Share

Bab 6

Penulis: Miss Kay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 14:04:51

Pagi yang cerah di kota Seoul, Raydan Han duduk di dalam mobilnya dengan perasaan yang tak menentu. Hatinya berdebar-debar karena perlakuan yang baru saja dilakukannya terhadap Yoona malam itu.

Raydan Han masih teringat jelas saat tadi malam. Yoona terlihat begitu cantik dengan gaun hitamnya yang elegan, membuatnya sulit untuk tidak terpesona. Ketika tiba di rumah utama, Raydan Han spontan mencium kening istrinya dan memeluknya erat. Namun, setelah insiden tersebut, ia merasa seakan-akan ada yang salah dengan perilakunya.

'Sial! Kenapa aku mencium keningnya, dan kenapa tubuhku memeluknya erat?' gumamnya dalam hati sambil mengemudikan mobilnya menuju kantor.

Dia merasa bersalah dan merasa seperti telah melanggar batas-batas yang seharusnya tidak ia langgar. Namun, pada saat yang sama, Raydan Han merasa bahwa sebagai suami, dia berhak untuk memperlakukan istrinya dengan cara apapun.

Raydan Han tiba di kantor pengadilan dengan pikiran yang kacau. Dia seharusnya fokus untuk menyiapkan sidang penting yang akan dihadiri sebagai hakim ketua, namun pikirannya terus melayang ke permasalahan pribadi yang sedang dia hadapi. Masalah semalam dengan istrinya benar-benar mengganggu konsentrasinya.

Saat dia duduk di meja kerjanya, asisten Park yang biasanya melihatnya bekerja dengan tekun mulai merasa gelisah. Ia melihat Raydan Han bertindak tidak seperti biasanya terlihat kurang fokus dan sering kali terdiam dalam pikirannya sendiri. Park mulai bertanya-tanya apakah hakim ketua tersebut sedang mengalami masalah yang serius.

"Apakah ada yang bisa saya bantu, Hakim Han?" tanya Park khawatir.

Raydan Han tersentak dari lamunannya dan menatap asisten Park dengan pandangan kosong. Dia merenung sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Tidak apa-apa, Park. Saya hanya sedikit kurang fokus pagi ini."

Park merasa tidak puas dengan jawaban itu, namun dia tidak berani bertanya lebih lanjut. Dia hanya bisa mengamati Raydan Han dari kejauhan, semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan hakim ketua mereka.

***

Di ruang sidang yang megah, Hakim Ketua Raydan Han duduk di kursi jabatannya sambil menatap layar komputer dengan ekspresi serius. Asisten Park yang berdiri di sampingnya melihatnya dengan heran, merasa bahwa ada yang berbeda dengan sikap biasa hakim ketua yang selalu tenang tersebut.

"Maafkan saya, Hakim Ketua. Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya Asisten Park lagi dengan sopan.

Raydan Han menoleh ke arahnya dan mengernyitkan dahi, seolah baru sadar bahwa ada orang lain di ruangan itu. "Ah, tidak apa-apa, Park. Hanya sedang memeriksa beberapa dokumen untuk persidangan hari ini," jawabnya singkat.

Asisten Park tidak yakin dengan jawaban tersebut. Sejak beberapa waktu terakhir, Raydan Han terlihat tidak konsentrasi dengan pekerjaannya. Sidang-sidang penting menjadi semakin rumit karena hakim ketua tersebut kerap membuat kesalahan kecil yang seharusnya tidak terjadi. Dan hari ini, mereka memiliki sidang besar yang sangat penting dan membutuhkan ketelitian serta fokus penuh.

"Maafkan saya, Hakim Ketua. Tapi saya perlu bertanya, apakah ada yang mengganggu pikiran Anda akhir-akhir ini?" tanya Asisten Park lagi, kali ini dengan nada sedikit khawatir.

