherina”. Dia memerintahkan Sherina untuk membangunkannya dari mimpi.Sherina yang mendengar perintah Gerald tidak menurutinya melainkan membiarkan laki-laki itu membaca surat sampai selesai.Gerald benar-benar Shock mendapati sebuah fakta terkait putrinya. Dalam surat itu tertulis jelas bahwa lima hari yang lalu Shaquel telah dipanggil menghadap ke yang maha kuasa.Tertulis sangat jelas tanggal, jam, dan penyebab kematian Shaquel. Gerald benar-
Betapa terkejutnya Gerald saat melihat Sherina berada di kamar Shaquel.Keterkejutannya ini bukan karena istrinya yang tiba-tiba ada disana tetapi terkait hal yang tidak biasa terjadi di depan matanya.Dia menganggap Sherina gila bahkan mencacinya karena hal bodoh yang menurut Gerald tidak sepantasnya dilakukan.Bahkan Gerald hampir saja merusak semua yang ada di kamar Shaquel. Dia tidak ingin ada hal semacam ini di rumahnya karena hanya orang yang telah meninggal lah yang diperlakukan demikian.“Maksud kamu apa dengan melakukan ritual seperti ini Sherina? Kamu ini bodoh atau bagaimana? Ini jelas-jelas ritual pasca kematian tapi kenapa kamu lakukan di rumah ini?”.Gerald yang marah lantas menarik Sherina dari kursi tempatnya duduk dan langsung menghadapkan wajah mereka sehingga saling bertatapan.Sherina yang terkejut dengan tindakan Gerald, pun berusaha melepaskan cengkraman suaminya dari lengannya. Sekuat tenaga dia mencoba tetapi tidak berhasil.Selama beberapa menit mereka saling
“Aku merindukan ayah ! bisakah ayah untuk tinggal dan menemaniku sepanjang waktu?”Perkataan Sean ini membuat Gerald berusaha menampakkan senyuman manisnya. Dia berjanji untuk selalu ada saat Sean membutuhkannya.Sean yang manja tiba-tiba memnghambur ke pelukan Gerald. Dia duduk di pangkuan Gerald dengan waktu yang cukup lama hingga pada akhirnya dia tertidur.Saat ini tinggal Gerald dan Zumi yang masih terjaga. Zumi mencoba membuka pembicaraan dengan Gerald terkait permasalah hari ini. Zumi memang sangat pandai memanfaatkan keadaan, apalagi jika itu tentang Gerald dan Sherina, dia semakin suka karena memiliki kesempatan untuk memprovokasi mereka berdua.“Soal permasalahan di rumahmu, kamu belum menceritakan dengan jelas kepadaku, Gerald. Aku masih menunggu kamu untuk bercerita”.“Aku tidak ingin kamu memendamnya sendirian karena bisa menjadi penyakit untuk kamu suatu saat nanti, maka dari itu ceritakanlah kepadaku, Gerald”.Gerald yang mulai terpancing pun tanpa berpikir panjang men
Sherina tidak lagi menahan amarahnya di depan Gerald. Kekecewaan yang selama ini dipendamnya berusaha dia keluarkan. Dia terlalu muak menghadapi sikap egois suaminya itu. Gerald selalu bersikap semaunya tanpa memikirkan perasaan Sherina. "Seharusnya kamu yang bertanya pada dirimu sendiri, kemana saja kamu saat anakmu membutuhkan supportmu?,Gerald". " Apakah kamu pernah hadir sedetik saja saat dia terbaring di rumah sakit? JAWAB, GERALD". Teriakan Sherina membuat Gerald sangat marah. Dia belum mendapatkan jawaban terkait karangan bunga di halaman rumahnya, sekarang Sherina mengungkit masalah di rumah sakit. Dia merasa Sherina mempermainkannya, padahal Gerald tidak pernah berkaca bahwa masalah ini awalnya ditimbulkan olehnya. "Tidak usah kamu ungkit-ungkit persoalan di rumah sakit. Bukankah Shaquel baik-baik saja? Lagian sekarang saya sudah datang untuk menemui Shaquel dan akan menemaninya merayakan ulang tahunnya". Laki-laki ini memang kurang peka atau mungkin bodoh.
