Sherina tidak lagi menahan amarahnya di depan Gerald. Kekecewaan yang selama ini dipendamnya berusaha dia keluarkan.
Dia terlalu muak menghadapi sikap egois suaminya itu. Gerald selalu bersikap semaunya tanpa memikirkan perasaan Sherina. "Seharusnya kamu yang bertanya pada dirimu sendiri, kemana saja kamu saat anakmu membutuhkan supportmu?,Gerald". " Apakah kamu pernah hadir sedetik saja saat dia terbaring di rumah sakit? JAWAB, GERALD". Teriakan Sherina membuat Gerald sangat marah. Dia belum mendapatkan jawaban terkait karangan bunga di halaman rumahnya, sekarang Sherina mengungkit masalah di rumah sakit. Dia merasa Sherina mempermainkannya, padahal Gerald tidak pernah berkaca bahwa masalah ini awalnya ditimbulkan olehnya. "Tidak usah kamu ungkit-ungkit persoalan di rumah sakit. Bukankah Shaquel baik-baik saja? Lagian sekarang saya sudah datang untuk menemui Shaquel dan akan menemaninya merayakan ulang tahunnya". Laki-laki ini memang kurang peka atau mungkin bodoh. Dia masih belum menyadari kepergian putrinya untuk selamanya, padahal di luar jelas terpampang karangan bunga bela sungkawa. Secara logika, di rumah mereka saat ini hanya ada dia dan Sherina. Jika dia punya kepekaan, tentu saja dia sudah menyadari bahwa Shaquel tidak berada di sana. " Dengar Gerald, anak ku tidak membutuhkan mu lagi dan bahkan untuk disebut sebagai seorang ayah pun kamu sudah tidak pantas". "Saya tekankan sekali lagi, KAMU TIDAK PANTAS MENJADI AYAHNYA SHAQUEL, TIDAK PANTAS SAMA SEKALI. Camkan itu". Perdebatan diantara mereka terus berlanjut karena tidak ada yang mengalah baik Gerald maupun Sherina. Gerald yang tidak terima dengan tuduhan Sherina melayangkan tamparan keras ke wajah Sherina. Sementara Sherina juga tidak bisa terima sikap egois Gerald yang menyebabkan putirnya meninggal dunia. "PLAK!!!". Telapak tangan Gerald mendarat di pipi Sherina. "Kamu sama sekali tidak berhak berkata seperti itu. Saya ini ayahnya dan jangan berbelit-belit lagi, dimana Shaquel dan apa maksud bunga di depan?". Sherina yang mendapat perlakuan kasar dari Gerald menatapnya dengan penuh amarah. Dia tidak menyangka Gerald akan berbuat hal sejauh ini. Gerald sudah sangat keterlaluan karena berani memukul Sherina. Tetapi selang beberapa saat dia menyadari tindakan pemukulan itu salah, buru-buru dia meminta maaf kepada Sherina. "Maafkan aku Sherina, aku tidak bermaksud untuk memukulmu. Ini semua karena kamu yang terus memrovokasi ku". Permintaan maaf itu ternyata tidak tulus, usai minta maaf, Gerald masih sempat-sempatnya menyalahkan Sherina. Sherina yang marah karena tindakan Gerald, langsung membalas dengan kalimat pedasnya. "Memang sudah tepat jika saya menyebutmu laki-laki tidak berperasaan dan egois. Hatimu sudah dimakan anj*ng, Gerald". Gerald yang niat awalnya datang merayakan ulang tahun Shaquel merasa Sherina tidak menyambut niat baiknya. Gerald yang murka melempar kue ulang tahun ke lantai yang awalnya dibawa untuk merayakan ulang tahun Shaquel. Menyaksikan hal ini, Sherina tidak merespon. Dia membiarkan Gerald melakukan apapun yang dia mau karena percuma berbicara dengan orang seperti Gerald. Bagaimana bisa ada perayaan ulang tahun sementara yang berulang tahun telah tiada di dunia ini?. *** Kepergian Shaquel menyisakan duka mendalam untuk Sherina. Dia belum bisa menerima kepergian putrinya yang begitu cepat. Dukanya ini semakin bertambah ketika mendapati kenyataan bahwa suaminya masih belum merasa bersalah atas kematian Shaquel bahkan belum menyadari kematian putri mereka. Bahkan Gerald, ingkar janji untuk datang menemui Shaquel sebelum pemakamannya dimulai. Itulah mengapa Sherina sangat membenci Gerald. "Shaquel, anakku sayang. Ibu minta maaf karena tidak bisa mempertemukanmu dengan ayahmu bahkan di hari pemakamanmu, maafkan ibu nak". Sherina terisak di depan figura putrinya. Satu-satunya alasannya bertahan dalam pernihakannya dengan Gerald adalah Shaquel dan sekarang dia telah tiada. Lalu, untuk apa dia masih bertahan sekarang? Pernikahan itu seharusnya diisi dengan kebahagiaan, bukan dengan berbagai macam konflik seperti yang terjadi di rumah tangganya dengan Gerald. Terbersit dalam