Raydan Han memandang Asisten Park dengan tatapan dingin, sebelum akhirnya melemparkan senyum tipis. "Ah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Park. Saya hanya sedang dalam pemikiran yang agak rumit akhir-akhir ini. Tidak ada hubungannya dengan sidang hari ini," ujarnya sambil menepuk bahu Asisten Park.

Asisten Park mengangguk, meskipun masih merasa ragu dengan jawaban hakim ketua Han. "Baiklah, Hakim Ketua. Saya harap semuanya berjalan lancar hari ini, sidang akan segera dimulai. Apakah Anda siap?" tanyanya.

Raydan Han mengangguk pelan. "Tentu saja. Mari kita mulai sidang," jawabnya sambil tersenyum kembali.

Raydan Han melihat semua pengacara dan terdakwa sudah menunggu dengan gelisah sambil menatap sekeliling dengan penuh perhatian. Dia merasa harus memberikan yang terbaik meskipun pikirannya masih terpecah antara pekerjaan dan masalah rumah tangganya.

"Saya memutuskan kasus ini dalam waktu dekat. Dan saya harap semua pihak bisa menerima keputusan ini dengan lapang dada," ucapnya tegas.

Sidang berjalan lancar dan akhirnya selesai tanpa masalah. Semua pihak terlihat lega dan berterima kasih atas keputusan yang bijaksana dari hakim ketua. Raydan Han sendiri merasa lega bisa menyelesaikan sidang tanpa terlalu banyak masalah, meskipun sebenarnya hatinya masih terombang-ambing antara pekerjaan dan masalah rumah tangganya.

Setelah sidang selesai, Asisten Park mendekati Raydan Han dengan wajah penuh tanya. "Hakim Ketua, sebenarnya apa yang terjadi dengan Anda akhir-akhir ini? Saya merasa ada sesuatu yang mengganjal," ujarnya.

Raydan Han menghela nafas panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka diri pada Asisten Park. "Istri saya dan saya sedang mengalami masalah rumah tangga akhir-akhir ini. Itu membuat saya sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaan," ungkapnya dengan jujur.

Asisten Park terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum. "Mungkin sebaiknya Anda bicarakan terbuka dengan istri Anda, Hakim Ketua. Komunikasi yang baik sangat penting dalam sebuah hubungan," ucapnya bijak.

Raydan Han mengangguk pelan, menyadari bahwa Asisten Park benar.

Dan ketika Asisten Park menanyakan perasaannya yang sekarang, Raydan hanya tersenyum dan menjawab. "Saya tidak pernah lebih fokus dalam pekerjaan seperti sekarang. Terima kasih atas dukunganmu, Park."

Bab terkait

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 7

    Sore hari yang cerah, Yoona pulang dari kampus setelah selesai mengajar. Dia merasa lelah dan lapar, jadi dia memutuskan untuk mampir ke mini market untuk membeli beberapa barang kebutuhan rumah tangga. Namun, tak disangka, kejadian yang mengejutkan terjadi saat Yoona hendak pulang ke rumah. Saat melintasi jalan raya yang ramai, tiba-tiba mobil misterius keluar dari belokan dan menabrak Yoona. Tubuhnya terpental ke aspal, kakinya sedikit terkilir dan luka ringan di pelipisnya. Orang-orang di sekitar langsung panik dan berusaha menolong Yoona, sementara sang pengemudi mobil kabur tanpa meninggalkan jejak. Orang-orang di sekitar mulai berteriak dan membantu Yoona. Seseorang segera menghubungi suaminya, Raydan Han, yang merupakan seorang hakim terkemuka di kota tersebut. Tanpa pikir panjang, Raydan dan asistennya, Park, segera menuju rumah sakit tempat Yoona dilarikan. "Dokter, bagaimana keadaan istriku?" tanya Raydan Han cemas kepada dokter yang sedang melakukan pemeriksaan terhadap

