Perjalanan bulan madu mereka di Rusia sangatlah indah dan penuh kenangan. Mereka berdua menikmati setiap momen bersama, dari mengunjungi tempat-tempat wisata hingga menikmati keintiman mereka.
Cinta mereka semakin kuat dan dalam setiap hari, dan mereka berdua tahu bahwa cinta mereka akan bertahan selamanya. Mereka berdua sangat bahagia dan puas dengan kehidupan mereka bersama. Sementara itu, Stevani dan Crush juga sangat bahagia bermain bersama. Mereka berdua seperti saudara yang terpisah, dan mereka sangat menyukai kebersamaan mereka. *** Stevani berlari ke arah Scot dan Preya dengan senyum lebar. "Ayah! Ibu! Selamat datang kembali!" Scot memeluk Stevani dengan hRaydan Han, mantan seorang hakimketua yang snagat terkenal di korea. Pria sukses yang telah berusia lanjut, duduk di kepala meja makan bersama keluarga besarnya. Dia tersenyum bahagia melihat anak, menantu dan cucunya berbicara dan tertawa bersama. "Aku sangat bersyukur bisa memiliki keluarga yang bahagia dan sukses seperti ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku bisa mencapai usia seperti ini dan masih bisa beraktifitas memegang perusahaan." Yoona Ri, istri Han, tersenyum dan memegang tangan suaminya. "Kamu telah melakukan yang terbaik, Han. Kamu telah membangun perusahaan yang sukses dan memiliki keluarga yang bahagia. Aku sangat bangga dengan kamu." Mereka semua menikmati makan malam bersama, berbicara dan tertawa bersama. "Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah mendukung aku selama ini. Aku tidak bisa melakukan semua ini tanpa bantuan kalian semua." Semua orang di meja makan mengangguk dan tersenyum, menunjukkan rasa hormat dan penghargaan me
"Yoona, aku sudah menepati janjiku kepada paman Joe. Kita sekarang resmi menjadi suami istri. Mari kita buat perjanjian pernikahan." Tatapan tajam dan ucapan tegas Raydan Han membuat Yoona bingung. "Perjanjian pernikahan? Apa maksudmu?" Sayangnya, Raydan Han justru tertawa sinis. "Bukankah Kau yang menginginkan pernikahan palsu seperti ini?" "Ini adalah kesepakatan yang aku buat dengan paman Joe. Aku hanya melaksanakan janji yang telah kuberikan padanya," ucap pria itu lagi. "Namun, apakah kau tidak merasakan apapun? Apakah hatimu begitu dingin sehingga bisa membuat kesepakatan seperti ini?" ujar Yoona sambil meneteskan air mata. Raydan Han hanya diam untuk sesaat sebelum akhirnya berkata. "Ini bukan masalah perasaan, Yoona. Ini hanya masalah bisnis. Kau tahu betapa pentingnya nama baik dan kekayaan bagi keluargamu. Kau hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan itu." Tanpa basa-basi, Raydan Han langsung memulai pembicaraan serius.Yoona terdiam, tidak menyangka bahwa suaminya ak
Jujur, ada sedikit rasa hangat menyentuh hatinya mendengar ucapan pria yang berubah dingin semenjak mereka menjadi pasangan suami-istri. Tapi, dia sadar posisinya dan tahu bahwa Raydan Han tidak pernah mengutarakan sesuatu tanpa alasan yang jelas. "Baiklah, aku akan menyiapkan segalanya," jawab Yoona akhirnya. Mereka berdua pun segera mulai menyiapkan segala keperluan untuk meninggalkan rumah utama mereka. Raydan Han memeriksa barang-barang yang perlu dibawa, sementara Yoona mengatur segala dokumen penting yang harus dibawa. Setelah semua persiapan selesai, mereka segera meninggalkan rumah utama mereka. Raydan menuju ke apartemennya sebagai tempat perlindungan bagi mereka sementara. Namun, dalam perjalanan, mereka merasa dikejar-kejar oleh sekelompok orang yang tidak dikenal. "Sial! Kenapa mereka mengincar kita," ucap Raydan melihat sekelompok orang yang mengikutinya Asisten Park dan beberapa mobil pengawal terus berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kejaran tersebut
