Share

Bab 3

Author: Miss Kay
last update Last Updated: 2024-12-10 15:35:15

"Kau sudah pulang, aku menghawatirkanmu," ucap Yoona sambil menatap lembut ke arah Raydan Han yang baru saja tiba di apartemen.

Raydan Han akhirnya kembali setelah beberapa minggu ke luar kota. Wajahnya terlihat lelah. Dia berhasil menyelesaikan masalah yang mengancam keamanan mereka. Tapi wajah itu kembali dingin dan acuh menatapnya.

"Tak ada yang perlu kau khawatirkan, aku baik-baik saja," jawab Raydan Han sambil berjalan ke arah pantry untuk mengambil segelas air minum.

"Pengawal akan mengantarmu pulang ke rumah utama kemasi barang-barangmu," ucap Raydan Han dengan suara dingin tanpa ekspresi.

"Apa maksudmu? Bukannya situasi di luar sedang tidak aman?" tanya Yoona, mulai merasa khawatir dengan ketegangan yang terasa di udara.

"Tenang saja, para pemberontak itu sudah tertangkap. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi," jawab Raydan Han sambil tetap meminum air di gelasnya.

Yoona mencoba menenangkan hatinya yang mulai berdebar-debar. "Bisakah aku tinggal di sini bersamamu? Kita kan sudah menikah, kita harus saling melindungi," ucapnya dengan suara serak.

Tiba-tiba saja, Raydan Han berhenti.

Pria itu menatapnya tajam.

"Kau jangan lupa, Yoona. Kau boleh menemuiku setelah setahun pernikahan untuk bercerai. Anggaplah pertolongan ini sebagai tanggung jawabku kepada mendiang ayahmu. Jadi pulanglah bersama pengawal ke rumah utama," kata Raydan Han dengan tegas.

"Apa kau tetap ingin bercerai?" tanya Yoona, mencoba memahami alasan di balik keputusan Raydan Han.

"Ya, kita tetap akan bercerai," jawab Raydan Han tanpa ekspresi.

Yoona merasa kecewa, namun dia mencoba untuk tetap tenang. "Tapi, kenapa kau melakukan ini, Raydan? Tak bisakah kita belajar mencintai, kita bisa menyelesaikan masalah ini bersama-sama," ucapnya dengan suara gemetar.

Raydan Han diam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Kita tidak cocok, Yoona. Kita berdua hidup di dunia yang penuh dengan ketidakadilan dan kehampaan. Aku ingin kau memiliki kesempatan untuk hidup lebih baik tanpa keterlibatanku."

Yoona menangis, dia merasa hancur. Dia mencoba untuk memahami alasan Raydan Han, tapi hatinya terlalu terluka. "Apa ini akan menjadi akhir dari segalanya?" gumamnya sendiri.

"Kau lebih kuat daripada yang ku kira, Yoona. Aku yakin kau akan bisa melanjutkan hidupmu tanpa kehadiranku," kata Raydan Han dengan suara tegas.

Mereka berdua terdiam sejenak, atmosfer di ruangan itu terasa begitu tegang. Yoona merasa kehilangan, namun dia tahu dia harus menerima keputusan Raydan Han.

"Baiklah, Aku akan menghormati keputusanmu, Raydan Han. Aku akan pergi besok pagi," ucap Yoona dengan suara patah hati.

Raydan Han menatapnya dengan tatapan yang penuh dengan rasa tak bisa diungkapkan. "Ya," ucapnya pelan.

Tiba-tiba Raydan Han teringat dengan keputusannya beberapa bulan yang lalu. Ia duduk di meja makan bersama ayah angkatnya, Joe Aiden, yang sedang menikmati santapan malam. Joe Aiden, seorang investor terkenal di Korea Selatan, dia bangga dengan prestasi putra angkatnya sebagai hakim termuda di negara itu.

"Ku dengar kau bekerja sebagai hakim ketua termuda di negeri ini, begitu disenangi masyarakat," kata Joe Aiden sambil tersenyum bangga.