pikiran Sherina untuk menggugat cerai Gerald, tetapi sebelum itu dia harus membuat suaminya itu berlulut dihadapannya dan di depan makam Shaquel. Dia tidak akan pergi begitu saja tanpa membuat kehancuran dalam hidup Gerald. Terlalu muda jika dia hanya menggugat tapi tidak menimbulkan sesuatu yang sulit dilupakan Gerald. "Tidak akan kubiarkan hidup mu tenang sebelum kamu membayar lunas apa yang telah kamu lakukan terhadap putriku". Sementara usai berdebat dengan Sherina, Gerald kembali ke rumah Zumi untuk menemui Sean. Aahh memang dia tidak pantas menjadi ayah Shaquel, disaat seperti ini pun masih lebih mementingkan Sean. Zumi yang melihat kehadiran Gerald di rumahnya, lantas menemuinya dan bersikap seramah mungkin untuk menarik simpati Gerald. " Kamu kenapa? Kok kelihatannya tidak baik-baik saja, apa terjadi sesuatu? Kamu boleh menceritakannya kepadaku, Gerald". Gerald yang memang butuh tempat untuk bercerita, mulai menceritakan kejadian hari ini, termasuk pertengkarannya dengan Sherina. "Aku hanya sedikit lelah, Zumi, setelah berdebat dengan Sherina. Dia berusaha mencari perhatianku dengan memasang serangkaian ucapan bela sungkawa di rumah kami". Mendengar hal itu, Zumi sama sekali tidak terkejut karena dia sudah mengetahui bahwa Shaquel telah tiada namun masih berpura-pura di depan Gerald. Zumi bahkan memanfaatkan situasi ini untuk memprovokasi Gerald agar terus berseteru dengan Sherina. Tujuannya tidak lain hanya untuk memisahkan pasangan itu. " Astaga, aku sungguh tidak menyangka Sherina sampai sejauh itu hanya untuk menarik perhatianmu. Menurutku dia sudah keterlaluan". Zumi mencoba memprovokasi Gerald. Padahal, Zumi telah mengetahui kematian Shaquel akan tetapi dia terus berpura-pura dihadapan Gerald dan menjadikan masalah ini sebagai salah satu caranya untuk menarik Gerald kedalam pelukannya. "Menurutku, kamu harus segera menceraikan Sherina biar dia tahu konsekuensi dari tindakannya itu". Gerald yang mendengar kata Cerai, seketika tersadar bahwa dia tidak boleh menceraikan Sherina bahkan jika dia sudah tidak mencintainya lagi. Gerald memang tidak berperasaan. Dia sudah tidak mencintai Sherina tetapi juga tidak mau melepaskannya dengan alasan dia tidak ingin membuat orang tuanya kecewa. Pernikahannya dengan Sherina adalah hasil perjodohan, tetapi dia sudah berjanji kepada orangtuanya untuk tidak pernah melepaskan istrinya. "Bercerai? untuk saat ini aku belum memikirkan untuk bercerai dengan Sherina". Gerald tidak menjelaskan alasannya kepada Zumi mengapa dia belum bisa menceraikan Sherina. Tetapi Zumi yang mendengar penuturan Gerald, dalam hatinya sangat tidak terima jika Gerald masih menyimpan Sherina di hatinya bahkan, tidak mau menceraikannya. Bukan Zumi namanya jika tidak pandai berpura-pura, dia mencoba tenang di hadapan Gerald tetapi dalam hatinya murka. " Baiklah, jika kamu belum bisa menceraikannya itu hakmu tetapi coba pikirkan lagi apa yang akan terjadi jika kamu terus bersamanya". Zumi memang pandai memprovokasi sekaligus ahli dalam menarik simpati. Harus diakui bahwa keahliannya ini membuat Gerald semakin jauh terbawa pengaruhnya. Sean yang tiba-tiba datang, berteriak ke arah Gerald 'Ayah' dan langsung menghambur kedalam pelukannya. "Ayah Gerald, kenapa baru datang sekarang? aku tidak bisa jauh-jauh dari ayah".“Shaquel sayang, demam mu sangat tinggi, nak. Jangan buat ibu takut, nak”. Seorang perempuan bernama Sherina panik saat mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit dan tiba-tiba demamnya sangat tinggi. Kepanikannya semakin bertambah karena saat ini suaminya sedang tidak berada di rumah sehingga dia hanya tinggal berdua dengan putrinya, Shaquel, yang baru berusia 5 tahun.Suaminya, Gerald yang juga merupakan seorang dokter telah meresepkan obat untuk Shaquel, tapi obat yang diresepkan Gerald untuk Saquel tidak mempan dan malah membuat demam Shaquel semakin tinggi. Dalam kepanikannya, Sherina lantas menghubungi Gerald untuk memberi tahunya keadaan Shaquel yang memprihatinkan dan butuh penanganan segera. Dia benar-benar takut jika sampai terjadi apa-apa kepada putri semata wayangnya itu. Ketika telepon berdering, Gerald sedang berada di sebuah tempat hiburan malam dan tidak memperdulikan panggilan Sherina karena merasa dia adalah gangguan untuknya ketika sedang berkumpul bersam
