“Shaquel sayang, demam mu sangat tinggi, nak. Jangan buat ibu takut, nak”.
Seorang perempuan bernama Sherina panik saat mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit dan tiba-tiba demamnya sangat tinggi. Kepanikannya semakin bertambah karena saat ini suaminya sedang tidak berada di rumah sehingga dia hanya tinggal berdua dengan putrinya, Shaquel, yang baru berusia 5 tahun. Suaminya, Gerald yang juga merupakan seorang dokter telah meresepkan obat untuk Shaquel, tapi obat yang diresepkan Gerald untuk Saquel tidak mempan dan malah membuat demam Shaquel semakin tinggi. Dalam kepanikannya, Sherina lantas menghubungi Gerald untuk memberi tahunya keadaan Shaquel yang memprihatinkan dan butuh penanganan segera. Dia benar-benar takut jika sampai terjadi apa-apa kepada putri semata wayangnya itu. Ketika telepon berdering, Gerald sedang berada di sebuah tempat hiburan malam dan tidak memperdulikan panggilan Sherina karena merasa dia adalah gangguan untuknya ketika sedang berkumpul bersama teman-temannya. Dia lebih memilih menikmati kerlap kerlip lampu tempat hiburan malam ketimbang menerima telepon dari istrinya. “Ayo dong Gerald angkat teleponnya. Anak kita sedang sakit”. Sherina terus saja menggerutu karena Gerald tak kunjung menjawab teleponnya. Sherina semakin panik karena Shaquel tiba-tiba mengalami kejang-kejang akibat demam yang terlalu tinggi. Dia menangis dalam kepanikannya, bahkan dia tidak berani membayangkan jika terjadi sesuatu yang buruk terhadap anaknya. Panggilan Sherina yang kesekian kalinya akhirnya mendapat jawaban dari Gerald. Meski telepon telah diangkat namun jawaban yang didapatkannya tidak sesuai apa yang diharapkan. Siapa sangkah jika Gerald akan marah setelah menjawab telepon, dia merasa terganggu oleh Sherina disaat dirinya sedang menikmati kerlap kerlip lampu hiburan malam bersama para gadis penghibur. “Halo, kamu dimana ? panasnya Shaquel semakin tinggi. Obat yang kamu resepkan sebelumnya tidak berefek terhadap anak kita”. Sherina menceritakan kondisi terkini putrinya kepada Gerald namun siapa sangka jawaban yang keluar dari mulut suaminya sama sekali bukan yang diharapkannya. “Kamu itu yah, beberapa kali aku bilang jangan pernah menelponku kalau aku sedang berkumpul dengan teman-temanku”. “Emang kamu ga bisa ya urus Shaquel sendiri? Saya tuh capek kerja untuk kalian dan aku butuh hiburan obat juga sudah kuresepkan. Emang dasar kamunya aja yang ga becus ngurus anak”. Makian dari Gerald berusan sukses membuat bulir bening jatuh dari mata Sherina. Dia sama sekali tidak menyangka suaminya akan mengeluarkan kata yang begitu menyakitkan bahkan terkesan tidak peduli sama sekali dengan kondisi Shaquel saat ini. Dia tidak habis pikir suaminya yang dulunya begitu peduli kepadanya dan Shaquel berubah menjadi laki-laki yang sensitif dan terkesan abai. Dibawah rintik hujan, Sherina membawa Shaquel kerumah sakit agar mendapat perawatan yang maksimal. Untuk saat ini dia sama sekali tidak bisa mengandalkan Gerald yang ada kondisi Shaquel akan tambah parah jika menunggu laki-laki tak berperasaan itu mengantarnya ke rumah sakit. Mengingat perkataan Gerald di telepon tadi, Sherina sebisa mungkin menahan kekecewaan dan amarahnya, baginya yang terpenting saat ini adalah nyawa Shaquel yang harus diselamatkan, soal Gerald bisa diurus belakangan. “Kamu telah berubah, Gerald. Aku sangat kecewa kepadamu”. Sherina membatin. Shaquel yang tiba di rumah sakit langsung