"Ya, Appa, sebagai hakim ketua termuda di Korea Selatan, aku harus adil dan bijaksana," jawab Raydan Han.

"Hmm... kau memang anakku yang membanggakan," puji Joe Aiden sambil mengangguk-angguk. "Tapi ingat, jangan lupakan janjimu itu. Kau harus menikahi anakku, Yoona Ri. Lupakan wanita yang sedang kau dekati sekarang, karena itu hanya sia-sia. Kau tahu appa mu ini bisa melengserkanmu dari jabatanmu sebagai seorang hakim di negeri ini. Jangan kau balas air susu dengan air tuba, hakim ketua," ucap Joe Aiden tegas.

Raydan mengangguk, meskipun dalam hatinya ia merasa tidak setuju dengan keputusan appanya. Ia tidak ingin menikahi Yoona, adik angkatnya. Ia tidak ingin orang mengatur hidupnya. Namun, sebagai seorang anak yang hormat kepada orang tua, Raydan tidak berani menentang keputusan Joe Aiden.

"Ya, Appa," jawab Raydan dengan wajah datar.

Joe Aiden tersenyum puas. "Bagus, kau adalah anak yang patuh. Sebagai seorang hakim, kau harus menunjukkan keteladanan dalam segala hal."

Namun, di dalam hati, Raydan merasa tercekik dengan keputusan itu. Ia merasa terikat dan tidak bisa bebas untuk memilih pasangan hidupnya sendiri.

***

Di dalam ruang kelas yang sepi, Yoona duduk di meja dosen sambil melipat-lipat kertas yang ada di hadapannya. Tatapan matanya kosong, seolah-olah dia berada di dunia sendiri. Di sudut ruangan, sekelompok mahasiswa terlihat saling berbisik-bisik, mungkin mereka sedang membahas tugas kuliah yang sebenarnya tidak begitu penting bagi Yoona.

"Sudah kah kau menyerahkankan tugas kita kepada Miss Yoona?" tanya salah seorang mahasiswa.

"Iya, saya sudah mengirimkan tugas yang kita kerjakan bersama. Semoga dia bisa memberikan penilaian yang baik," jawab mahasiswa yang lain.

Yoona mendongakkan kepalanya ketika mendengar pembicaraan mereka. Dia menyadari bahwa hari ini adalah saatnya untuk memberikan penilaian terhadap tugas-tugas mahasiswa tersebut. Tanpa banyak berkata, Yoona mulai mengecek satu per satu tugas yang ada di depannya. Sebenarnya dia tidak begitu peduli dengan tugas-tugas itu, tapi sebagai seorang dosen, dia merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan penilaian yang adil kepada para mahasiswanya.

Setelah selesai memberikan penilaian, Yoona mengumpulkan kertas-kertas tersebut dan menyimpannya di dalam tasnya. Dia melangkah keluar dari ruang kelas dengan langkah yang lemah dan hati yang terasa berat. Dia merasa kehidupannya seperti sudah tidak memiliki makna lagi sejak kepergiannya dari apartemen suaminya.

***

Saat tiba di rumah, Yoona langsung menuju ke ruang tamu dan duduk di sofa yang empuk. Dia lalu mengambil selembar foto pernikahannya yang dia simpan di dompetnya. Melihat senyum bahagianya di foto itu membuat Yoona semakin terpuruk dalam kesedihan yang mendalam. Air matanya mulai menetes tanpa bisa ditahan.

"Kenapa kita harus berpisah, Raydan Han?" bisik Yoona sambil menatap tajam foto pernikahan mereka.

Saat itu, handphone Yoona bergetar. Dia melihat nama yang tertera di layar handphone, 'Raydan Han'. Tanpa ragu, Yoona langsung membaca isi pesan itu.

['Yoona. Bisakah kita bertemu?']

Pesan singkat Raydan Han yang membuat hatinya bergetar.

Tanpa basa-basi, Yoona langsung membalas pesan mengiyakan pertemuan tersebut.

Dia merasa hatinya berdebar-debar campur aduk antara harapan dan takut akan apa yang akan dia dengar dari Raydan Han.

