"Ya ampun, Ran ... kok bisa sampai gini sih?" Clara sengaja menjenguk Kiran di tempat kosnya. Kiran telah menceritakan kepada sahabatnya tersebut tentang apa yang baru saja menimpa dirinya."Ini terlalu tiba-tiba, Ra. Niatku cuma mau jalan cuci mata sambil cuci dompetnya di botak. Eh, malah ketemu nenek reyot sama anaknya. Dan kamu tahu? Anaknya si botak itu ternyata teman sekampus sama aku. Teman satu angkatan lagi.""Terus mereka ngapain kamu saja pas ketemu di mall itu?""Yang jelas aku dikeroyok sama ibu dan anak itu. Rambutku yang hanya dari salon ditarik-tarik sampai mau lepas dari kulitnya. Untung saja muka aku ini gak diapa-apain sama mereka. Kalau tidak mana ada yang masih mau sama aku.""Makanya kamu lain kali harus hati-hati. Kalau mau jalan-jalan sekalian cari tempat yang jauh biar aman. Kalau masih satu kota atau sekitaran bisa ada kemungkinan dong ketemu sama orang-orang yang ngenalin kita.""Iya, Ra. Ini bisa jadi pelajaran buat aku. Oh iya, untuk sementara aku mau lib
"Waalaikumsalam ..." Marwah yang ketika itu baru saja selesai menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, diperdengarkan sebuah salam dari suara yang tidak asing di telinganya.Setelah merapikan alat salat yang baru saja ia pakai. Marwah segera keluar dari kamarnya menuju ruang depan untuk melihat siapa tamu yang berkunjung ke rumahnya pada malam hari. Sementara putra bungsu dan suaminya masih belum pulang dari masjid."Bunda ...." Alina segera berlari ke arah ibunya sesaat pintu rumahnya tersebut terbuka. Sementara Marwah masih terdiam. Ia masih belum percaya.Diamatinya sosok yang sedang memeluk erat tubuhnya itu."Alina?""Bunda ini Alina.""Ya Allah, Nak. Kemana saja kamu selama ini. Ayah sama bunda sudah cari-cari kamu. Lala juga terus nanyain kamu."Marwah segera membalas pelukan sang putri dan berkali-kali pula ia ciumi wajah dari putrinya tersebut."Panjang ceritanya bunda. Oh iya bunda kenalin ini teman Alina. Ibra. Dia juga yang sudah membantu Alina bisa kabur dan melar
Hati Marwah mulai tidak terkendali ketika mobil yang mereka kendarai susah hampir dekat dengan tempat tujuan mereka.Farhan dan Marwah sengaja berangkat lebih awal. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu setengah jam lamanya. Akhirnya tersebut sudah terlihat di pelupuk mata mereka."Tega gak tega kita harus tegas sama mereka, Mas. Meskipun Kiran itu keponakanmu sendiri. Tapi dia sudah berusaha menghancurkan hidup dan juga masa depan anak kita. Terkecuali kamu mau berada di pihaknya mereka." Marwah kembali mengingatkan suaminya. Perempuan tersebut menangkap air muka suaminya yang sulit untuk digambarkan."Ayo, kita turun!" ajak Farhan pada Marwah ketika mobil mereka sudah sampai di pelataran rumah yang dulu pernah ditempati oleh orang tua Farhan. Nampak dari arah berseberangan Reihan dan juga Siti istri Reihan setelah berpisah dengan Riana berjalan menyusul ke arah mereka.Farhan telah menghubungi saudara bungsunya itu agar keputusan yang sudah ia ambil dengan pertimbangan sebe
"Karin, tolong panggilkan adik kamu!" titah Farhan pada keponakannya.Karin ragu mengiyakan permintah dari Om nya itu."Kalian gak usah macam-macam sama Kiran. Kamu, Karin lebih baik kamu bawa masuk anakmu itu ke dalam kamar," tegas Nurmala pada putri pertamanya.Arif memilih diam karena untuk berdebat dengan saudara dari istrinya itu pasti dia yang akhirnya akan kalah.Karin akhirnya memilih masuk ke dalam rumahnya dan membawa serta putrinya.Sampai di depan kamar adiknya. Entah kenapa perasaan Karin tiba-tiba berubah tidak enak. Ia masih belum percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Om---nya."Apa iya Kiran berani nekat seperti itu?" cicit Karin mempertanyakan kebenaran ucapan dari adik ibunya tersebut."Apa aku tanya langsung saja sama dia?" Karin ragu antara ingin masuk ke kamar adiknya ataukah masuk ke dalam kamarnya sendiri.Karin yang memang memiliki sifat masa bodoh. Ia tidak memiliki pikiran buruk tentang suaminya yang tiba-tiba saja menghilang dari kamar tanpa
