"Apa maksudmu, Dion? Kenanga, apa itu benar?" tanya Setyo tidak percaya. Kenanga terkejut dengan ucapan Dion. Wanita itu tampak begitu kecewa. Tidak pernah disangka jika mulut Dion bisa sejahat itu. Laki-laki yang dulu dikaguminya dan dibanggakan, ternyata tidak lebih dari seekor kalajengking beracun. Rasa marah, kecewa, dan sakit kini menumpuk di hati Kenanga.Tatapan Setyo masih menghujam pada putri dan menantunya bergantian. Kenanga mengerutkan bibir geram, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Faktanya, dia memang tertangkap basah sedang berciuman dengan Devano, meskipun rasa cinta itu masih tetap untuk Dion."Jawab, Kenanga! Apa itu benar?" tuntut Setyo lagi."Tadi malam saya mencari Kenanga di rumah sakit, ternyata dia bersama dengan Devano di lorong tangga. Apa yang kamu lakukan di sana, Sayang? Katakan pada Papa dan aku tidak akan marah!" ucap Dion lalu mendekati Kenanga."Jangan mendekat!" Kenanga segera bangkit dan menunjuk wajah Dion. "Aku tidak melakukan apa pun dengan Kak D
"Talak Risma di depan kami, kalau kamu benar-benar ingin memperbaiki hubungan kita, Dion!" ucap Kenanga tanpa ragu.Dion segera melepaskan pelukannya, lalu menatap tak percaya pada Kenanga. Akhirnya, laki-laki itu mengangguk pelan. Hal itu justru di luar dugaan Kenanga. Kenanga menatap dalam manik hitam Dion, seolah mencari kejujuran di balik sorot mata suaminya itu."Baik, aku memang harus memilih di antara kalian. Meskipun kami ..." Dion menghentikan ucapan saat mengingat kondisi Risma yang tengah berbadan dua."Karena kamu mencintainya melebihi aku, kan?" tanya Kenanga sinis, lalu menyingkirkan tangan Dion dari bahunya."Bukan begitu, Sayang. Aku harus cari waktu yang tepat, Ken. Aku takut jika Risma benar-benar membuktikan ancamannya. Itu yang kutakutkan sehingga semua ini terjadi!""Ancaman? Ancaman apa?" tanya Kenanga ingin tahu.Raut wajah Dion mendadak pucat. Dia pun terlihat salah tingkah setelah menyadari keceplosan bicara. Dion segera memalingkan pandangan dari Kenanga.'Ti
Membicarakan ancaman, membuat Dion selalu tidak berkutik. Dia menatap tidak percaya pada istri mudanya itu, yang seolah melakukan sebuah kejahatan adalah hal lumrah.Dion tidak ingin Risma semakin masuk ke dalam lembah dendam yang akan membuatnya hancur. Dion berpikir tentang anak dalam kandungan Risma. Laki-laki itu memejamkan mata rapat, sembari memijit pangkal hidungnya.Tidak ada pilihan lagi bagi Dion. Dia harus mengorbankan Risma bersama dendamnya, atau Kenanga. Apalagi jika Kenanga lepas darinya, sudah pasti wanita itu akan bersama Devano. Tidak! Dion tidak ingin sahabatnya itu memiliki Kenanga.Devano sudah menyerahkan Kenanga padanya demi uang 200 juta. Jadi, sekarang Dion harus fokus mencari solusi lain. Tanpa sadar, Dion mengacak rambutnya."Jangan lama-lama memikirkan, Yon! Aku juga tidak memaksa, kok!" seru Risma menyentak lamunan Dion.Laki-laki itu tergagap dan langsung menatap Risma. "Pikirkan anak kita, Ris! Jika kamu terus begini, Kenanga tidak akan diam. Dia dan Dev
