Share

Bab. 5 Kita Harus Bicara

“Kamu kenapa ada di sini?”

Richard tampak kesal.

Namun bukannya takut, Hana justru tampak tersenyum. “Kamu sudah bangun?”

“Ck! Di mana Qiara?”

“Qiara?” Hana tampak bingung.

“Nanny-nya Alista.” Untuk kali ini Richard menyebutkan nama putrinya dengan lantang. Tak ada beban sama sekali. Ia mengedarkan pandangannya di penjuru ruangan.

“Di kamar anak kamu, Chard. Dia—“

“Mending kamu pergi!”

Hana menggelengkan kepala, ia lantas maju dan memeluk lengan Richard. Namun pria tinggi itu buru-buru menepisnya. “Aku—“

“Saya ada urusan. Tolong pergi, sebelum saya bertindak tegas sama kamu, Hana.” Richard menuding wajah Hana dengan tegas. Sungguh, ia benar-benar risi dengan gadis itu. “Jangan berdalih sama oma, saya enggak peduli. Sekarang kamu bisa pergi?”

Dengan wajah cemberut, Hana meraih tas tangannya, lalu pergi dari sana.

Seketika, hanya ada suara TV yang terdengar dengan keras.

Richard melirik Qiara sebelum menekan tombol power untuk mematikan TV.

“Kenapa kamu biarin dia di sini?” tanya Richard dengan tegas.

“Saya udah nyuruh mbaknya pergi, tapi dia….” Qiara menghentikan ocehannya karena Richard tengah menatapnya dengan datar, bulu kuduknya seketika berdiri.

Qiara menelan ludahnya perlahan.

Sungguh, ia benar-benar takut. Gadis itu menundukkan kepala. “Maaf.”

“Saya mau bicara sama kamu.” Suara Richard terdengar rendah.

Sejujurnya Qiara ingin pergi dari hadapan bosnya itu.

Lagi-lagi ini perkara kontrak. Ia takut dengan segala dendanya.

Terlebih mengenai perkara semalam. Tidak, Qiara tidak ingin dituduh sebagai penggoda yang memanfaatkan keadaan.

Qiara meremas ujung roknya. Bahkan keringat dingin mulai keluar.

“Apa yang saya lakukan sama kamu semalam?”

Ucapan Ricahrd membuat Qiara mengangkat wajahnya yang tertunduk. Sulit untuk dijelaskan. Matanya berembun, siap untuk menangis.

“Apa saya melakukan hal yang fatal sama kamu Qiara?”

Sorot mata Richard terlihat begitu tajam. Namun, terlihat ada rasa bersalah di sana.

Lidah Qiara terasa kelu. Gadis itu tak mampu berkata-kata lagi. Hanya air mata yang keluar, buru-buru ia menyekanya.

“Maafkan saya.”

Qiara tak menyangka, jika Richard mengatakan hal itu. Namun, ia justru semakin bingung.

Apa dengan meminta maaf semua akan kembali?

Tidak! Qiara sudah kehilangan hal paling berharga di hidupnya.

Melihat keterdiaman Qiara, Richard menghela napas panjang. “Saya akan bertanggung jawab!”

Qiara melebarkan matanya.  “P-pak, anggap saja itu sebagai kecelakaan.” Pada akhirnya, kata-kata itu yang keluar.

Sungguh, Qiara tidak mau dianggap untuk memanfaatkan keadaan. Bukankah perbedaan mereka bagaikan bumi dan langit?

Richard mengangkat sebelah alisnya. “Bagaimana kalau kamu hamil? Bahkan saya tidak memakai pengaman’ kan? Jadi, saya akan menikahi kamu.”

“Saya—“ Ucapan Qiara terhenti.

Alista mendadak menangis dengan kencang!

Qiara memilih untuk pergi dan menenangkan bayi itu.

Menggendongnya dengan penuh kasih sayang.

Meski demikian, Qiara diam-diam pusing memikirkan semuanya. Menikah? 

Bagaimana bisa? Richard saja terlihat dingin dengan Alista yang berasal dari rahim wanita yang pria itu cintai.

Apa lagi dengan anak Qiara kelak?

Lalu, bagaimana dengan Oma Hesty? Bagaimana Qiara akan menjelaskan semua ini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status