Share

BAHAGIA SETELAH BERPISAH
BAHAGIA SETELAH BERPISAH
Author: AirinNash

Ini Uangmu, Mas

Author: AirinNash
last update Last Updated: 2022-02-05 17:07:03

Bahagia setelah berpisah 1

**

 

"Mas, beras habis," ucapku pada suamiku yang sedang asyik memainkan gawainya. 

 

"Loh kok cepat sekali," kata nya santai.

 

"Ya ialah inikan sudah mau akhir bulan. Dua hari lagi akhir bulan. Sekalian belikan semua kebutuhan buat keperluan dapur. Sudah pada habis," kataku memberikan dia catatan. Dia mengambilnya dengan kasar. 

 

"Kamu harus hemat-hemat kalau masak, Yuni. Beras 15 kilo di tambah 5 kilo kok habis dalam sebulan. Harusnya masih bersisa pasti anak kamu si Fatih banyak makannya!" kata suamiku ketus. Aku hanya mencibirnya, dia selalu mengungkit masalah Fatih. Ya, Fatih adalah anak bawaan ku. 

 

Aku adalah janda ketika menikah dengan Mas Hamdan. Aku menikah pertama kali setelah lulus SMA dengan ayahnya Fatih. Pernikahan yang sebentar karena saat Fatih berusia dua tahun ayahnya meninggal tersengat listrik saat bekerja.

 

Suamiku dulu pekerja konstruksi istilah kerennya. Istilah lainnya adalah kuli bangunan. Naas jodoh kami hanya sebentar. Sepeninggalan ayahnya Fatih, aku harus berjuang menghidupi anakku. Semua kulakukan mulai dari jadi kuli cuci, gosok dan pembantu orang. Namun uang yang ku peroleh relatif kecil hanya bisa buat makan kami sehari-hari. 

 

Yang paling membuat aku ngenes, Bapak ku sakit keras dan tidak bisa membiayai sekolah Wira adik lelakiku. Hidupku benar-benar diuji saat itu. Ku katakan pada Ibu kalau aku mau jadi TKW saja buat membantu perekonomian keluarga.

 

Ibu tercengang dan tidak setuju pada saat itu. Namun, tekat ku sudah bulat demi kesejahteraan kami semua dan biaya berobat Bapak. Akhirnya Ibu setuju. Berangkatlah aku menjadi TKW ke Hongkong. 

 

"Heh, kamu dengar gak, sih! Malah melamun!" bentak suamiku dengan wajah masam. Aku tersentak mengingat masa laluku kurang lebih sepuluh tahun yang lalu. 

 

"Kamu kok perhitungan sama, Fatih. Dia itu anak yatim. Ingat, Mas. Kamu dulu janji kalau mau menikahiku, kamu juga mau menerima anakku," kataku mengingatkan dia. 

 

"Itu dulu, sekarang zaman sudah susah ditambah kita sudah punya anak. Aku sebenarnya keberatan ngurus si Fatih. Ngasi makan dia kau kira enak," katanya menunjuk wajahku. 

 

"Astagfirullah, sadar, Mas. Berpahala mengasuh anak yatim." 

 

"Ah, diam lah kamu. Ceramah lagi." Mas Hamdan melengos begitu saja dari hadapanku. 

 

**

 

Aku sedang menidurkan Sesil anak ku dengan Mas Hamdan. Usia Sesil masih 6 bulan dan sedang aktif-aktifnya sebagai bayi. Aku dan Mas Hamdan sudah menikah kurang lebih dua tahun. Kami sekarang mengontrak rumah tak jauh dari rumah Ibunya. Aku yang meminta supaya tidak serumah lagi dengan mertua. Karena Ibunya suka mencampuri urusan kami.

 

Ku dengar pintu rumah dibuka, Mas Hamdan pulang membawa belanjaan. Selama menikah Mas Hamdan yang membeli segala kebutuhan dapur. Bila sudah masuk awal bulan seperti sekarang. Aku tak di perkenankan pegang uang yang banyak. Dia hanya menjatahi ku 10 ribu perhari buat keperluan pribadiku seperti membeli pembalut bila aku datang bulan dan membeli sabun buat mencuci pakaian. 

 

Semua keperluan rumah tangga sudah di penuhinya. Kalau aku meminta uang buat keperluan mendadak seperti mengirimi adikku di kampung, pasti Mas Hamdan marah. Apalagi aku minta uang buat keperluan sekolah anakku. Dia sudah dipastikan marah. 