Kenanga langsung menutup bibirnya mendengar ucapan Devano. Laki-laki jangkung di depannya itu tampak tenang, bahkan ketika Setyo mendengar pengakuan Devano."Dokter Devano, jangan main-main dengan perasaan!" ucap Setyo di ambang pintu. "Kenanga itu istri Dion, sahabatmu!" lanjutnya dengan tatapan datar.Sebenarnya Setyo sudah menduga hal ini pasti terjadi. Dia sudah curiga dengan gelagat Devano yang langsung menjaga jarak dari Kenanga, semenjak wanita itu menikah. Bahkan, Devano sengaja tidak datang di pernikahan Kenanga walaupun Setyo sendiri yang mengundangnya.Devano segera menurunkan lengan dari sisi tubuh Kenanga. "Maafkan saya, Om. Tapi lebih baik saya jujur dengan perasaan saya," ucapnya tenang.Kenanga segera beranjak dan berdiri di belakang Setyo. "Papa mau jalan-jalan? Ken antar, ya!" ucapnya.Kenanga tidak ingin membahas perasaan Devano padanya. Dia masih belum percaya dengan ungkapan Devano. Setyo mengangguk, membuat Kenanga menarik napas lega karena bisa menghindari Devan
"Ayo, cepat lakukan sebelum dia teriak lagi!" perintah Risma pada seorang laki-laki bayaran.Laki-laki bercambang itu mengangguk patuh. Dia segera mendekati wanita tua yang tidak berdaya di atas ranjang kecil. Dengan cepat, dia ikat tangan perempuan itu ke belakang tubuhnya."Kamu benar-benar binatang, Risma. Tunggu saja sampai Kenanga menyelamatkanku!" teriak perempuan itu penuh amarah.Risma terbahak, "Ha ha ha! Jangan mimpi Perempuan Tua! Apa yang kamu harapkan dari perempuan bodoh itu? Sekarang dia dalam masalah karena Om Setyo masuk rumah sakit karena Kenanga akan bercerai dari Dion!" ejeknya."Mas Setyo ..." Perempuan itu menggumam dengan tatapan tajam ke arah Risma. "Apa yang kalian lakukan pada Kenanga sehingga dia bercerai dari Dion?" tanyanya.Risma tersenyum sinis sembari mengusap perutnya. "Ini adalah buah cintaku dengan Dion. Jadi, Kenanga yang akan Dion singkirkan setelah aku membuatmu gila, Perempuan Tua!" "Sinting!" maki perempuan itu, tetapi tidak bisa berbuat apa-ap
"Dion ..." Kenanga menunduk bingung.Di depan sana, Dion menatap dingin pada mereka. Terlebih pada Devano dan Kenanga. Dion melirik dua bucket bunga di tangannya, lalu melanjutkan langkah mendekati Kenanga."Dion, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Setyo tidak suka.Setyo dan Kenanga sudah menunggu Dion semenjak pagi, tetapi laki-laki itu sama sekali tidak menampakkan diri. Bahkan menghubungi Kenanga pun tidak. Setyo semakin kesal ketika telepon dari Kenanga juga tidak direspon oleh Dion."Maaf, Pa. Ss-saya ke ..." Dion mengusap tengkuknya yang tidak gatal.Jika membuat alasan ke kantor, tentu Setyo akan semakin murka. Tadi dia ke kantor hanya beberapa menit saja. Pandangan Kenanga langsung tertuju ke arah pergerakan tangan Dion. Kini kissmark di leher Dion terlihat jelas oleh Kenanga.Tidak hanya Kenanga, tetapi Devano dan Setyo pasti melihatnya. Dion lupa jika semalam Risma telah membuat tanda kepemilikan di leher dan dadanya. Tiba-tiba Setyo memberi isyarat pada perawat untuk me
"Sayang?" Kenanga mengulang kata itu.Kata yang dibencinya ketika mendengar dari mulut Dion. Namun, entah mengapa ketika Devano yang mengucapkan, jantung Kenanga berdetak lebih kencang. Pipinya pun bersemu merah. Ini bukan masalah seorang laki-laki yang pandai menggombali calon mangsanya.Devano adalah mantan playboy ketika menginjak dewasa. Dia tidak pernah memanggil dengan sebutan "Sayang" pada gadis-gadis yang dipacarinya. Kenanga juga sering mendengar kata gombalan dari teman-temannya. Namun, tidak ada yang membuatnya merasa aneh.Sekali lagi kata itu sangat lain bagi Kenanga. Terlebih yang memanggilnya adalah Devano. Pria yang terbiasa bersikap jahil pada Kenanga."He'em. Sayang. Apa kamu keberatan aku memanggilmu begitu?" tanya Devano sembari menoleh sekilas pada Kenanga."Kak, jangan main-main dengan panggilan. Dion sering memanggilku begitu, nyatanya buaya. Kupikir Kak Dev tidak jauh berbeda!" ejek Kenanga tanpa menatap Devano."Oh, Tuhan! Kamu pikir aku Devano yang nakal itu?
