Home / Pernikahan / (BUKAN) Duda Biasa / 41. Foto Terkutuk

Share

41. Foto Terkutuk

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2023-12-03 22:06:46
Alma dan Mario sengaja pergi untuk sekedar jalan-jalan setelah sarapan untuk menghindari Virza yang mungkin masih berkeliaran di hotel. Mereka yang sebenarnya tidak memiliki tujuan hanya berkeliling saja tak tentu arah. Mario terus bertanya agar membuat Alma kembali mengingat hubungan mereka empat tahun belakang, tapi nyatanya ia hanya diam memikirkan nasibnya ke depan.

“Sayang, kamu tegang amat sih. Aku yakin temennya Adam pasti udah pergi kok.”

Alma menoleh, “Aku cuma takut harus ribut lagi sama mas Adam.”

“Kamu takut sama dia?”

“Bukan gitu, Rio. Aku cuma males. Kita ribut hampir tiap hari. Lama-lama aku bisa darah tinggi ngadepin dia.”

Mario melajukan mobil dengan pelan, tangan kirinya menggenggam tangan Alma dengan lembut, “Itu tandanya kalian gak cocok. Coba kamu inget-inget, selama empat tahun hubungan, kita jarang banget berantem. Ya aku setuju sih sama pendapat kalo sebuah hubungan memang butuh berantem, tapi kan cukup sesekali aja, kalo tiap hari, itu tandanya... kalian h
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • (BUKAN) Duda Biasa   42. Membawa Alma Pulang

    Virza menatap Alma, “Apapun, Ma, apapun alesannya kamu gak berhak pergi gitu aja tanpa izin suami kamu. Apa susahnya sih bilang kalo kamu marah sama Adam karena foto itu. Foto itu cuma masa lalu, dan bukan sebuah perselingkuhan.”“Bentar, aku potong. Yang bilang itu perselingkuhan siapa? Aku cuma bilang alesan aku pergi karena udah liat foto itu.”“Itu cuma salah paham, Ma. Foto itu gak bener dan—"“Aku pulang sekarang, jadi berhenti ngomong yang gak perlu."Mario menatap Alma kesal, “Sayang, kok kamu pulang sih?”Alma melirik Mario, “Aku... mau pulang. Kamu juga pulang, besok kerja ‘kan?”Virza menatap Adam yang tengah menyaksikan obrolan menggelikan istri dengan selingkuhannya. Alma ini terbilang berani melakukan itu di depan muka Adam, membuatnya tidak tahu harus berbuat apa lagi.“Iya, besok aku kerja. Ya udah, aku nurut aja sama calon istri. Yang namanya laki-laki yang mencintai dengan tulus itu emang harus banyak ngalah.” Mario melirik Adam ketika mengatakan kalimat itu p

    Last Updated : 2023-12-04
  • (BUKAN) Duda Biasa   43. Bertekad Mencari Bukti

    Alma belum tidur. Matanya tak bisa terpejam karena memikirkan dari mana ia bisa mendapatkan nomor Tiara untuk mencari tahu mengenai foto itu dan syukur-syukur bisa sekalian mencari informasi senakal apa suaminya itu di masa lalu. Badannya yang memunggungi Adam dikasur bergerak perlahan. Ia membalikkan badan untuk mengecek suaminya. Ternyata suaminya sudah tidur lelap.“Dasar om-om tua. Jam segini udah tidur. Baru jam sembilan juga.”Alma bangkit dan duduk memainkan ponselnya. Ada pesan masuk dari Mario. Ia tak membalasnya. Ia sedang tidak mood untuk meladeni romansanya dengan mantan pacarnya itu. Ia juga merasa seharusnya hubungan mereka seharusnya tidak pernah ada.Saat kembali memainkan ponselnya, ia melihat story Virza yang tengah memotret dirinya yang sibuk depan laptopnya. Alma memiliki sebuah ide untuk memanfaatkan keberadaannya. Meski belum tentu sahabat Adam itu mau membantunya, tapi coba saja dulu. Alma menyentuh menu telpon. Setelah beberapa detik Virza mengangkatnya.“H