"Kau sudah pulang, aku menghawatirkanmu," ucap Yoona sambil menatap lembut ke arah Raydan Han yang baru saja tiba di apartemen. Raydan Han akhirnya kembali setelah beberapa minggu ke luar kota. Wajahnya terlihat lelah. Dia berhasil menyelesaikan masalah yang mengancam keamanan mereka. Tapi wajah itu kembali dingin dan acuh menatapnya. "Tak ada yang perlu kau khawatirkan, aku baik-baik saja," jawab Raydan Han sambil berjalan ke arah pantry untuk mengambil segelas air minum. "Pengawal akan mengantarmu pulang ke rumah utama kemasi barang-barangmu," ucap Raydan Han dengan suara dingin tanpa ekspresi. "Apa maksudmu? Bukannya situasi di luar sedang tidak aman?" tanya Yoona, mulai merasa khawatir dengan ketegangan yang terasa di udara. "Tenang saja, para pemberontak itu sudah tertangkap. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi," jawab Raydan Han sambil tetap meminum air di gelasnya. Yoona mencoba menenangkan hatinya yang mulai berdebar-debar. "Bisakah aku tinggal di sini bersama
Yoona dan Raydan Han kini duduk di sebuah sudut cafe yang sepi, terlepas dari keramaian yang terjadi di sekitar mereka. Mereka sudah lama tidak bertemu, dan pertemuan kali ini terasa agak tegang. "Bagaimana kabarmu, Yoona?" tanya Raydan Han sambil menatap wanita di hadapannya. Yoona menatapnya dengan ekspresi tenang sebelum akhirnya menjawab. "Baik, bagaimana kabarmu, Raydan?" "Sudah lama kita tidak bertemu. Banyak gosip yang beredar begitu liar tentang kedekatanku dengan anak perdana menteri. Apa kau tidak terganggu?" tanya Raydan Han dengan nada sedikit sinis. "Bagaimana aku bisa tidak terganggu, kalau kau saja tidak pernah datang menemuiku. Bukannya kita suami istri," balas Yoona dengan nada sinis yang sama. Perbincangan mereka terasa penuh dengan tegang dan kebingungan. "Apa kau menemuiku hanya untuk menghindari gosip itu?" tanya Yoona dengan ekspresi mengejek. Raydan Han merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan itu. Mereka saling menatap dengan tatapan tajam, seolah-ola
Sepertinya, dia harus menyerah sekarang … dan menikmati apa yang bisa dia nikmati selagi bisa. Di tengah keramaian pusat perbelanjaan yang elit di pusat kota Seoul, Raydan Han dan Yoona kini terlihat berjalan beriringan sambil menggenggam tangan satu sama lain. Pemandangan itu seperti gambaran dalam mimpi bagi Yoona, yang begitu bahagia diperlakukan oleh suaminya seperti seorang ratu. "Terima kasih, Raydan," ucap Yoona sambil tersenyum manis pada Raydan Han. "Tidak perlu terima kasih. Aku hanya ingin mengikuti kemauanmu," jawab Raydan Han sambil melihat beberapa pesan masuk yang masuk ke handphonenya. Mereka berjalan menuju toko-toko branded yang berjejer di sepanjang jalan, Raydan Han membelikan Yoona berbagai barang mewah yang disukainya. Setiap kali Yoona memilih baju atau aksesoris, Raydan Han dengan sabar menunggu di sampingnya dan mengiyakan segala keinginannya. Setelah puas berbelanja, mereka berdua menuju restoran mewah untuk makan malam. Raydan Han memilihkan tempat d