"Baiklah, kalau dokter Devano tidak sibuk, nanti tolong ke ruangan saya!" ucap dokter paruh baya itu, lalu menepuk pelan bahu Devano sebelum pergi. Devano menatap kepergian dokter tersebut, lalu menoleh pada Kenanga yang juga menatapnya dengan curiga. Devano tersenyum sekilas, lalu menepuk gemas dahi Kenanga. Kenanga segera menangkap tangan Devano dan menatapnya tajam. "Kenapa, Sayang?" tanya Devano tidak canggung lagi memanggil Kenanga. "Berhenti memanggilku begitu!" sahut Kenanga ketus. Alis Devano naik sebelah, lalu mengusap tengkuknya yang tidak gatal. "Aku bukan Dion, ya. Aku suka memanggilmu begitu karena kamu bukan mereka!" sahutnya. "Hm, begitu? Kalau begitu, kenapa masih menyimpan rahasia?" tanya Kenanga. Devano terdiam. Rasanya tidak siap jika sekarang harus memberitahu Kenanga. Dia tidak ingin merusak kebahagiaan karena Kenanga mulai membuka hati untuknya. Devano sudah menunggu saat seperti ini selama beberapa tahun. "Bisakah aku menyiapkan hati untuk bicara j
Kenanga tersenyum tulus. “Tentu aku ridha dan bahagia, Kak,” jawabnya, lalu mendongak menatap Devano. “Kita lanjutkan hidup ini dengan saling memaafkan dan menjadi keluarga, ya, Sayang!” lanjut Kenanga sambil mengusap lengan Devano dengan lembut. Dion bisa melihat tatapan penuh cinta Kenanga pada Devano. Tidak bisa dipungkiri, ada perasaan cemburu yang masih bercokol di hati menyaksikan kebahagiaan Kenanga dan Devano. Namun, berkali-kali Dion menyadarkan diri jika membiarkan rasa cemburu itu sesuatu yang salah. Kenanga benar, mereka harus melanjutkan hidup dengan pasangan masing-masing. Seketika, Devano mengangguk menyetujui ucapan istrinya. “Tentu saja. Tidak mungkin kita musuhan terus, apalagi ada Carla di antara keluarga ini, kan? Katakan padaku, Yon, kapan kalian menikah. Kami yang siapkan tempat resepsinya.” “Em, biar Risma yang menentukan, Dev,” jawab Dion sembari menatap Risma. “Aku tidak ingin pesta mewah, lebih baik uangnya untuk keperluan Carla nanti,” ucap Risma s
Tiba-tiba perasaan takut itu memenuhi relung hati Kenanga. Dia menunduk, menatap Dzevad yang masih menyusu. Sedangkan Mbak Ayu masih berdiri di ambang pintu menunggu perintah dari bosnya. Dia juga ikut sedih jika Carla dibawa pergi oleh orang tua kandungnya.Pasalnya, kehadiran Carla di dalam keluarga kecil Devano, menjadi hiburan tersendiri. Terlebih ketika Dzevad belum lahir. Merawat Carla dari usia bayi, tentu menimbulkan kedekatan batin pada Devano dan Kenanga. Itu juga yang dirasakan para ART.Mereka juga menganggap Carla seperti anak sendiri, tanpa memandang masa lalu orang tua bocah itu. Bahkan, Devano dan Kenanga dengan bangga memajang foto keluarga bersama Carla di dalamnya.“Apa yang harus kulakukan, Mbak?” tanya Kenanga lirih.Momen ini cepat atau lambat pasti terjadi. Namun, Kenanga tidak menyangka jika mereka datang begitu cepat. Rasanya Kenanga belum siap kehilangan Carla. Dan mungkin tidak pernah siap.“Bu, mungkin mereka hanya ingin melihat baby Dzevad. Rasanya tidak m