Setiap bulan, Yoona masih menerima transferan uang dari Raydan Han sebagai nafkahnya.

Namun, uang tersebut tidak mampu mengobati rindu yang begitu dalam.

Related chapters

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 4

    Yoona dan Raydan Han kini duduk di sebuah sudut cafe yang sepi, terlepas dari keramaian yang terjadi di sekitar mereka. Mereka sudah lama tidak bertemu, dan pertemuan kali ini terasa agak tegang. "Bagaimana kabarmu, Yoona?" tanya Raydan Han sambil menatap wanita di hadapannya. Yoona menatapnya dengan ekspresi tenang sebelum akhirnya menjawab. "Baik, bagaimana kabarmu, Raydan?" "Sudah lama kita tidak bertemu. Banyak gosip yang beredar begitu liar tentang kedekatanku dengan anak perdana menteri. Apa kau tidak terganggu?" tanya Raydan Han dengan nada sedikit sinis. "Bagaimana aku bisa tidak terganggu, kalau kau saja tidak pernah datang menemuiku. Bukannya kita suami istri," balas Yoona dengan nada sinis yang sama. Perbincangan mereka terasa penuh dengan tegang dan kebingungan. "Apa kau menemuiku hanya untuk menghindari gosip itu?" tanya Yoona dengan ekspresi mengejek. Raydan Han merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan itu. Mereka saling menatap dengan tatapan tajam, seolah-ola

    Last Updated : 2024-12-10
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 5

    Sepertinya, dia harus menyerah sekarang … dan menikmati apa yang bisa dia nikmati selagi bisa. Di tengah keramaian pusat perbelanjaan yang elit di pusat kota Seoul, Raydan Han dan Yoona kini terlihat berjalan beriringan sambil menggenggam tangan satu sama lain. Pemandangan itu seperti gambaran dalam mimpi bagi Yoona, yang begitu bahagia diperlakukan oleh suaminya seperti seorang ratu. "Terima kasih, Raydan," ucap Yoona sambil tersenyum manis pada Raydan Han. "Tidak perlu terima kasih. Aku hanya ingin mengikuti kemauanmu," jawab Raydan Han sambil melihat beberapa pesan masuk yang masuk ke handphonenya. Mereka berjalan menuju toko-toko branded yang berjejer di sepanjang jalan, Raydan Han membelikan Yoona berbagai barang mewah yang disukainya. Setiap kali Yoona memilih baju atau aksesoris, Raydan Han dengan sabar menunggu di sampingnya dan mengiyakan segala keinginannya. Setelah puas berbelanja, mereka berdua menuju restoran mewah untuk makan malam. Raydan Han memilihkan tempat d

    Last Updated : 2024-12-10
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 6

    Pagi yang cerah di kota Seoul, Raydan Han duduk di dalam mobilnya dengan perasaan yang tak menentu. Hatinya berdebar-debar karena perlakuan yang baru saja dilakukannya terhadap Yoona malam itu. Raydan Han masih teringat jelas saat tadi malam. Yoona terlihat begitu cantik dengan gaun hitamnya yang elegan, membuatnya sulit untuk tidak terpesona. Ketika tiba di rumah utama, Raydan Han spontan mencium kening istrinya dan memeluknya erat. Namun, setelah insiden tersebut, ia merasa seakan-akan ada yang salah dengan perilakunya. 'Sial! Kenapa aku mencium keningnya, dan kenapa tubuhku memeluknya erat?' gumamnya dalam hati sambil mengemudikan mobilnya menuju kantor. Dia merasa bersalah dan merasa seperti telah melanggar batas-batas yang seharusnya tidak ia langgar. Namun, pada saat yang sama, Raydan Han merasa bahwa sebagai suami, dia berhak untuk memperlakukan istrinya dengan cara apapun. Raydan Han tiba di kantor pengadilan dengan pikiran yang kacau. Dia seharusnya fokus untuk menyi

    Last Updated : 2024-12-11
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 7

