Share

PART 2

Sherina yang penasaran pun langsung menuju ruang donor untuk mencari keberadaan Gerald.

Setibanya di sana, di ruangan itu hanya terdapat dua orang perawat yang sedang bertugas dan tidak ada bayangan Gerald sama sekali.

“Sus maaf saya mau nanya. Apakah tadi ada seorang pria atas nama Gerald Aditama datang mendonorkan darah?”.

Perawat yang ada di ruangan itu lantas menjawab pertanyaan Sherina bahwa memang benar ada pendonor bernama Gerald Aditama yang sekitar satu jam yang lalu telah meninggalkan ruang donor.

“Benar bu tadi ada pendonor yang bernama Gerald Aditama"

Sherina memang tidak salah lihat, Gerald lah yang memasuki ruang donor sejam lalu.

"Lalu, apakah darah untuk pasien atas nama Shaquel sudah ada? ".

“Saat ini anak kami sedang membutuhkan transfusi darah dari Pak Gerald karena kebetulan tipe darah mereka sama”.

Raut wajah kedua perawat itu menjadi kebingungan karena data yang mereka terimah adalah transfusi darah untuk pasien kecelakan bernama Sean Aditama bukan anak perempuan seperti yang dijelaskan Sherina tadi.

“Mohon maaf ibu, Pak Gerald mendonorkan darahnya untuk pasien kecelakaan atas nama Sean Aditama, umurnya sekitar 5 tahun”.

Sherina masih sulit mencernah apa yang terjadi barusan. Dia melihat data pasien bernama Sean Aditama yang secara kebetulan memakai nama belakang suaminya.

“Ya Tuhan, siapa Sean Aditama ini? kenapa Gerald malah memberikan darahnya kepada dia?”

Sean yang memakai nama belakang Gerald yakni Aditama membuat Sherina semakin penasaran siapa sebenarnya anak ini.

Diselimuti rasa penasaran, dia sontak mencari informasi terkait Sean. Dia harus memastikan apa hubungan anak laki-laki ini dengan Gerald.

“Sean Aditama, siapa kamu sebenarnya?” Sherina membatin.

Belum sempat mendapat informasi terkait Sean, tiba-tiba dokter menghampirinya untuk memberitahukan kondisi terkini Shaquel.

“Saat ini kondisi pasien benar-benar kritis karena belum ada darah untuk transfusi”.

Sherina benar-benar hancur saat melihat keadaan putrinya. Dia sangat takut jika terjadi apa-apa dengan Shaquel. Jujur, dia sangat membutuhkan kehadiran Gerald disisinya untuk sekedar berbagi cerita.

Dokter yang melihat keadaan Shaquel semakin memburuk, menyarankan Sherina untuk kembali menghubungi Gerald agar segera memberikan darahnya.

“Sebaiknya ibu segera menghubungi ayah Shaquel. Ini tidak bisa ditunda lagi” dokter memperingatkannya.

***

Di ruang perawatan berbeda, Gerald sedang bercanda riah dengan Sean karena baru saja melewati masa kritisnya.

Ditemani Zumi, canda tawanya memenuhi seluruh ruang perawatan. Sean yang awalnya tidak bersemangat menjadi sangat bahagia karena adanya Gerald disisinya sementara Zumi dalam candanya terus memikirkan cara untuk memisahkan laki-laki yang dicintainya dengan Sherina.

Riuh candaan sekejap terjeda dengan adanya bunyi telepon Gerald. Nama pemanggil dilayar tak sengaja dilihat Zumi yakni, Sherina. Dengan berbagai cara, dia menghalangi Gerald agar tidak mengangkat telepon dari perempuan itu.

“Aduh, Gerald kepalaku sangat pusing. Mungkin karena aku terlalu capek semenjak Sean mengalami kecelakaan”.

Gerald yang tidak mengetahui jika Zumi hanyalah berpura-pura, tidak jadi menerima telepon dari Sherina.

“Sebaiknya kamu istrahat saja, Zumi kalau masalah Sean biar aku yang mengurus semuanya”.

Sementara itu Sherina yang dilanda keputus asaan karena Gerald tak kunjung menjenguk Shaquel terus menerus meneleponnya. Gerald yang rishi dengan deringan telponnya diam-diam keluar ruangan untuk menjawab telepon.

Akhirnya telepon dijawab! Sherina yang sedari tadi dilanda kecemasan langsung menanyakan posisi Gerald. Dia yakin tidak salah lihat bahwa Gerald lah yang 2 jam lalu masuk ke ruang donor.

“Kamu dimana sih, Gerald? Anak kita saat ini membutuhkan kamu dan dokter bilang harus segera dilakukan transfusi untuk menyelamatkannya”.

Sherina terisak tatkala menceritakan keadaan Shaquel, dia benar-benar tidak tahu kemana dia akan mengadu selain kepada suaminya.

Gerald yang merasa Sherina terlalu berlebihan hanya menjawab acuh.

“Anak kita butuh darah kamu, Gerald. Kamu juga sudah berjanji kepada ku untuk……”

Kalimat Sherina masih menggantung ketika Gerald tiba-tiba mematikan teleponnya karena Zumi memanggilnya.

“Gerald, kamu dimana?” teriak Zumi.

Buru-buru Gerald menuju ruang rawat Sean untuk menemui Zumi karena mengira terjadi sesuatu.

“Ada apa Zumi?”

“Ahhh itu…. Aku pikir kamu meninggalkan ku dan Sean makanya aku panik ketika tidak melihatmu disini”.

