Home / Rumah Tangga / BUKAN MENANTU KAMPUNGAN / Bab 87. Di Rumah Sakit

Share

Bab 87. Di Rumah Sakit

Author: Jielmom
last update Last Updated: 2025-02-14 11:00:56

Mobil mas Calvin tiba di rumah sakit dan dengan tergesa-gesa, kami ke bagian informasi untuk mencari tahu keberadaan Putri. Setelah mendapatkan ruang rawat Putri, mas Calvin meminta izin untuk menemui dokter yang merawat Putri.

Langkah-langkah Calvin terdengar menjauh, meninggalkanku berdua dengan Putri di ruang rumah sakit yang sunyi. Aroma antiseptik yang tajam bercampur dengan samar bau obat-obatan. Aku berdiri diam, mencoba mengabaikan ketidaknyamanan yang merayap di dadaku.

Putri terbaring di ranjang dengan wajah penuh luka lebam, bibirnya sedikit pecah, dan ada perban melilit pergelangan tangannya. Tapi, meskipun tubuhnya terlihat rapuh, sorot matanya tetap tajam saat menatapku.

“Jadi sekarang kamu sudah resmi jadi istri Calvin?” suaranya pelan, tapi menusuk.

Aku tidak langsung menjawab. Aku tidak mau terpancing.

“Berarti… kamu juga sudah jadi ibu baru untuk Shasha?” lanjutnya. Kali ini, ada senyum samar di bibirnya—bukan senyum ram
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 88. Penganggu

    Putri mendengus, wajahnya masam. “Kalian ini romantis sekali, ya. Sampai lupa kalau di sini ada orang sakit.”Calvin tidak menggubrisnya. Dia menggenggam tanganku dan menuntun ke pintu mobil. “Ayo pulang.”Putri tidak terima. Dia berdeham keras, berusaha menarik perhatian. “Jadi gitu aja? Kamu nggak mau tahu bagaimana aku bisa sampai di sini?”Mas Calvin menoleh sekilas. “Dokter bilang kamu nggak apa-apa.”“Apa menurutmu dokter selalu benar?” Nada suara Putri berubah lembut, nyaris mendayu. “Kamu tahu, Mas, aku datang ke Jakarta hanya untukmu.”Aku bisa merasakan genggaman tangan mas Calvin mengeras. Dia juga merasakan ketegangan yang muncul di antara mereka.Putri tersenyum tipis, matanya berkilat puas karena berhasil mendapatkan perhatian mas Calvin. “Aku meninggalkan semua demi Bayu, dan lihat apa yang terjadi? Dia menghancurkanku.” Suaranya terdengar bergetar, tapi tatapan matanya menusuk ke arah Alea. “Aku nggak punya siapa-

    Last Updated : 2025-02-15
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 89 Evan Cemburu

    Pagi ini, aroma roti yang baru matang menyambutku begitu aku memasuki area dapur Homy Private Dining. Suasana restoran mulai ramai dengan persiapan makan siang, dan aku tengah mengecek stok bahan saat Evan muncul di pintu dapur dengan senyum penuh arti."Ada tamu spesial buatmu hari ini," katanya, bersandar santai di kusen pintu.Aku mendesah pelan. "Siapa?"Evan menaikkan alisnya. "Siapa lagi kalau bukan Chef Hengki?"Aku terdiam sejenak sebelum akhirnya melepas celemekku dan berjalan keluar.Di salah satu meja dekat jendela, Chef Hengki sudah duduk, mengenakan kemeja putih dengan lengan tergulung rapi dan apron hitam bertuliskan logo restorannya yang baru. Dia tampak santai, dengan senyum tipis yang mengingatkanku pada masa-masa di Paris dulu."Chef Hengki," sapaku ketika sampai di hadapannya.Dia menatapku sejenak sebelum tersenyum kecil. "Alea, boleh nggak kamu panggil aku Hengki saja?"Aku sedikit terkejut

    Last Updated : 2025-02-16
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 90 Patah Hati Evan