Baju baru untuk istri dan anakku season 3 lebih menceritakan tentang kehidupan Azka---putra Reihan dengan Riana(istri pertamanya) dengan kehidupan dari keluarga Nurmala yakni putranya Kevin.."Dek, Mas hari ini izin pulang telat karena mau melihat perkembangan proyek baru yang di luar kota." "Iya, Mas. Tapi hati-hati di jalan. Gak usah ngebut-ngebut.""Iya, sayang, makasih. Oh iya Cilla masih tidur?" Cilla adalah putri pertama Azka dan Marta yang baru menginjak usia satu tahun. "Iya, masih tidur anaknya. Tadi sempat kebangun, tapi cuma mau minta susu."."Mas, bangun sudah jam berapa ini!" Lita berulang kali mencoba untuk membangunkan suaminya. Lita adalah perempuan yang sudah beberapa tahun ini telah dinikahi oleh Kevin putra sulung Nurmala."Apaan sih kamu, Lit. Ganggu orang lagi tidur saja. Aku itu masih ngantuk. Tidur baru jam empat subuh tadi!" sungut Kevin yang tidak suka tidurnya diganggu orang lain."Makanya kalau malam jangan keluyuran. Main, nongkrong lupa waktu, lupa pu
"Ta, kemarin pemilik kontrakan datang nanyain uang sewa." Tanpa rasa bersalah dan tanpa rasa malu. Nurmala mengadukan perihal tagihan uang kontrakan rumah yang mereka sewa pada menantu bukan pada putranya sendiri sebagai kepala keluarga dan tulang punggung yang bertanggung jawab atas kebutuhan dan juga tempat tinggal untuk mereka.Lita yang ketika itu sedang dihadapkan dengan tumpukan pakaian kotor milik penghuni seluruh rumah itu menoleh ke arah ibu mertuanya. "Ma, kenapa gak bilang langsung sama Mas Kevin?" Dengan santainya Lita mengarahkan ibu mertuanya bukan memberikan jawaban kepastian seperti yang ibu mertuanya itu inginkan."Yang kerja kan kamu. Jadi semua kebutuhan rumah ini ya harus yang tanggung," ucap Nurmala santai. Mendengar ibu mertuanya berkata demikian membuat Lita sedikit geram. Ia merasa jika dinikahi bukan dijadikan sebagai seorang pendamping hidup melainkan untuk dijadikan sebagai sapi perah untuk keluarganya. Bukan hanya kewajiban rumah tangga yang ia kerjakan, me
Di tempat lain. Azka yang baru saja selesai meninjau lokasi serta pekerja yang bekerja di bawah kendalinya. Ia merasa lapar dan juga haus karena waktu juga sudah menunjukkan jam makan siang. Karena sang putri kecilnya tidak enak badan. Istri Azka tidak sempat untuk menyiapkan bekal untuk suaminya seperti biasanya. Sebagai suami Azka mengerti dan juga paham dengan kondisi dari istrinya itu. Pria dua puluh tujuh tahun itu tidak terlalu menuntut sang istri."Tumben pak Azka makan di warung?" tanya salah seorang mandor yang mengawasi jalannya proyek pembangunan."Iya, Pak. Anak sedang sakit. Istri saya tidak sempat menyiapkan bekal makan siang." Hal yang dilakukan oleh Azka tentu saja menjadikan sebuah keheranan bagi para pekerja yang sudah lama ikut dengannya.Marta sebagai seorang istri ingin memenuhi kewajibannya kepada suaminya. Ia selalu menyempatkan untuk menyiapkan bekal untuk suaminya terkecuali dalam kondisi yang mendesak seperti saat ini. Putri semata wayang mereka yang tidak an
"Kamu yakin dengan keputusanmu ini, Mas?""Aku sangat yakin malah. Kamu pokoknya nurut saja sama aku. Nanti biar aku yang cari alasan. Kamu sama Mama nurut saja. Kalian sudah bosan hidup susah kan. Lagian kita ini masih saudara_ad jadi sudah kewajiban mereka untuk memberikan pertolongan sama kita.Mulai sekarang kamu nyicil buat siap-siap. Besok aku mau cari kendaraan buat angkut barang kita."."Mas, mau di masakin apa hari ini?" Seperti biasa akhir pekan adalah waktu yang akan dihabiskan oleh Azka untuk keluarga kecilnya. Setelah kedua orang tuanya berpulang hanya istri dan anaknya lah tempatnya untuk berpulang. Meski masih ada keluarga dari pakdenya, namun Azka tidak ingin terlalu ingin menjadi beban untuk mereka. Sudah besar tekat Azka untuk bisa hidup mandiri. Sudah lebih dari cukup apa yang selama ini ia dapatkan dari keluarga Pakdenya tersebut. Azka merasa beruntung karena masih tersisa keluarga yang sangat peduli kepadanya. Azka bisa berhasil seperti sekarang juga tidak lupu