‘Apakah ini satu-satunya jalan bagiku untuk mendapatkan uang?’ batin Tania.
Tania terlihat gelisah, berulang kali, ia menggigit bibirnya untuk mengusir rasa gugup.
Ditariknya napas dalam-dalam, sambil memandangi pantulan dirinya pada cermin wastafel. Ia merasa risih dengan gaun ketat dan pendek, yang memperlihatkan belahan dada, serta kaki jenjangnya yang putih mulus.
“Tania! Mengapa lama sekali kamu berada di dalam toilet? Cepatlah keluar, pelelangan akan segera dimulai,” seru sebuah suara bernada bariton dari balik pintu toilet.
Tania memasukkan peralatan make-upnya ke dalam dompet besar. Dipejamkannya mata sebentar, sebelum pada akhirnya ia membulatkan tekad untuk keluar.
Dengan langkah yang pelan Tania berjalan keluar dari toilet, di mana seorang pria yang juga merupakan pemilik kelab malam tersebut sudah berdiri menunggunya.
Begitu melihat penampilan Tania, yang seksi pria itu langsung bersiul dan berkata, “Saya yakin kamu pasti akan memenangkan lelang ini dan mendapatkan uang yang banyak.”
“Kamu terlihat begitu seksi dan menggoda untuk disentuh. Sekarang cepatlah naik ke atas panggung hanya kamu saja yang belum.” ucap pemilik bar tersebut.
Tania menelan ludah dengan sukar keringat dingin, mulai bercucuran membasahi punggung dan keningnya. Tangannya pun berkeringat dingin, tetapi ia memaksakan juga kakinya untuk melangkah menaiki panggung tersebut.
Ryan memasuki bar dengan langkah panjang dan wajah yang dingin. Ia menghentikan langkah, ketika melihat seperti seorang Wanita yang ia kenal, dan juga ia mendengar suara seseorang menyebut nama yang ia kenali. Ryan berdiri diam, sambil memicingkan mata untuk melihat dengan jelas apakah wanita yang namanya tadi disebut memanglah wanita yang ada dalam pikirannya.
Dirinya berjalan dengan cepat ke arah pria yang tadi ia lihat bersama dengan Tania. “Saya akan menawar wanita tadi dengan harga tinggi! Jangan tawarkan kepada pria lain!” kata Ryan dengan arogan.
Pria itu mengamati Ryan dengan seksama. Senyum lebar tersungging di bibirnya. “Pelelangan akan tetap berjalan, sebagaimana mestinya, Tuan! Anda dapat mengajukan tawaran tertinggi Anda terhadap wanita yang Anda inginkan.”
Ryan membalas dengan tatapan dingin, yang terbit di sudut bibirnya. Ia mengabaikan uluran tangan dari pria itu. Ia membalikkan badan berjalan kembali menuju meja kursi bar yang kosong dan duduk di sana.
Pria yang merupakan pemilik bar hanya mengangkat pundak dengan sikap kasar, yang diperlihatkan oleh pengunjung barnya, yang terkesan misterius baginya. Selama pria itu menawarkan uang yang banyak ia tidak peduli dengan sikap buruknya.
“Buatkan wine!” perintah Ray kepada bartender, yang sedang meracik minuman.
“Baik, Tuan!” sahut bartender itu.
Dari arah panggung yang ada di depannya terdengar pengumuman, melalui pengeras suara. Ia mendengarkannya dengan acuh, sambil menyesap winenya yang sudah datang.
“Selamat malam kami ucapkan kepada semua pengunjung bar ini. Pada malam ini kami akan mengadakan pelelangan, di mana penawar tertinggi akan mendapatkan seorang perawan untuk dibawa pulang!” ucap pembawa acara dengan bersemangat.
Badan Tania bergetar, begitu mendengar pembawa acara sudah mulai menawarkan dirinya. ‘Ya, Tuhan! Bagaimana, kalau tidak ada yang menawar diriku dan saya tidak bisa mendapatkan uang?’ batin Tania.
“Silakan berdiri untuk peserta lelang nomor tiga. Selamat Anda sudah mendapatkan penawar tertinggi malam ini,” seru pembawa acara kepada Tania.
Ia tidak dapat mempercayai pendengarannya, kalau dirinya dimenangkan oleh seorang pria dengan harga yang baginya fantastis 500 juta rupiah. Bagaimana ia tidak menjadi takut dan gugup, karena sekarang dirinya akan menjadi milik pria asing yang tidak ia kenal.
“Kepada Tuan, yang sudah memenangkan lelang kita pada malam, silakan naik ke atas panggung untuk menjemput wanita Anda,” panggil pembawa acara.
