Sepasang mata yang menyaksikan kemesraan Gerald dengan Zumi adalah Sherina. Dia tidak sengaja melihat kedekatan Gerald dan perempuan itu. Dia sama sekali tidak mengetahui diapa perempuan yang bersama suaminya.
“Dasar laki-laki busuk tidak tahu malu. Anaknya sedang berjuang melewati masa kritis tapi dia malah asyik bersama perempuan lain”. Umpat Sherina. Sementara Zumi yang menggandeng tangan Gerald dengan mesra, sama sekali tidak mengetahui bahwa tindakan kotornya ini dilihat oleh istri sah Gerald malahan semakin mengeratkan gandengannya. Mereka berjalan di lorong rumah sakit bak suami istri, sementara ada hati yang terluka setelah menyaksikan secara langsung Gerald menggandeng perempuan lain. Ingin rasanya Sherina melabrak Gerald dan Zumi untuk mempertabyakan hubungan mereka tapi ditahannya karena mengingat saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membongkar kebusukan mereka, masih ada Shaquel yang harus diutamakan dibanding membuat keributan di rumah sakit. “Jika saja aku tidak memikirkan anak ku, pasti saya akan menuntut penjelasan kepada kalian berdua tapi aku tidak ingin buang-buang waktu”. Sherina kemudian berinisiatif untuk menghubungi Gerald. Dia hanya ingin mengetahui apakah masih ada kepedulian dihati Gerald untuk mereka. Sambil meneteskan air mata, Sherina menekan tombol panggil di nama Gerald. Dalam hati dia yakin Gerald tidak akan menjawab teleponnya namun dia tetap meneleponnya. “Tuuutt… tuuutt… tuuutt !” Percobaan pertama tidak mendapat jawaban dari Gerald dan Sherina hanya tersenyum kecut. Dia sudah menduga Gerald akan mengabaikannya. Belum lagi dia barusan menggandeng perempuan lain yang disaksikannya sendiri. Setelah percobaan pertama gagal, Sherina kembali melakukan panggilan untuk kedua kalinya dan kali ini Gerald menjawab panggilan Sherina. “Halo ! ada apa kamu meneleponku? Saya sedang sibuk, sebentar lagi aku akan melakukan operasi untuk pasien ku”. Gerald berbohong karena dia tidak mau meninggalkan Sean sendirian. Mendengar jawaban Gerald, Sherina tertawa mengejek karena jelas-jelas dia melihat Gerald bergandengan mesra dengan seorang perempuan tapi beralasan sibuk karena akan ada operasi. “Ohh maaf kalau aku mengganggumu. Saya lupa kalau kamu seorang dokter dan waktumu berharga sampai-sampai lupa menjenguk anak kita aahh maaf anak ku”. Kata-kata Sherina sukses membuat Gerald terdiam sejenak. Dia menyadari dirinya memang terkesan mengabaikan Shaquel tapi karena egonya tinggi dia kemudian kembali mencari alasan untuk membenarkan tindakannya. Ayah macam apa ini yang melupakan keberadaan putrinya sendiri dan malah sibuk memanjakan orang lain. “Maksud kamu apa Sherina? Anak mu? Kamu jangan lupa kalau saya ini adalah ayahnya Shaquel jadi lebih tepatnya adalah anak KITA. Saya adalah ayahnya, ingat itu”. Berani-beraninya laki-laki busuk ini masih menganggap Shaquel sebagai anaknya sementara saat Shaquel sangat butuh donor dia mengabaikannya. “Sudahlah Gerald saya malas berdebat dengan orang yang kejam sepertimu yang ada masalah tidak akan pernah selesai”. Tanpa pikir panjang, Sherina mengakhiri sambungan telepon karena dia tau semakin dia berdebat dengan Gerald, hatinya semakin sakit. *** Shaquel masih berjuang melewati masa kritisnya, berharap akan ada keajaiban untuk menyelamatkan nyawanya karena seperti yang diketahui, DBD adalah salah satu penyakit yang mematikan jika tidak mendapat penanganan yang tepat. Darah dari Gerald yang seharusnya untuk Shaquel malah diberikan kepada Sean dan ini memperburuk kondisi Shaquel. Sherina yang dilanda keputus asaan tiba-tiba melihat Shaquel dibawa ke ruang ICU oleh dokter dan perawat. Dia semakin khawatir jika terjadi apa-apa dengan Shaquel. “Dok anak saya mau dibawa kemana?”