Sean pun sudah memanggil Gerald dengan sebutan ayah. Berarti hubungan mereka memang ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Sherina. "Sean sayang, ayah pergi hanya sebentar saja dan setelah itu akan kembali menemui kalian lagi". Sean yang sama liciknya dengan Zumi kembali merengek agar Gerald tidak menemui Shaquel. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tak heran jika Sean akan mengikuti sikap ibunya. " Kalau ayah pergi, aku tidak mau lagi bicara dengan ayah dan akan mogok minum obat". Duuh masih kecil tapi sudah bisa mengancam. Gerald yang mendengar ancaman Sean pun urung untuk pergi menemui Shaquel. Dia tidak ingin ancaman itu benar-benar dilakukan Sean karena bisa berbahaya untuk kesehatannya. Dia berusaha membujuk Sean agar tidak ngambek lagi kepadanya. "Baiklah ayah tidak jadi pergi, tapi kamu harus janji untuk rajin minum obat supaya cepat sembuh". " Sean janji asalkan ayah tidak pergi, aku akan nurut apa kata ayah". Zumi yang menyaksikan interaksi Gerald
Amarah Sherina semakin tak terkendali ketika membayangkan betapa menderitanya anaknya semasa hidupnya. Laki-laki yang mengaku ayahnya tega membiarkannya meregang nyawa dan sekarang membiarkan putrinya berada di meja operasi demi memberikan jantungnya kepada anak laki-laki yang tidak dia ketahui identitasnya. Sherina segera mencari keberadaan Gerald dan mempertanyakan terkait hal ini, dia pasti masih berada di rumah sakit ini karena rumah sakit ini juga adalah tempat Gerald bekerja. “Tunggu saja pembalasanku untuk kalian, tidak akan kubiarkan kalian hidup tenang sementara anakku yang menjadi korban". Yang tidak diketahui Sherina adalah surat persetujuan donor jantung Shaquel ini ternyata asal ditandatangani Gerald tanpa melihat isi suratnya. Meskipun begitu, nyawa Shaquel telah melayang dan jantungnya pun sebentar lagi akan berpindah ke Sean Aditama. Sherina benar-benar mengutuk tindakan ceroboh ini. Secara kebetulan, Sherina bertemu dengan Gerald sesaat setelah dia menguru
Sepasang mata yang menyaksikan kemesraan Gerald dengan Zumi adalah Sherina. Dia tidak sengaja melihat kedekatan Gerald dan perempuan itu. Dia sama sekali tidak mengetahui diapa perempuan yang bersama suaminya. “Dasar laki-laki busuk tidak tahu malu. Anaknya sedang berjuang melewati masa kritis tapi dia malah asyik bersama perempuan lain”. Umpat Sherina. Sementara Zumi yang menggandeng tangan Gerald dengan mesra, sama sekali tidak mengetahui bahwa tindakan kotornya ini dilihat oleh istri sah Gerald malahan semakin mengeratkan gandengannya. Mereka berjalan di lorong rumah sakit bak suami istri, sementara ada hati yang terluka setelah menyaksikan secara langsung Gerald menggandeng perempuan lain. Ingin rasanya Sherina melabrak Gerald dan Zumi untuk mempertabyakan hubungan mereka tapi ditahannya karena mengingat saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membongkar kebusukan mereka, masih ada Shaquel yang harus diutamakan dibanding membuat keributan di rumah sakit. “Jika saja a
Sherina yang penasaran pun langsung menuju ruang donor untuk mencari keberadaan Gerald. Setibanya di sana, di ruangan itu hanya terdapat dua orang perawat yang sedang bertugas dan tidak ada bayangan Gerald sama sekali. “Sus maaf saya mau nanya. Apakah tadi ada seorang pria atas nama Gerald Aditama datang mendonorkan darah?”. Perawat yang ada di ruangan itu lantas menjawab pertanyaan Sherina bahwa memang benar ada pendonor bernama Gerald Aditama yang sekitar satu jam yang lalu telah meninggalkan ruang donor. “Benar bu tadi ada pendonor yang bernama Gerald Aditama" Sherina memang tidak salah lihat, Gerald lah yang memasuki ruang donor sejam lalu. "Lalu, apakah darah untuk pasien atas nama Shaquel sudah ada? ". “Saat ini anak kami sedang membutuhkan transfusi darah dari Pak Gerald karena kebetulan tipe darah mereka sama”. Raut wajah kedua perawat itu menjadi kebingungan karena data yang mereka terimah adalah transfusi darah untuk pasien kecelakan bernama Sean Aditama
“Shaquel sayang, demam mu sangat tinggi, nak. Jangan buat ibu takut, nak”. Seorang perempuan bernama Sherina panik saat mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit dan tiba-tiba demamnya sangat tinggi. Kepanikannya semakin bertambah karena saat ini suaminya sedang tidak berada di rumah sehingga dia hanya tinggal berdua dengan putrinya, Shaquel, yang baru berusia 5 tahun.Suaminya, Gerald yang juga merupakan seorang dokter telah meresepkan obat untuk Shaquel, tapi obat yang diresepkan Gerald untuk Saquel tidak mempan dan malah membuat demam Shaquel semakin tinggi. Dalam kepanikannya, Sherina lantas menghubungi Gerald untuk memberi tahunya keadaan Shaquel yang memprihatinkan dan butuh penanganan segera. Dia benar-benar takut jika sampai terjadi apa-apa kepada putri semata wayangnya itu. Ketika telepon berdering, Gerald sedang berada di sebuah tempat hiburan malam dan tidak memperdulikan panggilan Sherina karena merasa dia adalah gangguan untuknya ketika sedang berkumpul bersam