‘Ya, Tuhan! Ternyata memang benar dan bukan mimpi, kalau ada yang sudah menawarku dan diriku tidak bisa berubah pikiran membatalkan lelang ini. Diriku akan menjadi milik pria asing.’ batin Tania.
“Cepatlah turun, Tania! Pria yang sudah menawarmu dengan harga tertinggi menunggumu di sebuah apartemen. Kau sudah dipesankan taksi untuk mencapai tempat pria itu berada.
Tania menelan ludah dengan sukar mendadak tenggorokannya terasa kering, bulir-bulir keringat turun dengan deras membasahi wajah dan punggungnya. Diambilnya tissue untuk mengusap bulir keringat tersebut.
“B-baik, Tuan! Saya akan segera ke tempat pria itu,” sahut Tania dengan suara yang bergetar, karena gugup.
“Kau tidak perlu khawatir, Tania. Uang bagianmu akan segera saya transfer ke rekeningmu sesuai dengan kesepakatan kita.” Pria itu berjalan menjauh meninggalkan Tania.
Sementara itu, di tempatnya duduk jauh di sudut yang gelap Ryan mengamati, bagaimana Tania dengan pakaiannya yang seksi terlihat begitu menggoda membuat ia ingin langsung membawa Tania pergi dari tempat ini.
Ia, bahkan mengabaikan panggilan dari pembawa acara lelang yang berulang kali, memintanya untuk naik ke atas panggung sebagai pemenang lelang. Sampai pada akhirnya, pembawa acara itu berhenti memintanya untuk maju.
“Baiklah, ternyata tuan pemenang lelang kita tidak bersedia untuk memperlihatkan wajahnya. Acara akan kita lanjutkan dengan peserta lelang lainnya,” ucap pembawa acara lelang.
Tania turun dari atas panggung lelang, dengan langkah kaki gontai dan tangan yang terasa dingin.
Hingga Tania sudah berada di luar bar ia berdiri sebentar untuk mencari taksi yang dipesankan untuknya. Tak berapa lama berselang sebuah taksi berhenti di dekat Tania berdiri.
‘Kuharap pria yang sudah menawarku akan membiarkanku pergi begitu saja, tanpa menyentuh diriku,’ batin Tania.
Ia hampir saja melompat, karena terkejut. Pada saat ada sebuah taksi yang berhenti tepat di samping dirinya berdiri.
“Apakah Anda Nona Tania?” Tanya sopir taksi.
Dengan tubuh yang bergetar, karena mendadak ia dihantui perasaan takut. Dengan suara lemah Tania menyahut, “I-iya, saya Tania.”
Tania masuk taksi, yang sudah dipesankan oleh pemilik bar untuk dirinya tersebut. Duduk di dalam taksi perasaan gelisah dan cemas tidak hilang dari pikirannya, sehingga ia tidak menyadari arah yang diambil oleh sopir taksi. Ia larut dalam lamunannya.
“Nona, sudah sampai!” seru sopir taksi kepada Tania. Membuyarkan Tania dari lamunannya.
Selesai membayar ongkos taksi Tania berjalan memasuki gedung apartemen mewah tersebut, dengan langkah pelan. Semakin mendekati apartemen pria yang sedang menunggunya. Perasaan gugup itu semakin menjadi saja.
Berdiri di depan pintu apartemen Tania diam sebentar. Ia memejamkan mata, rasanya ia ingin berbalik pergi saja meninggalkan pria asing yang sedang menunggunya. Dikumpulkannya segenap keberaniannya yang hanya tersisa sedikit.
Ditariknya napas dalam-dalam, kemudian dipencetnya bel pintu apartemen, tersebut dengan tangan yang gemetaran. Didengarnya suara langkah kaki mendekat dan tak lama berselang pintu pun terbuka.
“Selamat datang kembali, Tania.” Ujar pria bertubuh tinggi tegap dengan rahang yang tegas, membukakan pintu untuk Tania.
Deg! Jantung Tania terasa berhenti berdetak. Ia merasa mengenali suara pria itu. Suara yang tidak ingin ia dengar lagi.