. Sherina menghentikan dokter yang hendak membawa pasien ke ruang ICU. “Anak ibu akan dipindahkan ke ruang ICU karena kondisinya semakin memburuk, mohon beri jalan”. Mendengar hal itu, sebagai seorang ibu, Sherina menangis sejadi-jadinya. Dia tidak sanggup membayangkan jika dia kehilangan putrinya. “Shaquel bertahan lah nak, ibu tidak mau kehilanganmu sayang kamu pasti bisa melewati masa kritis ini, nak”. Air mata Sherina terus mentes tatkala melihat kondisi putrinya yang semakin memburuk. Zumi yang kebetulan melihat Sherina menangisi Shaquel secara tidak sadar tersenyum licik. Dia selama ini memang mengharapkan Shaquel pergi dari dunia ini karena hanya Shaquel yang bisa memberikan jantungnya kepada Sean. Kelicikannya tidak hanya sampai disitu, dia bahkan membuat surat pernyataan kesediaan donor jantung dan memberikannya kepada Gerald sebagai orang tua calon pendonor untuk ditanda tangani. Dengan adanya surat persetujuan ini, Zumi bisa mengambil jantung Shaquel kapan pun dia mau asalkan sudah mendapat tanda tangan dari salah satu orang tua atau wali calon pendonor. Gerald yang tanpa sengaja menandatangani surat persetujuan itu. Dia tidak membaca isinya dan langsung membubuhinya tandatangan. Penyesalan menantikan Gerald karena kecerobohannya ini, dia tidak menyadari bahaya sedang mengintai Shaquel. Zumi yang berhasil mendapat tanda tangan Gerald tersenyum bahagia karena sebentar lagi penyakit jantung Sean bisa disembuhkan setelah dia pulih dari kecelakaan kemarin. Zumi sudah tidak sabar menantikan hari kematian Shaquel karena itu akan menjadi hari baik untuk Sean. Wanita licik ini kemudian menyelinap masuk kedalam ruangan Shaquel dengan menyamar sebagai perawat sehingga tidak memunculkan kecurigaan. Dia bertujuan untuk mempercepat kematian Shaquel sehingga proses pemindahan jantung Shaquel ke Sean bisa segera dilakukan. Selang oksigen sengaja dilepas Zumi selama beberapa saat untuk membuat Shaquel berhenti bernafas, setelah aksinya dirasa telah berhasil dia buru-buru meninggalkan ruang ICU karena takut aksinya diketahui pihak rumah sakit. Tidak berselang lama setelah Zumi meninggalkan ruangan Shaquel, perawat yang bertugas tiba diruangan itu untuk melakukan pemeriksaan akan tetapi dia mendapati pasien sudah tidak bernyawa. “Dokter, pasien di ruang ICU sepertinya sudah tiada”. Perawat menginformasikan kepada dokter setelah memeriksa Shaquel. Sementara dokter telah tiba di ruangan Shaquel, dia memastikan perkataan perawat tadi dan benar saja Shaquel telah pergi untuk selamanya. Sherina yang masih berada di ruang tunggu belum mengetahui kondisi terkini Shaquel. Dia terus berdoa untuk keselamatan putrinya hingga dokter menghampirinya dan memberitahukan berita pahit ini. “Ibu Sherina ! dengan berat hati saya menyampaikan kepada ibu bahwa putri anda Shaquel Aditama telah tiada”. Deeeegg !... dada Sherina seperti dihujami beribu-ribu belatih tajam setelah mendengar pernyataan dokter. Kakinya mendadak seperti tidak bertulang, pandangannya kabur, dan mendadak kepalanya pusing setelah mengetahui berita paling menyakitkan ini. Dia sama sekali tidak menyangka akan mendapat berita pahit ini. membayangkannya saja dia tidak sanggup tetapi malah mendapati kenyataan pahit ini. Bagaimana Sherina akan hidup jika tanpa Shaquel disisnya, sementara suami yang begitu dicintainya juga telah berubah drastis. “Apa dok? Tidak mungkin, anda pasti bercanda. Tidak mungkin Shaquel pergi secepat ini”. “Saya yakin anda pasti salah, tolong diperiksa lagi dokter. Toloooooong !” tanpa sadar Sherina berteriak kepada dokter yang memeriksa Shaquel. Sherina benar-benar hancur ketika melihat anaknya telah dibalut kain putih. Ini seperti mimpi buruk baginya, air matanya terus mengalir tanpa henti. *** Nasi sudah jadi bubur, begitulah kira-kira pepatah yang cocok untuk kisah ini. bagaimana tidak? Gerald yang seharusnya bisa menyelamatkan nyawa Shaquel tapi tidak melakukannya hanya karena Sean. Dalam kedukaannya, Sherina mencoba memberi tahu Gerald bahwa putrinya telah tiada namun seperti biasa Gerald sangat susah dihubungi. Gerald yang dikendalikan oleh Zumi dan Sean seakan tidak bisa lepas dari mereka, bahkan untuk sekedar melihat wajah putrinya yang terakhir kali dia tidak melakukannya. “Saya tidak akan memaafkanmu Gerald ! sampai matipun aku tidak akan pernah memaafkanmu”. Hal