Home / Pernikahan / (BUKAN) Duda Biasa / 46. Masalah Baru Adam

Share

46. Masalah Baru Adam

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2023-12-08 11:43:01

Mendengar ucapan Virza pada Adam di depan ruangannya, membuat Alma yang sebenarnya tidak tidur menguping pembicaraan itu. Ia tidak menyangka bahwa Virza akan membelanya habis-habisan di depan Adam. Ya memang bukan membelanya karena ia istri temannya, tapi karena ia adalah pasiennya. Virza ternyata memperlakukan pasiennya dengan sangat baik.

Dengan buru-buru setelah mendengar Virza pamitan, Alma kembali ranjang dan pura-pura tidur. Benar saja, Adam langsung masuk. Adam berjalan lunglai dan duduk di tepian kasur menggenggam lengan Alma yang terpasang selang infus.

“Sayang, maafin aku ya. Aku belum bisa jadi suami yang baik buat kamu. Belum sebulan kita nikah, kamu udah masuk rumah sakit dua kali karena aku paksa kamu buat asuh Belle.”

Karena tidak bisa berpura-pura lebih lama, Alma menggumam seolah-olah baru bangun tidur.

“Mas.”

“Sayang, kamu udah bangun?”

Alma membuka matanya dan mengangguk. Ia menikmati tangannya yang di genggam Adam.

“Kamu laper?”

“Lumayan.”

“Aku pesenin mak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • (BUKAN) Duda Biasa   47. Ketegangan

    Adam tidak bisa pergi kemana-mana. Ia berdiri dan menyalami mantan papa mertuanya, “Papa apa kabar?” “Ya begini, sehat." Adam melirik suster Anna yang berdiri tegang di dekat pintu. Adam memberinya kode untuk pergi dan menutup pintu ruangan. “Silakan duduk, pa.” Lelaki paruh baya itu menurut. Beliau duduk di sofa dan merapikan jasnya. Matanya berkeliling mencari sesuatu. “Papa kapan pulang dari Belanda?” Adam berusaha tenang dan duduk disamping mantan mertuanya. “Udah sebulan.” “Sebulan?” Adam mengulang jawaban papa. “Ya.” “Saya waktu itu ke rumah buat anter undangan, papa gak dateng.” “Ya, papa cuma... tiba-tiba inget Dara dan gak bisa dateng.” Adam mengangguk, “Saya ngerti.” Mantan papa mertua Adam kembali mengedarkan matanya mengelilingi ruangan, “Mana foto istri kamu?” Adam terperangah, “Oh itu. Saya... belum sempet pasang disini.” “Hm. Sesibuk itu?” “Iya, pa.” “Saya denger kamu juga ada rencana kuliah lagi untuk ambil sub spesialis." “Iya, saya akan kuliah lagi,

    Last Updated : 2023-12-09
  • (BUKAN) Duda Biasa   48. Perang Kecil Akan Dimulai

    Papa mengernyit, “Apa maksudnya pingsan karena Belle? Dia cuma seorang bayi yang gak mungkin bisa jahatin kamu.”“Pa, aku—"Belum sempat Alma buka mulut, Adam memegangi lengan istrinya. Ketika ada suster yang melewati mereka, Adam menahannya, “Sus, tolong bawa pasien ke ruangannya.”“Mas, aku gak mau balik ke ruangan.” protes Alma.“Kamu harus banyak istirahat. Kamu tunggu disana, aku janji setelah jadwal praktek aku selesai, kita pulang.”Alma tak menjawab lagi, ia yang masih bingung dengan apa yang terjadi di depannya hanya menurut, “Pa, aku ke kamar dulu.”Papa mengangguk, “Iya, istirahat yang banyak.”“Permisi.” Suster mewakili untuk berpamitan meninggalkan Adam dan papa di depan ruangannya.Setelah Alma jauh meninggalkan mereka, papa membuka kancing kemejanya dan melonggarkan kerah bajunya, “Adam, apa maksud ucapan istri kamu? Ada apa sama Belle?”“Pa, masalahnya rumit. Saya juga ada jadwal praktek sekarang.”“Persingkat masalahnya.”Adam diam. Bagaimana caranya ia men