    Sore hari yang cerah, Yoona pulang dari kampus setelah selesai mengajar. Dia merasa lelah dan lapar, jadi dia memutuskan untuk mampir ke mini market untuk membeli beberapa barang kebutuhan rumah tangga. Namun, tak disangka, kejadian yang mengejutkan terjadi saat Yoona hendak pulang ke rumah. Saat melintasi jalan raya yang ramai, tiba-tiba mobil misterius keluar dari belokan dan menabrak Yoona. Tubuhnya terpental ke aspal, kakinya sedikit terkilir dan luka ringan di pelipisnya. Orang-orang di sekitar langsung panik dan berusaha menolong Yoona, sementara sang pengemudi mobil kabur tanpa meninggalkan jejak. Orang-orang di sekitar mulai berteriak dan membantu Yoona. Seseorang segera menghubungi suaminya, Raydan Han, yang merupakan seorang hakim terkemuka di kota tersebut. Tanpa pikir panjang, Raydan dan asistennya, Park, segera menuju rumah sakit tempat Yoona dilarikan. "Dokter, bagaimana keadaan istriku?" tanya Raydan Han cemas kepada dokter yang sedang melakukan pemeriksaan terhadap

    Last Updated : 2024-12-11
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 8

    Sore hari, Bibi Hye Ri datang menjenguk Yoona di rumah sakit menjadi sebuah momen yang penuh kekhawatiran dengan ekpresi wajah yang cemas. "Bagaimana keadaanmu, Yoona? Apa yang terjadi sampai kau bisa kecelakaan begini?" tanya Bibi Hye Ri dengan khawatir. Yoona mencoba menenangkan bibinya. "Aku baik-baik saja, bibi. Ini murni kecelakaan karena aku yang kurang hati-hati." Namun Bibi Hye Ri tak percaya begitu saja. "Hey Raydan, kau bagaimana bisa kecolongan? Keponakanku ini sangat berharga bagi keluarga kami." Raydan akhirnya angkat bicara. "Aku memang kurang hati-hati, Bibi. Aku berjanji akan lebih berhati-hati lagi di masa depan." Bibi Hye Ri masih terlihat kesal. "Yoona, sayang. Bagaimana bisa suamimu sibuk berkencan dengan wanita lain sementara kau di sini terluka parah?" "Bibi, itu semua tidak benar. Raydan adalah suami yang baik dan setia padaku. Semua ini hanya kecelakaan biasa saja." Bibi Hye Ri hanya menggelengkan kepala. "Kau selalu membelanya, Yoona. Tapi Bibimu ini

    Last Updated : 2024-12-11
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 9

    Kabar serangan yang dilakukan di rumah Ketua Hakim Muda Raydan Han tersebar luas dan memunculkan kekacauan di seluruh negeri. Pelaku serangan yang tak dikenal melakukan aksi kekerasan di rumah Raydan Han, melemparkan bom molotov dan meninggalkan jejak yang membuat pihak berwenang bingung. Sebagai seorang hakim muda yang ambisius dan berani, Rayan Han dipandang sebagai sosok yang tegas dan adil dalam menjalankan tugasnya. Namun, serangan yang terjadi di rumahnya membuatnya merasa terancam dan khawatir akan keselamatan dirinya dan keluarganya. "Kabar ini sungguh mengkhawatirkan, siapa dan mengapa melakukan serangan ini," ujar Raydan kepada asisten Park. ketika mereka sedang berdiskusi di ruangannya yang dihiasi dengan lukisan-lukisan tua dan buku-buku hukum. "Apakah ada kemungkinan ini terkait dengan kasus-kasus yang saat ini tengah kita tangani, Park?" tanya Raydan sambil memandang asisten setianya dengan serius. "Ada beberapa orang yang saya curigai, salah satunya adalah keluarga

    Last Updated : 2024-12-20
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 10