Tatapan Tania jatuh ke dada bidang pria itu, yang terlihat polos, karena ia tidak memakai baju. Aroma maskulin bercampur dengan parfum membuat hati Tania menjadi kacau. Dialihkannya tatapan dari dada Ryan ke wajahnya.Sontak saja Tania menjadi terkejut, ia langsung memundurkan badannya. Dengan suara yang tergagap, ia berkata, “R-Ryan! Mengapa kau yang berada di sini?”Tania membalikkan badan, ia hendak kabur dari Ryan, karena dirinya masih merasakan sakit hati atas apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Ryan kepadanya selama pernikahan singkat mereka.Ryan dengan cepat menarik tangan Tania masuk apartemen, dengan satu kaki ia menendang pintu apartemen, sehingga tertutup dengan suara berdebam yang nyaring.Diangkatnya kedua tangan Tania menempel pada pintu di atas kepala Tania. “Kau tidak bisa pergi kemanapun juga! Saya sudah membelimu sekarang kau adalah milikku!” Bisik Ryan tepat di telinga Tania.Jantung Tania terasa berhenti berdetak mendengar apa yang dikatakan oleh Ryan. Ia menggi
“Pertanyaan yang tidak perlu kujawab!” sahut Ryan dengan nada suara dingin.Secara tak terduga Ryan membopong tubuh Tania, lalu membaringkannya di atas tempat tidur dengan alas berwarna hitam.Ryan merendahkan badannya. “Kenapa kamu takut, Tania? Apakah kamu berpikir diriku akan menyakitimu?” Bisik Ryan tepat di telinga Tania dengan suara serak.Tania meletakkan tangan di dada Ryan bermaksud untuk mendorong pria itu menjauh. Namun, tangannya justru terasa bagai belaian di dada Ryan.Ryan tersenyum tipis melihat wajah Tania, yang menjadi merah dadu dan denyut nadinya terlihat berdenyut dengan cepat.Senyum Ryan semakin lebar, ketika ia mendengar suara lenguhan dari Tania. Dengan cepat ia mengangkat tubuh dari atas badan Tania. “Kamu terlihat tidak menolak sama sekali sentuhanku.”Ryan berdiri di samping ranjang, sambil memberikan tatapan yang tidak dapat dibaca oleh Tania. Tatapan keduanya bertemu dan Ryan dapat melihat, kalau Tania terlihat kecewa.“Kenapa kamu berhenti? Apakah itu ya
Tania melihat ke arah Ryan dengan raut wajah terkejut, ia tidak mengira Ryan akan bersungguh-sungguh mempertemukannya dengan kedua orang tua pria itu. “Ti-tidak bisakah ditunda sampai besok? Diriku belum siap bertemu dengan mereka.”‘Bagaimana diriku bisa sanggup bertemu kembali dengan kedua orang tua Ryan? Diriku bukanlah wanita yang mereka harapkan untuk menjadi istri Ryan,’ batin Tania.Ryan memberikan tatapan galak kepada Tania. Dengan suara dingin ia berkata, “Kau tidak memiliki hak untuk mendebat apa yang kukatakan!”Dengan enggan Tania bangkit dari duduknya berjalan mengikuti Ryan tepat di belakangnya.Secara mendadak Ryan menghentikan langkah, sehingga Tania menabrak punggungnya. “Nanti ketika di rumah kedua orang tuaku kau harus berjalan di sampingku! Dan bukannya menguntit di belakangku, seperti apa yang kamu lakukan sekarang ini,” tegur Ryan galak.Tania menganggukkan kepala dengan lemah, ia tidak memiliki kemampuan untuk menentang apa yang sudah diputuskan oleh Ryan. Sekal
Tubuh Tania bergetar, karena marah. Ia menghentikan langkah, sambil menarik lepas tangannya dari genggaman jemari Ryan. “Bagaimana kau bisa berkata sekejam itu, Ryan?”Ryan menatap dingin Tania dengan suara tegas ia berkata, “Berhentilah berpikir buruk tentangku!”Tania mendongakkan kepala menatap Ryan dengan berani. “Apakah kau juga akan berhenti menganggap diriku buruk di matamu?”Ryan memejamkan mata, kemudian membukanya kembali. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun diraihnya jemari Tania. Ia tautkan jemari mereka dengan erat, kemudian berjalan keluar kamar.Di ruang tengah sudah menunggu penghulu, kedua orang tua Ryan, serta seseorang yang tidak dikenal Tania. Air matanya menetes ia merasa sedih di saat akan menikah kembali dengan Ryan. Ayahnya, satu-satunya keluarga yang ia miliki tidak hadir.Langkah Tania terasa berat untuk berjalan duduk di sofa yang berada di antara kedua orang tua Ryan. Kedua jemarinya ia letakkan di atas paha saling bertautan untuk mengusir rasa gugup di hati