 

"Yuni, ini belanjaan yang kamu minta!" katanya memanggilku. Aku mendatanginya dan bergegas membuka dua buah bungkusan plastik. Semua sudah dibeli seperti gula, garam, minyak sayur, cabai, tomat, bawang dan segala yang ku tuliskan namun dahiku mengernyit ada yang tidak di beli. 

 

"Mas, dimana diapers dan susu Sesil?" tanyaku mengecek lagi belanjaan itu. Dia mendengkus padaku. 

 

"Yuni, selama hampir enam bulan aku tekor beli susu dan diapers. Kamu mau merampokku ya. Asi mu saja buat susu si Sesil dan dia tak perlu pakai diapers. Pakai kan saja celana biasa dan cuci kering saja celana nya buat menghemat pengeluaran. Kau kira gampang cari uang, Ha!" Dia malah membentakku. 

 

"Asi ku gak banyak, Mas. Kamu kan tahu aku makan juga menghemat sehingga Asi ku sedikit. Sedangkan kalau gak pakai diapers Ibumu sendiri akan marah," 

 

"Banyak alasan. Itu dulu waktu kita masih serumah sama Ibu sekarang kita sudah pisah rumah, masalah Asi dan susu, aku gak mau tahu. Yang kutahu banyak perempuan gak perlu beli susu buat anaknya. Mereka juga bisa kerja sambil momong anak gak kayak kamu cuma bisa menadah ke aku aja. Seharusnya kamu contoh Mbak Lia atau Mbak Astri tetangga kita. Mbak Lia itu keren sekali bisa kerja dan menghasilkan," katanya sambil tersenyum ringan membuat aku curiga. Suamiku memang suka curi pandang ke Mbak Lia. Dia Janda tanpa anak dan memang pekerja kantor. 

 

"Kamu ini lucu sekali. Mbak Lia itu pegawai kantoran dan Mbak Astri itu Dokter. Mereka punya banyak uang, Mas. Beda lah dengan aku. Aku kan cuma Ibu rumah tangga yang di jatahi kamu. Kalau aku kerja bagaimana Sesil? Dia masih enam bulan?" protes ku kesal ke Mas Hamdan. 

 

"Makanya kalau gak punya pilihan legowo saja. Turuti kata suami. Masih nadah aku aja kamu pula yang mau ngatur aku. Kecuali kamu bisa menghasilkan duit sendiri. Barulah aku gak mandang kamu sebelah mata," ujarnya sinis. Aku diam memandang nya dengan wajah datar. Kesal dengan kesombongan suamiku. 

 

"Mana uang harian aku, Mas?" kataku menadahkan tangan padanya. Dengan menggerutu dia mengeluarkan uang lima ribu rupiah dari kantongnya.

 

"Nih." Aku tergelak melihat selembar uang lima ribu itu. 

 

"Kok segini, Mas. Biasanya sepuluh ribu!" Aku kembali protes. 

 

"Aku sudah hitung biaya sabun hanya 500 rupiah yang saset, pembalut kamu juga gak sampai 100 ribu harganya. Jadi selama ini aku terlalu banyak ngasih sepuluh ribu sama kamu. Kamu emang pintar uang itu kamu sembunyikan sendiri pasti buat anak kamu si Fatih. Mulai sekarang aku potong uang kamu supaya lebih hemat karena aku sudah membelikan segala keperluan rumah tangga kita." Aku terkaget mendengarnya tak sangka suamiku setega ini padaku dan Fatih. Apa salahnya membantu anak yatim. Lagian uang sepuluh ribu tak sebanding dengan gajinya sebulan di pabrik tekstil ternama.

 

"Tega kamu, Mas!" 

 

"Harus supaya kamu berpikir dan gak terlalu menuntut aku," ujarnya. 

 

"Assalamualaikum, Hamdan ... Hamdan ...," Ibu mertua datang. Aku menghela napasku. Dia selalu datang di saat seperti ini. Ibu masuk begitu saja dan melihat kantung plastik berisi belanjaan. 

 

"Eh, baru pulang belanja ya," kata Ibu melihat-lihat kantung belanjaan. 

 

"Ya begini Bu kalau lagi awal bulan," jawab Mas Hamdan. 

