Share

Bab 41

"Gita belum pulang, Bu?" tanyaku setengah berbisik, sembari mengecup pucuk kepala Mayra.

"Belum. Kemana dia? Belum juga menelepon?" tanya Ibu dengan raut wajah kesal. Aku menggeleng.

Ibu mendengkus kesal, "Ibu jadi tak bisa masak untuk makan malam, sejak Ibunya pergi, Mayra rewel."

Tiba-tiba pintu depan terbuka, Gita muncul dari balik pintu. Dia melenggang dengan santainya sembari menenteng dua buah paper bag di tangan kanannya.

"Dari mana aja, kamu?" tanyaku kesal.

"Abang gak lihat, ini apa? Ya, dari belanjalah! Gita stres di rumah terus," sahutnya sembari mengangkat paper bag di tangannya ke atas.

"Gita nangis dari tadi. Kamu meninggalkan dia terlalu lama."

"Kan ada Ibu, Bang! Percuma dong udah berpengalaman ngurus anak, masak ngurus cucu gak bisa?" sahut Gita seenaknya.

"Kamu ini ya, selalu membebani Ibu. Dapat uang dari mana kamu, bisa belanja begitu?" selidikku. Sejak kemarin, Gita memang ribut minta uang dariku, tapi aku belum memberinya.

"Aku kan punya Mama dan Papa. Minta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status