Share

Bab 22

Keesokan paginya, aku membangunkan Mas Wisnu seperti biasa. Dia menatapku sambil mengerjap. Kedua alisnya saling bertaut seperti tengah mengingat-ingat.

“Bangun, Mas! Shalat," tukasku singkat.

Dia bangkit, lalu duduk. Ditatapnya aku yang lekas menjauh. Aku takut, dia masih marah. Namun, tampaknya raut kemarahan sudah mereda.

“Kamu kenapa gak marah?” tanyanya sambil menatapku.

“Marah? Untuk?” Aku menoleh setelah menyampirkan handuk. Rambut basahku kusisir. Sejak malam, kepalaku berdenyut pusing. Karena itu juga, akhirnya aku keramas pagi ini. Guyuran shower yang hangat mampu membuat tubuh terasa segar.

“Tadi malam.” Dia menjawab singkat. Lalu bangun sambil memijat pelipisnya. Bajunya masih mengenakan kemeja kantor dan celana bahan yang kemarin.

“Ooo … itu, apa kalau aku marah, masalah akan selesai, Mas?” tanyaku sambil tersenyum. Lekas aku menyiapkan pakaian ganti untuknya, tak lupa handuknya juga. Kupasang wajah penuh senyuman. Sabar, Nika. Kalaupun mau marah, belum saatnya.

Di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Fatma Ika
ya biar bisa tidur sama bela bojomu nik
goodnovel comment avatar
Harsa Amerta Nawasena
Lanjutkan kak
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
ga sabar pengen segera terungkap semua kebusukan rida
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status