    Last Updated : 2023-12-05
  • (BUKAN) Duda Biasa   44. Mengulang Kesalahan yang Sama

    “Oaaaaak. Oaaaak.”Alma menutup kedua telinganya dengan lipatan bantal. Ia benar-benar terganggu dengan tangisan menggelegar Belle.“Oaaaaak. Oaaaak."“Belle! Berisik banget sih.” Alma terpaksa bangun dan melempar bantal. Ia yang masih ngantuk tidak berniat melanjutkan tidur. Ia hanya mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.“Cup, cup, tenang ya, sayang.” suara bariton Adam terdengar menenangkan Belle di kamarnya.Alma menggulingkan badannya dan bergumul dengan selimut tebal. Ini masih jam enam, dan jam tidur normalnya minimal satu jam lagi baru bangun. Tapi suara Belle terdengar makin kencang sehingga boro-boro lanjut tidur, untuk tutup mata saja rasanya susah.“Dasar tuyul keriting!” umpatnya pelan.“Sayang, sayang, mau apa, hm? Kan suster Ruthnya pulang dulu. Sekarang sama papa dulu ya.”Alma membuka mata dan terduduk sekaligus. Ia nyaris saja lupa bahwa suster Ruth sedang izin pulang kampung untuk tiga hari ke depan. Dan ia dengan jumawa mengatakan akan menggantikan peran

    Last Updated : 2023-12-06
  • (BUKAN) Duda Biasa   45. Memperingatkan Adam

    Ting-NongTing-NongTidak ada yang membuka pintu atau menjawab telpon suster Tiwi, Suster Infal yang akan menggantikan suster Ruth tiga hari kedepan.“Kok gak ada yang buka pintu sih.”“Oaaaaak. Oaaaaaak.” “Itu Belle dari tadi nangis terus. Emang majikan Ruth kemana? Katanya ada istri pak Adam di dalem."Suster Tiwi terus menelpon Alma untuk memintanya membuka pintu. Tapi tetap tidak ada jawaban. Ia mau menelpon Adam tapi segan karena takut mengganggu. Ia tahu majikan temannya adalah seorang dokter.“Tapi kasian anaknya, gak papa deh aku telpon aja.”Tak terlihat ada hilal telponnya akan di angkat. Tapi telponnya tersambung. Berarti Adam sedang mengaktifkan telponnya ‘kan?Di tempat lain, suster Anna, suster yang bertugas menjadi asisten ketika jadwal praktek melihat ponsel Adam berdering kencang. Ada nomor baru yang menelponnya beberapa kali. Tapi ia tak berani mengangkat karena takut di nilai tidak sopan. Meski sebenarnya mungkin tidak papa karena Adam sedang tidak bisa men

    Last Updated : 2023-12-07
  • (BUKAN) Duda Biasa   46. Masalah Baru Adam

    Mendengar ucapan Virza pada Adam di depan ruangannya, membuat Alma yang sebenarnya tidak tidur menguping pembicaraan itu. Ia tidak menyangka bahwa Virza akan membelanya habis-habisan di depan Adam. Ya memang bukan membelanya karena ia istri temannya, tapi karena ia adalah pasiennya. Virza ternyata memperlakukan pasiennya dengan sangat baik.Dengan buru-buru setelah mendengar Virza pamitan, Alma kembali ranjang dan pura-pura tidur. Benar saja, Adam langsung masuk. Adam berjalan lunglai dan duduk di tepian kasur menggenggam lengan Alma yang terpasang selang infus.“Sayang, maafin aku ya. Aku belum bisa jadi suami yang baik buat kamu. Belum sebulan kita nikah, kamu udah masuk rumah sakit dua kali karena aku paksa kamu buat asuh Belle.”Karena tidak bisa berpura-pura lebih lama, Alma menggumam seolah-olah baru bangun tidur.“Mas.”“Sayang, kamu udah bangun?”Alma membuka matanya dan mengangguk. Ia menikmati tangannya yang di genggam Adam.“Kamu laper?”“Lumayan.”“Aku pesenin mak