    Pagi tiba, Raydan sudah rapi dengan setelan jasnya. Matanya menatap ke arah kamarnya Yoona, namun tidak ada tanda-tanda kehadiran wanita tersebut. Ada asisten Park yang menunggu di ruang tamu, menunggu kedatangan Raydan Han. "Dimana Yoona?" tanya Raydan Han dengan sedikit kebingungan. "Nyonya Yoona tadi hanya membuka pintu untuk saya masuk, tapi setelah itu dia masuk kembali ke kamarnya," jawab asisten Park. Raydan Han mengangguk, lalu berjalan ke meja makan. Matanya menyipit saat melihat bahwa tidak ada sarapan yang disiapkan oleh Yoona. 'Apa dia marah karena ucapan ku semalam?' ucap Raydan Han dalam hati. Dengan perasaan cemas, Raydan memandang pintu kamar Yoona. Namun tiba-tiba asisten Park berkata. "Sudah saatnya anda ke kantor Ketua, karena hari ini anda ada sidang." "Ya, ayo berangkat," jawab Raydan sambil mengurungkan niatnya untuk melihat Yoona di dalam kamarnya. Mereka berdua pun berangkat ke kantor. Selama perjalanan, Raydan merenungkan sikap Yoona. Setelah sampai di k

    Last Updated : 2024-12-21
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 11

    Langit kembali memperlihatkan sinarnya yang terang cerah dan segar. Raydan Han duduk di samping tempat tidur Yoona setelah mengantarnya ke toilet. "Kau tidak pergi ke kantor?" "Istriku sedang sakit jadi aku harus menjaganya dan hari ini libur," ucap Raydan dengan suara pelan.Yoona yang terbaring lemah di atas tempat tidur mengangguk pelan, dengan wajah bersemu merah. "Tapi aku sudah lebih baik, bisakah kita pulang saja?" tanya Yoona dengan suara lembut. "Besok baru boleh pulang, darahmu juga rendah. Kenapa kamu tak sayang tubuhmu?" omel Raydan sambil mengupas buah jeruk kesukaan Yoona. "Maaf," ucap Yoona sambil tersenyum lemah. Aku hanya ingin segera pulang tak ingin merepotkanmu." Krak! Tiba-tiba, pintu ruang perawatan terbuka dan seorang pria muda yang berseragam dokter tampak masuk dengan santai. Dokter tersebut adalah Devan Kim, seorang dokter muda yang baru saja bergabung di rumah sakit tersebut. Meskipun baru bekerja sebentar, Devan Kim sudah dikenal sebagai dokter yang

    Last Updated : 2024-12-23

Latest chapter

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 73

    Raydan Han, mantan seorang hakimketua yang snagat terkenal di korea. Pria sukses yang telah berusia lanjut, duduk di kepala meja makan bersama keluarga besarnya. Dia tersenyum bahagia melihat anak, menantu dan cucunya berbicara dan tertawa bersama. "Aku sangat bersyukur bisa memiliki keluarga yang bahagia dan sukses seperti ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku bisa mencapai usia seperti ini dan masih bisa beraktifitas memegang perusahaan." Yoona Ri, istri Han, tersenyum dan memegang tangan suaminya. "Kamu telah melakukan yang terbaik, Han. Kamu telah membangun perusahaan yang sukses dan memiliki keluarga yang bahagia. Aku sangat bangga dengan kamu." Mereka semua menikmati makan malam bersama, berbicara dan tertawa bersama. "Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah mendukung aku selama ini. Aku tidak bisa melakukan semua ini tanpa bantuan kalian semua." Semua orang di meja makan mengangguk dan tersenyum, menunjukkan rasa hormat dan penghargaan me

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 72

    Perjalanan bulan madu mereka di Rusia sangatlah indah dan penuh kenangan. Mereka berdua menikmati setiap momen bersama, dari mengunjungi tempat-tempat wisata hingga menikmati keintiman mereka. Cinta mereka semakin kuat dan dalam setiap hari, dan mereka berdua tahu bahwa cinta mereka akan bertahan selamanya. Mereka berdua sangat bahagia dan puas dengan kehidupan mereka bersama. Sementara itu, Stevani dan Crush juga sangat bahagia bermain bersama. Mereka berdua seperti saudara yang terpisah, dan mereka sangat menyukai kebersamaan mereka. *** Stevani berlari ke arah Scot dan Preya dengan senyum lebar. "Ayah! Ibu! Selamat datang kembali!" Scot memeluk Stevani dengan h