Pagi yang cerah di kota Seoul, Raydan Han duduk di dalam mobilnya dengan perasaan yang tak menentu. Hatinya berdebar-debar karena perlakuan yang baru saja dilakukannya terhadap Yoona malam itu. Raydan Han masih teringat jelas saat tadi malam. Yoona terlihat begitu cantik dengan gaun hitamnya yang elegan, membuatnya sulit untuk tidak terpesona. Ketika tiba di rumah utama, Raydan Han spontan mencium kening istrinya dan memeluknya erat. Namun, setelah insiden tersebut, ia merasa seakan-akan ada yang salah dengan perilakunya. 'Sial! Kenapa aku mencium keningnya, dan kenapa tubuhku memeluknya erat?' gumamnya dalam hati sambil mengemudikan mobilnya menuju kantor. Dia merasa bersalah dan merasa seperti telah melanggar batas-batas yang seharusnya tidak ia langgar. Namun, pada saat yang sama, Raydan Han merasa bahwa sebagai suami, dia berhak untuk memperlakukan istrinya dengan cara apapun. Raydan Han tiba di kantor pengadilan dengan pikiran yang kacau. Dia seharusnya fokus untuk menyi
Sore hari yang cerah, Yoona pulang dari kampus setelah selesai mengajar. Dia merasa lelah dan lapar, jadi dia memutuskan untuk mampir ke mini market untuk membeli beberapa barang kebutuhan rumah tangga. Namun, tak disangka, kejadian yang mengejutkan terjadi saat Yoona hendak pulang ke rumah. Saat melintasi jalan raya yang ramai, tiba-tiba mobil misterius keluar dari belokan dan menabrak Yoona. Tubuhnya terpental ke aspal, kakinya sedikit terkilir dan luka ringan di pelipisnya. Orang-orang di sekitar langsung panik dan berusaha menolong Yoona, sementara sang pengemudi mobil kabur tanpa meninggalkan jejak. Orang-orang di sekitar mulai berteriak dan membantu Yoona. Seseorang segera menghubungi suaminya, Raydan Han, yang merupakan seorang hakim terkemuka di kota tersebut. Tanpa pikir panjang, Raydan dan asistennya, Park, segera menuju rumah sakit tempat Yoona dilarikan. "Dokter, bagaimana keadaan istriku?" tanya Raydan Han cemas kepada dokter yang sedang melakukan pemeriksaan terhadap
Raydan Han, mantan seorang hakimketua yang snagat terkenal di korea. Pria sukses yang telah berusia lanjut, duduk di kepala meja makan bersama keluarga besarnya. Dia tersenyum bahagia melihat anak, menantu dan cucunya berbicara dan tertawa bersama. "Aku sangat bersyukur bisa memiliki keluarga yang bahagia dan sukses seperti ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku bisa mencapai usia seperti ini dan masih bisa beraktifitas memegang perusahaan." Yoona Ri, istri Han, tersenyum dan memegang tangan suaminya. "Kamu telah melakukan yang terbaik, Han. Kamu telah membangun perusahaan yang sukses dan memiliki keluarga yang bahagia. Aku sangat bangga dengan kamu." Mereka semua menikmati makan malam bersama, berbicara dan tertawa bersama. "Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah mendukung aku selama ini. Aku tidak bisa melakukan semua ini tanpa bantuan kalian semua." Semua orang di meja makan mengangguk dan tersenyum, menunjukkan rasa hormat dan penghargaan me
Perjalanan bulan madu mereka di Rusia sangatlah indah dan penuh kenangan. Mereka berdua menikmati setiap momen bersama, dari mengunjungi tempat-tempat wisata hingga menikmati keintiman mereka. Cinta mereka semakin kuat dan dalam setiap hari, dan mereka berdua tahu bahwa cinta mereka akan bertahan selamanya. Mereka berdua sangat bahagia dan puas dengan kehidupan mereka bersama. Sementara itu, Stevani dan Crush juga sangat bahagia bermain bersama. Mereka berdua seperti saudara yang terpisah, dan mereka sangat menyukai kebersamaan mereka. *** Stevani berlari ke arah Scot dan Preya dengan senyum lebar. "Ayah! Ibu! Selamat datang kembali!" Scot memeluk Stevani dengan h
