"Ta, kemarin pemilik kontrakan datang nanyain uang sewa." Tanpa rasa bersalah dan tanpa rasa malu. Nurmala mengadukan perihal tagihan uang kontrakan rumah yang mereka sewa pada menantu bukan pada putranya sendiri sebagai kepala keluarga dan tulang punggung yang bertanggung jawab atas kebutuhan dan juga tempat tinggal untuk mereka.Lita yang ketika itu sedang dihadapkan dengan tumpukan pakaian kotor milik penghuni seluruh rumah itu menoleh ke arah ibu mertuanya. "Ma, kenapa gak bilang langsung sama Mas Kevin?" Dengan santainya Lita mengarahkan ibu mertuanya bukan memberikan jawaban kepastian seperti yang ibu mertuanya itu inginkan."Yang kerja kan kamu. Jadi semua kebutuhan rumah ini ya harus yang tanggung," ucap Nurmala santai. Mendengar ibu mertuanya berkata demikian membuat Lita sedikit geram. Ia merasa jika dinikahi bukan dijadikan sebagai seorang pendamping hidup melainkan untuk dijadikan sebagai sapi perah untuk keluarganya. Bukan hanya kewajiban rumah tangga yang ia kerjakan, me
Di tempat lain. Azka yang baru saja selesai meninjau lokasi serta pekerja yang bekerja di bawah kendalinya. Ia merasa lapar dan juga haus karena waktu juga sudah menunjukkan jam makan siang. Karena sang putri kecilnya tidak enak badan. Istri Azka tidak sempat untuk menyiapkan bekal untuk suaminya seperti biasanya. Sebagai suami Azka mengerti dan juga paham dengan kondisi dari istrinya itu. Pria dua puluh tujuh tahun itu tidak terlalu menuntut sang istri."Tumben pak Azka makan di warung?" tanya salah seorang mandor yang mengawasi jalannya proyek pembangunan."Iya, Pak. Anak sedang sakit. Istri saya tidak sempat menyiapkan bekal makan siang." Hal yang dilakukan oleh Azka tentu saja menjadikan sebuah keheranan bagi para pekerja yang sudah lama ikut dengannya.Marta sebagai seorang istri ingin memenuhi kewajibannya kepada suaminya. Ia selalu menyempatkan untuk menyiapkan bekal untuk suaminya terkecuali dalam kondisi yang mendesak seperti saat ini. Putri semata wayang mereka yang tidak an
"Kamu yakin dengan keputusanmu ini, Mas?""Aku sangat yakin malah. Kamu pokoknya nurut saja sama aku. Nanti biar aku yang cari alasan. Kamu sama Mama nurut saja. Kalian sudah bosan hidup susah kan. Lagian kita ini masih saudara_ad jadi sudah kewajiban mereka untuk memberikan pertolongan sama kita.Mulai sekarang kamu nyicil buat siap-siap. Besok aku mau cari kendaraan buat angkut barang kita."."Mas, mau di masakin apa hari ini?" Seperti biasa akhir pekan adalah waktu yang akan dihabiskan oleh Azka untuk keluarga kecilnya. Setelah kedua orang tuanya berpulang hanya istri dan anaknya lah tempatnya untuk berpulang. Meski masih ada keluarga dari pakdenya, namun Azka tidak ingin terlalu ingin menjadi beban untuk mereka. Sudah besar tekat Azka untuk bisa hidup mandiri. Sudah lebih dari cukup apa yang selama ini ia dapatkan dari keluarga Pakdenya tersebut. Azka merasa beruntung karena masih tersisa keluarga yang sangat peduli kepadanya. Azka bisa berhasil seperti sekarang juga tidak lupu
"Cepat bersihkan kotoranmu ini. Dasar men_jijikkan!" seru seorang perempuan pada perempuan lainnya yang lebih muda usianya."Dasar mayat hidup! Inilah hasil yang harus kamu tuai atas semua kelakuanmu. Kamu kira semua kelakuan tidak ada balasannya. Dulu kamu merendahkan aku. Aku bersabar dan akhirnya doa-doaku yang akhirnya menjawab semuanya. Aku tidak perlu mengotori tanganku sendiri. Karena kehendak Tuhan pasti akan bekerja tepat pada sasarannya," cibir perempuan yang usianya lebih tua.Sintia adalah istri pertama Johan dan juga kakak madu dari Kiran. Usai keluar dari penjara. Anak bungsu Nurmala tersebut sengaja pergi dan tanpa meninggalkan jejak. Ia kembali ke dunia malamnya sebelum akhirnya ia dipersunting oleh seorang pria beristri dan dijadikan sebagai istri mudanya. Kiran dinikahi suaminya itu secara siri.Tiga tahun sudah Kiran membina rumah tangga dengan sang suami. Johan sengaja menempatkan istri mudanya itu satu atap dengan istri pertama.Karena alasan sang istri pertama y