yang lebih mengejutkan lagi untuk Sherina adalah ketika mengetahui jantung anaknya akan diberikan kepada pasien atas nama Sean Aditama. Dia merasa ada yang janggal karena dia tidak pernah mendapat surat persetujuan untuk memberikan jantung anaknya kepada orang lain tetapi tiba-tiba akan dilakukan operasi untuk transpalantasi jantung kepada pasien bernama Sean Aditama. Sherina lantas mempertanyakan mengapa anaknya harus memberikan jantungnya kepada Sean sementara dirinya tidak pernah diajak berdiskusi mengenai hal ini. Dia sangat tidak rela jika dalam kondisi seperti ini, anaknya masih harus berkorban untuk orang lain. Alangkah terkejutnya Sherina setelah perawat memperlihatkan surat persetujuan yang diatasnya terdapat tanda tangan basah dari Gerald. “Dasar laki-laki sialan, beraninya dia menyetujui untuk memberikan jantung anakku kepada anak laki-laki ini tanpa meminta pendapatku, akan kubuat perhitungan untuk kalian satu persatu”. “Siapa sih sebenarnya anak laki-laki ini sampai Gerald tega mengorbankan nyawa anakku?”.Amarah Sherina semakin tak terkendali ketika membayangkan betapa menderitanya anaknya semasa hidupnya. Laki-laki yang mengaku ayahnya tega membiarkannya meregang nyawa dan sekarang membiarkan putrinya berada di meja operasi demi memberikan jantungnya kepada anak laki-laki yang tidak dia ketahui identitasnya. Sherina segera mencari keberadaan Gerald dan mempertanyakan terkait hal ini, dia pasti masih berada di rumah sakit ini karena rumah sakit ini juga adalah tempat Gerald bekerja. “Tunggu saja pembalasanku untuk kalian, tidak akan kubiarkan kalian hidup tenang sementara anakku yang menjadi korban". Yang tidak diketahui Sherina adalah surat persetujuan donor jantung Shaquel ini ternyata asal ditandatangani Gerald tanpa melihat isi suratnya. Meskipun begitu, nyawa Shaquel telah melayang dan jantungnya pun sebentar lagi akan berpindah ke Sean Aditama. Sherina benar-benar mengutuk tindakan ceroboh ini. Secara kebetulan, Sherina bertemu dengan Gerald sesaat setelah dia menguru
Sean pun sudah memanggil Gerald dengan sebutan ayah. Berarti hubungan mereka memang ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Sherina. "Sean sayang, ayah pergi hanya sebentar saja dan setelah itu akan kembali menemui kalian lagi". Sean yang sama liciknya dengan Zumi kembali merengek agar Gerald tidak menemui Shaquel. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tak heran jika Sean akan mengikuti sikap ibunya. " Kalau ayah pergi, aku tidak mau lagi bicara dengan ayah dan akan mogok minum obat". Duuh masih kecil tapi sudah bisa mengancam. Gerald yang mendengar ancaman Sean pun urung untuk pergi menemui Shaquel. Dia tidak ingin ancaman itu benar-benar dilakukan Sean karena bisa berbahaya untuk kesehatannya. Dia berusaha membujuk Sean agar tidak ngambek lagi kepadanya. "Baiklah ayah tidak jadi pergi, tapi kamu harus janji untuk rajin minum obat supaya cepat sembuh". " Sean janji asalkan ayah tidak pergi, aku akan nurut apa kata ayah". Zumi yang menyaksikan interaksi Gerald
Sherina tidak lagi menahan amarahnya di depan Gerald. Kekecewaan yang selama ini dipendamnya berusaha dia keluarkan. Dia terlalu muak menghadapi sikap egois suaminya itu. Gerald selalu bersikap semaunya tanpa memikirkan perasaan Sherina. "Seharusnya kamu yang bertanya pada dirimu sendiri, kemana saja kamu saat anakmu membutuhkan supportmu?,Gerald". " Apakah kamu pernah hadir sedetik saja saat dia terbaring di rumah sakit? JAWAB, GERALD". Teriakan Sherina membuat Gerald sangat marah. Dia belum mendapatkan jawaban terkait karangan bunga di halaman rumahnya, sekarang Sherina mengungkit masalah di rumah sakit. Dia merasa Sherina mempermainkannya, padahal Gerald tidak pernah berkaca bahwa masalah ini awalnya ditimbulkan olehnya. "Tidak usah kamu ungkit-ungkit persoalan di rumah sakit. Bukankah Shaquel baik-baik saja? Lagian sekarang saya sudah datang untuk menemui Shaquel dan akan menemaninya merayakan ulang tahunnya". Laki-laki ini memang kurang peka atau mungkin bodoh.