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 8

    Sore hari, Bibi Hye Ri datang menjenguk Yoona di rumah sakit menjadi sebuah momen yang penuh kekhawatiran dengan ekpresi wajah yang cemas. "Bagaimana keadaanmu, Yoona? Apa yang terjadi sampai kau bisa kecelakaan begini?" tanya Bibi Hye Ri dengan khawatir. Yoona mencoba menenangkan bibinya. "Aku baik-baik saja, bibi. Ini murni kecelakaan karena aku yang kurang hati-hati." Namun Bibi Hye Ri tak percaya begitu saja. "Hey Raydan, kau bagaimana bisa kecolongan? Keponakanku ini sangat berharga bagi keluarga kami." Raydan akhirnya angkat bicara. "Aku memang kurang hati-hati, Bibi. Aku berjanji akan lebih berhati-hati lagi di masa depan." Bibi Hye Ri masih terlihat kesal. "Yoona, sayang. Bagaimana bisa suamimu sibuk berkencan dengan wanita lain sementara kau di sini terluka parah?" "Bibi, itu semua tidak benar. Raydan adalah suami yang baik dan setia padaku. Semua ini hanya kecelakaan biasa saja." Bibi Hye Ri hanya menggelengkan kepala. "Kau selalu membelanya, Yoona. Tapi Bibimu ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 9

    Kabar serangan yang dilakukan di rumah Ketua Hakim Muda Raydan Han tersebar luas dan memunculkan kekacauan di seluruh negeri. Pelaku serangan yang tak dikenal melakukan aksi kekerasan di rumah Raydan Han, melemparkan bom molotov dan meninggalkan jejak yang membuat pihak berwenang bingung. Sebagai seorang hakim muda yang ambisius dan berani, Rayan Han dipandang sebagai sosok yang tegas dan adil dalam menjalankan tugasnya. Namun, serangan yang terjadi di rumahnya membuatnya merasa terancam dan khawatir akan keselamatan dirinya dan keluarganya. "Kabar ini sungguh mengkhawatirkan, siapa dan mengapa melakukan serangan ini," ujar Raydan kepada asisten Park. ketika mereka sedang berdiskusi di ruangannya yang dihiasi dengan lukisan-lukisan tua dan buku-buku hukum. "Apakah ada kemungkinan ini terkait dengan kasus-kasus yang saat ini tengah kita tangani, Park?" tanya Raydan sambil memandang asisten setianya dengan serius. "Ada beberapa orang yang saya curigai, salah satunya adalah keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 10

    Pagi tiba, Raydan sudah rapi dengan setelan jasnya. Matanya menatap ke arah kamarnya Yoona, namun tidak ada tanda-tanda kehadiran wanita tersebut. Ada asisten Park yang menunggu di ruang tamu, menunggu kedatangan Raydan Han. "Dimana Yoona?" tanya Raydan Han dengan sedikit kebingungan. "Nyonya Yoona tadi hanya membuka pintu untuk saya masuk, tapi setelah itu dia masuk kembali ke kamarnya," jawab asisten Park. Raydan Han mengangguk, lalu berjalan ke meja makan. Matanya menyipit saat melihat bahwa tidak ada sarapan yang disiapkan oleh Yoona. 'Apa dia marah karena ucapan ku semalam?' ucap Raydan Han dalam hati. Dengan perasaan cemas, Raydan memandang pintu kamar Yoona. Namun tiba-tiba asisten Park berkata. "Sudah saatnya anda ke kantor Ketua, karena hari ini anda ada sidang." "Ya, ayo berangkat," jawab Raydan sambil mengurungkan niatnya untuk melihat Yoona di dalam kamarnya. Mereka berdua pun berangkat ke kantor. Selama perjalanan, Raydan merenungkan sikap Yoona. Setelah sampai di k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 11