    Chef Hengki mendatangiku ke tempat aku dan Evan berbicara. "Alea, aku harus pergi. Ada banyak yang harus aku urus sebelum restoran dibuka."Aku mengangguk. "Semoga lancar, Chef Hengki."Dia tersenyum kecil. "Hengki saja."Aku terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, Hengki."Sorot matanya berubah sedikit lebih lembut sebelum dia berkata, "Sebelum grand opening, aku ingin kamu datang lebih dulu. Aku ingin tahu pendapatmu tentang restoran dan menunya."Sebelum aku sempat menjawab, Amanda tiba-tiba dengan ekspresi penuh antusiasme. "Aku juga boleh ikut, kan, Chef Hengki?"Aku bisa melihat bagaimana Hengki sedikit menegang, meski dia tetap tersenyum sopan. "Tentu saja, Amanda."Amanda bertepuk tangan kecil. "Yeay! Aku pasti datang! Aku suka banget makanan Jepang!"Aku melirik Hengki yang hanya mengangguk singkat. Aku tahu pasti, dia tidak benar-benar ingin Amanda ikut, tapi dia tidak punya pilihan.Hengk

    Last Updated : 2025-02-17
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 91 Kunjungan

    Beberapa hari kemudian. Ponselku bergetar di meja. Aku meraihnya dan melihat sebuah pesan masuk dari Chef Hengki. Hengki: Besok siang, kau harus datang ke restoranku. Aku ingin kau mencicipi hidangan sebelum grand opening. Aku menggigit bibir, lalu mengetik balasan. Alea: Boleh aku membawa teman? Hengki: Tentu saja. Aku akan menyiapkan sesuatu yang spesial. Aku menatap layar beberapa detik sebelum meletakkan ponsel kembali ke meja. Saat aku mengangkat kepala, Amanda dan Evan sudah menatapku penuh selidik. "Chef Hengki mengundang kita ke restorannya besok," kataku sambil menyandarkan diri ke kursi. Amanda langsung berseru, matanya berbinar. "Serius? Aku pasti ikut!" Evan, yang duduk di sebelahnya, hanya mendesah pelan. "Aku ada banyak pekerjaan besok." Amanda melipat tangan di dada. "Oh, ayolah. Kau butuh istirahat. Lagipula, kita bisa

    Last Updated : 2025-02-18
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 92 Ungkapan Hati Chef Hengki

    Bab 92Aku masuk ke ruangan chef Hengki. Tempatnya tidak terlalu luas, hanya ada meja dan kursi. Masih beberapa interior yang masih terbungkus rapi di dalam dus.“Ada apa?” tanyaku penasaran. Chef Hengki ingin berbicara berdua saja denganku dan ini membuatku tidak nyaman.Aku menatap chef Hengki dengan kening berkerut. “Aku suka denganmu, Alea dan aku ingin mengejarmu.” Kata-katanya barusan menusuk lebih dalam daripada yang seharusnya."Chef Hengki, ini bukan lelucon, kan?" tanyaku pelan, memastikan aku tidak salah dengar.Dia menatapku tanpa ragu, tatapannya penuh keyakinan. "Aku tidak main-main, Alea. Aku datang ke Jakarta bukan hanya untuk membuka restoran. Aku datang untukmu."Aku merasa tenggorokanku mengering. Jantungku berdetak cepat, bukan karena tersentuh, tapi lebih karena kaget. Aku menggeleng pelan, mencoba mengatur pikiranku."Hengki, aku sudah menikah," suaraku lebih tenan

    Last Updated : 2025-02-19
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 93 Obrolan Malam

    "Jadi… dia mendekatimu bukan sekadar pertemanan?" suaranya terdengar rendah, hampir berbahaya.Aku mengangguk pelan. "Aku tidak tahu dia akan mengatakan hal seperti itu, Mas. Aku juga terkejut."Mas Calvin mengepalkan tangan, lalu berdiri. "Jadi dia pikir dia bisa merebut istriku begitu saja?"Aku bangkit, menyentuh lengannya. "Aku memberitahumu karena aku tidak ingin ada rahasia di antara kita. Aku tidak mau dia merusak apa yang sudah kita miliki."Mas Calvin menatapku dalam, lalu menghela napas panjang, seolah menahan emosinya. "Aku tidak akan membiarkan dia mengganggu kita."Aku mengangguk. "Aku juga tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu pernikahan kita."Mas Calvin menarikku ke dalam pelukannya, tangannya erat di pinggangku. "Aku percaya padamu, Alea. Tapi aku tidak bisa diam saja kalau ada orang yang berniat merebutmu dariku."Aku menempelkan kepalaku di dadanya, merasakan detak jantungnya yang kuat. "Kita hada

    Last Updated : 2025-02-20
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 94 Pertemuan Tak Terduga