“Aku merindukan ayah ! bisakah ayah untuk tinggal dan menemaniku sepanjang waktu?”Perkataan Sean ini membuat Gerald berusaha menampakkan senyuman manisnya. Dia berjanji untuk selalu ada saat Sean membutuhkannya.Sean yang manja tiba-tiba memnghambur ke pelukan Gerald. Dia duduk di pangkuan Gerald dengan waktu yang cukup lama hingga pada akhirnya dia tertidur.Saat ini tinggal Gerald dan Zumi yang masih terjaga. Zumi mencoba membuka pembicaraan dengan Gerald terkait permasalah hari ini. Zumi memang sangat pandai memanfaatkan keadaan, apalagi jika itu tentang Gerald dan Sherina, dia semakin suka karena memiliki kesempatan untuk memprovokasi mereka berdua.“Soal permasalahan di rumahmu, kamu belum menceritakan dengan jelas kepadaku, Gerald. Aku masih menunggu kamu untuk bercerita”.“Aku tidak ingin kamu memendamnya sendirian karena bisa menjadi penyakit untuk kamu suatu saat nanti, maka dari itu ceritakanlah kepadaku, Gerald”.Gerald yang mulai terpancing pun tanpa berpikir panjang men
Betapa terkejutnya Gerald saat melihat Sherina berada di kamar Shaquel.Keterkejutannya ini bukan karena istrinya yang tiba-tiba ada disana tetapi terkait hal yang tidak biasa terjadi di depan matanya.Dia menganggap Sherina gila bahkan mencacinya karena hal bodoh yang menurut Gerald tidak sepantasnya dilakukan.Bahkan Gerald hampir saja merusak semua yang ada di kamar Shaquel. Dia tidak ingin ada hal semacam ini di rumahnya karena hanya orang yang telah meninggal lah yang diperlakukan demikian.“Maksud kamu apa dengan melakukan ritual seperti ini Sherina? Kamu ini bodoh atau bagaimana? Ini jelas-jelas ritual pasca kematian tapi kenapa kamu lakukan di rumah ini?”.Gerald yang marah lantas menarik Sherina dari kursi tempatnya duduk dan langsung menghadapkan wajah mereka sehingga saling bertatapan.Sherina yang terkejut dengan tindakan Gerald, pun berusaha melepaskan cengkraman suaminya dari lengannya. Sekuat tenaga dia mencoba tetapi tidak berhasil.Selama beberapa menit mereka saling
Surat elektronik yang diterima Gerald dibuka di hadapan Sherina. Dia benar-benar terkejut saat sampai di lembar kedua dimana disitu tertulis jelas mengenai keadaan Shaquel.Pernyataan di surat itu membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi akan tetapi dia merasa ini hanyalah sebuah mimpi buruk dan buru-buru mencubit pipinya untuk memastikan semua ini tidak benar.Namun kenyataannya dia sedang tidak bermimpi melainkan dihadapkan pada sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan.“Sherina tolong pukul aku lebih keras Sherina, ini hanya mimpi, kan? Ayo Sherina”. Dia memerintahkan Sherina untuk membangunkannya dari mimpi.Sherina yang mendengar perintah Gerald tidak menurutinya melainkan membiarkan laki-laki itu membaca surat sampai selesai.Gerald benar-benar Shock mendapati sebuah fakta terkait putrinya. Dalam surat itu tertulis jelas bahwa lima hari yang lalu Shaquel telah dipanggil menghadap ke yang maha kuasa.Tertulis sangat jelas tanggal, jam, dan penyebab kematian Shaquel. Gerald benar-
