Share

BELENGGU PESONA MANTAN SUAMI
BELENGGU PESONA MANTAN SUAMI
Author: Sigma Rain

BAB 1 GELISAH

‘Apakah ini satu-satunya jalan bagiku untuk mendapatkan uang?’ batin Tania.

Tania terlihat gelisah, berulang kali, ia menggigit bibirnya untuk mengusir rasa gugup. 

Ditariknya napas dalam-dalam, sambil memandangi pantulan dirinya pada cermin wastafel. Ia merasa risih dengan gaun ketat dan pendek, yang memperlihatkan belahan dada, serta kaki jenjangnya yang putih mulus.

“Tania! Mengapa lama sekali kamu berada di dalam toilet? Cepatlah keluar, pelelangan akan segera dimulai,” seru sebuah suara bernada bariton dari balik pintu toilet.

Tania memasukkan peralatan make-upnya ke dalam dompet besar. Dipejamkannya mata sebentar, sebelum pada akhirnya ia membulatkan tekad untuk keluar.

Dengan langkah yang pelan Tania berjalan keluar dari toilet, di mana seorang pria yang juga merupakan pemilik kelab malam tersebut sudah berdiri menunggunya.

Begitu melihat penampilan Tania, yang seksi pria itu langsung bersiul dan berkata, “Saya yakin kamu pasti akan memenangkan lelang ini dan mendapatkan uang yang banyak.”

“Kamu terlihat begitu seksi dan menggoda untuk disentuh. Sekarang cepatlah naik ke atas panggung hanya kamu saja yang belum.” ucap pemilik bar tersebut.

Tania menelan ludah dengan sukar keringat dingin, mulai bercucuran membasahi punggung dan keningnya. Tangannya pun berkeringat dingin, tetapi ia memaksakan juga kakinya untuk melangkah menaiki panggung tersebut.

Ryan memasuki bar dengan langkah panjang dan wajah yang dingin. Ia menghentikan langkah, ketika melihat seperti seorang Wanita yang ia kenal, dan juga ia mendengar suara seseorang menyebut nama yang ia kenali. Ryan berdiri diam, sambil memicingkan mata untuk melihat dengan jelas apakah wanita yang namanya tadi disebut memanglah wanita yang ada dalam pikirannya.

Dirinya berjalan dengan cepat ke arah pria yang tadi ia lihat bersama dengan Tania. “Saya akan menawar wanita tadi dengan harga tinggi! Jangan tawarkan kepada pria lain!” kata Ryan dengan arogan.

Pria itu mengamati Ryan dengan seksama. Senyum lebar tersungging di bibirnya. “Pelelangan akan tetap berjalan, sebagaimana mestinya, Tuan! Anda dapat mengajukan tawaran tertinggi Anda terhadap wanita yang Anda inginkan.”

Ryan membalas dengan tatapan dingin, yang terbit di sudut bibirnya. Ia mengabaikan uluran tangan dari pria itu. Ia membalikkan badan berjalan kembali menuju meja kursi bar yang kosong dan duduk di sana.

Pria yang merupakan pemilik bar hanya mengangkat pundak dengan sikap kasar, yang diperlihatkan oleh pengunjung barnya, yang terkesan misterius baginya. Selama pria itu menawarkan uang yang banyak ia tidak peduli dengan sikap buruknya.

“Buatkan wine!” perintah Ray kepada bartender, yang sedang meracik minuman.

“Baik, Tuan!” sahut bartender itu.

Dari arah panggung yang ada di depannya terdengar pengumuman, melalui pengeras suara. Ia mendengarkannya dengan acuh, sambil menyesap winenya yang sudah datang.

“Selamat malam kami ucapkan kepada semua pengunjung bar ini. Pada malam ini kami akan mengadakan pelelangan, di mana penawar tertinggi akan mendapatkan seorang perawan untuk dibawa pulang!” ucap pembawa acara dengan bersemangat.

Badan Tania bergetar, begitu mendengar pembawa acara sudah mulai menawarkan dirinya. ‘Ya, Tuhan! Bagaimana, kalau tidak ada yang menawar diriku dan saya tidak bisa mendapatkan uang?’ batin Tania.

“Silakan berdiri untuk peserta lelang nomor tiga. Selamat Anda sudah mendapatkan penawar tertinggi malam ini,” seru pembawa acara kepada Tania.