dibawa ke ruang gawat darurat dan segera mendapat penanganan dari dokter. Sherina dengan cemas di ruang tunggu dan terus menantikan kabar terkini terkait putrinya. Harapannya semoga Shaquel tidak kenapa-napa. Dalam lamunannya, dokter menghampirinya untuk menginformasikan terkait kondisi terkini Shaquel yang baru saja diperiksa. “Ibu Sherina, saat ini kondisi putri anda belum stabil. Setelah dilakukan pemeriksaan, anak ibu menderita penyakit demam berdarah”. Dokter yang baru saja memeriksa keadaan Shaquel menjelaskan kepada Sherina terkait apa yang dialami putrinya. Shaquel mengalami demam berdarah itulah mengapa panas tubuhnya meningkat. “Jika saja ibu terlambat membawa Shaquel ke rumah sakit, mungkin saja kondisinya akan lebih parah karena terlambat mendapat penanganan”. Jelas sang dokter. Sherina tak kuasa menahan tangisnya, sambil terisak dia menatap putrinya yang masih terbaring lemah tak berdaya dibalik pintu. Dokter menyarakan kepada Sherina untuk mencari pendonor yang memiliki tipe darah yang sesuai dengan Shaquel karena saat ini trombositnya sangat rendah. Kebetulan darah Shaquel tipe langka dan stock di rumah sakit sedang kosong. Satu-satunya cara adalah dengan melakukan donor darah antara Sherina atau Gerald yang memiliki tipe darah sama dengan Shaquel. “Untuk menstabilkan kondisi pasien, perlu dilakukan tindakan lebih lanjut yakni transfusi". Sherina tidak ada pilihan lain kecuali sekali lagi mengganggu waktu kumpul Gerald bersama teman-temannya. Dia tahu bahwa suaminya itu akan marah jika dia menghubunginya namun dia tidak punya pilihan lain. Berkali-kali dia mencoba menghubungi Gerald namun nihil, tidak ada jawaban darinya. Panggilan kesekian kalinya barulah ada jawaban. “Halo Gerald, Shaquel butuh transfusi darah dari kamu karena hanya darahmu yang cocok dengannya”. Sherina langsung to the point kepada Gerald karena tau jika dia tidak langsung pada intinya, Gerald bisa saja akan mematikan sambungan karena dianggap mengganggu. Sherina memberi tahu Gerald terkait kondisi terkini Shaquel dia masih was-was jika Gerald akan menolak melakukan donor darah namun siapa sangka jika suaminya itu akan mengiyakan dan berjanji akan menyelamatkan Shaquel. “Tunggu aku di rumah sakit ! saya akan segera kesana dan pastikan kamu untuk menjaga baik-baik Shaquel”. Gerald yang sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit tempat Shaquel dirawat tiba-tiba mendapat telepon dari selingkuhannya Zumi yang taklain adalah mantan pacarnya. Zumi meminta bantuan kepada Gerald untuk menolong Sean yabg merupakan putra Zumi yang baru saja mengalami kecelakaan sehingga kehilangan banyak darah. “Gerald, Sean saat ini sedang kritis di rumah sakit. Dokter bilang kalau dia harus segera mendapat donor darah malam ini. bisakah kamu yang menjadi pendonor untuk Sean?”. "Siapa tau darahmu dan Sean memiliki kecocokan". Zumi memelas. Keadaan ini memang tidak menguntungkan untuk Gerald dan bisa dikatakan adalah sebuah bencana untuk Shaquel. Ada dua anak sekaligus yang harus diberikan darahnya sementara keduanya membutuhkan darah yang cukup banyak. Gerald saat ini sangat dilemah. Dia punya putri cantik hasil pernihakannya dengan Sherina namun disisi lain dia juga tidak ingin Sean kenapa-napa. Namun tanpa berpikir panjang, dia memutuskan untuk menolong Sean terlebih dahulu dan mengesampingkan keselamatan Shaquel. Menurutnya, nyawa anak laki-laki itu sangat penting untuk saat ini karena dia sedang