    Last Updated : 2023-12-10
  • (BUKAN) Duda Biasa   49. Mencari Jalan Tengah

    Setelah makan dan minum obat, Alma kembali tidur lelap. Mama dan papa yang baru kembali setelah menjenguk teman mereka juga berpamitan pulang karena Adam meminta mereka untuk istirahat karena ia akan menjaga Alma disini. Bukannya pulang, mama dan papa malah meminta izin padanya untuk mengasuh Belle. Adam senang, ia mengizinkan kedua mertuanya untuk bertemu Belle. “Lo ke RSJ jam berapa?” Virza yang tengah memainkan ponselnya, melirik Adam sekilas, “Bentar lagi. Gue ada satu jadwal konsultasi lagi. Tapi dia belum dateng.” Adam mengangguk, “Dosis obatnya berapa, Za?” Virza berhenti memainkan ponselnya. Ia menatap Adam serius lalu tertawa, “Hahaha, cuma nol koma lima kok, lo tenang aja.” “Campuran obat apa aja?” Virza menghampiri Adam yang duduk di sofa. Ia menepuk pundak sahabatnya, “Dam, santai aja kenapa sih.” “Za, kan lo sendiri yang bilang kalo terus begini Alma bisa—” “Depresi berat atau Anxiety?” Adam membuang nafasnya kesal. “Udah sana, lo kan ada jadwal visit. Jangan sa

    Last Updated : 2023-12-11
  • (BUKAN) Duda Biasa   50. Siapa yang Lebih Baik?

    “Mario?” Mario membalikkan badannya. Ia membawa satu buket bunga mawar yang pasti akan diberikan pada Alma. “Siang, dokter." Adam melirik suster Anna, “Sus, masuk duluan aja, saya ada urusan sebentar.” “Baik, dok, permisi." Suster Anna masuk ke ruangan sebelah dan menutup pintunya, membuat Adam jadi leluasa bicara dengan Mario. “Ada apa?” “Aku denger Alma sakit, jadi aku dateng kesini sama Audy sama Sezan. Tapi mereka larang aku masuk. Katanya aku harus izin dulu sama dokter kalo mau ketemu Alma.” Adam mengangguk, “Jam besuknya udah mau habis, sekitar lima menit lagi. Jadi kalo masuk, silakan.” “Ah, aku gak bisa kalo cuma lima menit.” rajuk Mario. Adam menatap Mario datar. Ia tersenyum, “Tujuan kamu kesini buat besuk, ‘kan? Kamu tinggal masuk, kasih bunganya, dan bilang cepet sembuh ya, Alma. Selesai. Bahkan dua menit aja cukup.” Mario tertawa, “Dokter, dokter. Dokter Adam

    Last Updated : 2023-12-12
  • (BUKAN) Duda Biasa   Bab 51. Ide Brilian Virza

    POV AdamSelepas selesai melakukan visit, Adam lanjut melakukan observasi pada pasien yang di operasinya tadi pagi. Ia juga sempat menyelesaikan membuat satu jurnal untuk di ajukan pada profesor. Hari ini ia sibuk sekali sehingga tidak sempat menemani istrinya makan. Kini ia tengah melihat rekam medis pasien VIP yang akan konsultasi besok siang di ruangannya.Tok-Tok-Tok“Masuk.”Pintu terbuka, “Baaaa!” Virza mengagetkan Adam.Adam mengernyit, “Tumben lo ketuk pintu dulu.”Virza nyengir lalu menyenderkan diri di dinding, membuat Adam bingung karena temannya ini aneh sekali.“Lo udah beres?” Adam bertanya sambil membaca dua rekam medis silih berganti.“Yoi. Hari ini berat sekali.”“Hm. Namanya juga senin.”Virza menghampiri Adam dan duduk di sebelahnya, “Lo... belum liat Alma lagi?”“Belum. Tadi suster bilang dia seharian tidur. Ya udah, mau ngapain liatin orang tidur.”“Dam, ada si Mario Bross.”Adam menoleh, “Julukannya banyak amat.”“Ya dia nyebelin.”“Udah biarin aja