    Last Updated : 2023-12-08
  • (BUKAN) Duda Biasa   47. Ketegangan

    Adam tidak bisa pergi kemana-mana. Ia berdiri dan menyalami mantan papa mertuanya, “Papa apa kabar?” “Ya begini, sehat." Adam melirik suster Anna yang berdiri tegang di dekat pintu. Adam memberinya kode untuk pergi dan menutup pintu ruangan. “Silakan duduk, pa.” Lelaki paruh baya itu menurut. Beliau duduk di sofa dan merapikan jasnya. Matanya berkeliling mencari sesuatu. “Papa kapan pulang dari Belanda?” Adam berusaha tenang dan duduk disamping mantan mertuanya. “Udah sebulan.” “Sebulan?” Adam mengulang jawaban papa. “Ya.” “Saya waktu itu ke rumah buat anter undangan, papa gak dateng.” “Ya, papa cuma... tiba-tiba inget Dara dan gak bisa dateng.” Adam mengangguk, “Saya ngerti.” Mantan papa mertua Adam kembali mengedarkan matanya mengelilingi ruangan, “Mana foto istri kamu?” Adam terperangah, “Oh itu. Saya... belum sempet pasang disini.” “Hm. Sesibuk itu?” “Iya, pa.” “Saya denger kamu juga ada rencana kuliah lagi untuk ambil sub spesialis." “Iya, saya akan kuliah lagi,

    Last Updated : 2023-12-09
  • (BUKAN) Duda Biasa   48. Perang Kecil Akan Dimulai

    Papa mengernyit, “Apa maksudnya pingsan karena Belle? Dia cuma seorang bayi yang gak mungkin bisa jahatin kamu.”“Pa, aku—"Belum sempat Alma buka mulut, Adam memegangi lengan istrinya. Ketika ada suster yang melewati mereka, Adam menahannya, “Sus, tolong bawa pasien ke ruangannya.”“Mas, aku gak mau balik ke ruangan.” protes Alma.“Kamu harus banyak istirahat. Kamu tunggu disana, aku janji setelah jadwal praktek aku selesai, kita pulang.”Alma tak menjawab lagi, ia yang masih bingung dengan apa yang terjadi di depannya hanya menurut, “Pa, aku ke kamar dulu.”Papa mengangguk, “Iya, istirahat yang banyak.”“Permisi.” Suster mewakili untuk berpamitan meninggalkan Adam dan papa di depan ruangannya.Setelah Alma jauh meninggalkan mereka, papa membuka kancing kemejanya dan melonggarkan kerah bajunya, “Adam, apa maksud ucapan istri kamu? Ada apa sama Belle?”“Pa, masalahnya rumit. Saya juga ada jadwal praktek sekarang.”“Persingkat masalahnya.”Adam diam. Bagaimana caranya ia men

    Last Updated : 2023-12-10
  • (BUKAN) Duda Biasa   49. Mencari Jalan Tengah

    Setelah makan dan minum obat, Alma kembali tidur lelap. Mama dan papa yang baru kembali setelah menjenguk teman mereka juga berpamitan pulang karena Adam meminta mereka untuk istirahat karena ia akan menjaga Alma disini. Bukannya pulang, mama dan papa malah meminta izin padanya untuk mengasuh Belle. Adam senang, ia mengizinkan kedua mertuanya untuk bertemu Belle. “Lo ke RSJ jam berapa?” Virza yang tengah memainkan ponselnya, melirik Adam sekilas, “Bentar lagi. Gue ada satu jadwal konsultasi lagi. Tapi dia belum dateng.” Adam mengangguk, “Dosis obatnya berapa, Za?” Virza berhenti memainkan ponselnya. Ia menatap Adam serius lalu tertawa, “Hahaha, cuma nol koma lima kok, lo tenang aja.” “Campuran obat apa aja?” Virza menghampiri Adam yang duduk di sofa. Ia menepuk pundak sahabatnya, “Dam, santai aja kenapa sih.” “Za, kan lo sendiri yang bilang kalo terus begini Alma bisa—” “Depresi berat atau Anxiety?” Adam membuang nafasnya kesal. “Udah sana, lo kan ada jadwal visit. Jangan sa

    Last Updated : 2023-12-11

Latest chapter

  • (BUKAN) Duda Biasa   196. HAPPY ENDING?