dalam masa kritis setelah mengalami kecelakaan. Dalam pikirannya, Shaquel tidak terlalu membutuhkan pertolongannya. “Baiklah saya akan segera ke rumah sakit untuk melakukan tes kecocokan darah dengan Sean kalau cocok akan kuberikan darahku kepada Sean. Tunggu aku disana, Zumi”. Sementara Shaquel yang masih terbaring diruang perawatan masih menunggu Gerald datang menyelamatkannya. Sherina yang sedari tadi menunggu kedatangan suaminya dilanda kecemasan karena sudah 2 jam berlalu namun dia tak kunjung datang. Dalam kegelisahannya, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya menuju ke ruang khusus untuk mendonorkan darah. Hatinya sedikit tenang karena Gerald sudah memenuhi janjinya untuk menyelamatkan nyawa Shaquel. “Akhirnya dia datang memenuhi janjinya untuk menyelamatkan Shaquel”. Namun yang tidak Sherina ketahui adalah kedatangan Gerald bukanlah sebagai malaikat penolong untuk Shaquel melainkan malikat pencabut nyawa untuk anaknya. Gerald yang melakukan tes kecocokan darah dengan Sean sangat terkejut ketika darah mereka cocok, itu artinya dia akan melakukan donor darah untuk Sean. Tetapi nyawa Shaquel juga terancam jika dalam 1 jam kedepan dia tidak mendapatkan donor darah yang tepat. *** Dokter kembali mendatangi Sherina untuk memintanya segera menghubungi calon pendonor karena sangat bahaya jika terlambat sedikit saja. Sherina usai mendengar perkataan dokter langsung menyampaikan jika baru saja dia telah melihat suaminya masuk kedalam ruang donor darah sekitar sepuluh menit yang lalu. Itu artinya darah untuk Shaquel sudah ada. “Dokter, tadi saya melihat suami saya memasuki ruang donor. Mungkin sebentar lagi akan selesai dan Shaquel bisa terselamatkan”. Sherina yakin sebentar lagi dia akan datang menemuinya dan melihat kondisi putrinya yang sedari tadi mengigau memanggil nama ayahnya. Tapi sudah sejam berlalu, Gerald belum muncul juga. "Kemana dia sebenarnya? " batin Sherina.Sherina yang penasaran pun langsung menuju ruang donor untuk mencari keberadaan Gerald. Setibanya di sana, di ruangan itu hanya terdapat dua orang perawat yang sedang bertugas dan tidak ada bayangan Gerald sama sekali. “Sus maaf saya mau nanya. Apakah tadi ada seorang pria atas nama Gerald Aditama datang mendonorkan darah?”. Perawat yang ada di ruangan itu lantas menjawab pertanyaan Sherina bahwa memang benar ada pendonor bernama Gerald Aditama yang sekitar satu jam yang lalu telah meninggalkan ruang donor. “Benar bu tadi ada pendonor yang bernama Gerald Aditama" Sherina memang tidak salah lihat, Gerald lah yang memasuki ruang donor sejam lalu. "Lalu, apakah darah untuk pasien atas nama Shaquel sudah ada? ". “Saat ini anak kami sedang membutuhkan transfusi darah dari Pak Gerald karena kebetulan tipe darah mereka sama”. Raut wajah kedua perawat itu menjadi kebingungan karena data yang mereka terimah adalah transfusi darah untuk pasien kecelakan bernama Sean Aditama
Sepasang mata yang menyaksikan kemesraan Gerald dengan Zumi adalah Sherina. Dia tidak sengaja melihat kedekatan Gerald dan perempuan itu. Dia sama sekali tidak mengetahui diapa perempuan yang bersama suaminya. “Dasar laki-laki busuk tidak tahu malu. Anaknya sedang berjuang melewati masa kritis tapi dia malah asyik bersama perempuan lain”. Umpat Sherina. Sementara Zumi yang menggandeng tangan Gerald dengan mesra, sama sekali tidak mengetahui bahwa tindakan kotornya ini dilihat oleh istri sah Gerald malahan semakin mengeratkan gandengannya. Mereka berjalan di lorong rumah sakit bak suami istri, sementara ada hati yang terluka setelah menyaksikan secara langsung Gerald menggandeng perempuan lain. Ingin rasanya Sherina melabrak Gerald dan Zumi untuk mempertabyakan hubungan mereka tapi ditahannya karena mengingat saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membongkar kebusukan mereka, masih ada Shaquel yang harus diutamakan dibanding membuat keributan di rumah sakit. “Jika saja a