Sherina yang penasaran pun langsung menuju ruang donor untuk mencari keberadaan Gerald. Setibanya di sana, di ruangan itu hanya terdapat dua orang perawat yang sedang bertugas dan tidak ada bayangan Gerald sama sekali. “Sus maaf saya mau nanya. Apakah tadi ada seorang pria atas nama Gerald Aditama datang mendonorkan darah?”. Perawat yang ada di ruangan itu lantas menjawab pertanyaan Sherina bahwa memang benar ada pendonor bernama Gerald Aditama yang sekitar satu jam yang lalu telah meninggalkan ruang donor. “Benar bu tadi ada pendonor yang bernama Gerald Aditama" Sherina memang tidak salah lihat, Gerald lah yang memasuki ruang donor sejam lalu. "Lalu, apakah darah untuk pasien atas nama Shaquel sudah ada? ". “Saat ini anak kami sedang membutuhkan transfusi darah dari Pak Gerald karena kebetulan tipe darah mereka sama”. Raut wajah kedua perawat itu menjadi kebingungan karena data yang mereka terimah adalah transfusi darah untuk pasien kecelakan bernama Sean Aditama
Sepasang mata yang menyaksikan kemesraan Gerald dengan Zumi adalah Sherina. Dia tidak sengaja melihat kedekatan Gerald dan perempuan itu. Dia sama sekali tidak mengetahui diapa perempuan yang bersama suaminya. “Dasar laki-laki busuk tidak tahu malu. Anaknya sedang berjuang melewati masa kritis tapi dia malah asyik bersama perempuan lain”. Umpat Sherina. Sementara Zumi yang menggandeng tangan Gerald dengan mesra, sama sekali tidak mengetahui bahwa tindakan kotornya ini dilihat oleh istri sah Gerald malahan semakin mengeratkan gandengannya. Mereka berjalan di lorong rumah sakit bak suami istri, sementara ada hati yang terluka setelah menyaksikan secara langsung Gerald menggandeng perempuan lain. Ingin rasanya Sherina melabrak Gerald dan Zumi untuk mempertabyakan hubungan mereka tapi ditahannya karena mengingat saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membongkar kebusukan mereka, masih ada Shaquel yang harus diutamakan dibanding membuat keributan di rumah sakit. “Jika saja a
Amarah Sherina semakin tak terkendali ketika membayangkan betapa menderitanya anaknya semasa hidupnya. Laki-laki yang mengaku ayahnya tega membiarkannya meregang nyawa dan sekarang membiarkan putrinya berada di meja operasi demi memberikan jantungnya kepada anak laki-laki yang tidak dia ketahui identitasnya. Sherina segera mencari keberadaan Gerald dan mempertanyakan terkait hal ini, dia pasti masih berada di rumah sakit ini karena rumah sakit ini juga adalah tempat Gerald bekerja. “Tunggu saja pembalasanku untuk kalian, tidak akan kubiarkan kalian hidup tenang sementara anakku yang menjadi korban". Yang tidak diketahui Sherina adalah surat persetujuan donor jantung Shaquel ini ternyata asal ditandatangani Gerald tanpa melihat isi suratnya. Meskipun begitu, nyawa Shaquel telah melayang dan jantungnya pun sebentar lagi akan berpindah ke Sean Aditama. Sherina benar-benar mengutuk tindakan ceroboh ini. Secara kebetulan, Sherina bertemu dengan Gerald sesaat setelah dia menguru
Sean pun sudah memanggil Gerald dengan sebutan ayah. Berarti hubungan mereka memang ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Sherina. "Sean sayang, ayah pergi hanya sebentar saja dan setelah itu akan kembali menemui kalian lagi". Sean yang sama liciknya dengan Zumi kembali merengek agar Gerald tidak menemui Shaquel. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tak heran jika Sean akan mengikuti sikap ibunya. " Kalau ayah pergi, aku tidak mau lagi bicara dengan ayah dan akan mogok minum obat". Duuh masih kecil tapi sudah bisa mengancam. Gerald yang mendengar ancaman Sean pun urung untuk pergi menemui Shaquel. Dia tidak ingin ancaman itu benar-benar dilakukan Sean karena bisa berbahaya untuk kesehatannya. Dia berusaha membujuk Sean agar tidak ngambek lagi kepadanya. "Baiklah ayah tidak jadi pergi, tapi kamu harus janji untuk rajin minum obat supaya cepat sembuh". " Sean janji asalkan ayah tidak pergi, aku akan nurut apa kata ayah". Zumi yang menyaksikan interaksi Gerald