"Carla pas ulang tahun nanti minta kado apa, Sayang?” tanya Kenanga sambil mengusap rambut putri cantiknya.Beberapa hari lagi, usia Carla tepat tiga tahun. Bocah berwajah cantik itu menatap polos pada Kenanga, lalu jari telunjuknya mengetuk dagu dengan gerakan ala orang dewasa yang sedang berpikir.Melihat tingkah lucu Carla, Kenanga tertawa kecil, kemudian memeluk bocah itu. Seperti biasa, Carla selalu menghadiahi ciuman gemas di pipi setiap mendapat pelukan dari mamanya.Sejenak, senyum Kenanga memudar ketika teringat sesuatu. Hari ini Risma mendapat kebebasan bersyarat dari tahanan. Sedangkan Dion justru sudah bebas beberapa Minggu yang lalu. Itu artinya? Kenanga menggeleng tanpa sadar jika mengingat keberadaan Carla. Ya, sesuai perjanjian dulu, Dion dan Risma bisa mengambil Carla kapan pun setelah mereka bebas.Namun, hari ini menjelang ulang tahun yang ke-3 Carla, Kenanga akan kehilangan anak asuhnya itu. Ada rasa takut dan tidak rela Carla pergi dari kehidupan mereka. Kenanga
“Tunggu, Sayang!” pinta Devano ketika melihat Kenanga bersiap kembali turun.Devano meraih tangan Kenanga dan memintanya duduk di sisi tempat tidur. Laki-laki itu mengambil sesuatu dari dalam laci nakas sebelah kiri ranjang. Lantas dia ikut duduk di samping Kenanga.Pandangan Kenanga tertuju pada kotak berwarna biru navy di pangkuan Devano. Tidak ingin istrinya penasaran terlalu lama, Devano membuka kotak itu.Ternyata isinya satu set perhiasan emas putih dan sebuah display key mobil mewah. Devano meraih tangan Kenanga dan meletakkan kotak perhiasan itu di sana.“Ini hadiah pernikahan dariku, kamu yang simpan. Kamu nyonya rumah ini, jadi, mulai sekarang jangan canggung lagi!”Kedua mata Kenanga berkaca-kaca. Tidak hanya diperlakukan seperti ratu, tetapi dimanjakan dengan berbagai kemewahan dari Devano.“Aku akan mengikuti semua aturan kepala keluarga di rumah ini, selagi itu benar. Kuharap ini adalah pernikahan terakhir kita, Mas,” ucap Kenanga, lalu memeluk erat Devano.Di bahu Kenan
Langkah Risma diikuti oleh tatapan sendu Kenanga. Wanita itu mengusap matanya yang memanas. Devano merangkul bahu sang istri dengan perasaan bersalah.“Maafkan aku, Sayang,” ucap laki-laki itu lirih.“Aku tidak mempermasalahkan itu, Mas. Cuma merasa aneh saja, kenapa dia langsung menganggapmu special someone?” tanya Kenanga bingung.Memang aneh, jika Risma tidak mengenali Kenanga. Namun, justru merasa begitu dekat dengan Devano. Padahal, dulu Risma sangat membenci Kenanga dan selalu membuat ulah dengan Devano.“Aku juga merasa aneh.” Devano melirik sekitar, kemudian mengajak Kenanga memasuki mobil.Dia tidak ingin Risma kembali melihatnya dan membuat ulah. Sesampai di dalam mobil, Devano tidak juga menjalankan mobilnya. Namun, dia justru menatap ke arah bangunan rumah sakit jiwa itu.“Aku harus mencari cara supaya mendapatkan informasi detail mengenai Risma.”Kenanga langsung menoleh pada suaminya. “Maksud Mas apa?” tanya wanita itu heran.“Sayang, apakah kamu tidak melihat kejanggala
Deburan ombak di laut lepas sana yang tanpa henti, seolah ikut mengiringi kebahagiaan dua orang di atas tempat tidur itu. Seperti biasa, Devano selalu memuja setiap inci tubuh Kenanga dengan hati-hati. Dia perlakukan Kenanga begitu lembut. Itulah janji Devano, dia memang ingin memperlakukan Kenanga layaknya ratu hingga wanita itu melupakan semua rasa sakit yang pernah ada. Kenanga tersenyum dan sesekali memejamkan mata, ketika ciuman Devano menghujani wajah lembabnya. Udara di sekitar pantai memang dingin kala malam hari. Namun, tidak bagi pasangan suami istri itu. Tubuh mereka justru basah oleh keringat. Devano menyingkirkan anak rambut Kenanga yang terjuntai ke pelipis, lalu mencium kening wanita itu. “Terima kasih, ya, Mas,” ucap Kenanga dengan tatapan dalam. Sebelah tangan Kenanga memeluk bahu tegap Devano. Keduanya saling pandang penuh cinta dan sesekali balas tersenyum. Devano sedikit menoleh, melirik jam digital di atas nakas. Laki-laki itu terkekeh pelan menyadari waktu s
