Beranda / Rumah Tangga / BUKAN MENANTU KAMPUNGAN / Bab 84 Tamu dari Masa Lalu

Share

Bab 84 Tamu dari Masa Lalu

Penulis: Jielmom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-11 11:00:59

Aku biarkan pesan Evan hingga pagi hari. Aku tidak ingin masalah sepele mengganggu waktu bulan maduku bersama mas Calvin dan Shasha. Setelah sarapan dan jalan-jalan ke pantai, mas Calvin membantu Shasha membuat rumah-rumahan dari pasir. Aku sendiri mengabadikan momen kebersamaan mereka dalam foto candid.

Pesan notifikasi yang sempat aku abaikan, aku buka, “Mba Alea! Sorry ganggu malam-malam, pas lagi bulan madu lagi. Tadi di restoran ada yang cari mbak Alea, namanya chef Hengki. Mba Alea kenal? Dia tanya-tanya soal mbak Alea dan gak percaya kalau mba Alea sudah nikah. Hm, sebenarnya memang acara nikah mbak Alea ini hanya undangan terbatas jadi banyak yang gak tahu. Apalagi ini kan pernikahan yang kedua. Aku cuma pengen tahu, apakah chef Hengki boleh minta nomor mbak Alea?” tanyanya.

“Chef Hengki?” Aku mengingat-ingat apakah dia kakak kelas waktu aku belajar di Paris? Memang sih kenalnya gak terlalu lama karena hanya beberapa bulan. Dia harus ke Jepang karena ingin
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 85 Pertanyaan Calvin

    Aku menatap Amanda yang begitu antusias. Dulu, mungkin aku akan bersikap sama sepertinya—penasaran, tertarik, membiarkan rasa suka mengalir begitu saja. Tapi melihat Hengki sekarang, aku justru merasa ragu. “Dia orangnya ramah, menyenangkan. Dulu kami sama-sama belajar di Paris sebelum dia ke Jepang,” jawabku. Amanda mendekat, menatapku penuh harap. “Terus? Dia udah punya seseorang?” Aku mengangkat bahu. “Aku tidak tahu.” Ekspresi Amanda langsung berubah kecewa. “Yah… tapi dia kayaknya masih jomblo, ya?” Aku tidak bisa menahan senyum. “Kenapa? Mau coba mendekatinya?” Amanda langsung tersipu. “Mbak Alea yakin dia masih single?” Aku hendak menjawab, tapi terdiam. Aku memang tidak tahu apakah Hengki memiliki seseorang atau tidak. Aku bahkan tidak tahu apa yang dia pikirkan tentangku selama ini. Tapi satu hal yang pasti, caranya bertanya tentang per

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 86 Telepon Putri

    "Dia tidur nyenyak sekali."Aku menoleh ke belakang, melihat Shasha yang tertidur dengan tenang di kursi mobil. Boneka Winny the Pooh-nya dipeluk erat di dadanya, napasnya teratur, dan wajahnya begitu damai.Mas Calvin mengulurkan tangan, membelai lembut pipi putrinya. Aku bisa melihat kasih sayang di matanya. "Aku suka melihat kalian bersama," katanya, suaranya pelan namun dalam. "Rasanya seperti keluarga yang selalu aku impikan."Aku tersenyum, merasakan kehangatan menjalar di dadaku. "Aku juga," bisikku.Tiba-tiba, mas Calvin menggenggam tanganku, membawanya ke bibirnya dan mengecupnya ringan. "Pernah berpikir untuk menambah satu lagi?"Aku terpaku sejenak.Pertanyaan itu sederhana, tapi rasanya menusuk ke dalam kenangan lama. Aku pernah hamil dulu, saat masih bersama mas Farhan. Tapi kehamilan itu berakhir dengan kehilangan yang begitu menyakitkan. Sejak itu, ada ruang kosong di hatiku yang tak pernah benar-benar terisi.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 87. Di Rumah Sakit