    Langit kembali memperlihatkan sinarnya yang terang cerah dan segar. Raydan Han duduk di samping tempat tidur Yoona setelah mengantarnya ke toilet. "Kau tidak pergi ke kantor?" "Istriku sedang sakit jadi aku harus menjaganya dan hari ini libur," ucap Raydan dengan suara pelan.Yoona yang terbaring lemah di atas tempat tidur mengangguk pelan, dengan wajah bersemu merah. "Tapi aku sudah lebih baik, bisakah kita pulang saja?" tanya Yoona dengan suara lembut. "Besok baru boleh pulang, darahmu juga rendah. Kenapa kamu tak sayang tubuhmu?" omel Raydan sambil mengupas buah jeruk kesukaan Yoona. "Maaf," ucap Yoona sambil tersenyum lemah. Aku hanya ingin segera pulang tak ingin merepotkanmu." Krak! Tiba-tiba, pintu ruang perawatan terbuka dan seorang pria muda yang berseragam dokter tampak masuk dengan santai. Dokter tersebut adalah Devan Kim, seorang dokter muda yang baru saja bergabung di rumah sakit tersebut. Meskipun baru bekerja sebentar, Devan Kim sudah dikenal sebagai dokter yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 12

    Setelah menyelesaikan semua administrasi di rumah sakit Raydan dan Yoona berjalan ke parkiran menuju mobil. Di dalam mobil, Raydan dan Yoona duduk berdampingan tetapi atmosfer di dalam mobil terasa hening. Raydan hanya diam tanpa mengajak bicara Yoona, sementara Yoona sibuk melihat ponselnya. "Raydan, besok ada undangan pernikahan temanku. Bisakah kau menemaniku?" tanya Yoona dengan lembut. Raydan sejenak terdiam sebelum akhirnya menjawab. "Besok aku ada sidang. Kau bisa diantar pengawal." "Tapi mereka juga mengundangmu. Orangtuanya teman Appaku," ucap Yoona mencoba meyakinkan Raydan Han. Raydan Han tidak menjawab. Sebaliknya, ia malah mengangkat telepon dari asisten park. 'Ya, bicaralah Park,' jawab Raydan sambil mendengarkan Park berbicara. 'Ketua hakim, semua berkas kasus Kang Min sudah lengkap. Saya letakkan diruangan anda. Besok sidang pertama,' ucap Park. 'Baiklah, besok datang lebih pagi sebelum memulai sidang,' ucap Raydan Han sebelum menutup panggilan. "Yoona,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 13

    "Selamat datang, Yoona. Terima kasih sudah datang," ucap Sora, sang pengantin. "Ya, kau juga selamat atas pernikahanmu. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu," balas Yoona sambil tersenyum manis. “Dimana ketua han? Aku tidak melihat dia bersamamu," tanya Sora penasaran. "Suamiku ada jadwal sidang hari ini. Sepertinya dia akan menyusulku setelah selesai sidang," jawab Yoona sambil melirik ke arah pintu. "Ah, begitu ya. Ya sudah, kalau begitu melihatmu bisa datang saja sudah membuatku bahagia," ucap Sora tulus. Mereka berdua pun tertawa bersama sambil mengobrol ringan. Dan banyaknya tamu undangan yang mulai memadati acara pesta pernikahan itu. Pesta pernikahan Sora dan Jay berlangsung begitu meriah. Berbagai macam hidangan disajikan di meja makan, tamu-tamu berbaur dan bersenang-senang, serta musik yang mengalun merdu mengiringi acara tersebut. Tak lama kemudian, suara bisik-bisik tamu dan bidikan kamera terarah kepada sosok yang baru saja datang memasuki ruangan. S