    Last Updated : 2023-12-14
  • (BUKAN) Duda Biasa   52. Menyambut Kedatangan Ibu

    Atas kesepakatan dan pertimbangan medis yang dilakukan, Virza mengizinkan Alma untuk lanjut berobat jalan dan boleh pulang malam ini juga. Selepas jam besuk habis, Mario tak terlihat lagi batang hidungnya. Entah ia langsung pulang atau pergi kemana, tak ada yang peduli. Audy dan Sezan yang kembali membesuk Alma masih menunggu di ruang tunggu karena mereka tahu kalau Alma akan pulang malam ini. “Mas Adam, udah beres kerjanya?” Audy bangkit dari duduk bersama Sezan menyambut Adam yang sudah berganti pakaian casual. Adam tersenyum geli, “Kalian bukan istri saya, jangan panggil mas.” Audy dan Sezan saling tatap lalu tertawa. “Ya masa panggil om?” ledek Audy.“Berat banget hidup di usia tiga puluh lima ya.”Audy dan Sezan kembali tergelak.“Ya udah om aja, panggilan mas cuma buat the only one Alma.”“Cieeeee.... hahaha, pantesan dia ngebet banget dan langsung setuju nikah sama om-om. Begini toh aslinya.”

    Last Updated : 2023-12-15
  • (BUKAN) Duda Biasa   53. Bertemu Ibu Mertua

    Alma keluar dari mobil di tuntun Audy dan Sezan. Sedangkan Adam keluar dari pintu kemudi. Ibu pasti sudah ada di dalam, karena kamar tamu tampak menyala terlihat dari sini. Audy dan Sezan tak berhenti memuji rumah ini.“Gils-gils-gils, om, ini beneran rumah om?”Adam menggeleng, “Bukan, ini rumah Alma sekarang."Alma meliriknya, “Kalo ini rumah aku, aku jual aja terus beli rumah lain dimana Belle gak akan tau aku dimana.”“Jangan mulai lagi. Belle bisa denger.”Alma tak menggubris ucapan Adam, ia sibuk menenangkan dirinya sebelum bertemu ibu. Adam menempelkan jarinya dan membuka pintu. Mereka semua masuk disambut Ibu yang sedang menggendong Belle.“Ibu, kapan sampe?”“Sekitar setengah jam lalu.” Ibu mendudukkan Belle di sofa dan mencium dan memeluk Adam, beliau juga melakukan hal yang sama pada Alma yang berusaha bersikap ramah pada mertuanya.“Ibu, gimana kabarnya?”“Sehat, kamu gimana sekarang? Udah enakkan?”Alma melirik Belle yang kini tengah duduk di sofa tengah memainkan boneka,

    Last Updated : 2023-12-16
  • (BUKAN) Duda Biasa   54. Menghindari Adam

    Semalam, Alma masuk kamar setelah memastikan Adam tertidur lelap. Ia enggan ditagih untuk melakukan kewajiban sebagai istri yang memang belum terealisasi sepenuhnya. Ia memang suka melakukan malam yang panas bersama Adam. Tapi untuk bagian yang satu itu, entah, setelah bertemu Mario semuanya berubah. Waktu yang ia tunggu-tunggu kini sangat ia hindari.Pagi hari ketika Adam sudah bangun lebih dulu untuk merevisi jurnal penelitiannya, Alma begitu ketakutan. Ia memeriksa piyamanya yang ia kira sudah di buka Adam selama ia tidur di penghujung malam.Adam yang duduk disamping ranjang melirik jam digital yang menunujukkan pukul 05.30 wib, “Kamu udah bangun jam segini?”Alma gelagapan. Ternyata tali piyamanya masih terikat sempurna, “Emang kenapa?”“Kamu masuk kamar jam dua belas ‘kan malem?”“Kok kamu tau?”Adam tertawa, “Tau lah. Kamu keasikan ngobrol ya sama ibu? Ngobrolin apa sih?”“Pengen tau banget sih.”“Ya aku tau ngomongin aku.”“Geer.”Adam menyimpan tabletnya di nakas, l

    Last Updated : 2023-12-17

Latest chapter

  • (BUKAN) Duda Biasa   196. HAPPY ENDING?