    Mobil mas Calvin tiba di rumah sakit dan dengan tergesa-gesa, kami ke bagian informasi untuk mencari tahu keberadaan Putri. Setelah mendapatkan ruang rawat Putri, mas Calvin meminta izin untuk menemui dokter yang merawat Putri.Langkah-langkah Calvin terdengar menjauh, meninggalkanku berdua dengan Putri di ruang rumah sakit yang sunyi. Aroma antiseptik yang tajam bercampur dengan samar bau obat-obatan. Aku berdiri diam, mencoba mengabaikan ketidaknyamanan yang merayap di dadaku.Putri terbaring di ranjang dengan wajah penuh luka lebam, bibirnya sedikit pecah, dan ada perban melilit pergelangan tangannya. Tapi, meskipun tubuhnya terlihat rapuh, sorot matanya tetap tajam saat menatapku.“Jadi sekarang kamu sudah resmi jadi istri Calvin?” suaranya pelan, tapi menusuk.Aku tidak langsung menjawab. Aku tidak mau terpancing.“Berarti… kamu juga sudah jadi ibu baru untuk Shasha?” lanjutnya. Kali ini, ada senyum samar di bibirnya—bukan senyum ram

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 88. Penganggu

    Putri mendengus, wajahnya masam. “Kalian ini romantis sekali, ya. Sampai lupa kalau di sini ada orang sakit.”Calvin tidak menggubrisnya. Dia menggenggam tanganku dan menuntun ke pintu mobil. “Ayo pulang.”Putri tidak terima. Dia berdeham keras, berusaha menarik perhatian. “Jadi gitu aja? Kamu nggak mau tahu bagaimana aku bisa sampai di sini?”Mas Calvin menoleh sekilas. “Dokter bilang kamu nggak apa-apa.”“Apa menurutmu dokter selalu benar?” Nada suara Putri berubah lembut, nyaris mendayu. “Kamu tahu, Mas, aku datang ke Jakarta hanya untukmu.”Aku bisa merasakan genggaman tangan mas Calvin mengeras. Dia juga merasakan ketegangan yang muncul di antara mereka.Putri tersenyum tipis, matanya berkilat puas karena berhasil mendapatkan perhatian mas Calvin. “Aku meninggalkan semua demi Bayu, dan lihat apa yang terjadi? Dia menghancurkanku.” Suaranya terdengar bergetar, tapi tatapan matanya menusuk ke arah Alea. “Aku nggak punya siapa-

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 89 Evan Cemburu

    Pagi ini, aroma roti yang baru matang menyambutku begitu aku memasuki area dapur Homy Private Dining. Suasana restoran mulai ramai dengan persiapan makan siang, dan aku tengah mengecek stok bahan saat Evan muncul di pintu dapur dengan senyum penuh arti."Ada tamu spesial buatmu hari ini," katanya, bersandar santai di kusen pintu.Aku mendesah pelan. "Siapa?"Evan menaikkan alisnya. "Siapa lagi kalau bukan Chef Hengki?"Aku terdiam sejenak sebelum akhirnya melepas celemekku dan berjalan keluar.Di salah satu meja dekat jendela, Chef Hengki sudah duduk, mengenakan kemeja putih dengan lengan tergulung rapi dan apron hitam bertuliskan logo restorannya yang baru. Dia tampak santai, dengan senyum tipis yang mengingatkanku pada masa-masa di Paris dulu."Chef Hengki," sapaku ketika sampai di hadapannya.Dia menatapku sejenak sebelum tersenyum kecil. "Alea, boleh nggak kamu panggil aku Hengki saja?"Aku sedikit terkejut

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 90 Patah Hati Evan

    Chef Hengki mendatangiku ke tempat aku dan Evan berbicara. "Alea, aku harus pergi. Ada banyak yang harus aku urus sebelum restoran dibuka."Aku mengangguk. "Semoga lancar, Chef Hengki."Dia tersenyum kecil. "Hengki saja."Aku terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, Hengki."Sorot matanya berubah sedikit lebih lembut sebelum dia berkata, "Sebelum grand opening, aku ingin kamu datang lebih dulu. Aku ingin tahu pendapatmu tentang restoran dan menunya."Sebelum aku sempat menjawab, Amanda tiba-tiba dengan ekspresi penuh antusiasme. "Aku juga boleh ikut, kan, Chef Hengki?"Aku bisa melihat bagaimana Hengki sedikit menegang, meski dia tetap tersenyum sopan. "Tentu saja, Amanda."Amanda bertepuk tangan kecil. "Yeay! Aku pasti datang! Aku suka banget makanan Jepang!"Aku melirik Hengki yang hanya mengangguk singkat. Aku tahu pasti, dia tidak benar-benar ingin Amanda ikut, tapi dia tidak punya pilihan.Hengk