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Mengukir kenangan

    “Mau kemana hari ini?” tanya Yoona sambil mengaduk jusnya. Raydan menyeka mulutnya dengan napkin dan menjawab, “Kau ingin jalan-jalan hari ini? Kebetulan aku ambil cuti.” Yoona terkejut. “Benarkah? Kita jarang punya waktu bersama, tapi... aku sudah berencana ke kampus untuk mengurus tugas.” “Tenang saja, aku sudah menghubungi kepala kampusmu agar memberikan kamu cuti.” “Kepala kampus? Hem, benarkah?” Yoona bertanya, kaget dengan pernyataan suaminya. “Ya, aku minta izin untuk kamu. Jadi bersiap-siaplah. Aku tunggu di mobil,” jawab Raydan dengan datar, lalu beranjak dari meja makan. Yoona memandangi punggung Raydan yang sudah menuju pintu. 'Kenapa dia jadi begitu baik?' ucapnya dalam hati, merasa bingung sekaligus bahagia. Di luar, Raydan menunggu dengan kacamata

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10

Bab terbaru

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Mengukir kenangan

    “Mau kemana hari ini?” tanya Yoona sambil mengaduk jusnya. Raydan menyeka mulutnya dengan napkin dan menjawab, “Kau ingin jalan-jalan hari ini? Kebetulan aku ambil cuti.” Yoona terkejut. “Benarkah? Kita jarang punya waktu bersama, tapi... aku sudah berencana ke kampus untuk mengurus tugas.” “Tenang saja, aku sudah menghubungi kepala kampusmu agar memberikan kamu cuti.” “Kepala kampus? Hem, benarkah?” Yoona bertanya, kaget dengan pernyataan suaminya. “Ya, aku minta izin untuk kamu. Jadi bersiap-siaplah. Aku tunggu di mobil,” jawab Raydan dengan datar, lalu beranjak dari meja makan. Yoona memandangi punggung Raydan yang sudah menuju pintu. 'Kenapa dia jadi begitu baik?' ucapnya dalam hati, merasa bingung sekaligus bahagia. Di luar, Raydan menunggu dengan kacamata

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 13

    "Selamat datang, Yoona. Terima kasih sudah datang," ucap Sora, sang pengantin. "Ya, kau juga selamat atas pernikahanmu. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu," balas Yoona sambil tersenyum manis. “Dimana ketua han? Aku tidak melihat dia bersamamu," tanya Sora penasaran. "Suamiku ada jadwal sidang hari ini. Sepertinya dia akan menyusulku setelah selesai sidang," jawab Yoona sambil melirik ke arah pintu. "Ah, begitu ya. Ya sudah, kalau begitu melihatmu bisa datang saja sudah membuatku bahagia," ucap Sora tulus. Mereka berdua pun tertawa bersama sambil mengobrol ringan. Dan banyaknya tamu undangan yang mulai memadati acara pesta pernikahan itu. Pesta pernikahan Sora dan Jay berlangsung begitu meriah. Berbagai macam hidangan disajikan di meja makan, tamu-tamu berbaur dan bersenang-senang, serta musik yang mengalun merdu mengiringi acara tersebut. Tak lama kemudian, suara bisik-bisik tamu dan bidikan kamera terarah kepada sosok yang baru saja datang memasuki ruangan. S

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 12

    Setelah menyelesaikan semua administrasi di rumah sakit Raydan dan Yoona berjalan ke parkiran menuju mobil. Di dalam mobil, Raydan dan Yoona duduk berdampingan tetapi atmosfer di dalam mobil terasa hening. Raydan hanya diam tanpa mengajak bicara Yoona, sementara Yoona sibuk melihat ponselnya. "Raydan, besok ada undangan pernikahan temanku. Bisakah kau menemaniku?" tanya Yoona dengan lembut. Raydan sejenak terdiam sebelum akhirnya menjawab. "Besok aku ada sidang. Kau bisa diantar pengawal." "Tapi mereka juga mengundangmu. Orangtuanya teman Appaku," ucap Yoona mencoba meyakinkan Raydan Han. Raydan Han tidak menjawab. Sebaliknya, ia malah mengangkat telepon dari asisten park. 'Ya, bicaralah Park,' jawab Raydan sambil mendengarkan Park berbicara. 'Ketua hakim, semua berkas kasus Kang Min sudah lengkap. Saya letakkan diruangan anda. Besok sidang pertama,' ucap Park. 'Baiklah, besok datang lebih pagi sebelum memulai sidang,' ucap Raydan Han sebelum menutup panggilan. "Yoona,