“Shaquel sayang, demam mu sangat tinggi, nak. Jangan buat ibu takut, nak”. Seorang perempuan bernama Sherina panik saat mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit dan tiba-tiba demamnya sangat tinggi. Kepanikannya semakin bertambah karena saat ini suaminya sedang tidak berada di rumah sehingga dia hanya tinggal berdua dengan putrinya, Shaquel, yang baru berusia 5 tahun.Suaminya, Gerald yang juga merupakan seorang dokter telah meresepkan obat untuk Shaquel, tapi obat yang diresepkan Gerald untuk Saquel tidak mempan dan malah membuat demam Shaquel semakin tinggi. Dalam kepanikannya, Sherina lantas menghubungi Gerald untuk memberi tahunya keadaan Shaquel yang memprihatinkan dan butuh penanganan segera. Dia benar-benar takut jika sampai terjadi apa-apa kepada putri semata wayangnya itu. Ketika telepon berdering, Gerald sedang berada di sebuah tempat hiburan malam dan tidak memperdulikan panggilan Sherina karena merasa dia adalah gangguan untuknya ketika sedang berkumpul bersam
Sherina yang penasaran pun langsung menuju ruang donor untuk mencari keberadaan Gerald. Setibanya di sana, di ruangan itu hanya terdapat dua orang perawat yang sedang bertugas dan tidak ada bayangan Gerald sama sekali. “Sus maaf saya mau nanya. Apakah tadi ada seorang pria atas nama Gerald Aditama datang mendonorkan darah?”. Perawat yang ada di ruangan itu lantas menjawab pertanyaan Sherina bahwa memang benar ada pendonor bernama Gerald Aditama yang sekitar satu jam yang lalu telah meninggalkan ruang donor. “Benar bu tadi ada pendonor yang bernama Gerald Aditama" Sherina memang tidak salah lihat, Gerald lah yang memasuki ruang donor sejam lalu. "Lalu, apakah darah untuk pasien atas nama Shaquel sudah ada? ". “Saat ini anak kami sedang membutuhkan transfusi darah dari Pak Gerald karena kebetulan tipe darah mereka sama”. Raut wajah kedua perawat itu menjadi kebingungan karena data yang mereka terimah adalah transfusi darah untuk pasien kecelakan bernama Sean Aditama
Surat elektronik yang diterima Gerald dibuka di hadapan Sherina. Dia benar-benar terkejut saat sampai di lembar kedua dimana disitu tertulis jelas mengenai keadaan Shaquel.Pernyataan di surat itu membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi akan tetapi dia merasa ini hanyalah sebuah mimpi buruk dan buru-buru mencubit pipinya untuk memastikan semua ini tidak benar.Namun kenyataannya dia sedang tidak bermimpi melainkan dihadapkan pada sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan.“Sherina tolong pukul aku lebih keras Sherina, ini hanya mimpi, kan? Ayo Sherina”. Dia memerintahkan Sherina untuk membangunkannya dari mimpi.Sherina yang mendengar perintah Gerald tidak menurutinya melainkan membiarkan laki-laki itu membaca surat sampai selesai.Gerald benar-benar Shock mendapati sebuah fakta terkait putrinya. Dalam surat itu tertulis jelas bahwa lima hari yang lalu Shaquel telah dipanggil menghadap ke yang maha kuasa.Tertulis sangat jelas tanggal, jam, dan penyebab kematian Shaquel. Gerald benar-