Mana mungkin Gerald akan meninggalkan ruangan Sean, sementara dia sudah berjanji kepada Zumi untuk menjaga anak itu.

***

Tidak tau harus berbuat apa lagi, Sherina benar-benar tidak habis pikir dengan tindakan Gerald yang akhir-akhir ini terus mengabaikannya dan Shaquel apa lagi saat ini Shaquel sangat membutuhkan kehadiran ayahnya untuk sekedar menyemangatinya.

Perubahan Gerald bisa dikatakan sangat drastis. Dulunya dia adalah laki-laki yang penyayang dan cinta keluarga, saat ini telah menajdi laki-laki tak berperasaan.

Belum lagi ada seorang anak laki-laki yang dirawat di rumah sakit ini yang memakai nama belakang Gerald yang semakin membuat Sherina bingung.

“Sebenarnya apa yang terjadi, Gerald? mengapa kamu ingkar janji?". Sherina mengirim pesan teks kepada Gererald.

Dalam tangisnya, Sherina melihat dokter dan perawat berlarian ke arah ruang dimana Shaquel dirawat, ternyata saat ini Shaquel sedang kritis karena terlambat mendapat transfusi darah.

Menyadari ada hal tidak beres, Sherina lantas mengikuti dokter dan menanyakan apa yang terjadi pada putrinya.

“Permisi dok, ada apa dengan putri saya?”

Dokter yang saat itu hendak menuju ruangan menginformasikan bahwa Shaquel semakin memburuk.

“Anak ibu saat ini sedang dalam kondisi kritis karena tidak mendapat darah sesuai waktu yang telah ditentukan”.

“Jikalau saja anak ibu lebih awal mendapat pendonor, maka kondisinya tidak akan seperti sekarang ini, bu”.

Sherina semakin terisak saat mendengar perkataan dokter. Dia merutuki dirinya yang tidak bisa menjadi ibu yang baik dan mengutuk tindakan acuh Gerad kepada Shaquel.

“Tolong dokter selamatkan anak saya. Saya tidak bisa hidup tanpa anak saya dokter, tolong dokter… tolong”.

Dokter bergegas masuk keruang perawatan untuk memastikan kondisi Shaquel. Panasnya semakin tinggi dan bahkan berkali-kali mengalami kejang.

Sementara Shaquel berjuang melewati masa kritisnya, Gerald dengan penuh kebahagiaan menemani Sean full selama di rumah sakit tanpa sedikit pun berbalik menengok putrinya.

Bahkan darah yang seharusnya Gerald berikan kepada Shaquel mendadak diberikan kepada Sean.

Sean yang berhasil diselamatkan dengan darah Gerald, sementara Shaquel yang merupakan putri kandungnya dia abaikan karena beranggapan bahwa penyakit Shaquel tidak terlalu parah sementara Sean mengalami pendarahan yang hebat usai kecelakaan.

“Gerald, kamu jahat….. aku tidak akan pernah memaafkan mu”.

***

Shaquel yang masih kritis, para perawat yang baru saja selesai memeriksanya bercerita terkait keadaan pasien yang tidak sengaja didengar oleh Gerald yang saat itu sedang mengantri obat untuk Sean.

Samar-samar dia mendengar perawat mengutuk seorang ayah yang tega membiarkan putrinya masuk dalam kondisi kritis karena tidak kunjung memberikan darahnya.

Bagi perawat-perawat itu, ayah seperti ini tidak pantas ada di dunia ini dan pantasnya berada di dalam neraka karena berani mencelakai putrinya sendiri.

Gerald yang mendengar hal itu tiba-tiba berkeinginan untuk melihat Shaquel karena dia tidak ingin seperti ayah yang diceritakan para suster.

Karena ingin menemui Shaquel, Gerald menghubungi Sherina dan mendapati ponselnya banyak panggilan tidak terjawab dari istrinya.

“tuuuutt… tuuut… tuuut” belum ada jawaban dari Sherina. Gerald mau tidak mau harus mencari tahu ruang perawatan Shaquel.

“Sus, saya mau mencari ruang perawatan pasien atas nama Shaquel Aditama yang…..!”

Belum sempat Gerald menyelesaikan kalimatnya, Zumi tiba-tiba menghampirinya dan spontan merangkul lengan Gerald.

“Ruang perawatan nona Shaquel Aditama ada di……..”

Suster yang hendak memberikan informasi ruang perawatan Shaquel mendadak bingung karena orang yang bertanya tadi telah menghilang dari hadapannya.

Gerald ternyata dibawa Zumi menjauh dari tempat itu karena tidak ingin Gerald menemui Shaquel dan Sherina.

“Ada apa Zumi? Kenapa kamu mencariku? Aku kan sudah bilang kepadamu untuk menemani Sean sementara aku yang mengambil obat”.

Bukan Zumi namanya kalau dia tidak pandai beralasan. Sebenarnya dia menyusul Gerald karena tidak ingin dia bertemu dengan Sherina.

“Aku mencarimu karena tadi Sean bilang ingin kamu yang menemaninya, aku tidak tega melihatnya terus memanggil namamu apalagi kondisinya masih belum stabil”.

Zumi wanita licik ini hanya menginginkan perhatian Gerald sepenuhnya untuk dirinya dan Sean makanya dia melakukan cara apapun untuk memisahkan mereka.

Zumi yang masih asyik menggandeng tangan Gerald ternyata dilihat oleh sepasang mata yang berada dibalik tembok ruang perawatan.

“Dasar laki-laki busuk”.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status