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 11

    Langit kembali memperlihatkan sinarnya yang terang cerah dan segar. Raydan Han duduk di samping tempat tidur Yoona setelah mengantarnya ke toilet. "Kau tidak pergi ke kantor?" "Istriku sedang sakit jadi aku harus menjaganya dan hari ini libur," ucap Raydan dengan suara pelan.Yoona yang terbaring lemah di atas tempat tidur mengangguk pelan, dengan wajah bersemu merah. "Tapi aku sudah lebih baik, bisakah kita pulang saja?" tanya Yoona dengan suara lembut. "Besok baru boleh pulang, darahmu juga rendah. Kenapa kamu tak sayang tubuhmu?" omel Raydan sambil mengupas buah jeruk kesukaan Yoona. "Maaf," ucap Yoona sambil tersenyum lemah. Aku hanya ingin segera pulang tak ingin merepotkanmu." Krak! Tiba-tiba, pintu ruang perawatan terbuka dan seorang pria muda yang berseragam dokter tampak masuk dengan santai. Dokter tersebut adalah Devan Kim, seorang dokter muda yang baru saja bergabung di rumah sakit tersebut. Meskipun baru bekerja sebentar, Devan Kim sudah dikenal sebagai dokter yang

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 10

    Pagi tiba, Raydan sudah rapi dengan setelan jasnya. Matanya menatap ke arah kamarnya Yoona, namun tidak ada tanda-tanda kehadiran wanita tersebut. Ada asisten Park yang menunggu di ruang tamu, menunggu kedatangan Raydan Han. "Dimana Yoona?" tanya Raydan Han dengan sedikit kebingungan. "Nyonya Yoona tadi hanya membuka pintu untuk saya masuk, tapi setelah itu dia masuk kembali ke kamarnya," jawab asisten Park. Raydan Han mengangguk, lalu berjalan ke meja makan. Matanya menyipit saat melihat bahwa tidak ada sarapan yang disiapkan oleh Yoona. 'Apa dia marah karena ucapan ku semalam?' ucap Raydan Han dalam hati. Dengan perasaan cemas, Raydan memandang pintu kamar Yoona. Namun tiba-tiba asisten Park berkata. "Sudah saatnya anda ke kantor Ketua, karena hari ini anda ada sidang." "Ya, ayo berangkat," jawab Raydan sambil mengurungkan niatnya untuk melihat Yoona di dalam kamarnya. Mereka berdua pun berangkat ke kantor. Selama perjalanan, Raydan merenungkan sikap Yoona. Setelah sampai di k

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 9

    Kabar serangan yang dilakukan di rumah Ketua Hakim Muda Raydan Han tersebar luas dan memunculkan kekacauan di seluruh negeri. Pelaku serangan yang tak dikenal melakukan aksi kekerasan di rumah Raydan Han, melemparkan bom molotov dan meninggalkan jejak yang membuat pihak berwenang bingung. Sebagai seorang hakim muda yang ambisius dan berani, Rayan Han dipandang sebagai sosok yang tegas dan adil dalam menjalankan tugasnya. Namun, serangan yang terjadi di rumahnya membuatnya merasa terancam dan khawatir akan keselamatan dirinya dan keluarganya. "Kabar ini sungguh mengkhawatirkan, siapa dan mengapa melakukan serangan ini," ujar Raydan kepada asisten Park. ketika mereka sedang berdiskusi di ruangannya yang dihiasi dengan lukisan-lukisan tua dan buku-buku hukum. "Apakah ada kemungkinan ini terkait dengan kasus-kasus yang saat ini tengah kita tangani, Park?" tanya Raydan sambil memandang asisten setianya dengan serius. "Ada beberapa orang yang saya curigai, salah satunya adalah keluarga