Setelah tiba di Korea, Scot langsung melamar Preya dengan cincin yang indah dan lamaran yang romantis. Preya terkejut dan tersenyum, lalu menerima lamaran Scot. keluarga Preya pun menerima Scot dengan baik. Seminggu kemudian, mereka menikah dalam sebuah upacara yang indah dan romantis. Banyak tamu yang hadir, termasuk Maria dan Park, yang datang dari Dubai untuk merayakan hari bahagia Scot dan Preya. Raydan dan Yoona juga datang, mereka membawa hadiah yang indah dan menyampaikan ucapan selamat kepada pasangan baru itu. Rayno dan Bella juga datang bersama anaknya, Crush, yang gendut dan lucu. Crush yang berusia tiga tahun itu, langsung berlari ke arah Stevani dan memeluknya. "Kakak Stevani!" teriak Crush dengan suara yang kencang. Stevani tersenyum dan memeluk Crush. "Adik Crush! Aku
Pagi harinya, Stevani memanggil-manggil ayahnya dengan suara yang keras sambil mengetuk-ngetuk pintu. "Ayah! Ayah!" Scot yang masih berbaring di tempat tidur, berpelukan dengan Preya dan selimut yang masih menutupi tubuhnya, tersentak kaget karena kesiangan. Dia membuka mata dan melihat jam di atas meja, lalu dia terkejut karena sudah terlambat. "Ahh, kita kesiangan!" Scot berkata dengan suara yang panik, sambil melempar selimut ke samping dan berusaha untuk bangun dari tempat tidur. Preya juga terbangun dan memandang Scot dengan senyum. "Pagi, Scot. Kita hanya kesiangan?" Scot mengangguk dan berusaha untuk bangun dari tempat tidur. "Ya, jangan terlambat. Kita harus pergi sekarang dan menikmati hari bersama Stevani!" Stevani masih memanggil-manggil ayahnya dari luar kamar. "Ayah! Ayah! Ayo kita sarapan! Kita bisa telati ke taman nasional Hulhumale!"
Scot dan Preya berjalan di pantai, menikmati pemandangan laut yang indah dan angin yang sejuk. Stevani berlari di depan mereka, bermain dengan pasir dan air laut. Scot memandang Preya dengan senyum dan membalas. "Aku senang bisa membuat Stevani bahagia," katanya. Preya tersenyum dan membalas. "Aku juga senang, Scot. Stevani sangat menyenangkan dan aku senang bisa menjadi bagian dari hidup kalian." Scot memandang Preya dengan lebih serius dan berkata. "Aku juga senang kamu bisa menjadi bagian dari hidup Stevani, Preya. Kamu sangat baik dengan dia dan aku senang bisa melihatnya." Preya tersenyum menatap Scot. "Terima kasih, Scot. Aku senang bisa membantu dan menjadi bagian dari hidup Stevani." Scot memandang Preya dengan lebih dalam. "Aku rasa aku mulai menyukaimu, Preya. Kamu sangat berbeda dan aku senang bisa memiliki kamu di sampingku." Preya terkejut dan tidak siap untuk mendengar ungkapan cinta Scot. Dia memandang Scot dengan mata yang lebar dan tidak bisa mengucapkan ap
Maria tersenyum dan menutup teleponnya, merasa lega setelah berbicara dengan Stevani. Park, yang duduk di sebelahnya, memperhatikan ekspresi wajah Maria dan bertanya. "Bagaimana kabar Stevani?" tanya Park dengan senyum. Maria tersenyum dan membalas. "Dia baik, dia akan pergi ke Maladewa bersama Scot dan Aunty Preya katanya." Park mengangguk dan bertanya lagi. "Bagaimana dengan Scot dan Preya? Apakah mereka sudah...?" Maria memperhatikan pertanyaan Park dan tersenyum. "Aku tidak tahu, Park. Aku pikir mereka masih dalam proses mengenal satu sama lain. Tapi aku senang melihat mereka dekat dengan Stevani." Park mengangguk dan membalas. "Ya, aku juga senang melihat mereka dekat dengan Stevani. Tapi aku juga penasaran, apakah Scot sudah memiliki perasaan yang lebih dalam terhadap Preya?" Maria tersenyum dan berkata. "Aku tidak tahu, Park. Tapi aku pikir kita harus menunggu dan melihat bagaimana hubungan mereka berkembang." Park, suami Maria, tersenyum dan memandang ke arah jend
