Share

Bab 4 - Darah Biru

“hei nak, tadi kamu bilang, kamu putra dari seorang petani?”

“iya kek,” jawab Yura sambil terus mengusap kepala serigala besar yang ada di hadapannya,

“apa ayah kamu lahir dan besar di desa Raksa”?

“setahu aku iya kek”

Mendengar jawaban tersebut, pria tua itu mulai berpikir jika orang tua Yura, adalah keturunan dari bangsawan yang sedang menyamar di desa Raksa, namun terlepas dari hal itu, dia pun lebih memutuskan untuk kembali bertanya,

“nak, apakah kamu sadar, cara bagaimana kamu menjinakkan serigala yang ada di hadapanmu itu?”

“tidak kek, Cuma yang aku rasakan saat menatap mata serigala ini, aku mempunyai keinginan untuk bisa berteman dengannya,”

Setelah mengatakan hal itu, Yura mencoba berbicara dengan serigala yang ada di hadapannya, “hei, untuk sekarang kamu boleh pergi, tapi besok aku akan kesini lagi, dan kamu harus memperbolehkan aku untuk menunggangi kamu ya,”

Dan seakan mengerti dengan apa yang di katakan oleh Yura, serigala tersebut pun akhirnya bergegas pergi dari hadapan mereka,

lalu tak lama setelahnya, Yura yang merasa penasaran dengan tombak yang seketika muncul di genggaman pria tua itu, dia pun langsung mempertanyakan nya, “kek, barusan aku liat kakek tiba-tiba mengeluarkan cahaya berupa tombak, itu hebat sekali kek, bagaimana kakek melakukannya?”

“kamu ingin tau bagaimana aku melakukannya?”

“iya kek,”

“aku akan menunjukkannya kepadamu, bahkan bukan hanya tombak, aku juga bisa menunjukan sesuatu yang lebih hebat, tetapi sebelum itu dilakukan, aku ingin bertemu dengan orang tuamu terlebih dahulu, bisa kamu turuti kemauan ku?”

“baik kek, ayo kita ke desa ku,” ujar Yura, dengan sangat polos nya.

***

Di lain sisi tepat di istana kota, tuan Agora yang sedang duduk Bersama dengan bangsa Alkimi, mulai memerintahkan beberapa prajuritnya untuk segera membawa ke-15 wanita dari desa raksa, untuk datang ke hadapannya, agar dia, bisa persembahkan langsung kepada tamu mereka, yaitu bangsa Alkimi,

Sehingga dengan adanya jamuan tersebut, pemimpin dari Alkimi yang Bernama Fabiac,mengucapkan rasa terimakasih nya kepada Agora, “tuan Agora, terimakasih banyak atas jamuan yang engkau persembahkan, kami sangat menghargainya,”

“sama-sama fabiac, namun sebelum kalian semua menikmati persembahan yang aku berikan, aku ingin kalian melakukan sesuatu untuk ku, bukan kah itu tujuan kedatangan kalian kesini?”

“oh tentu tuanku, katakan! Apa yang bisa saya lakukan?” ucap Fabiac sambil menundukkan kepalanya,

“aku ingin kalian membawa Artemi ke hadapan ku,”

“artemi? satu satunya bangsa Agastya yang sulit untuk di atur, tetapi tenang tuanku permintaanmu adalah perintah yang tidak akan saya tolak,” ucap fabiac sambil memancarkan senyuman di wajahnya,

“bagus, lalu kapan kau akan membawanya?”

“malam ini!” dengan sangat yakin fabiac pun mengatakan hal tersebut,

Dan tak lama berselang tepat nya ketika para prajurit Agora datang dengan membawa ke-15 wanita dari Raksa, Agora pun langsung berdiri kemudian mengatakan,

“untuk kalian bangsa Alkimi, selamat menikmati jamuan yang Batavara sajikan, dan kau Fabiac, selamat bersenang-senang,”

“terimakasih Tuan Agora,”

Lalu setelah beranjak dari ruangan itu, Agora pun langsung menghampiri penasihatnya, kemudian mengatakan“barwah, ayo kita buat pertemuan kecil dengan teman lama kita di ruang tahanan,” 

“mari tuan,”

***

Sementara itu, setelah mengetahui jika putranya kini sedang berada di pedalaman hutan, Ratih dengan ditemani oleh sang Khalif, mencoba untuk keluar desa dan masuk kedalam hutan untuk mencari keberadaan Yura, namun seketika Langkah mereka terhenti setelah melihat adanya sebuah topeng yang tergeletak di bawah tanah, 

