Share

Bab 3 - Darah Biru

“kenapa harus selalu dari kami?” ucap sang Khalif kepada para tentara disana,

“hey Khalif, aku sangat menghormati mu, jangan membuat rasa hormat ku terhadap mu hilang, lebih baik kau turuti saja, ini perintah langsung dari Kaisar Agora! Sekarang tolong bantu aku bawakan ke 15 orang itu!”

Dan melihat Khalif yang hanya diam sambil menundukkan kepalanya, Prajurit tersebut kembali mengatakan “jika kau tidak bergerak, maka terpaksa kami sendiri yang akan memilih nya”

“ayo semuanya bergerak, bawa 15 orang yang ada disini” ucap pemimpin tentara itu memberikan perintah kepada pasukan nya.

Lalu disaat para pasukan batavara mulai bergegas melakukan tugasnya, banyak dari para petani tersebut yang berlari menghampiri sang khalif

“tuan ... tolong selamatkan istri saya,” Ucap beberapa petani yang menangis memohon pertolongan nya,

“pak Narsik anak gadis saya di bawa pak, tolong pak, tolong kami,” begitu pula teriakan petani lainnya yang melihat putrinya, dibawa secara paksa

Bahkan ada pula dari mereka yang hingga di hajar disaat mencoba untuk melakukan perlawanan,

“tolong ... jangan bawa gadis kami,”

“pak Narsik, tolong pak,”

“maaf saya tidak bisa berbuat apa-apa” dengan suara yang amat pelan sambil memasang wajah yang datar, sang khalif pun hanya dapat mengatakan hal tersebut,

Sehingga bersamaan dengan teriakan dan jeritan dari para petani disana, Ratih yang merasa takut pun langsung memeluk Yura, yang kala itu tengah terdiam melihat kekacauan di desa Raksa.

***

Malam hari nya, ketika Yura sedang duduk menatap bintang-bintang di langit, Ratih pun menghampiri nya

“Yura, kamu sedang apa?”

“aku lagi liat bintang bu”

“kamu belum mau tidur nak?”

“aku belum ngantuk bu, ibu kenapa ayah belum juga pulang? Apa dia betah tinggal di kota bu”

Setelah mendengar pertanyaan tersebut, Ratih pun hanya dapat terdiam, tetapi seketika, pertanyaan itu pun di jawab oleh Khalif yang tiba-tiba saja datang kesana,

“ayahmu di tuntut untuk menjadi gladiator, dan dia tidak akan pulang”

Sontak ucapan tersebut membuat Ratih menjadi terkejut sehingga dia pun langsung mengatakan, “tuan kenapa kau berkata seperti itu”

“sudahlah Ratih, jangan ada lagi yang di sembunyikan, biarkan anak ini tau yang sebenarnya”, ucap Narsik seraya duduk di samping Yura,

Lalu diapun kembali berkata “5 tahun lalu, hal yang sama sempat terjadi seperti kejadian tadi siang, Namun beda nya, tuan Agora meminta 20 petani laki-laki untuk menjadi gladiator, dan Ayahmu si aji, adalah salah satu orang yang terpilih”

“Tapi kenapa para petani tuan? Apakah petani petani kita memiliki kekuatan?” ucap yura yang dengan polos nya bertanya kepada sang Khalif

“bukan kuat, namun kaisar hanya butuh hiburan, para petani yang di pilih itu, mereka semua saling mengenal satu sama lain, tetapi mereka semua saling memb*n*h, hanya untuk memberikan hiburan kepada tuan Agora”

“kenapa melihat orang lain m*ti membuat tuan terhibur?” dengan sangat polos nya Yura kembali mengajukan pertanyaan nya.

Namun untuk menjawab pertanyaan tersebut, sang khalif pun mengatakan,“perlahan kamu akan mengerti nak”,

“lalu siapa yang bisa menghentikan Tindakan kaisar tuan?”

“Azzar”jawab sang Khalif sambil tersenyum menatap kedua mata Yura,

"lalu dimana dia berada sekarang tuan?"

"tidak ada yang tau dia dimana, tapi semua nya sudah tertulis jelas jika munjin akan datang menyelamatkan kita,"

***

Di hari berikutnya, Yura yang merasa penasaran dengan serigala besar yang berada di pedalaman hutan, memutuskan untuk pergi mencarinya, namun sebelum dirinya masuk kedalam hutan ada salah seorang teman sebayanya yang bertanya kepadanya

“yura kamu mau kemana?”