Amarah Sherina semakin tak terkendali ketika membayangkan betapa menderitanya anaknya semasa hidupnya. Laki-laki yang mengaku ayahnya tega membiarkannya meregang nyawa dan sekarang membiarkan putrinya berada di meja operasi demi memberikan jantungnya kepada anak laki-laki yang tidak dia ketahui identitasnya. Sherina segera mencari keberadaan Gerald dan mempertanyakan terkait hal ini, dia pasti masih berada di rumah sakit ini karena rumah sakit ini juga adalah tempat Gerald bekerja. “Tunggu saja pembalasanku untuk kalian, tidak akan kubiarkan kalian hidup tenang sementara anakku yang menjadi korban". Yang tidak diketahui Sherina adalah surat persetujuan donor jantung Shaquel ini ternyata asal ditandatangani Gerald tanpa melihat isi suratnya. Meskipun begitu, nyawa Shaquel telah melayang dan jantungnya pun sebentar lagi akan berpindah ke Sean Aditama. Sherina benar-benar mengutuk tindakan ceroboh ini. Secara kebetulan, Sherina bertemu dengan Gerald sesaat setelah dia menguru
Sean pun sudah memanggil Gerald dengan sebutan ayah. Berarti hubungan mereka memang ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Sherina. "Sean sayang, ayah pergi hanya sebentar saja dan setelah itu akan kembali menemui kalian lagi". Sean yang sama liciknya dengan Zumi kembali merengek agar Gerald tidak menemui Shaquel. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tak heran jika Sean akan mengikuti sikap ibunya. " Kalau ayah pergi, aku tidak mau lagi bicara dengan ayah dan akan mogok minum obat". Duuh masih kecil tapi sudah bisa mengancam. Gerald yang mendengar ancaman Sean pun urung untuk pergi menemui Shaquel. Dia tidak ingin ancaman itu benar-benar dilakukan Sean karena bisa berbahaya untuk kesehatannya. Dia berusaha membujuk Sean agar tidak ngambek lagi kepadanya. "Baiklah ayah tidak jadi pergi, tapi kamu harus janji untuk rajin minum obat supaya cepat sembuh". " Sean janji asalkan ayah tidak pergi, aku akan nurut apa kata ayah". Zumi yang menyaksikan interaksi Gerald
Sherina tidak lagi menahan amarahnya di depan Gerald. Kekecewaan yang selama ini dipendamnya berusaha dia keluarkan. Dia terlalu muak menghadapi sikap egois suaminya itu. Gerald selalu bersikap semaunya tanpa memikirkan perasaan Sherina. "Seharusnya kamu yang bertanya pada dirimu sendiri, kemana saja kamu saat anakmu membutuhkan supportmu?,Gerald". " Apakah kamu pernah hadir sedetik saja saat dia terbaring di rumah sakit? JAWAB, GERALD". Teriakan Sherina membuat Gerald sangat marah. Dia belum mendapatkan jawaban terkait karangan bunga di halaman rumahnya, sekarang Sherina mengungkit masalah di rumah sakit. Dia merasa Sherina mempermainkannya, padahal Gerald tidak pernah berkaca bahwa masalah ini awalnya ditimbulkan olehnya. "Tidak usah kamu ungkit-ungkit persoalan di rumah sakit. Bukankah Shaquel baik-baik saja? Lagian sekarang saya sudah datang untuk menemui Shaquel dan akan menemaninya merayakan ulang tahunnya". Laki-laki ini memang kurang peka atau mungkin bodoh.