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 91 Kunjungan

    Beberapa hari kemudian. Ponselku bergetar di meja. Aku meraihnya dan melihat sebuah pesan masuk dari Chef Hengki. Hengki: Besok siang, kau harus datang ke restoranku. Aku ingin kau mencicipi hidangan sebelum grand opening. Aku menggigit bibir, lalu mengetik balasan. Alea: Boleh aku membawa teman? Hengki: Tentu saja. Aku akan menyiapkan sesuatu yang spesial. Aku menatap layar beberapa detik sebelum meletakkan ponsel kembali ke meja. Saat aku mengangkat kepala, Amanda dan Evan sudah menatapku penuh selidik. "Chef Hengki mengundang kita ke restorannya besok," kataku sambil menyandarkan diri ke kursi. Amanda langsung berseru, matanya berbinar. "Serius? Aku pasti ikut!" Evan, yang duduk di sebelahnya, hanya mendesah pelan. "Aku ada banyak pekerjaan besok." Amanda melipat tangan di dada. "Oh, ayolah. Kau butuh istirahat. Lagipula, kita bisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 92 Ungkapan Hati Chef Hengki

    Bab 92Aku masuk ke ruangan chef Hengki. Tempatnya tidak terlalu luas, hanya ada meja dan kursi. Masih beberapa interior yang masih terbungkus rapi di dalam dus.“Ada apa?” tanyaku penasaran. Chef Hengki ingin berbicara berdua saja denganku dan ini membuatku tidak nyaman.Aku menatap chef Hengki dengan kening berkerut. “Aku suka denganmu, Alea dan aku ingin mengejarmu.” Kata-katanya barusan menusuk lebih dalam daripada yang seharusnya."Chef Hengki, ini bukan lelucon, kan?" tanyaku pelan, memastikan aku tidak salah dengar.Dia menatapku tanpa ragu, tatapannya penuh keyakinan. "Aku tidak main-main, Alea. Aku datang ke Jakarta bukan hanya untuk membuka restoran. Aku datang untukmu."Aku merasa tenggorokanku mengering. Jantungku berdetak cepat, bukan karena tersentuh, tapi lebih karena kaget. Aku menggeleng pelan, mencoba mengatur pikiranku."Hengki, aku sudah menikah," suaraku lebih tenan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19

Bab terbaru

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 116. Akhir Sebuah Kisah

    Aku duduk di ruanganku di restoran sambil menggulir layar ponsel. Berita tentang penangkapan Joko Supriono terus muncul di berbagai platform berita online. Ini menjadi pembicaraan hangat di media sosial, dan aku bisa membayangkan betapa kacaunya situasi di pihak Erika dan keluarganya saat ini. Evan baru saja kembali dari honeymoon-nya di Bali. Begitu masuk ke restoran, dia tampak lebih segar dengan senyum santainya yang khas. Aku melihatnya melangkah ke arahku sambil melepaskan kacamata hitam yang masih menggantung di wajahnya. "Hei, bos! Aku kembali," katanya dengan nada riang. "Kau merindukanku?" Aku tersenyum kecil dan mengangkat alis. "Kau hanya pergi seminggu, Evan." "Tapi tetap saja, restoran tanpa aku pasti terasa sepi, kan?" Dia tertawa, lalu menarik kursi di depanku. Namun, senyumnya sedikit memudar saat melihat aku masih sibuk menatap layar ponsel. "Kau kenapa sih? Dari tadi main ponsel terus," tany

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 115 Kisah Yang Berulang

    Aku menggeleng, mencoba tetap tenang. “Tunggu sebentar, Ratih. Maksudmu, Mas Calvin sudah tahu semua ini sejak awal?” Ratih menatapku dengan ekspresi datar, tapi aku bisa melihat ada sedikit ketegangan di sana. “Aku tidak tahu sejak kapan tepatnya. Tapi beberapa waktu lalu, suamimu menemui Mas Farhan dan menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang dikelola mbak Erika sebenarnya mendapat suntikan dana dari seseorang yang mencurigakan. Mas Farhan tidak percaya pada awalnya, tapi setelah diselidiki lebih jauh, ternyata perusahaan Erika hampir bangkrut dan di saat itulah nama mas Joko muncul.” Aku menahan napas. “Jadi, Joko yang menyelamatkan perusahaan Erika?” Ratih mengangguk. “Iya. Dan Mbak tahu sendiri siapa mas Joko, bukan?” Tubuhku membeku. Joko bukan orang baik. Aku tahu itu. Tapi yang lebih mengejutkan adalah keterlibatan Mas Calvin dalam semua ini. Kenapa dia menyelidikinya? “Mbak Alea,” panggil Ratih pelan,

