Share

PART 4

Amarah Sherina semakin tak terkendali ketika membayangkan betapa menderitanya anaknya semasa hidupnya.

Laki-laki yang mengaku ayahnya tega membiarkannya meregang nyawa dan sekarang membiarkan putrinya berada di meja operasi demi memberikan jantungnya kepada anak laki-laki yang tidak dia ketahui identitasnya.

Sherina segera mencari keberadaan Gerald dan mempertanyakan terkait hal ini, dia pasti masih berada di rumah sakit ini karena rumah sakit ini juga adalah tempat Gerald bekerja.

“Tunggu saja pembalasanku untuk kalian, tidak akan kubiarkan kalian hidup tenang sementara anakku yang menjadi korban".

Yang tidak diketahui Sherina adalah surat persetujuan donor jantung Shaquel ini ternyata asal ditandatangani Gerald tanpa melihat isi suratnya.

Meskipun begitu, nyawa Shaquel telah melayang dan jantungnya pun sebentar lagi akan berpindah ke Sean Aditama. Sherina benar-benar mengutuk tindakan ceroboh ini.

Secara kebetulan, Sherina bertemu dengan Gerald sesaat setelah dia mengurus surat kematian Shaquel. Dengan wajah tak berdosa Gerald mempertanyakan soal Shaquel.

“Shaquel dimana? Aku ingin bertemu dengannya”.

Gerald mencoba membuka komunikasi dengan Sherina. Dia sama sekali tidak mengetahui bahwa Shaquel telah pergi untuk selamanya akibat dari keegoisannya.

Sekuat tenaga Sherina mencoba menahan amarahnya. Tidak ada gunanya untuk berdebat dengan orang seperti Gerald apalagi ini di rumah sakit, dia tidak ingin arwah putrinya melihat pertengkaran mereka di hari kematiannya.

“Untuk apa kamu mencari anakku? Bukannya selama dia dirawat kamu selalu sibuk dengan urusanmu tanpa sedikit pun menoleh kepadanya?”.

“Bahkan kamu mengingkari janjimu untuk memberikan darahmu kepadanya? Lalu untuk apa kau mencarinya sekarang?”.

Tidak bisa dipungkiri bahwa yang dikatakan Sherina semuanya adalah fakta yang sukses membuat Gerald terdiam. dia berusaha untuk menahan kekecewaannya terhadap suaminya, biarlah dia memendamnya sendiri.

Gerald terdiam sejenak sebelum dia berusaha melakukan pembelaan untuk dirinya. Cihh laki-laki macam apa ini yang masih berani-beraninya melakukan pembelaan setelah membunuh anaknya sendiri.

“Saya sama sekali tidak bermaksud untuk mengabaikan anak kita Shaquel, kamu harus memahami posisiku, Sherina”.

Mendengar pembelaan Gerald, Sherina benar-benar muak. Jelas-jelas dia mengabaikan Shaquel dan masih meminta untuk dimengerti, dasar laki-laki sinting.

Bahkan tidak ada kata maaf yang keluar dari mulutnya setelah membuat kekacauan.

***

Dokter yang telah selesai melakukan pemindahan jantung Shaquel menghampiri Sherina untuk menyampaikan bahwa pemindahan organnya telah selesai.

“Sekarang pihak keluarga sudah bisa membawa pulang jenazah Shaquel ”.

Air mata Sherina kembali lolos ketika dokter menyebut kata ‘Jenazah’ untuk putrinya. Dia belum bisa menerima kenyataan ini.

Takdir memang sangat kejam kepadanya, baru saja dia merasakan kebahagiaan menjadi seorang ibu tapi harus berakhir dengan kenyataan pahit ini.

“Shaquel sayang, maafkan ibu yang belum bisa menjagamu dengan maksimal”.

Berada di posisi Sherina memang sangatlah menyakitkan. Kehilangan anak semata wayang dan ditambah lagi suami yang cuek.

Ketika dia masih berlabuh dalam khayalan, perawat menyambanginya untuk meminta tantangan di surat penyerahan Jenazah.

“Mohon maaf ibu, silahkan tandatangani suratnya”.

“Baik sus”.

Rasanya hampa, tidak ada lagi yang menjadi penyemangat hidupnya karena satu-satunya semangatnya untuk hidup kini telah kembali ke pangkuan Tuhan.

Kesedihan Sherina ternyata dilihat oleh sepasang mata dari seberang sana, dia adalah Zumi. Senyum puas terpancar di wajahnya tatkala operasi pemindahan jantung Shaquel ke Sean telah berhasil dilakukan.

Zumi memang licik, dia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pendonor untuk Sean sekalipun harus menghilangkan nyawa anak tak berdosa.

“Akhirnya Sean dapat terselamatkan dengan kematian Shaquel. Hahahaha”. Zumi tersenyum puas.

Sejak pertemuan terakhirnya dengan Gerald beberapa waktu lalu, hingga anaknya akan dibawa pulang tidak ada tanda-tanda suaminya itu akan mencarinya lagi bahkan Gerald belum mengetahui jika Shaquel telah tiada.

Sekali lagi, Sherina mencoba menelpon Gerald dengan maksud akan menceritakan semua apa yang terjadi pada Shaquel. Kali ini dia membuang jauh egonya karena biar bagaimanapun Gerald adalah ayahnya dan Shaquel sebelum dimakamkan berhak untuk bertemu dengan ayahnya.

Takdir memang tidak berpihak kepadanya, bersusah payah dia membuang egonya untuk menghubungi laki-laki biadab itu tetapi hasilnya nihil.

“Akan kubuat kau menyesali perbuatanmu ini, Gerald”.