Ingin menangis tapi itu Marta tahan sebisa mungkin. Marta terpaksa pergi belanja dengan mengendarai roda dua milik suaminya yang sudah lama tidak dipakai.Sebelum berangkat berbelanja, tidak lupa Marta menitipkan Cilla pada tetangganya yang biasa ia percayakan untuk membantunya menjaga si kecil karena saudara suaminya juga izin untuk pergi ke luar."Apa iya Mas Azka yang mengizinkan mereka untuk memakai mobil aku. Tapi kenapa aku ragu?" cicit Marta bermonolog.Sepanjang perjalanan hingga ia kembali pulang ternyata Bude dan sepupu suaminya belum balik ke rumah mereka.Usai memarkir motor miliknya. Marta membawa barang belanjaannya yang cukup banyak itu masuk ke dalam rumah. Lelah rasanya hari ini karena harus belanja banyak untuk stok di rumahnya dan juga karena membawa motor yang membuatnya semakin kewalahan membawa banyak barang juga berat pastinya.Usai memasukkan dan menata semua barangnya. Marta bermaksud ingin mengambil putri kecilnya yang ia titipkan pada tetangga.Tidak lupa ku
"Kok sepi? Tumben pada kemana?" "Iya, Mas kok tumben-tumbenan gak ramai. Mungkin mereka ada di depan kali, ya."Azka dan Marta belum menyadari bagaimana kondisi dan rupa dari dapur di rumahnya.Siang itu usai Marta pulang berbelanja ia melanjutkan aktivitas di dapurnya usai menidurkan putri kecilnya. Daging 1 kilo yang ia beli di pasar langsung ia masak bersama dengan bumbu rendang resep yang ia peroleh dan pelajari dari media sosial. Bukan kali pertama istri dari Azka itu memasak resep makanan khas dari pulau Sumatra tersebut."Ya, ampun ...! Kenapa dapur bisa merubah menjadi seperti kapal pecah!" histeris Marta melihat kondisi dapur yang ada di depan matanya. Tidak pernah sekalipun perempuan dua puluh empat tahun itu meninggalkan dapur dalam kondisi kotor dan berantakan dengan sampah dan bekas alat makan yang berserakan."Mas lihat sendiri. Dapur kita seperti kapal pecah. Jorok sekali saudaranya Mas itu." Marta mengitari meja makan dan melihat kondisi lantai juga wastafel tempat i
"Mas, bagaimana sudah dapat pekerjaan?"Tanpa basa-basi Azka bertanya mengenai ulasan yang dulu pernah Kevin gunakan sebagai alasan mereka untuk menumpang di rumah tersebut.Azka dan keluarga Budenya sedang menyantap makan malam bersama.Mendengar si empunya rumah berucap demikian membuat Kevin yang terlanjur nyaman menjadi terasa sedikit tercu_bit. Ia merasa tersinggung dengan ucapan dari saudara sepupunya itu.Kevin meletakkan sendoknya di atas piring yang ada di depannya. "Kamu pikir cari kerja itu gampang, Ka? Kamu di enak dengan posisi kamu. Kamu gak mikir bagaimana berada di posisi aku," sungut Kevin yang merasa tersinggung karena merasa ucapan Azka tersebut adalah sebuah teguran untuk dirinya."Iya, Aku juga tahu, Mas. Tapi, maaf yang aku lihat selama ini sepertinya mas tidak ada usaha untuk cari kerja. Bukannya selama ini mas memang tidak pernah keluar cari kerja dan kalau pun keluar kalian pasti sama-sama dengan istri, anak dan juga Bude?Oh iya, Aku juga mau minta kunci mobi
"Kiran ...! Cepat bersihkan rumput di belakang sana!" Wati asisten rumah tangga di rumah tersebut. Perempuan empat puluh tahun yang sudah bekerja dengan keluarga Johan selama kurang lebih lima belas tahun itu memerintahkan pada istri muda tuannya. Bukan tanpa alasan melainkan karena kesengajaan. Wati merasa sakit hati karena perlakuan Kiran yang sebelumnya. Sebelum ia jatuh sakit dan kondisinya sangat memperihatinkan seperti saat ini."Eh, ba_bu. Makanan apa yang kamu masak ini? Kamu sengaja mau mera_cuni aku?" Kiran yang masih baru di rumah tersebut masih belajar untuk beradaptasi namun ia juga seolah menjadi orang baru yang semena-mena terhadap orang yang lebih lama."Maaf nyonya kenapa dengan makanannya?" Wati lari tergopoh menghampiri Kiran yang sedang bersantai di tepi kolam dan menikmati makan siangnya sendiri karena ibu mertua dan juga suaminya kebetulan sedang ada acara bersama. Sebagai istri kedua dsn istri siri kedudukan Kiran belum bisa dibuplikasi dan oleh karena itu untuk