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 8

    Sore hari, Bibi Hye Ri datang menjenguk Yoona di rumah sakit menjadi sebuah momen yang penuh kekhawatiran dengan ekpresi wajah yang cemas. "Bagaimana keadaanmu, Yoona? Apa yang terjadi sampai kau bisa kecelakaan begini?" tanya Bibi Hye Ri dengan khawatir. Yoona mencoba menenangkan bibinya. "Aku baik-baik saja, bibi. Ini murni kecelakaan karena aku yang kurang hati-hati." Namun Bibi Hye Ri tak percaya begitu saja. "Hey Raydan, kau bagaimana bisa kecolongan? Keponakanku ini sangat berharga bagi keluarga kami." Raydan akhirnya angkat bicara. "Aku memang kurang hati-hati, Bibi. Aku berjanji akan lebih berhati-hati lagi di masa depan." Bibi Hye Ri masih terlihat kesal. "Yoona, sayang. Bagaimana bisa suamimu sibuk berkencan dengan wanita lain sementara kau di sini terluka parah?" "Bibi, itu semua tidak benar. Raydan adalah suami yang baik dan setia padaku. Semua ini hanya kecelakaan biasa saja." Bibi Hye Ri hanya menggelengkan kepala. "Kau selalu membelanya, Yoona. Tapi Bibimu ini

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 7

    Sore hari yang cerah, Yoona pulang dari kampus setelah selesai mengajar. Dia merasa lelah dan lapar, jadi dia memutuskan untuk mampir ke mini market untuk membeli beberapa barang kebutuhan rumah tangga. Namun, tak disangka, kejadian yang mengejutkan terjadi saat Yoona hendak pulang ke rumah. Saat melintasi jalan raya yang ramai, tiba-tiba mobil misterius keluar dari belokan dan menabrak Yoona. Tubuhnya terpental ke aspal, kakinya sedikit terkilir dan luka ringan di pelipisnya. Orang-orang di sekitar langsung panik dan berusaha menolong Yoona, sementara sang pengemudi mobil kabur tanpa meninggalkan jejak. Orang-orang di sekitar mulai berteriak dan membantu Yoona. Seseorang segera menghubungi suaminya, Raydan Han, yang merupakan seorang hakim terkemuka di kota tersebut. Tanpa pikir panjang, Raydan dan asistennya, Park, segera menuju rumah sakit tempat Yoona dilarikan. "Dokter, bagaimana keadaan istriku?" tanya Raydan Han cemas kepada dokter yang sedang melakukan pemeriksaan terhadap

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 6

    Pagi yang cerah di kota Seoul, Raydan Han duduk di dalam mobilnya dengan perasaan yang tak menentu. Hatinya berdebar-debar karena perlakuan yang baru saja dilakukannya terhadap Yoona malam itu. Raydan Han masih teringat jelas saat tadi malam. Yoona terlihat begitu cantik dengan gaun hitamnya yang elegan, membuatnya sulit untuk tidak terpesona. Ketika tiba di rumah utama, Raydan Han spontan mencium kening istrinya dan memeluknya erat. Namun, setelah insiden tersebut, ia merasa seakan-akan ada yang salah dengan perilakunya. 'Sial! Kenapa aku mencium keningnya, dan kenapa tubuhku memeluknya erat?' gumamnya dalam hati sambil mengemudikan mobilnya menuju kantor. Dia merasa bersalah dan merasa seperti telah melanggar batas-batas yang seharusnya tidak ia langgar. Namun, pada saat yang sama, Raydan Han merasa bahwa sebagai suami, dia berhak untuk memperlakukan istrinya dengan cara apapun. Raydan Han tiba di kantor pengadilan dengan pikiran yang kacau. Dia seharusnya fokus untuk menyi

DMCA.com Protection Status