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 114. Hilangnya Joko Supriono

    Aku menghela napas sebelum mengangkatnya."Ada apa?" tanyaku datar."Apa yang kamu lakukan kepada Erika, Alea?!" suara Farhan terdengar penuh amarah di seberang sana.Aku mengernyit. "Apa maksud Mas Farhan?""Erika masuk rumah sakit! Dia tiba-tiba stres dan pingsan! Dia bilang ini semua gara-gara kamu!"Aku menggeleng tak percaya. "Dengar, Mas. Aku bahkan tidak bertemu Erika hari ini. Kalau dia merasa bersalah atau tertekan, itu urusannya, bukan salahku.""Jangan pura-pura tidak tahu! Kamu selalu iri dengan kebahagiaan kami, kan?! Makanya kamu sengaja membuat kekacauan!"Aku tertawa sinis. "Kebahagiaan? Mas serius? Dari awal, aku tidak pernah peduli dengan hubungan kalian. Aku sudah lama melupakan semuanya. Jadi kalau Erika merasa bersalah atau takut rahasianya terbongkar, itu bukan urusanku!""Kamu keterlaluan, Alea!" bentaknya lagi.Aku mendengus. "Mas, aku sudah cukup lelah dengan drama kalian. Kalau

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 113. Gara-Gara Joko

    Setelah pertemuan tak terduga dengan Ibu Aminah, aku menghela napas panjang, mencoba mengabaikan semua yang baru saja terjadi. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting bagiku lagi. Fokus utamaku saat ini adalah restoran. Aku segera melanjutkan keperluanku di pasar, bertemu dengan beberapa supplier yang selama ini bekerja sama dengan restoranku. Karena Evan sedang cuti menikah, akulah yang harus memastikan semua bahan baku tetap tersedia dengan kualitas terbaik. “Bu Ningsih, seperti biasa, saya pesan ayam fillet dan daging sapi kualitas premium, ya. Kirim ke restoran sore ini.” Bu Ningsih, seorang pemasok daging yang sudah lama bekerja sama denganku, mengangguk sambil mencatat pesananku. “Siap, Mbak Alea. Stok lagi bagus, jadi tenang saja.” Aku melanjutkan ke lapak sayuran, memastikan semua bahan segar yang aku butuhkan tersedia. Setelah semua pesanan sudah diatur, aku mengec

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 112. Di Pasar

    Aku mengerutkan kening dan menatap karyawan yang berbisik padaku. “Tamu?” tanyaku, memastikan aku tidak salah dengar.Karyawan itu mengangguk. “Ya, seorang pria bernama Joko Supriono. Dia bilang ingin bertemu dengan Mbak Alea secara langsung.”Jantungku berdegup lebih cepat. Nama itu bukanlah nama yang ingin kudengar di malam spesial ini. Dengan perasaan waspada, aku melangkah ke arah pintu masuk restoran.Begitu aku keluar, di sana dia berdiri. Joko Supriono, pria paruh baya dengan perut buncit dan senyum yang selalu terasa menjijikkan di mataku. Dia mengenakan kemeja mewah yang sedikit terbuka di bagian atas, seolah ingin menunjukkan kepercayaan dirinya yang berlebihan.“Lama tidak bertemu, Alea,” ucapnya dengan nada yang terdengar akrab, seolah kami adalah teman lama.Aku mengatur napas dan berusaha tetap tenang. “Pak Joko, ada keperluan apa malam-malam begini?” tanyaku dengan nada datar.Dia terkekeh kecil, melirik ke sekelil