    Mang Daman memberitahu jika Shasha akan segera keluar sekolah. Aku pun bergegas masuk ke dalam mobil dan kembali ke sekolah. Begitu bel sekolah berbunyi, aku segera menuju gerbang sekolah. Dari kejauhan, aku sudah bisa melihat Shasha berlari kecil sambil menggandeng tangan Yuli, babysitter-nya. Begitu melihatku, Shasha langsung melepas tangannya dari Yuli dan berlari lebih cepat. "Mama Alea!" serunya dengan wajah ceria. Aku tersenyum dan berjongkok menyambutnya dalam pelukan. "Hai, sayang! Sekolahnya menyenangkan?" Shasha mengangguk semangat. "Iya! Aku dapat bintang dari Bu Guru karena menggambar bunga paling bagus!" Aku mengusap kepalanya lembut. "Wah, hebat sekali! Mama bangga!" Shasha menatapku penuh harap. "Mama, kita jalan-jalan, yuk?" Aku tertawa kecil. "Kebetulan Mama juga ingin mengajak kamu jalan-jalan. Kita ke mall, ya? Kita makan, terus main sepuasnya!" Mata Shasha ber

    Last Updated : 2025-02-21
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 95 Ketahuan

    Aku mencoba tetap tenang. "Hanya hal biasa," jawabku singkat.Putri yang sejak tadi diam, tiba-tiba melangkah lebih dekat. Tatapannya bergantian antara aku dan Hengki. "Jadi, kau sekarang dekat dengan Alea?" tanyanya, suaranya terdengar datar tapi tajam.Hengki menoleh ke arahnya, tampak sedikit terkejut. "Maaf, siapa?"Putri menyilangkan tangan di dadanya. "Aku Putri," katanya tegas. "Mantan istri Calvin."Seakan memahami situasi, senyum Hengki sedikit melebar. "Oh, mantan istri Calvin yang sekarang jadi suami Alea?" tanya Chef Hengki dengan santai. Putri mendengus kecil. "Dan aku baru tahu ada pria lain yang begitu berani mendekati istri Calvin," sindirnya.Amanda tampak semakin bingung dengan situasi ini. "Tunggu… apa maksudnya ini? Alea dan Chef Hengki…?"Aku merasakan hawa tegang di antara kami. Aku harus segera menyudahi ini sebelum situasinya semakin buruk."Aku harus pergi," kataku cepat, menggenggam ta

    Last Updated : 2025-02-22

Latest chapter

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 106. Putri Lagi

    Tanganku gemetar saat mengetik balasan. Aku tahu, kalau aku diam saja, maka Putri akan memutarbalikkan segalanya.“Aku di kafe, barusan bertemu Chef Hengki. Dia pamit mau pindah ke Jepang.”Tidak sampai satu menit, mas Calvin langsung membalas.“Kenapa nggak kasih tahu aku dari awal? Kenapa kamu nggak bilang mau ketemu dia?”Aku menggigit bibir. Memang aku salah karena tidak bilang sebelumnya. Tapi aku benar-benar tidak menyangka akan bertemu Chef Hengki hari ini.“Aku juga nggak rencana ketemu, dia tiba-tiba hubungi aku dan ingin pamit…”Pesan mas Calvin tidak langsung dibalas. Hatiku semakin gelisah. Aku menatap layar, menunggu hingga akhirnya ponselku bergetar.“Oke, aku percaya kamu. Pulang sekarang, jangan berlama-lama di luar.”Aku menarik napas lega.Ya Tuhan... aku bersyukur Calvin masih mempercayaiku.Aku berusaha menenangkan diriku setelah membalas pesan Calvin. Baru saja aku hendak berdir

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 105. Pertemuan Terakhir

    Setelah beberapa detik hening, Evan akhirnya berkata, "Kalau itu keputusanmu, semoga beruntung."Nada suaranya datar. Aku bisa merasakan ada sesuatu yang ditahannya, tapi Amanda terlalu tenggelam dalam obsesinya untuk menyadarinya."Terima kasih, Evan! Aku janji akan menghubungi kalian setelah sampai di sana!" katanya dengan senyum lebar, lalu melambaikan tangan dan keluar ruangan.Aku hanya bisa membalas senyumnya samar. Di dalam hatiku, aku tahu ini bukan keputusan yang baik. Tapi ini hidup Amanda, dan aku tidak bisa menghentikannya.Aku baru saja selesai berbincang dengan Evan ketika ponselku bergetar di dalam saku. Aku mengambilnya dan melihat nama yang muncul di layar—Chef Hengki.Alisku berkerut. Kenapa dia menghubungiku? Dengan ragu, aku membuka pesan darinya.“Alea, aku ingin bertemu. Bisa kita bicara berdua?”Aku menelan ludah. Setelah semua yang terjadi, aku tidak menyangka dia masih ingin bertemu denganku.