Ia tidak dapat mempercayai pendengarannya, kalau dirinya dimenangkan oleh seorang pria dengan harga yang baginya fantastis 500 juta rupiah. Bagaimana ia tidak menjadi takut dan gugup, karena sekarang dirinya akan menjadi milik pria asing yang tidak ia kenal.

“Kepada Tuan, yang sudah memenangkan lelang kita pada malam, silakan naik ke atas panggung untuk menjemput wanita Anda,” panggil pembawa acara.

‘Ya, Tuhan! Ternyata memang benar dan bukan mimpi, kalau ada yang sudah menawarku dan diriku tidak bisa berubah pikiran membatalkan lelang ini. Diriku akan menjadi milik pria asing.’ batin Tania.

“Cepatlah turun, Tania!  Pria yang sudah menawarmu dengan harga tertinggi menunggumu di sebuah apartemen. Kau sudah dipesankan taksi untuk mencapai tempat pria itu berada.

Tania menelan ludah dengan sukar mendadak tenggorokannya terasa kering, bulir-bulir keringat turun dengan deras membasahi wajah dan punggungnya. Diambilnya tissue untuk mengusap bulir keringat tersebut.

“B-baik, Tuan! Saya akan segera ke tempat pria itu,” sahut Tania dengan suara yang bergetar, karena gugup.

“Kau tidak perlu khawatir, Tania. Uang bagianmu akan segera saya transfer ke rekeningmu sesuai dengan kesepakatan kita.” Pria itu berjalan menjauh meninggalkan Tania.

Sementara itu, di tempatnya duduk jauh di sudut yang gelap Ryan mengamati, bagaimana Tania dengan pakaiannya yang seksi terlihat begitu menggoda membuat ia ingin langsung membawa Tania pergi dari tempat ini.

Ia, bahkan mengabaikan panggilan dari pembawa acara lelang yang berulang kali, memintanya untuk naik ke atas panggung sebagai pemenang lelang. Sampai pada akhirnya, pembawa acara itu berhenti memintanya untuk maju.

“Baiklah, ternyata tuan pemenang lelang kita tidak bersedia untuk memperlihatkan wajahnya. Acara akan kita lanjutkan dengan peserta lelang lainnya,” ucap pembawa acara lelang.

Tania turun dari atas panggung lelang, dengan langkah kaki gontai dan tangan yang terasa dingin.

Hingga Tania sudah berada di luar bar ia berdiri sebentar untuk mencari taksi yang dipesankan untuknya. Tak berapa lama berselang sebuah taksi berhenti di dekat Tania berdiri.

‘Kuharap pria yang sudah menawarku akan membiarkanku pergi begitu saja, tanpa menyentuh diriku,’ batin Tania.

Ia hampir saja melompat, karena terkejut. Pada saat ada sebuah taksi yang berhenti tepat di samping dirinya berdiri.

“Apakah Anda Nona Tania?” Tanya sopir taksi.

Dengan tubuh yang bergetar, karena mendadak ia dihantui perasaan takut. Dengan suara lemah Tania menyahut, “I-iya, saya Tania.”

Tania masuk taksi, yang sudah dipesankan oleh pemilik bar untuk dirinya tersebut. Duduk di dalam taksi perasaan gelisah dan cemas tidak hilang dari pikirannya, sehingga ia tidak menyadari arah yang diambil oleh sopir taksi. Ia larut dalam lamunannya.

“Nona, sudah sampai!” seru sopir taksi kepada Tania. Membuyarkan Tania dari lamunannya.

Selesai membayar ongkos taksi Tania berjalan memasuki gedung apartemen mewah tersebut, dengan langkah pelan. Semakin mendekati apartemen pria yang sedang menunggunya. Perasaan gugup itu semakin menjadi saja.

Berdiri di depan pintu apartemen Tania diam sebentar. Ia memejamkan mata, rasanya ia ingin berbalik pergi saja meninggalkan pria asing yang sedang menunggunya. Dikumpulkannya segenap keberaniannya yang hanya tersisa sedikit.

Ditariknya napas dalam-dalam, kemudian dipencetnya bel pintu apartemen, tersebut dengan tangan yang gemetaran. Didengarnya suara langkah kaki mendekat dan tak lama berselang pintu pun terbuka.

“Selamat datang kembali, Tania.” Ujar pria bertubuh tinggi tegap dengan rahang yang tegas, membukakan pintu untuk Tania.

Deg! Jantung Tania terasa berhenti berdetak. Ia merasa mengenali suara pria itu. Suara yang tidak ingin ia dengar lagi.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abigail Briel
duh siapa tuh? emang mereka kenal?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status