Ryan melayangkan tatapan tajam ke arah Tania senyum jahat tersungging di bibirnya. Dengan suara mendesis ia berkata, “Lihat saja apa yang akan terjadi, jika ada sesuatu yang kamu lakukan menyakiti hati Ibuku!”Tania menahan balasan bernada tajam dari bibirnya. Ini adalah hari pernikahan mereka dan mereka berdua terus saja bertengkar. Dalam hati ia membatin, ‘Seandainya saja kamu mengetahui apa yang sudah dilakukan Ibumu, apakah kamu akan marah kepadaku?’Sentuhan lembut di pundaknya membuat Tania tersentak dari terdiamnya. Ia membalikkan badan langsung saja berhadapan dengan wajah sedih Ayahnya.“Tania, Ayah harus pulang! Ayah hanya bisa mendo’akan agar pernikahan kalian langgeng dan selalu dalam keharmonisan.” Ayah Tania meraih Tania kepelukan hangatnya. Air mata keduanya pun tumpah.“Mengapa Ayah harus cepat-cepat pergi? Tidak bisakah Ayah lebih lama berada di sini?” Tanya Tania, sambil mengusap air matanya.Gelengan kepala diberikan Ayah Tania. Ia jua mengusap air matanya yang turu
Tania membalikkan badan dengan kening dikerutkan ia bertanya kepada Ryan, “Apa maksudmu berkata, seperti itu? Apa ada larangan untuk keluar dari apartemen ini?”Ryan meletakkan sendok yang ada di tangannya, lalu berjalan mendekati Tania dan berhenti tepat di hadapannya. Diceakaunya dagu Tania dengan kasar dan mata yang menyala, karena emosi.“Rasa percaya kepadamu hilang, setelah pernikahan kita yang kandas beberapa bulan yang lalu.” Bisik Ryan di telinga Tania.Ryan melepaskan cekauannya di dagu Tania, tatapan antara dirinya dan Tania bertemu. Mata Tania dan Ryan menyala-nyala, karena emosi.Dengan kedua tangannya Tania mendorong dada Ryan, sehingga membuatnya terdorong sedikit, karena tidak siap. “Kau pikir dirimu juga dapat dipercaya! Berapa banyak wanita yang pernah tidur denganmu selama pernikahan kita?”Ryan tertawa dengan keras, senyum mencemooh terbit di bibirnya. Ia berjalan menjauh dari Tania, lalu berhenti di depan jendela kaca dengan pemandangan jalanan yang ramai oleh la
Ryan memberikan senyum miring di wajah tampannya. Membuat Tania terpukau, karena ini untuk pertama kalinya, ia melihat Ryan tidak tersenyum sinis kepadanya. ‘Hmm, ide yang bagus! Kau bisa terus menggoda, biar segera mengandung pewaris untukku!’Rasa kagum Tania melihat senyum Ryan langsung berganti raut wajah kecewa. Kenapa Ryan selalu saja mengingatkan dirinya akan tujuan dari pernikahan mereka.Melihat roman muka Tania yang berubah Ryan tidak peduli sama sekali. ‘Jangan hanya tidur saja, lakukanlah tugas seorang Istri, selagi suami sedang bekerja,’ perintah Ryan dengan dinginnya.Tania mengacungkan jempol ke arah Ryan, ia terlalu marah untuk menjawab apa yang dikatakan oleh Ryan. Dimatikannya sambungan telepon, lalu ia lempar ponselnya ke atas tempat tidur.‘Ada apa dengan Ryan sebenarnya? Apa tujuannya membawa keluar kota? Masih ada waktu untuk mengunjungi Ayah dan memastikan ia sudah mendapatkan seorang perawat menemaninya di rumah,’ batin Tania.Dilemparkannya selimut yang menutu
Ryan berjalan masuk ruang kerja pemilik bar dengan tatapan yang tidak lepas dari wajah Tania. “Katakan Tania! Mengapa kau masih juga datang ke tempat ini?” Tanya Ryan, sambil mencekau dagu Tania dengan kasar.Tania menjadi gugup, ia menelan ludah dengan sukar. “Ini kesalahpahaman! Pria itu tidak jujur, ia hanya memberikan setengah dari harga lelang yang kau berikan. Sementara diawal kami sudah sepakat, kalau ia hanya akan mendapatkan bagian 25 persen saja.”Ryan memalingkan wajah dari Tania ke arah pemilik bar yang balas menatapnya dengan sikap angkuh.“Apakah kau akan marah? Ini adalah bar milikku dan tentu saja diriku bebas untuk mematok harga!” sahut pria itu dengan santainya.Tania membalikkan badan dengan cepat, ia berhasil melepaskan dirinya dari Ryan. Didekatinya pemilik bar itu dengan wajah merah, karena amarah. “Kau lelaki paling brengsek yang pernah kukenal! Kau tentu mengetahui, kalau uang itu sangat berarti bagiku!”Pria itu bangkit dari duduknya, dengan tinggi Tania yang