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 71

    Setelah tiba di Korea, Scot langsung melamar Preya dengan cincin yang indah dan lamaran yang romantis. Preya terkejut dan tersenyum, lalu menerima lamaran Scot. keluarga Preya pun menerima Scot dengan baik. Seminggu kemudian, mereka menikah dalam sebuah upacara yang indah dan romantis. Banyak tamu yang hadir, termasuk Maria dan Park, yang datang dari Dubai untuk merayakan hari bahagia Scot dan Preya. Raydan dan Yoona juga datang, mereka membawa hadiah yang indah dan menyampaikan ucapan selamat kepada pasangan baru itu. Rayno dan Bella juga datang bersama anaknya, Crush, yang gendut dan lucu. Crush yang berusia tiga tahun itu, langsung berlari ke arah Stevani dan memeluknya. "Kakak Stevani!" teriak Crush dengan suara yang kencang. Stevani tersenyum dan memeluk Crush. "Adik Crush! Aku

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 70

    Pagi harinya, Stevani memanggil-manggil ayahnya dengan suara yang keras sambil mengetuk-ngetuk pintu. "Ayah! Ayah!" Scot yang masih berbaring di tempat tidur, berpelukan dengan Preya dan selimut yang masih menutupi tubuhnya, tersentak kaget karena kesiangan. Dia membuka mata dan melihat jam di atas meja, lalu dia terkejut karena sudah terlambat. "Ahh, kita kesiangan!" Scot berkata dengan suara yang panik, sambil melempar selimut ke samping dan berusaha untuk bangun dari tempat tidur. Preya juga terbangun dan memandang Scot dengan senyum. "Pagi, Scot. Kita hanya kesiangan?" Scot mengangguk dan berusaha untuk bangun dari tempat tidur. "Ya, jangan terlambat. Kita harus pergi sekarang dan menikmati hari bersama Stevani!" Stevani masih memanggil-manggil ayahnya dari luar kamar. "Ayah! Ayah! Ayo kita sarapan! Kita bisa telati ke taman nasional Hulhumale!"

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 69

    Scot dan Preya berjalan di pantai, menikmati pemandangan laut yang indah dan angin yang sejuk. Stevani berlari di depan mereka, bermain dengan pasir dan air laut. Scot memandang Preya dengan senyum dan membalas. "Aku senang bisa membuat Stevani bahagia," katanya. Preya tersenyum dan membalas. "Aku juga senang, Scot. Stevani sangat menyenangkan dan aku senang bisa menjadi bagian dari hidup kalian." Scot memandang Preya dengan lebih serius dan berkata. "Aku juga senang kamu bisa menjadi bagian dari hidup Stevani, Preya. Kamu sangat baik dengan dia dan aku senang bisa melihatnya." Preya tersenyum menatap Scot. "Terima kasih, Scot. Aku senang bisa membantu dan menjadi bagian dari hidup Stevani." Scot memandang Preya dengan lebih dalam. "Aku rasa aku mulai menyukaimu, Preya. Kamu sangat berbeda dan aku senang bisa memiliki kamu di sampingku." Preya terkejut dan tidak siap untuk mendengar ungkapan cinta Scot. Dia memandang Scot dengan mata yang lebar dan tidak bisa mengucapkan ap

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 68

    Maria tersenyum dan menutup teleponnya, merasa lega setelah berbicara dengan Stevani. Park, yang duduk di sebelahnya, memperhatikan ekspresi wajah Maria dan bertanya. "Bagaimana kabar Stevani?" tanya Park dengan senyum. Maria tersenyum dan membalas. "Dia baik, dia akan pergi ke Maladewa bersama Scot dan Aunty Preya katanya." Park mengangguk dan bertanya lagi. "Bagaimana dengan Scot dan Preya? Apakah mereka sudah...?" Maria memperhatikan pertanyaan Park dan tersenyum. "Aku tidak tahu, Park. Aku pikir mereka masih dalam proses mengenal satu sama lain. Tapi aku senang melihat mereka dekat dengan Stevani." Park mengangguk dan membalas. "Ya, aku juga senang melihat mereka dekat dengan Stevani. Tapi aku juga penasaran, apakah Scot sudah memiliki perasaan yang lebih dalam terhadap Preya?" Maria tersenyum dan berkata. "Aku tidak tahu, Park. Tapi aku pikir kita harus menunggu dan melihat bagaimana hubungan mereka berkembang." Park, suami Maria, tersenyum dan memandang ke arah jend