“Aku merindukan ayah ! bisakah ayah untuk tinggal dan menemaniku sepanjang waktu?”Perkataan Sean ini membuat Gerald berusaha menampakkan senyuman manisnya. Dia berjanji untuk selalu ada saat Sean membutuhkannya.Sean yang manja tiba-tiba memnghambur ke pelukan Gerald. Dia duduk di pangkuan Gerald dengan waktu yang cukup lama hingga pada akhirnya dia tertidur.Saat ini tinggal Gerald dan Zumi yang masih terjaga. Zumi mencoba membuka pembicaraan dengan Gerald terkait permasalah hari ini. Zumi memang sangat pandai memanfaatkan keadaan, apalagi jika itu tentang Gerald dan Sherina, dia semakin suka karena memiliki kesempatan untuk memprovokasi mereka berdua.“Soal permasalahan di rumahmu, kamu belum menceritakan dengan jelas kepadaku, Gerald. Aku masih menunggu kamu untuk bercerita”.“Aku tidak ingin kamu memendamnya sendirian karena bisa menjadi penyakit untuk kamu suatu saat nanti, maka dari itu ceritakanlah kepadaku, Gerald”.Gerald yang mulai terpancing pun tanpa berpikir panjang men
Betapa terkejutnya Gerald saat melihat Sherina berada di kamar Shaquel.Keterkejutannya ini bukan karena istrinya yang tiba-tiba ada disana tetapi terkait hal yang tidak biasa terjadi di depan matanya.Dia menganggap Sherina gila bahkan mencacinya karena hal bodoh yang menurut Gerald tidak sepantasnya dilakukan.Bahkan Gerald hampir saja merusak semua yang ada di kamar Shaquel. Dia tidak ingin ada hal semacam ini di rumahnya karena hanya orang yang telah meninggal lah yang diperlakukan demikian.“Maksud kamu apa dengan melakukan ritual seperti ini Sherina? Kamu ini bodoh atau bagaimana? Ini jelas-jelas ritual pasca kematian tapi kenapa kamu lakukan di rumah ini?”.Gerald yang marah lantas menarik Sherina dari kursi tempatnya duduk dan langsung menghadapkan wajah mereka sehingga saling bertatapan.Sherina yang terkejut dengan tindakan Gerald, pun berusaha melepaskan cengkraman suaminya dari lengannya. Sekuat tenaga dia mencoba tetapi tidak berhasil.Selama beberapa menit mereka saling
Surat elektronik yang diterima Gerald dibuka di hadapan Sherina. Dia benar-benar terkejut saat sampai di lembar kedua dimana disitu tertulis jelas mengenai keadaan Shaquel.Pernyataan di surat itu membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi akan tetapi dia merasa ini hanyalah sebuah mimpi buruk dan buru-buru mencubit pipinya untuk memastikan semua ini tidak benar.Namun kenyataannya dia sedang tidak bermimpi melainkan dihadapkan pada sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan.“Sherina tolong pukul aku lebih keras Sherina, ini hanya mimpi, kan? Ayo Sherina”. Dia memerintahkan Sherina untuk membangunkannya dari mimpi.Sherina yang mendengar perintah Gerald tidak menurutinya melainkan membiarkan laki-laki itu membaca surat sampai selesai.Gerald benar-benar Shock mendapati sebuah fakta terkait putrinya. Dalam surat itu tertulis jelas bahwa lima hari yang lalu Shaquel telah dipanggil menghadap ke yang maha kuasa.Tertulis sangat jelas tanggal, jam, dan penyebab kematian Shaquel. Gerald benar-
Surat elektronik yang diterima Gerald dibuka di hadapan Sherina. Dia benar-benar terkejut saat sampai di lembar kedua dimana disitu tertulis jelas mengenai keadaan Shaquel.Pernyataan di surat itu membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi akan tetapi dia merasa ini hanyalah sebuah mimpi buruk dan buru-buru mencubit pipinya untuk memastikan semua ini tidak benar.Namun kenyataannya dia sedang tidak bermimpi melainkan dihadapkan pada sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan.“Sherina tolong pukul aku lebih keras Sherina, ini hanya mimpi, kan? Ayo Sherina”. Dia memerintahkan Sherina untuk membangunkannya dari mimpi.Sherina yang mendengar perintah Gerald tidak menurutinya melainkan membiarkan laki-laki itu membaca surat sampai selesai.Gerald benar-benar Shock mendapati sebuah fakta terkait putrinya. Dalam surat itu tertulis jelas bahwa lima hari yang lalu Shaquel telah dipanggil menghadap ke yang maha kuasa.Tertulis sangat jelas tanggal, jam, dan penyebab kematian Shaquel. Gerald benar-