    Satu bulan kemudian...Alma merapikan kemeja Adam yang diberikan Virza sebagai bagian dari groomsmen. Adam terlihat sangat tampan karena aura wajah bahagianya keluar. Akhirnya, sahabat dunia akhiratnya, Virza mengakhiri masa lajangnya hari ini dengan satu perempuan yang amat ia sayangi.“Udah rapi, mas.”Adam mengangguk, “Sayang, nanti kita join honey moon sama Virza dan kakak, ya?”Alma menggebung dada bidang Adam, “Mas, aku belum pasang kb loh. Kalo kebablasan gimana? Ngurus Arick aja aku masih bingung.”Adam tertawa, “Sayang, ‘kan aku udah bilang biar aku aja yang pasang kb. Ada banyak pilihan ‘kan buat laki-laki?"“Mas, emang gak papa?”“Ya gak papa lah, yang apa-apa itu kalo kamu pasang tapi malah gak cocok. Perempuan itu udah banyak mengorbankan diri. Menstruasi, hamil, melahirkan, semuanya mengendalikan hormon ‘kan? Masa masalah kb yang bisa aku gantiin harus kamu yang ngerasain juga?”Alma mengangguk, “Ya udah, terserah kamu.”“Aku udah konsul kok seminggu kemarin sam

  • (BUKAN) Duda Biasa   195. Pura-Pura Marah

    Alma menggedor pintu rumah Arden dengan kencang. Adam yang berdiri dibelakangnya hanya diam saja karena tidak tahu sesakit apa perasaan istrinya begitu mendengar ucapan pak Bowo tadi dirumahnya mengenai Arden yang akan menikah tanpa memberi tahunya.Ceklek.“Alma, Adam?” Arden menatap Alma dan Adam datar.Alma mendorong tubuh Arden agar bisa masuk ke dalam rumahnya. Ia berjalan cepat mencari seseorang yang mungkin sengaja sembunyi begitu tahu ia datang.“Audy! Audy!”Audy yang sedang bermain salon-salonan dengan Belle di ruang tivi terperanjat kaget melihat kedatangan dan suara menggelegar Alma, “Alma?”“Apa?’Audy beringsut berdiri sejajar dengan Belle yang seolah sama kagetnya melihat Alma.“Mami?”Alma melirik ke arah Belle yang belepotan dengan lipstik mainannya. Rambutnya yang sudah keriting tertempel roll rambut seperti ibu kost yang membuatnya tidak kuat untuk pura-pura marah.“Hahahaha.”Audy dan Belle, serta Adam dan Arden yang baru sampai dengan suster Tiwi yang m

  • (BUKAN) Duda Biasa   194. Kejutan

    “Kamu habis besuk Mario?”Alma mengangguk.“Ayo duduk sebentar, ada yang mau om sampaikan sama kamu dan suami. Mari Adam.”Adam memberikan Arick pada suster Tiwi, “Sus, tunggu di mobil aja, kasian Arick kepanasan. Ini kunci mobilnya.”“Baik, pak, permisi, kak, pak.”Semua mengangguk.Adam menggandeng Alma untuk duduk diruang tunggu yang sedang kosong di lobi ruangan polres.“Gimana kabar kamu?” tanya om Indra setelah mereka bertiga duduk.“Baik, om. Aku... dibantu pemulihan dengan obat dari psikiater sih.”Om Indra membetulkan kaca matanya, “Kamu hebat karena sudah bertahan di situasi sulit itu.”“Iya, om.”“Oyah, persidangan Mario akan digelar minggu depan. Kamu gak perlu ikut kalo gak sanggup memberikan kesaksian. Ibu Ratih aja cukup.”Alma melirik Adam.Adam menggenggam tangan Alma, “Om Indra bener, kalo kamu gak sanggup, kamu gak perlu maksain diri.