Kening Devano mengernyit menatap gadis yang hanya senyum-senyum itu. Bila diperhatikan secara seksama, gadis itu memiliki kemiripan dengan Kenanga. Melihat kebingungan di wajah Devano, Kenanga justru tertawa kecil.“Dia Aline, anaknya Tante. Kalian pernah bertemu di kampus, Mas. Aku pernah lihat foto kalian!”Mungkin terlalu sering memberi penyuluhan di beberapa kampus berbeda, membuat Devano tidak bisa mengingat satu persatu. “Oh, ya? Maaf aku tidak bisa mengingatnya, tapi memang seperti pernah bertemu,” ungkap Devano jujur.“Iya, tahun lalu ketika Pak Dokter ke Jogja!” timpal Aline.“Oh, iya. Ternyata kalian bersaudara, ya!”“Kan pas kalian ada masalah, Mbak Ken pulang kampung, Pak. Niatnya menenangkan diri malah nangis melulu!”Kenanga melotot mendengar kejujuran Aline yang tidak bisa menjaga rahasia. Melihat kekesalan kakaknya, Aline nyengir kecil, kemudian meninggalkan pasangan suami istri itu. Sepeninggal Aline, Devano menatap tidak berkedip pada Kenanga. Dia ingin mencari kej
“Akan aku pikirkan, demi Carla.” Dion menepuk pelan lengan Devano. “Selamat ya, Dev. Akhirnya, kamulah yang menang. Jangan bodoh sepertiku!” ucapnya dengan suara parau.Devano mengangguk pelan. “Dulu aku titipkan dia padamu karena aku sakit. Sekarang sudah sembuh, maka aku ambil kembali apa yang kutitipkan. Hari Minggu kami akan mengadakan resepsi, jika diizinkan kamu datanglah!” ucapnya lalu bangkit dan merangkul bahu Dion.Kenanga mematung menatap interaksi kedua lelaki yang sama-sama menorehkan cinta di hati itu. Dion terkekeh pelan menutupi rasa sesak di dadanya.Lalu, pandangan Dion berhenti pada Kenanga. “Selamat atas pernikahanmu, Ken. Kamu memang pantas bahagia. Maafkan aku yang gagal total menjadi suamimu!” ucapnya kemudian beranjak dari tempat duduk. Sekali lagi, Dion menatap Devano penuh arti. “Kamu benar-benar hanya menitipkan dia padaku, Dev. Jaga Kenanga kita!” Lantas, Dion mendekati penjaga lapas dan memintanya membawa kembali ke tahanan, tanpa menunggu jawaban Devano.
“Kenanga benar, Yon. Risma mengalami drop mental. Dia membenci anaknya sendiri. Aku tidak yakin jika pihak lapas belum mengabarimu mengenai nasib Carla!” “Carla? Katakan yang jelas, Dev!” Dion tidak sabar lagi.Devano lantas melirik Kenanga di sampingnya. Tampak wanita itu mengangguk, dengan tatapan nanar. Membayangkan bayi mungil yang seharusnya mendapat dekapan dan ASI dari Risma, bernasib tidak beruntung. Memang, luka yang ditorehkan Dion dan Risma begitu dalam di hati Kenanga. Namun, sebagai seorang wanita yang pernah kehilangan calon anak, Kenanga tidak tega melihat bayi itu menderita.“Apa kamu rela jika anakmu dititipkan di panti sosial? Atau mungkin kamu memilih dirawat Bapak dan Ibu di kampung? Apa kamu tidak kasihan dengan Bapak dan Ibu, jika tahu apa yang terjadi sebenarnya?”Tampak raut sedih di wajah Kenanga. Ini kali pertama Kenanga bicara dengan nada ramah dan panjang semenjak mereka bercerai. Kenanga tidak bisa membayangkan betapa sedihnya orang tua Dion jika mengeta