Betapa terkejutnya Gerald saat melihat Sherina berada di kamar Shaquel.Keterkejutannya ini bukan karena istrinya yang tiba-tiba ada disana tetapi terkait hal yang tidak biasa terjadi di depan matanya.Dia menganggap Sherina gila bahkan mencacinya karena hal bodoh yang menurut Gerald tidak sepantasnya dilakukan.Bahkan Gerald hampir saja merusak semua yang ada di kamar Shaquel. Dia tidak ingin ada hal semacam ini di rumahnya karena hanya orang yang telah meninggal lah yang diperlakukan demikian.“Maksud kamu apa dengan melakukan ritual seperti ini Sherina? Kamu ini bodoh atau bagaimana? Ini jelas-jelas ritual pasca kematian tapi kenapa kamu lakukan di rumah ini?”.Gerald yang marah lantas menarik Sherina dari kursi tempatnya duduk dan langsung menghadapkan wajah mereka sehingga saling bertatapan.Sherina yang terkejut dengan tindakan Gerald, pun berusaha melepaskan cengkraman suaminya dari lengannya. Sekuat tenaga dia mencoba tetapi tidak berhasil.Selama beberapa menit mereka saling
“Aku merindukan ayah ! bisakah ayah untuk tinggal dan menemaniku sepanjang waktu?”Perkataan Sean ini membuat Gerald berusaha menampakkan senyuman manisnya. Dia berjanji untuk selalu ada saat Sean membutuhkannya.Sean yang manja tiba-tiba memnghambur ke pelukan Gerald. Dia duduk di pangkuan Gerald dengan waktu yang cukup lama hingga pada akhirnya dia tertidur.Saat ini tinggal Gerald dan Zumi yang masih terjaga. Zumi mencoba membuka pembicaraan dengan Gerald terkait permasalah hari ini. Zumi memang sangat pandai memanfaatkan keadaan, apalagi jika itu tentang Gerald dan Sherina, dia semakin suka karena memiliki kesempatan untuk memprovokasi mereka berdua.“Soal permasalahan di rumahmu, kamu belum menceritakan dengan jelas kepadaku, Gerald. Aku masih menunggu kamu untuk bercerita”.“Aku tidak ingin kamu memendamnya sendirian karena bisa menjadi penyakit untuk kamu suatu saat nanti, maka dari itu ceritakanlah kepadaku, Gerald”.Gerald yang mulai terpancing pun tanpa berpikir panjang men
Sherina tidak lagi menahan amarahnya di depan Gerald. Kekecewaan yang selama ini dipendamnya berusaha dia keluarkan. Dia terlalu muak menghadapi sikap egois suaminya itu. Gerald selalu bersikap semaunya tanpa memikirkan perasaan Sherina. "Seharusnya kamu yang bertanya pada dirimu sendiri, kemana saja kamu saat anakmu membutuhkan supportmu?,Gerald". " Apakah kamu pernah hadir sedetik saja saat dia terbaring di rumah sakit? JAWAB, GERALD". Teriakan Sherina membuat Gerald sangat marah. Dia belum mendapatkan jawaban terkait karangan bunga di halaman rumahnya, sekarang Sherina mengungkit masalah di rumah sakit. Dia merasa Sherina mempermainkannya, padahal Gerald tidak pernah berkaca bahwa masalah ini awalnya ditimbulkan olehnya. "Tidak usah kamu ungkit-ungkit persoalan di rumah sakit. Bukankah Shaquel baik-baik saja? Lagian sekarang saya sudah datang untuk menemui Shaquel dan akan menemaninya merayakan ulang tahunnya". Laki-laki ini memang kurang peka atau mungkin bodoh.
Sean pun sudah memanggil Gerald dengan sebutan ayah. Berarti hubungan mereka memang ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Sherina. "Sean sayang, ayah pergi hanya sebentar saja dan setelah itu akan kembali menemui kalian lagi". Sean yang sama liciknya dengan Zumi kembali merengek agar Gerald tidak menemui Shaquel. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tak heran jika Sean akan mengikuti sikap ibunya. " Kalau ayah pergi, aku tidak mau lagi bicara dengan ayah dan akan mogok minum obat". Duuh masih kecil tapi sudah bisa mengancam. Gerald yang mendengar ancaman Sean pun urung untuk pergi menemui Shaquel. Dia tidak ingin ancaman itu benar-benar dilakukan Sean karena bisa berbahaya untuk kesehatannya. Dia berusaha membujuk Sean agar tidak ngambek lagi kepadanya. "Baiklah ayah tidak jadi pergi, tapi kamu harus janji untuk rajin minum obat supaya cepat sembuh". " Sean janji asalkan ayah tidak pergi, aku akan nurut apa kata ayah". Zumi yang menyaksikan interaksi Gerald