Scot mengajak Preya makan siang di sebuah restoran yang elegan. Mereka duduk di meja yang nyaman, menikmati pemandangan kota yang indah. Saat mereka makan, banyak orang yang melihat mereka dan berpikir bahwa mereka adalah pasangan suami istri. Mereka terlihat sangat nyaman dan akrab, seperti pasangan yang telah bersama selama bertahun-tahun. Scot dan Preya tidak memperhatikan orang-orang yang melihat mereka, mereka terlalu sibuk menikmati makan siang dan berbicara tentang berbagai hal. "Aku sangat senang kamu bisa mengajar Stevani tentang fotografi," kata Scot dengan senyum. "Dia sangat menyukainya." Preya tersenyum dan membalas. "Aku juga sangat senang bisa membantu Stevani. Dia sangat berbakat dan memiliki semangat yang besar." Mereka terus berbicara dan menikmati makan siang, tidak memperhatikan orang-orang yang melihat mereka dengan rasa penasaran. Preya memandang Scot dengan senyum dan berkata, "Scot, aku ingin berbagi sesuatu denganmu. Aku telah memutuskan untuk pergi
Scot terus berbicara dengan Maria, membicarakan tentang kabar Stevani dan rencana mereka untuk masa depan. Mereka berbicara dengan santai dan nyaman, seperti biasa. Setelah beberapa lama berbicara, Scot dan Maria memutuskan untuk mengakhiri panggilan telepon. Scot merasa lega karena bisa berbicara dengan Maria dan memastikan bahwa Stevani baik-baik saja. Scot kemudian berjalan ke kamar tidurnya, merasa lelah setelah hari yang panjang. Dia berbaring di tempat tidur dan memikirkan tentang rencana masa depannya dengan Preya dan Stevani. Dia merasa bahwa dia telah menemukan kebahagiaan lagi, dan dia ingin memastikan bahwa Preya dan Stevani juga merasa bahagia. Scot tersenyum dan memejamkan mata, merasa lega dan bahagia. Esoknya... Scot mengajak Stevani ke sekolah fotografi milik Preya. Stevani sangat bersemangat karena dia ingin belajar fotografi dari Preya. "Aku senang sekali, Ayah!" kata Stevani dengan mata yang berbinar. "Aku ingin belajar fotografi dari Aunty Preya!" Scot
Dariell berjalan menuju ruang makan, ingin melaporkan hasil meetingnya dengan Aiden Group kepada Scot. Namun, saat dia melihat ke dalam ruang makan, dia tertahan sejenak. Scot sedang tertawa bersama Preya, dan suasana di ruang makan terlihat sangat hangat dan nyaman. Dariell tidak bisa tidak merasa senang melihat tuannya tidak kesepian lagi. "Ah, Tuan Scot terlihat sangat bahagia," pikir Dariell, dengan senyum di wajahnya. Dariell memutuskan untuk tidak mengganggu Scot dan Preya, dan memilih untuk menunggu sampai mereka selesai makan malam. Dia berharap bahwa Scot akan lebih bahagia dan santai setelah bertemu dengan Preya. Setelah selesai makan malam mereka kembali ke ruang keluarga. Preya bertanya kepada Scot dengan penasaran, "Scot, aku ingin bertanya, kenapa Stevani tidak belajar saja di sekolah ku? Aku memiliki sekolah anak-anak khusus fotografer, dan aku pikir Stevani akan sangat menyukainya." Scot terlihat terkejut dengan pertanyaan Preya, tapi kemudian dia tersenyum. "