Betapa terkejutnya Gerald saat melihat Sherina berada di kamar Shaquel.Keterkejutannya ini bukan karena istrinya yang tiba-tiba ada disana tetapi terkait hal yang tidak biasa terjadi di depan matanya.Dia menganggap Sherina gila bahkan mencacinya karena hal bodoh yang menurut Gerald tidak sepantasnya dilakukan.Bahkan Gerald hampir saja merusak semua yang ada di kamar Shaquel. Dia tidak ingin ada hal semacam ini di rumahnya karena hanya orang yang telah meninggal lah yang diperlakukan demikian.“Maksud kamu apa dengan melakukan ritual seperti ini Sherina? Kamu ini bodoh atau bagaimana? Ini jelas-jelas ritual pasca kematian tapi kenapa kamu lakukan di rumah ini?”.Gerald yang marah lantas menarik Sherina dari kursi tempatnya duduk dan langsung menghadapkan wajah mereka sehingga saling bertatapan.Sherina yang terkejut dengan tindakan Gerald, pun berusaha melepaskan cengkraman suaminya dari lengannya. Sekuat tenaga dia mencoba tetapi tidak berhasil.Selama beberapa menit mereka saling
“Aku merindukan ayah ! bisakah ayah untuk tinggal dan menemaniku sepanjang waktu?”Perkataan Sean ini membuat Gerald berusaha menampakkan senyuman manisnya. Dia berjanji untuk selalu ada saat Sean membutuhkannya.Sean yang manja tiba-tiba memnghambur ke pelukan Gerald. Dia duduk di pangkuan Gerald dengan waktu yang cukup lama hingga pada akhirnya dia tertidur.Saat ini tinggal Gerald dan Zumi yang masih terjaga. Zumi mencoba membuka pembicaraan dengan Gerald terkait permasalah hari ini. Zumi memang sangat pandai memanfaatkan keadaan, apalagi jika itu tentang Gerald dan Sherina, dia semakin suka karena memiliki kesempatan untuk memprovokasi mereka berdua.“Soal permasalahan di rumahmu, kamu belum menceritakan dengan jelas kepadaku, Gerald. Aku masih menunggu kamu untuk bercerita”.“Aku tidak ingin kamu memendamnya sendirian karena bisa menjadi penyakit untuk kamu suatu saat nanti, maka dari itu ceritakanlah kepadaku, Gerald”.Gerald yang mulai terpancing pun tanpa berpikir panjang men
Sherina tidak lagi menahan amarahnya di depan Gerald. Kekecewaan yang selama ini dipendamnya berusaha dia keluarkan. Dia terlalu muak menghadapi sikap egois suaminya itu. Gerald selalu bersikap semaunya tanpa memikirkan perasaan Sherina. "Seharusnya kamu yang bertanya pada dirimu sendiri, kemana saja kamu saat anakmu membutuhkan supportmu?,Gerald". " Apakah kamu pernah hadir sedetik saja saat dia terbaring di rumah sakit? JAWAB, GERALD". Teriakan Sherina membuat Gerald sangat marah. Dia belum mendapatkan jawaban terkait karangan bunga di halaman rumahnya, sekarang Sherina mengungkit masalah di rumah sakit. Dia merasa Sherina mempermainkannya, padahal Gerald tidak pernah berkaca bahwa masalah ini awalnya ditimbulkan olehnya. "Tidak usah kamu ungkit-ungkit persoalan di rumah sakit. Bukankah Shaquel baik-baik saja? Lagian sekarang saya sudah datang untuk menemui Shaquel dan akan menemaninya merayakan ulang tahunnya". Laki-laki ini memang kurang peka atau mungkin bodoh.