Amarah Sherina semakin tak terkendali ketika membayangkan betapa menderitanya anaknya semasa hidupnya. Laki-laki yang mengaku ayahnya tega membiarkannya meregang nyawa dan sekarang membiarkan putrinya berada di meja operasi demi memberikan jantungnya kepada anak laki-laki yang tidak dia ketahui identitasnya. Sherina segera mencari keberadaan Gerald dan mempertanyakan terkait hal ini, dia pasti masih berada di rumah sakit ini karena rumah sakit ini juga adalah tempat Gerald bekerja. “Tunggu saja pembalasanku untuk kalian, tidak akan kubiarkan kalian hidup tenang sementara anakku yang menjadi korban". Yang tidak diketahui Sherina adalah surat persetujuan donor jantung Shaquel ini ternyata asal ditandatangani Gerald tanpa melihat isi suratnya. Meskipun begitu, nyawa Shaquel telah melayang dan jantungnya pun sebentar lagi akan berpindah ke Sean Aditama. Sherina benar-benar mengutuk tindakan ceroboh ini. Secara kebetulan, Sherina bertemu dengan Gerald sesaat setelah dia menguru
Sepasang mata yang menyaksikan kemesraan Gerald dengan Zumi adalah Sherina. Dia tidak sengaja melihat kedekatan Gerald dan perempuan itu. Dia sama sekali tidak mengetahui diapa perempuan yang bersama suaminya. “Dasar laki-laki busuk tidak tahu malu. Anaknya sedang berjuang melewati masa kritis tapi dia malah asyik bersama perempuan lain”. Umpat Sherina. Sementara Zumi yang menggandeng tangan Gerald dengan mesra, sama sekali tidak mengetahui bahwa tindakan kotornya ini dilihat oleh istri sah Gerald malahan semakin mengeratkan gandengannya. Mereka berjalan di lorong rumah sakit bak suami istri, sementara ada hati yang terluka setelah menyaksikan secara langsung Gerald menggandeng perempuan lain. Ingin rasanya Sherina melabrak Gerald dan Zumi untuk mempertabyakan hubungan mereka tapi ditahannya karena mengingat saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membongkar kebusukan mereka, masih ada Shaquel yang harus diutamakan dibanding membuat keributan di rumah sakit. “Jika saja a
Sherina yang penasaran pun langsung menuju ruang donor untuk mencari keberadaan Gerald. Setibanya di sana, di ruangan itu hanya terdapat dua orang perawat yang sedang bertugas dan tidak ada bayangan Gerald sama sekali. “Sus maaf saya mau nanya. Apakah tadi ada seorang pria atas nama Gerald Aditama datang mendonorkan darah?”. Perawat yang ada di ruangan itu lantas menjawab pertanyaan Sherina bahwa memang benar ada pendonor bernama Gerald Aditama yang sekitar satu jam yang lalu telah meninggalkan ruang donor. “Benar bu tadi ada pendonor yang bernama Gerald Aditama" Sherina memang tidak salah lihat, Gerald lah yang memasuki ruang donor sejam lalu. "Lalu, apakah darah untuk pasien atas nama Shaquel sudah ada? ". “Saat ini anak kami sedang membutuhkan transfusi darah dari Pak Gerald karena kebetulan tipe darah mereka sama”. Raut wajah kedua perawat itu menjadi kebingungan karena data yang mereka terimah adalah transfusi darah untuk pasien kecelakan bernama Sean Aditama
“Shaquel sayang, demam mu sangat tinggi, nak. Jangan buat ibu takut, nak”. Seorang perempuan bernama Sherina panik saat mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit dan tiba-tiba demamnya sangat tinggi. Kepanikannya semakin bertambah karena saat ini suaminya sedang tidak berada di rumah sehingga dia hanya tinggal berdua dengan putrinya, Shaquel, yang baru berusia 5 tahun.Suaminya, Gerald yang juga merupakan seorang dokter telah meresepkan obat untuk Shaquel, tapi obat yang diresepkan Gerald untuk Saquel tidak mempan dan malah membuat demam Shaquel semakin tinggi. Dalam kepanikannya, Sherina lantas menghubungi Gerald untuk memberi tahunya keadaan Shaquel yang memprihatinkan dan butuh penanganan segera. Dia benar-benar takut jika sampai terjadi apa-apa kepada putri semata wayangnya itu. Ketika telepon berdering, Gerald sedang berada di sebuah tempat hiburan malam dan tidak memperdulikan panggilan Sherina karena merasa dia adalah gangguan untuknya ketika sedang berkumpul bersam