  • (BUKAN) Duda Biasa   193. Menjenguk Mario

    Adam membukakan pintu mobil untuk Alma yang tengah menggendong Arick. Begitu sampai di depan polres yang memenjarakan Mario sementara karena ulahnya, Arick terus menangis. “Mas, apa aku gak perlu ikut masuk ya?” Adam diam sejenak lalu menatap suster Tiwi yang berdiri dekat mereka, “Arick biar sama suster Tiwi aja. Nanti kalo Arick udah tenang boleh dibawa ke dalem, takutnya Mario pengen liat.” Alma mengangguk. Ia memberikan Arick pada suster Tiwi, “Sus, kita masuk dulu ya.” “Iya, kak Alma, silakan.” Alma menggandeng lengan Adam dan berjalan pelan ke dalam pelataran polres. Alma merasa bulu kuduknya berdiri ketika masuk. Ini pertama kalinya ia datang kesini, dan semoga untuk terakhir kalinya. Karena tidak terbayang bagaimana mentalnya yang belum stabil jika harus kembali datang kesini. “Selamat siang, pak, ada yang bisa kami bantu?” tanya seorang personil polisi yang menjaga di meja depan. “Pagi. Saya ingin bertemu dengan pelaku penculikkan dan penganiaya istri saya, namanya Mar

  • (BUKAN) Duda Biasa   192. Kepincut?

    Pov AudyAudy berjalan pelan ketika tangannya sibuk membawa banyak paper bag pesanan Alma. Temannya yang satu itu memang senang membuatnya kewalahan. Alma memintanya membelikan banyak makanan dan pernah-pernik untuk dipakainya diruang rawat inap karena belum bisa pulang hari ini, karena kondisinya yang harus dalam bawah pengawasan dokter.“Emang bener-bener si Alma. Awas aja kalo gue nanti lahiran, gue bakal lebih ngerepotin elo!”Seseorang tertawa dibelakangnya, membuat Audy membalikkan badan. Ia berhenti dan menatap orang itu, “Ini mas Adam atau dokter Arden?”“Menurut kamu?”Audy membuang nafas pelan, “Dokter Arden.”Arden memegang dua bahu Audy dan menyeretnya ke pinggir agar tidak menghalangi mobilitas lorong menuju ruang perawatan, “Mau kemana?”“Mau kasih pesenan tuan puteri.”Arden menatap banyak paper bag yang Audy bawa, “Jangan sekarang.”“Kenapa?”“Adam lagi dinas.”“Aku perlunya sama Alma, bukan sama mas Adam.”“Kan saya bilang Adam lagi dinas.” tutur Arden pen

  • (BUKAN) Duda Biasa   191. Tidak Jadi Benci

    Alma dan Adam saling lirik. Mereka menatap Sezan yang tersenyum manis seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa belakangan ini. “Sezan?” mama yang sedang memangku Arick melirik Sezan tidak suka. Mama takut kehadiran Sezan membuat Alma yang belum sembuh benar bisa stress. “Tante, aku boleh masuk?” Mama melirik Alma, Alma malah melirik Adam. Ia tidak tahu harus bagaimana. Tampak Virza melongokkan kepalanya dibelakang tubuh Sezan, ia mengangguk meminta Alma dan Adam mengizinkan Sezan masuk. “Boleh, sini masuk, Zan.” pinta Alma. Sezan masuk, ia melewati papa yang masih berdiri kaget di dekat pintu. Ia langsung menghampiri Alma yang tengah duduk diranjang, “Aku turut seneng sama kelahiran bayi kamu. Selamat ya, Ma.” Alma mengangguk. Kedatangan Sezan kesini baik-baik, maka ia harus tetap bersikap baik padanya. Kecuali kalau Sezan mulai membuat kegaduhan, ia tak segan mengusirnya dengan kasar. Virza yang seda