“aku mau cari serigala yang kemarin,”

“hahh,?? Jangan Yura, kemarin aja kita beruntung masih bisa selamat, kamu malah mau kesana lagi,”

“tidak apa-apa, aku mau serigala itu jadi temanku,” ucap Yura sambil tersenyum,

Dan karena tidak ingin terjadi sesuatu kepada yura salah seorang anak disana memerintahkan temannya untuk memberitahukan hal tersebut kepada ibu Yura,“hei, cepat kasih tau ibu Ratih, bilang kalau Yura mau masuk kedalam hutan”

“iyaa iyaa”

Sementara itu, setelah berjalan cukup jauh masuk kedalam hutan, Yura yang mulai tersesat akhirnya menemukan adanya sebuah gua yang besar,

Dan karena penasaran akan isi dalam gua tersebut, tanpa ada rasa takut dia pun memutuskan untuk masuk kedalam, sehingga setibanya dia didalam, diapun melihat adanya lukisan gua yang menggambarkan seorang ksatria sedang menunggangi seekor serigala besar, kemudian ada pula lukisan yang menggambarkan tentang pertarungan 2 orang ksatria, bahkan ada pula lukisan yang menggambarkan seekor kuda Pegasus yang menundukkan kepalanya di hadapan kesatria tersebut.

Namun belum sempat melihat seluruh lukisan gua yang berada disana tiba tiba saja muncul seorang pria tua, yang memiliki tubuh yang gagah, dimana dia berkata “hei nak, apa yang kamu lakukan disini?”

“kamu siapa?” tanya Yura yang merasa terkejut dengan kehadiran pria tua tersebut,

“anak yang ga punya rasa hormat, jika ada seseorang yang bertanya, maka kamu harus terlebih dahulu menjawabnya, bukan kembali mengajukan pertanyaan”

“maaf kek, nama aku Yura, aku kesini ga sengaja, karena sebenarnya tujuan ku mau ke hutan untuk nyari serigala besar yang kemarin hampir menerkam ku”

Merasa terkejut dengan ucapan Yura, dia pun kembali bertanya, “siapa orang tuamu?”

“Ibu ku Namanya Ratih, ayahku Bernama Aji, mereka berdua adalah seorang petani dari desa Raksa”, oh iya, apa yang kakek lakukan di dalam gua sendirian?”

Tetapi belum sempat menjawab pertanyaan Yura, sang kakek langsung mendekap mulutnya, kemudian sambil berbisik dia pun berkata, “jangan bersuara, ada yang datang”

“ggrrrr.. ggrrr ..” kerasnya suara geraman yang membuat suasana menjadi sangat menegangkan,

namun bukannya merasa takut, Yura malah berusaha melepaskan dekapan sang kakek, bahkan setelah terlepas dari dekapan tersebut dengan suara yang lantang Yura pun mengatakan, “kakek itu dia suara geruman serigala nya”

Dan akibat dari teriakan Yura lah, serigala tersebut pun akhirnya muncul mendekati mereka berdua, dimana serigala itu kini terlihat Nampak berada tepat di belakang Yura yang kala itu sedang berhadapan dengan sang Kakek,

“nak jangan bergerak, dalam sekejap saja kamu bisa lenyap”

“dia ada dibelakang ku ya kek?” dan setelah mengatakan hal itu, Yura langsung membalikkan badannya, sementara serigala tersebut dengan sigap mencoba untuk menerkam Yura,

“Krak, krak, krak”

Melihat serigala itu mulai bergerak, sang kakek pun langsung mengeluarkan senjata nya yang berupa tombak, Namun disini lah, Kakek itu pun merasa sangat terkejut sebab seketika, serigala itu tiba-tiba saja meringkuk ketakutan disaat berhadapan langsung dengan Yura, bahkan rasa terkejut si kakek kian semakin bertambah disaat melihat kedua bola mata Yura, yang berubah menjadi warna biru.

“darah biru” ucap kakek tersebut dengan raut wajah yang tercengang sambil terus menatap Yura yang kala itu sedang mengusap kepala dari serigala besar itu.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status