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 67

    Scot mengajak Preya makan siang di sebuah restoran yang elegan. Mereka duduk di meja yang nyaman, menikmati pemandangan kota yang indah. Saat mereka makan, banyak orang yang melihat mereka dan berpikir bahwa mereka adalah pasangan suami istri. Mereka terlihat sangat nyaman dan akrab, seperti pasangan yang telah bersama selama bertahun-tahun. Scot dan Preya tidak memperhatikan orang-orang yang melihat mereka, mereka terlalu sibuk menikmati makan siang dan berbicara tentang berbagai hal. "Aku sangat senang kamu bisa mengajar Stevani tentang fotografi," kata Scot dengan senyum. "Dia sangat menyukainya." Preya tersenyum dan membalas. "Aku juga sangat senang bisa membantu Stevani. Dia sangat berbakat dan memiliki semangat yang besar." Mereka terus berbicara dan menikmati makan siang, tidak memperhatikan orang-orang yang melihat mereka dengan rasa penasaran. Preya memandang Scot dengan senyum dan berkata, "Scot, aku ingin berbagi sesuatu denganmu. Aku telah memutuskan untuk pergi

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 66

    Scot terus berbicara dengan Maria, membicarakan tentang kabar Stevani dan rencana mereka untuk masa depan. Mereka berbicara dengan santai dan nyaman, seperti biasa. Setelah beberapa lama berbicara, Scot dan Maria memutuskan untuk mengakhiri panggilan telepon. Scot merasa lega karena bisa berbicara dengan Maria dan memastikan bahwa Stevani baik-baik saja. Scot kemudian berjalan ke kamar tidurnya, merasa lelah setelah hari yang panjang. Dia berbaring di tempat tidur dan memikirkan tentang rencana masa depannya dengan Preya dan Stevani. Dia merasa bahwa dia telah menemukan kebahagiaan lagi, dan dia ingin memastikan bahwa Preya dan Stevani juga merasa bahagia. Scot tersenyum dan memejamkan mata, merasa lega dan bahagia. Esoknya... Scot mengajak Stevani ke sekolah fotografi milik Preya. Stevani sangat bersemangat karena dia ingin belajar fotografi dari Preya. "Aku senang sekali, Ayah!" kata Stevani dengan mata yang berbinar. "Aku ingin belajar fotografi dari Aunty Preya!" Scot

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 65

    Dariell berjalan menuju ruang makan, ingin melaporkan hasil meetingnya dengan Aiden Group kepada Scot. Namun, saat dia melihat ke dalam ruang makan, dia tertahan sejenak. Scot sedang tertawa bersama Preya, dan suasana di ruang makan terlihat sangat hangat dan nyaman. Dariell tidak bisa tidak merasa senang melihat tuannya tidak kesepian lagi. "Ah, Tuan Scot terlihat sangat bahagia," pikir Dariell, dengan senyum di wajahnya. Dariell memutuskan untuk tidak mengganggu Scot dan Preya, dan memilih untuk menunggu sampai mereka selesai makan malam. Dia berharap bahwa Scot akan lebih bahagia dan santai setelah bertemu dengan Preya. Setelah selesai makan malam mereka kembali ke ruang keluarga. Preya bertanya kepada Scot dengan penasaran, "Scot, aku ingin bertanya, kenapa Stevani tidak belajar saja di sekolah ku? Aku memiliki sekolah anak-anak khusus fotografer, dan aku pikir Stevani akan sangat menyukainya." Scot terlihat terkejut dengan pertanyaan Preya, tapi kemudian dia tersenyum. "

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status