  • (BUKAN) Duda Biasa   190. Pemberian Nama Adam Junior

    Alma kembali ke kamar setelah selesai berbincang dengan Arden. Begitu kembali ia tidak menemukan mama-papa, ibu, Audy dan suster Ruth. Mungkin mereka pergi untuk makan siang. Ia hanya melihat Adam yang sedang menciumi wajah Adam junior dan menyanyikan lagu improvisasi buatannya sendiri.“Anak papa oh anak papa, kamu kuat dan begitu tampan.”Alma tertawa.Adam melirik ke arah pintu, dimana Alma berdiri memegangi besi infusan, “Kamu kapan dateng?”Alma berjalan mengampiri Adam, “Ternyata bener, cowok kalo lagi fokus istrinya dateng aja dia gak sadar.”Adam tersenyum. Ia mencium kening Alma, “Kamu udah ketemu kakak?”Alma mengangguk, “Aku seneng mas, akhirnya sekarang aku punya kakak ipar.”“Dia juga pasti seneng bisa punya adik ipar, masih muda begini lagi. Dia bisa jailin kamu sepuasnya.”Alma duduk di ranjang, “Mas, soal Belle—"“Sayang...”“Kembaliin Belle sama kak Arden bukan karena

  • (BUKAN) Duda Biasa   189. Permintaan Maaf Arden

    Alma ditinggalkan berdua bersama Arden di taman rumah sakit. Audy dan suster Ruth beralasan pergi untuk menemani Adam junior. Padahal anak tampan itu sedang jadi rebutan antara mama dan ibu.“Cuacanya lagi bagus banget ya.” tutur Arden sebagai pembuka pembicaraan mereka.Alma mengangguk, “Iya, kak.”Arden melirik Alma, “Alma, saya minta maaf untuk semuanya.”Alma menoleh. Ia hanya mengangguk.“Seandainya dari awal saya gak pergi begitu Belle dilahirkan, semuanya gak akan terjadi seperti ini.”“Takdir. Semuanya harus terjadi gini, kak.”Arden tersenyum, “Saya janji akan membereskan semua masalah yang saya buat dalam rumah tangga kalian.”“Misalnya?”“Belle. Saya akan ambil Belle biar kalian fokus membesarkan anak kalian sendiri. Saya tahu Adam berencana untuk punya banyak anak.”Alma membuang nafas pelan.“Kenapa?”Alma tertawa kecil, “Aku rasa mas Adam gak berniat

  • (BUKAN) Duda Biasa   188. Sebab - Akibat

    Alma melendot manja di lengan kekar Adam yang sedang menggendong anak tunggal mereka, “Mas, aku kangen.”Adam tersenyum, “Ini kangen yang mana nih maksudnya?”Alma tertawa, “Aku emang lahiran caesar, tapi... kamu tetep jangan nakal.”“Aku pikir kamu mau nambah adeknya Adam junior cepet-cepet.”“Adam junior?”Adam mengangguk, “Anak ini ‘kan anak aku.”Alma duduk tegap dan menatap Adam serius, “Kamu... udah buka hasil DNA nya?”Adam menaruh Adam junior di box bayi. Ia mengubah posisi duduknya menatap Alma. Dengan lembut ia membelai lembut pipi istrinya. Ia juga sempat mengusap pelan ujung bibir Alma yang semalam berdarah.“Udah. Dan anak ini anak aku.”“Kamu... serius, mas?”Adam mengangguk.Alma menangis. Ia memeluk Adam sangat erat, “Aku tahu ini anak kamu.”“Terus kenapa kamu tetep kaget?”“Aku cuma.... takut selama ini denial kalo ini anak Mario.”Adam tertawa, “Kenapa kamu gak bilang udah lakuin tes DNA sebelum kita kontrol terakhir? Hm?”“Aku cuma takut sama hasilny

DMCA.com Protection Status