Sean pun sudah memanggil Gerald dengan sebutan ayah. Berarti hubungan mereka memang ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Sherina. "Sean sayang, ayah pergi hanya sebentar saja dan setelah itu akan kembali menemui kalian lagi". Sean yang sama liciknya dengan Zumi kembali merengek agar Gerald tidak menemui Shaquel. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tak heran jika Sean akan mengikuti sikap ibunya. " Kalau ayah pergi, aku tidak mau lagi bicara dengan ayah dan akan mogok minum obat". Duuh masih kecil tapi sudah bisa mengancam. Gerald yang mendengar ancaman Sean pun urung untuk pergi menemui Shaquel. Dia tidak ingin ancaman itu benar-benar dilakukan Sean karena bisa berbahaya untuk kesehatannya. Dia berusaha membujuk Sean agar tidak ngambek lagi kepadanya. "Baiklah ayah tidak jadi pergi, tapi kamu harus janji untuk rajin minum obat supaya cepat sembuh". " Sean janji asalkan ayah tidak pergi, aku akan nurut apa kata ayah". Zumi yang menyaksikan interaksi Gerald
Amarah Sherina semakin tak terkendali ketika membayangkan betapa menderitanya anaknya semasa hidupnya. Laki-laki yang mengaku ayahnya tega membiarkannya meregang nyawa dan sekarang membiarkan putrinya berada di meja operasi demi memberikan jantungnya kepada anak laki-laki yang tidak dia ketahui identitasnya. Sherina segera mencari keberadaan Gerald dan mempertanyakan terkait hal ini, dia pasti masih berada di rumah sakit ini karena rumah sakit ini juga adalah tempat Gerald bekerja. “Tunggu saja pembalasanku untuk kalian, tidak akan kubiarkan kalian hidup tenang sementara anakku yang menjadi korban". Yang tidak diketahui Sherina adalah surat persetujuan donor jantung Shaquel ini ternyata asal ditandatangani Gerald tanpa melihat isi suratnya. Meskipun begitu, nyawa Shaquel telah melayang dan jantungnya pun sebentar lagi akan berpindah ke Sean Aditama. Sherina benar-benar mengutuk tindakan ceroboh ini. Secara kebetulan, Sherina bertemu dengan Gerald sesaat setelah dia menguru
Sepasang mata yang menyaksikan kemesraan Gerald dengan Zumi adalah Sherina. Dia tidak sengaja melihat kedekatan Gerald dan perempuan itu. Dia sama sekali tidak mengetahui diapa perempuan yang bersama suaminya. “Dasar laki-laki busuk tidak tahu malu. Anaknya sedang berjuang melewati masa kritis tapi dia malah asyik bersama perempuan lain”. Umpat Sherina. Sementara Zumi yang menggandeng tangan Gerald dengan mesra, sama sekali tidak mengetahui bahwa tindakan kotornya ini dilihat oleh istri sah Gerald malahan semakin mengeratkan gandengannya. Mereka berjalan di lorong rumah sakit bak suami istri, sementara ada hati yang terluka setelah menyaksikan secara langsung Gerald menggandeng perempuan lain. Ingin rasanya Sherina melabrak Gerald dan Zumi untuk mempertabyakan hubungan mereka tapi ditahannya karena mengingat saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membongkar kebusukan mereka, masih ada Shaquel yang harus diutamakan dibanding membuat keributan di rumah sakit. “Jika saja a
Sherina yang penasaran pun langsung menuju ruang donor untuk mencari keberadaan Gerald. Setibanya di sana, di ruangan itu hanya terdapat dua orang perawat yang sedang bertugas dan tidak ada bayangan Gerald sama sekali. “Sus maaf saya mau nanya. Apakah tadi ada seorang pria atas nama Gerald Aditama datang mendonorkan darah?”. Perawat yang ada di ruangan itu lantas menjawab pertanyaan Sherina bahwa memang benar ada pendonor bernama Gerald Aditama yang sekitar satu jam yang lalu telah meninggalkan ruang donor. “Benar bu tadi ada pendonor yang bernama Gerald Aditama" Sherina memang tidak salah lihat, Gerald lah yang memasuki ruang donor sejam lalu. "Lalu, apakah darah untuk pasien atas nama Shaquel sudah ada? ". “Saat ini anak kami sedang membutuhkan transfusi darah dari Pak Gerald karena kebetulan tipe darah mereka sama”. Raut wajah kedua perawat itu menjadi kebingungan karena data yang mereka terimah adalah transfusi darah untuk pasien kecelakan bernama Sean Aditama
“Shaquel sayang, demam mu sangat tinggi, nak. Jangan buat ibu takut, nak”. Seorang perempuan bernama Sherina panik saat mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit dan tiba-tiba demamnya sangat tinggi. Kepanikannya semakin bertambah karena saat ini suaminya sedang tidak berada di rumah sehingga dia hanya tinggal berdua dengan putrinya, Shaquel, yang baru berusia 5 tahun.Suaminya, Gerald yang juga merupakan seorang dokter telah meresepkan obat untuk Shaquel, tapi obat yang diresepkan Gerald untuk Saquel tidak mempan dan malah membuat demam Shaquel semakin tinggi. Dalam kepanikannya, Sherina lantas menghubungi Gerald untuk memberi tahunya keadaan Shaquel yang memprihatinkan dan butuh penanganan segera. Dia benar-benar takut jika sampai terjadi apa-apa kepada putri semata wayangnya itu. Ketika telepon berdering, Gerald sedang berada di sebuah tempat hiburan malam dan tidak memperdulikan panggilan Sherina karena merasa dia adalah gangguan untuknya ketika sedang berkumpul bersam