    Satu bulan kemudian...Alma merapikan kemeja Adam yang diberikan Virza sebagai bagian dari groomsmen. Adam terlihat sangat tampan karena aura wajah bahagianya keluar. Akhirnya, sahabat dunia akhiratnya, Virza mengakhiri masa lajangnya hari ini dengan satu perempuan yang amat ia sayangi.“Udah rapi, mas.”Adam mengangguk, “Sayang, nanti kita join honey moon sama Virza dan kakak, ya?”Alma menggebung dada bidang Adam, “Mas, aku belum pasang kb loh. Kalo kebablasan gimana? Ngurus Arick aja aku masih bingung.”Adam tertawa, “Sayang, ‘kan aku udah bilang biar aku aja yang pasang kb. Ada banyak pilihan ‘kan buat laki-laki?"“Mas, emang gak papa?”“Ya gak papa lah, yang apa-apa itu kalo kamu pasang tapi malah gak cocok. Perempuan itu udah banyak mengorbankan diri. Menstruasi, hamil, melahirkan, semuanya mengendalikan hormon ‘kan? Masa masalah kb yang bisa aku gantiin harus kamu yang ngerasain juga?”Alma mengangguk, “Ya udah, terserah kamu.”“Aku udah konsul kok seminggu kemarin sam

  • (BUKAN) Duda Biasa   195. Pura-Pura Marah

    Alma menggedor pintu rumah Arden dengan kencang. Adam yang berdiri dibelakangnya hanya diam saja karena tidak tahu sesakit apa perasaan istrinya begitu mendengar ucapan pak Bowo tadi dirumahnya mengenai Arden yang akan menikah tanpa memberi tahunya.Ceklek.“Alma, Adam?” Arden menatap Alma dan Adam datar.Alma mendorong tubuh Arden agar bisa masuk ke dalam rumahnya. Ia berjalan cepat mencari seseorang yang mungkin sengaja sembunyi begitu tahu ia datang.“Audy! Audy!”Audy yang sedang bermain salon-salonan dengan Belle di ruang tivi terperanjat kaget melihat kedatangan dan suara menggelegar Alma, “Alma?”“Apa?’Audy beringsut berdiri sejajar dengan Belle yang seolah sama kagetnya melihat Alma.“Mami?”Alma melirik ke arah Belle yang belepotan dengan lipstik mainannya. Rambutnya yang sudah keriting tertempel roll rambut seperti ibu kost yang membuatnya tidak kuat untuk pura-pura marah.“Hahahaha.”Audy dan Belle, serta Adam dan Arden yang baru sampai dengan suster Tiwi yang m

  • (BUKAN) Duda Biasa   194. Kejutan

    “Kamu habis besuk Mario?”Alma mengangguk.“Ayo duduk sebentar, ada yang mau om sampaikan sama kamu dan suami. Mari Adam.”Adam memberikan Arick pada suster Tiwi, “Sus, tunggu di mobil aja, kasian Arick kepanasan. Ini kunci mobilnya.”“Baik, pak, permisi, kak, pak.”Semua mengangguk.Adam menggandeng Alma untuk duduk diruang tunggu yang sedang kosong di lobi ruangan polres.“Gimana kabar kamu?” tanya om Indra setelah mereka bertiga duduk.“Baik, om. Aku... dibantu pemulihan dengan obat dari psikiater sih.”Om Indra membetulkan kaca matanya, “Kamu hebat karena sudah bertahan di situasi sulit itu.”“Iya, om.”“Oyah, persidangan Mario akan digelar minggu depan. Kamu gak perlu ikut kalo gak sanggup memberikan kesaksian. Ibu Ratih aja cukup.”Alma melirik Adam.Adam menggenggam tangan Alma, “Om Indra bener, kalo kamu gak sanggup, kamu gak perlu maksain diri.