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 104. Kedatangan Amanda

    Evan menarik napas dalam, lalu berkata, "Restoran baru Chef Hengki yang rencananya akan buka sebentar lagi… tiba-tiba akan dijual.”Aku mengerutkan kening mendengar ucapan Evan."Restoran Chef Hengki akan dijual?" tanyaku, berusaha memastikan aku tidak salah dengar.Evan mengangguk. "Iya, padahal restorannya belum sempat dibuka."Aku menarik napas dalam. Aku tidak ingin lagi ada urusan dengan Chef Hengki, terutama setelah masalah Amanda. Aku sudah bertekad untuk menjauh darinya."Kenapa kamu memberitahuku soal ini?" tanyaku akhirnya.Evan menatapku sejenak sebelum menjawab. "Karena ini kesempatan besar, mbak Alea. Restoran itu lokasinya strategis, dan konsepnya sudah matang. Aku tahu kamu dan mas Calvin punya visi besar untuk bisnis kuliner kalian."Aku menggeleng cepat. "Aku tidak tertarik. Aku tidak ingin terlibat dalam urusan Chef Hengki lagi."Evan tampak terkejut dengan reaksiku. "Tapi ini soal bisnis, buka

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 103. Olahraga

    Shasha berdiri di ambang pintu dengan boneka favoritnya di tangan, matanya berbinar penuh semangat."Sayang, sudah larut malam. Kenapa tiba-tiba mau tidur di sini?" tanyaku, mencoba menenangkan diri."Shasha mau tidur sama adik! Kan adik masih di perut Mama, jadi Shasha harus jagain adik dari sekarang!" katanya polos.Aku dan Calvin saling berpandangan. Aku melihat Calvin berusaha menahan senyum geli."Tapi, sayang, adik masih kecil sekali di dalam perut Mama. Dia belum bisa merasakan kalau kamu tidur di sini," ucap mas Calvin lembut, membujuknya."Tapi Shasha mau nemenin! Kalau nggak, adik kesepian," protesnya, mengerucutkan bibirnya.Aku tertawa kecil dan mengusap rambutnya dengan lembut. "Baiklah, kalau begitu, malam ini kamu bisa tidur di sini."Shasha langsung tersenyum lebar, lalu berbaring di tengah-tengah kami sambil memeluk bonekanya erat-erat. Tapi sebelum dia memejamkan mata,

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 102 Kehebohan di Malam Hari

    Aku bisa merasakan detak jantungku semakin cepat. Mas Calvin menggenggam tanganku dan tersenyum, lalu berkata dengan suara mantap, “Mama, Alea hamil.” Sejenak, tidak ada suara di seberang sana. Lalu, terdengar helaan napas kaget, disusul suara penuh kebahagiaan. “Benarkah? Ya Tuhan, Calvin! Mama senang sekali!” Aku bisa mendengar suara Mama Calvin yang jelas-jelas penuh dengan emosi bahagia. “Alea sayang, selamat ya, Nak! Kamu baik-baik saja? Kamu sehat?” tanyanya padaku. Aku tersenyum dan menjawab, “Iya, Ma. Aku baik-baik saja, hanya sedikit mual-mual.” “Itu wajar, Sayang. Mama senang sekali akhirnya keluarga kecil kalian bertambah. Mama harus segera ke sana! Aku ingin melihat kalian!” Aku melirik mas Calvin, meminta pendapatnya. Dia hanya mengangkat bahu dan tersenyum. “Tentu, Ma. Kami juga ingin Mama di sini.” “Kalau begitu, Mama akan segera mengatur jadwal. Kalian jaga diri baik-baik, terut