Sehingga di saat Khalif meraih topeng tersebut dari hadapannya, seketika ada seseorang yang berlari dengan sangat cepat, yang kemudian langsung merampas topeng itu dari tangannya, Namun karena per gerakannya secepat bak cahaya, sang khalif tidak dapat mengetahui akan siapa yang telah mengambilnya, sedangkan Ratih hanya dapat terdiam melihat kejadian tersebut didepan matanya,

“tadi itu apa tuan?” tanya Ratih dengan raut wajah yang sangat bingung

“kamu merasakannya juga Ratih?”

“iya tuan, seperti ada yang berlari,,, hei tuan, topeng yang barusan tuan ambil menghilang?”

“iyaa, tadi ada sesuatu yang bergerak cepat mengambil topeng nya,” ucap sang Khalif dengan penuh keheranan,

Sedangkan di lain sisi,

di dalam perjalanan menuju ke desanya, Yura yang teringat akan ucapan sang khalif kepadanya pada malam tadi, dia pun langsung mengatakan,

“oh iya kek, tapi kakek sepertinya hanya bisa bertemu dengan ibu ku”

“memang kemana ayahmu?

“semalam tuan Narsik berkata, kalau 5 tahun yang lalu ayah beserta beberapa petani lainnya telah di bawa oleh para tentara Batavara, katanya sih disana ayah di jadikan geladiator, dan sampai sekarang ayah belum kembali pulang,”

“geladiator?? apa hal seperti itu sering terjadi disana?” ujar sang kakek yang kembali mengajukan pertanyaannya,

“tidak si, Cuma baru kemarin ini pasukan mereka datang lagi untuk mengambil 15 wanita muda, aku tidak mengerti untuk apa, tapi yang aku rasakan sepertinya hal itu sangat buruk,”

“iya itu sangat buruk,” ucap pria tua tersebut sambil menutup wajahnya menggunakan selendang yang menyatu dengan bajunya,

“loh kek, kenapa wajahmu di tutup?”

“tidak apa apa, ayo per cepat langkahmu nak,”

***

Kembali kepada Agora,

setiba nya dia di tempat tujuannya, dia pun langsung menghampiri seorang tahanan bernama Haidar, yaitu sosok kaisar yang memimpin di wilayah Kadiparta, dan didalam keadaan tangan serta kakinya yang telah terbelenggu menggunakan rantai beraliran listrik,  Haidar pun mengatakan,

“Agora, kelak setelah diriku lepas dari ikatan ini, maka rohmu juga akan terlepas dari tubuh mu,”

“hahaha ... selama 10 tahun kalimat yang sama yang selalu ku dengar,” ucap Agora seraya berjalan mendekati Haidar,

Kemudian setelah berada di dekatnya, Agora pun kembali berkata,

“Haidar, Kedatangan ku kesini hanya ingin memberikan mu informasi, kalau Kadiparta akan di duduki oleh bangsa Alkimi, dan satu lagi, semua keturunan dari kaum mu itu, sudah tidak ada yang tersisa lagi, termasuk anak mu bukan?? Sekarang kami tinggal menunggu waktu saja akan datangnya kematian mu, sehingga setelah itu terjadi, binasalah keturunan Parta hahaha,”

Setelah mendengar hal tersebut, sambil tersenyum Haidar pun mengatakan,“heemmm, kamu yakin Agora? Tak ada lagi darah biru yang tersisa di semesta ini?apa kamu yakin juga kalau putra ku itu telah mati?” , “bukankah kau dekat dengan bangsa alkimi atau Agastya? Jika iya, coba tanyakan pada mereka, ada berapa darah biru yang tersisa,”

“hahahaha, tanpa bertanya, itu sudah dipastikan, karena di 10 tahun yang lalu, aku sudah mengerakan seluruh pasukan untuk menghabisi kaummu,” jawab Agora dengan penuh rasa percaya diri,

“oh iya? Putra ku masih hidup Agora, belum lama ini aku merasakan hala(aura)nya,” sambil terus tersenyum Haidar pun mengatakan hal tersebut

Dan ternyata ucapan yang dilontarkan dengan tegas oleh Haidar, seketika membuat Agora menjadi terdiam, oleh sebab itu lah, dengan wajah yang jengkel dia pun langsung bergegas dari sana.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status