  • (BUKAN) Duda Biasa   193. Menjenguk Mario

    Adam membukakan pintu mobil untuk Alma yang tengah menggendong Arick. Begitu sampai di depan polres yang memenjarakan Mario sementara karena ulahnya, Arick terus menangis. “Mas, apa aku gak perlu ikut masuk ya?” Adam diam sejenak lalu menatap suster Tiwi yang berdiri dekat mereka, “Arick biar sama suster Tiwi aja. Nanti kalo Arick udah tenang boleh dibawa ke dalem, takutnya Mario pengen liat.” Alma mengangguk. Ia memberikan Arick pada suster Tiwi, “Sus, kita masuk dulu ya.” “Iya, kak Alma, silakan.” Alma menggandeng lengan Adam dan berjalan pelan ke dalam pelataran polres. Alma merasa bulu kuduknya berdiri ketika masuk. Ini pertama kalinya ia datang kesini, dan semoga untuk terakhir kalinya. Karena tidak terbayang bagaimana mentalnya yang belum stabil jika harus kembali datang kesini. “Selamat siang, pak, ada yang bisa kami bantu?” tanya seorang personil polisi yang menjaga di meja depan. “Pagi. Saya ingin bertemu dengan pelaku penculikkan dan penganiaya istri saya, namanya Mar

  • (BUKAN) Duda Biasa   192. Kepincut?

    Pov AudyAudy berjalan pelan ketika tangannya sibuk membawa banyak paper bag pesanan Alma. Temannya yang satu itu memang senang membuatnya kewalahan. Alma memintanya membelikan banyak makanan dan pernah-pernik untuk dipakainya diruang rawat inap karena belum bisa pulang hari ini, karena kondisinya yang harus dalam bawah pengawasan dokter.“Emang bener-bener si Alma. Awas aja kalo gue nanti lahiran, gue bakal lebih ngerepotin elo!”Seseorang tertawa dibelakangnya, membuat Audy membalikkan badan. Ia berhenti dan menatap orang itu, “Ini mas Adam atau dokter Arden?”“Menurut kamu?”Audy membuang nafas pelan, “Dokter Arden.”Arden memegang dua bahu Audy dan menyeretnya ke pinggir agar tidak menghalangi mobilitas lorong menuju ruang perawatan, “Mau kemana?”“Mau kasih pesenan tuan puteri.”Arden menatap banyak paper bag yang Audy bawa, “Jangan sekarang.”“Kenapa?”“Adam lagi dinas.”“Aku perlunya sama Alma, bukan sama mas Adam.”“Kan saya bilang Adam lagi dinas.” tutur Arden pen

  • (BUKAN) Duda Biasa   191. Tidak Jadi Benci

    Alma dan Adam saling lirik. Mereka menatap Sezan yang tersenyum manis seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa belakangan ini. “Sezan?” mama yang sedang memangku Arick melirik Sezan tidak suka. Mama takut kehadiran Sezan membuat Alma yang belum sembuh benar bisa stress. “Tante, aku boleh masuk?” Mama melirik Alma, Alma malah melirik Adam. Ia tidak tahu harus bagaimana. Tampak Virza melongokkan kepalanya dibelakang tubuh Sezan, ia mengangguk meminta Alma dan Adam mengizinkan Sezan masuk. “Boleh, sini masuk, Zan.” pinta Alma. Sezan masuk, ia melewati papa yang masih berdiri kaget di dekat pintu. Ia langsung menghampiri Alma yang tengah duduk diranjang, “Aku turut seneng sama kelahiran bayi kamu. Selamat ya, Ma.” Alma mengangguk. Kedatangan Sezan kesini baik-baik, maka ia harus tetap bersikap baik padanya. Kecuali kalau Sezan mulai membuat kegaduhan, ia tak segan mengusirnya dengan kasar. Virza yang seda