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 101 Berita Penting

    Tak lama kemudian, mas Calvin kembali dengan sebuah kantong plastik kecil di tangannya. Ia tampak sedikit kehabisan napas, seolah berlari agar bisa cepat kembali ke sisiku. "Aku sudah beli," katanya, menyerahkan test pack kepadaku. Aku mengambilnya dengan tangan sedikit gemetar. Mas Calvin langsung duduk di sampingku, menggenggam jemariku erat. "Aku temani, ya?" tanyanya lembut. Aku mengangguk pelan. "Oke." Dengan langkah hati-hati, aku menuju kamar mandi. Mas Calvin menunggu di depan pintu, sesekali mengetuk pelan untuk memastikan aku baik-baik saja. Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, aku keluar dengan test pack di tanganku. Kami duduk di tepi ranjang bersama, menunggu hasilnya. Calvin menggenggam tanganku erat, jempolnya mengusap punggung tanganku dengan lembut. "Apa pun hasilnya, aku ada di sini," bisiknya. Hatiku berdebar kencang. Aku menatap test pack itu

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 100. Sakit

    Saat mobil mas Calvin berhenti di depan restoran, aku menghembuskan napas lega. Aku terlalu lelah untuk berdiri, jadi aku hanya menunggu di bangku lobi sampai mas Calvin turun dan menghampiriku.Begitu melihatku, ekspresi mas Calvin langsung berubah. Matanya menatapku penuh kecemasan, lalu dia berjongkok di hadapanku. “Sayang, kamu kenapa? Mukamu pucat.”Aku mencoba tersenyum tipis. “Aku nggak enak badan, kepala pusing, terus mual.”Mas Calvin langsung menggenggam tanganku, hangat dan menenangkan. “Ayo kita pulang. Kamu harus istirahat.” Dia membantu aku berdiri, tangannya melingkari pinggangku untuk memastikan aku tidak jatuh.Aku bersandar padanya, membiarkan mas Calvin membimbingku menuju mobil. Aku bisa merasakan betapa khawatirnya dia, apalagi saat aku sempat terhuyung sedikit sebelum masuk ke dalam mobil.Begitu kami duduk di dalam, mas Calvin menatapku serius. “Kita ke dokter dulu, ya?”Aku menggeleng lemah. “Nggak usah, a

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 99. Dilabrak Amanda

    "Tapi sebelum kau melakukannya, pikirkan baik-baik. Aku bisa membongkar semua kelakuan kotormu. Termasuk hubunganmu dengan Amanda."Sekilas, aku melihat ekspresi chef Hengki berubah. Sesaat dia tampak terkejut, tapi dengan cepat dia kembali tersenyum licik. "Amanda? Kenapa kau membawa-bawa dia? Itu urusan pribadiku."Mas Calvin tersenyum miring. "Urusan pribadimu? Seorang pria dewasa meniduri wanita yang masih muda, lalu membiarkannya berpikir bahwa itu cinta? Kau yakin ingin membawa ini ke ranah hukum?"“Hei! Kita melakukannya atas dasar suka sama suka! Tidak ada paksaan! Kita sudah sama-sama dewasa!” Aku melihat chef Calvin menggertakkan giginya. Dia jelas tidak menyangka chef Hengki akan membalas seperti itu.Mas Calvin tidak menanggapi lagi. Dia hanya menarik tanganku dan membukakan pintu mobil untukku. "Ayo pulang," bisiknya lembut.Aku menurut, masuk ke dalam mobil dengan perasaan campur aduk. Saat mas Calvin menyalakan mesin dan mu

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 98 Bertemu dengan Chef Hengki

    “Baiklah,” katanya tegas. “Aku akan menemuimu di restoran setelah jam operasional selesai. Kita hadapi dia bersama.”Aku menutup mata, merasa lega karena mas Calvin mau menemani. “Terima kasih, Mas. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu.”“Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian, Alea,” katanya lembut. “Kita akan menyelesaikan ini bersama.”Aku tersenyum tipis meskipun perasaan gelisah masih menggelayut di hatiku.***Saat jam operasional restoran berakhir, aku masih berdiri di dapur, menatap kosong ke arah meja stainless steel di depanku. Tanganku menggenggam erat kain lap yang sedari tadi kugunakan untuk menyibukkan diri, tetapi pikiranku melayang entah ke mana.Perasaanku tidak tenang. Rasa gelisah semakin kuat seiring waktu berjalan. Bahkan saat restoran mulai sepi dan para staf mulai pulang satu per satu, aku tetap merasa ada sesuatu yang tidak beres.“Mbak Alea, aku pulang dulu, ya,” suara Eva

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status