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 111. Lamaran Jadi Nikahan

    Semua orang masih larut dalam kebahagiaan setelah Nadine menerima lamaran Evan. Aku tersenyum puas melihat mereka saling menggenggam tangan dengan mata berbinar. Tapi, kejutan sesungguhnya baru akan dimulai.Aku melirik ke arah mas Calvin yang duduk di sebelahku sambil memangku Shasha. Dia mengangguk kecil, tanda bahwa semuanya sudah siap. Aku pun berdiri dan mengambil mikrofon.“Terima kasih untuk semua yang sudah datang dan menyaksikan lamaran Evan dan Nadine malam ini,” ujarku dengan suara mantap. “Tapi, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.”Semua mata kini tertuju padaku, termasuk Evan yang menatapku dengan alis berkerut. Aku menarik napas dan melanjutkan, “Setelah berdiskusi dengan keluarga Nadine dan Evan, kami memutuskan untuk mengubah acara malam ini… dari sekadar lamaran menjadi akad nikah.”Ruangan mendadak hening. Aku bisa melihat wajah Evan langsung menegang, matanya melebar karena terkejut. Sementara Nadine, meski tampak terkejut, ti

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 110. Lamaran

    Aku duduk merenung di dalam ruanganku sendiri. Bagaimana bisa Erika bersama dengan si Joko? Apa yang terjadi dengan mas Farhan? Kenapa sampai Erika mengancam untuk tidak memberitahukan kepada mas Farhan? Apakah itu artinya Erika ada main dengan si Joko? Lalu bagaimana nasib dengan Ratih? Ah… semakin dipikir membuatku semakin penasaran, tapi aku tidak ingin terlibat langsung dalam urusan rumah tangga mereka. Bukankah aku harus fokus dengan kehamilanku? Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Rasanya menyakitkan jika aku harus mengalami keguguran lagi karena terlibat urusan dengan keluarga mas Farhan. “Ya! Masa bodoh dengan keluarga orang lain! Masih banyak hal yang aku harus pikirkan!” Aku mensugesti diri sendiri untuk tidak lagi terlibat dalam urusan orang lain. *** Beberapa hari berlalu, dan pikiranku tentang Erika serta si Joko perlahan mulai terkubur oleh kesibukan sehari-hari. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku di re

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 109. Erika dan Joko Supriono

    Aku berdiri kaku, menatap Erika yang jelas sama terkejutnya denganku. Namun, tatapan Erika tetap dingin seperti biasanya. Wanita itu berdiri dengan perut besarnya, tetap angkuh seolah tidak ada yang perlu dijelaskan. Tapi yang membuatku jauh lebih terkejut adalah sosok pria yang berdiri di sampingnya. Joko Supriono. Pria yang selama ini ingin aku hindari... mimpi buruk di masa laluku. Mas Calvin melangkah setengah langkah ke depan, berdiri di depanku seolah menjadi pelindung. Aku bisa merasakan ketegangan di tubuhnya, apalagi saat si Joko menyunggingkan senyum licik yang sangat aku kenal. "Alea... lama tidak bertemu." Suaranya membuat bulu kudukku meremang. Aku menguatkan diri, menatap tajam tanpa menunjukkan sedikit pun rasa takut. "Kamu... kenapa ada di sini?" suaraku terdengar bergetar, tapi aku berusaha tetap tegar. Joko melirik Erika dengan senyum samar. "Aku

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 108. Membahas Lamaran

    "Mas, Evan minta kita bantu buat nyiapin lamarannya, kamu ada ide?" tanyaku sambil melirik mas Calvin yang fokus menyetir.Suamiku menoleh sekilas, bibirnya melengkung tipis."Evan minta bantuan kamu... atau kita?" godanya.Aku mendengus pelan, melipat tangan di dada pura-pura kesal."Ya jelas kita lah, Mas! Masa aku sendiri? Kamu kan jago soal beginian."Mas Calvin terkekeh, tapi aku tahu dia memang senang jika dilibatkan."Hmm..." gumamnya sambil mengetuk-ngetuk setir, seolah berpikir."Kita bisa buat acara kecil di restoran kamu. Gak usah mewah, yang penting intimate dan berkesan."Mataku langsung berbinar, ide itu terdengar sempurna."Kayaknya Nadine tipe yang gak suka hal-hal berlebihan, ya?"Mas Calvin mengangguk kecil."Iya... dan Evan pasti pengen suasana yang sederhana tapi bermakna."Aku tersenyum, membayangkan wajah Evan yang pasti akan gugup di hari lamarannya.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status