  • (BUKAN) Duda Biasa   190. Pemberian Nama Adam Junior

    Alma kembali ke kamar setelah selesai berbincang dengan Arden. Begitu kembali ia tidak menemukan mama-papa, ibu, Audy dan suster Ruth. Mungkin mereka pergi untuk makan siang. Ia hanya melihat Adam yang sedang menciumi wajah Adam junior dan menyanyikan lagu improvisasi buatannya sendiri.“Anak papa oh anak papa, kamu kuat dan begitu tampan.”Alma tertawa.Adam melirik ke arah pintu, dimana Alma berdiri memegangi besi infusan, “Kamu kapan dateng?”Alma berjalan mengampiri Adam, “Ternyata bener, cowok kalo lagi fokus istrinya dateng aja dia gak sadar.”Adam tersenyum. Ia mencium kening Alma, “Kamu udah ketemu kakak?”Alma mengangguk, “Aku seneng mas, akhirnya sekarang aku punya kakak ipar.”“Dia juga pasti seneng bisa punya adik ipar, masih muda begini lagi. Dia bisa jailin kamu sepuasnya.”Alma duduk di ranjang, “Mas, soal Belle—"“Sayang...”“Kembaliin Belle sama kak Arden bukan karena

  • (BUKAN) Duda Biasa   189. Permintaan Maaf Arden

    Alma ditinggalkan berdua bersama Arden di taman rumah sakit. Audy dan suster Ruth beralasan pergi untuk menemani Adam junior. Padahal anak tampan itu sedang jadi rebutan antara mama dan ibu.“Cuacanya lagi bagus banget ya.” tutur Arden sebagai pembuka pembicaraan mereka.Alma mengangguk, “Iya, kak.”Arden melirik Alma, “Alma, saya minta maaf untuk semuanya.”Alma menoleh. Ia hanya mengangguk.“Seandainya dari awal saya gak pergi begitu Belle dilahirkan, semuanya gak akan terjadi seperti ini.”“Takdir. Semuanya harus terjadi gini, kak.”Arden tersenyum, “Saya janji akan membereskan semua masalah yang saya buat dalam rumah tangga kalian.”“Misalnya?”“Belle. Saya akan ambil Belle biar kalian fokus membesarkan anak kalian sendiri. Saya tahu Adam berencana untuk punya banyak anak.”Alma membuang nafas pelan.“Kenapa?”Alma tertawa kecil, “Aku rasa mas Adam gak berniat

  • (BUKAN) Duda Biasa   188. Sebab - Akibat

    Alma melendot manja di lengan kekar Adam yang sedang menggendong anak tunggal mereka, “Mas, aku kangen.”Adam tersenyum, “Ini kangen yang mana nih maksudnya?”Alma tertawa, “Aku emang lahiran caesar, tapi... kamu tetep jangan nakal.”“Aku pikir kamu mau nambah adeknya Adam junior cepet-cepet.”“Adam junior?”Adam mengangguk, “Anak ini ‘kan anak aku.”Alma duduk tegap dan menatap Adam serius, “Kamu... udah buka hasil DNA nya?”Adam menaruh Adam junior di box bayi. Ia mengubah posisi duduknya menatap Alma. Dengan lembut ia membelai lembut pipi istrinya. Ia juga sempat mengusap pelan ujung bibir Alma yang semalam berdarah.“Udah. Dan anak ini anak aku.”“Kamu... serius, mas?”Adam mengangguk.Alma menangis. Ia memeluk Adam sangat erat, “Aku tahu ini anak kamu.”“Terus kenapa kamu tetep kaget?”“Aku cuma.... takut selama ini denial kalo ini anak Mario.”Adam tertawa, “Kenapa kamu gak bilang udah lakuin tes DNA sebelum kita kontrol terakhir? Hm?”“Aku cuma takut sama hasilny

DMCA.com Protection Status