Disaat bersamaan ketika Sherina hendak meninggkan rumah sakit, dia melihat Gerald untuk yang kedua kalinya berduaan dengan perempuan yang dilihatnya beberapa waktu lalu menggandeng mesra tangan Gerald.

Dengan senyuman sinis, Sherina mengejek perbuatan tercelah Gerald. Bisa-bisanya dia masih bersantai bersama perempuan lain setelah membunuh anaknya.

“Haaaah, jadi ini alasanmu mengabaikan Shaquel sampai dia harus meregang nyawanya”. Batin Sherina.

Kali ini takdir memihaknya, Gerald secara tidak sengaja menoleh dan melihat Sherina. ‘sepertinya bakalan ada perang antara Sherina dan Gerald’.

Gandengan tangan Gerald kepada Zumi yang awalnya sangat erat dan mesra, buru-buru dilepas karena tidak ingin Sherina salah paham terhadap apa yang dilihatnya.

Dia berusaha menjelaskan situasi saat ini, namun Sherina menunjukkan wajah acuh tak acuh yang membuat Gerald bingung dengan sikap Istrinya ini.

“Iiii ini tidak seperti yang kamu lihat, sayang. Aku bisa menjelaskan kepadamu tentang situasi saat ini”.

Karena kebencian mulai tumbuh di hatinya, Sherina tidak peduli dengan penjelasan Gerald namun melayangkan satu pukulan yang tepat mengenai wajah Gerald. Dia memang pantas mendapatkannya tetapi itu belum sebanding dengan yang Shaquel dan Sherina alami.

Plaaakk !! suara tamparan itu terdengar begitu renyah namun menyakitkan. Gerald sama sekali tidak menyangka jika Sherina berani menamparnya apa lagi didepan Zumi.

“Saya tidak butuh penjelasanmu dan berhenti memanggilku sayang. Lanjutkan saja kegiatan kalian semoga tamparan tadi menyadarkanmu dari kesalahanmu”.

Zumi yang menyaksikan hal ini berusaha membelah Gerald. Ahhh percuma saja Zumi berusaha membelah Gerald karena Sherina tidak akan mendengarkan pembelaan apapun dari manusia-manusia kejam dihadapannya.

“Kakak ipar, aku mohon jangan salahkan Gerald atas hal ini. kami berdua tidak ada hubungan apa-apa dan ini hanya sebatas hubungan kakak dan adik saja”.

Ahhhh omong kosong, mana ada hubungan kakak dan adik yang semesra ini apalagi Zumi adalah mantan kekasih Gerald belum lagi kemunculan anak laki-laki yang memakai nama belakang Gerald.

"Jangan memanggilku kakak ipar, saya tidak sudih".

***

Sherina yang telah berada di rumah duka menemani Shaquel dan mencoba untuk tetap tegar dihadapan jenazah anaknya walaupun sebenarnya hatinya sangat sakit setelah beberapa peristiwa mngejutkan terjadi belakangan ini.

Bahkan saat Shaquel sebentar lagi dimakamkan Gerald tak kunjung datang melihatnya dan kebetulan hari ini adalah hari ulang tahunnya yang bertepatan dengan hari pemakamannya. Biasanya kalau Shaquel berulang tahun, Gerald akan menemaninya makan kue coklat kesukaannya.

Dalam suasana duka, ada pesan masuk dari Gerald yang menyatakan kesediaannya untuk merayakan ulang tahun Shaquel seperti biasanya.

Sherina yang melihat pesan teks itu memberitahukan kepada Gerald lokasinya saat ini dan Shaquel, dia memberinya waktu 2 jam untuk bisa bertemu dengan putrinya.

“Jika kamu ingin bertemu Shaquel di hari ulang tahunnya, datanglah ke jalan Melati dalam 2 jam kedepan, kalau kamu tidak bisa hadir dalam waktu yang ditentukan maka jangan harap kamu akan bertemu dengan Shaquel lagi”.

Alasan Sherina memberi Gerald waktu dua jam karena dalam tenggat waktu itu Shaquel akan dimakamkan. Jika dia terlambat maka tidak ada lagi Shaquel yang akan dilihatnya di masa depan.

Gerald yang menerima balasan dari Sherina segera bergegas mencari kue coklat kesukaan Shaquel. Sesaat sebelum beranjak, Zumi menanyakan kemanakah Gerald akan pergi.

Gerald menceritakan kepada Zumi kemana dia akan pergi hari ini.

“Hari ini Shaquel berulang tahun, aku akan pulang dan menemaninya untuk merayakan ulang tahunnya”.

Zumi yang kesal setelah mendengar jawaban Gerald langsung mencari ide agar Gerald tetap bersamanya di rumah sakit menemani Sean karena kebetulan hari ini Sean juga sudah diperbolehkan untuk pulang.

“Bisakah kamu tidak pergi? Hari ini Sean sudah diperbolehkan pulang dan dia pasti sangat membutuhkanmu disampingnya. Kumohon jangan pergi”.

Gerald berusaha untuk menolak keinginan Zumi karena biar bagaimanapun dia sudah berjanji untuk menemani Shaquel di hari ulang tahunnya.

"Aku hanya sebentar menemani Shaquel, setelah itu aku akan kembali menjemput kalian".

Sean yang berada di sebelah Zumi pun ikut berbicara. Dia tidak ingin Gerald memberikan sedikitpun waktunya untuk Shaquel, baginya Gerald adalah miliknya.

" Bisakah ayah Gerald tidak pergi? Aku mohon".

"Taa tapi nak, ayah hanya.... "

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status