 

"Oh, kebetulan ada beras 5 kilo. Buat Ibu ya, Nak. Sekalian uang jatah buat Ibu," kata Ibu ke Mas Hamdan sekaligus melirikku. Mas Hamdan berlalu mengambil uang dari kamar dan keluar menyerahkan uang kepada Ibu. Beberapa lembar uang yang aku tak tahu nominalnya namun kelihatan banyak. 

 

"Terima kasih, Nak. Sekalian Ibu bawa beras ini ya," ucap Ibu. 

 

"Mas, mana cukup buat sebulan kita makan hanya 15 kilo. Kalau kurang kamu marah. Kita makan sehari 3 kali Mas. Dan kamu kalau makan banyak-banyak." 

 

"Pelit banget kamu sama Ibu! Kamu ajari istrimu supaya jangan pelit sama orang tua!" kata Ibu sengit padaku. Aku mendesah perlahan, bukan maksudnya aku pelit tetapi keuangan di pegang Mas Hamdan dan bila kebutuhan kurang maka dia akan marah besar padaku sedangkan Ibunya terkadang suka datang ke sini dan seenaknya sendiri mengambil apa saja. Seperti beras dan lain-lain. 

 

"Udahlah, Yuni. Coba aja dulu beras 15 kilo dicukupkan dong. Benar kata Ibu kamu pelit sekali sama Ibu." Mas Hamdan justru membela perkataan Ibu.

 

"Pelit? Gak sadar ya? Kamu yang pelit, Mas. Buat makan aja kamu perhitungan apalagi ngasi duit ke aku." 

 

"Berani kamu ngatai aku. Dasar gak bersyukur kamu. Sebenarnya beras itu cukup kalau anak kamu gak ikut makan!" ketusnya lagi padaku. 

 

Terdengar suara Sesil menangis, aku mendengkus melihat mereka kemudian berlalu melihat dia terbangun dari ayunannya. Lantai basah karena dia ngompol.

 

"Astaga, Yuni! Kamu kok jorok amat, sih. Anak ngompol di lantai. Pakai diapers dong!" protes Ibu melihat ku sedang membersihkan lantai lalu ku gendong Sesil buat diganti celananya. 

 

"Tanyakan sama Mas Hamdan. Katanya rugi buat beli diapers nya Sesil!" sungut ku pada Ibu mertua. Dia mencibirku. 

 

"Makanya kamu kerja. Kamu selalu nadah sama anakku aja. Kebutuhan yang mau di tanggung nya banyak termasuk ngasi makan anak kamu juga," ucapnya asal bicara. Mengesalkan, gak dia dan anaknya sama saja memojokkan ku. 

 

"Hamdan Ibu pulang dulu. Ruwet ngelihat kelakuan istrimu." Ibu mertua berlalu sekaligus menatap aku sinis. 

 

"Yuni, aku mau tidur dulu. Dengar jangan ganggu aku, ngerti!" kata Mas Hamdan melengos ke kamar. 

 

Mengesalkan benar-benar mereka sekeluarga. Aku kesal dan marah dengan sikap suamiku yang perhitungan. Menyuruh aku kerja padahal dia tahu aku punya bayi. Mengungkit-ungkit apa yang di makan Fatih padahal dia anak yatim dan membandingkan aku dengan Mbak Lia yang seorang pekerja kantoran. Aku tahu ketika menatap Mbak Lia sang janda matanya gak berkedip. 

 

Lihat saja Mas, kamu gak tahu siapa aku. Aku akan balas kamu. Aku bisa jadi seperti Mbak Lia bahkan lebih kalau aku mau. Selama ini kamu gak bersyukur menikahi aku. 

 

Suamiku gak tahu kalau aku punya uang banyak. Saat aku menjadi TKW di Hongkong. Majikan ku menghibahkan sebagian hartanya padaku karena katanya hanya aku yang mau merawat dia di hari tuanya. Majikan ku wanita tua yang tidak punya siapa-siapa lagi. Sebagian hartanya di hibahkan ke yayasan sosial dan sebagian diberikannya padaku. Uang itu sudah ku pakai sebagian buat membangun rumah Bapakku di kampung dan buat usaha ternak sapi dan kambing Bapakku dan Wira. 

 

Aku sama sekali gak memberi tahu suamiku karena aku tak sangka dia sangat pelit, begitupun keluarganya. Selama ini aku masih bersabar dan kupikir dia akan berubah. Namun, dia malah menganiaya anakku Fatih. Kesabaran ku sirna, biar dia tahu siapa aku dan Fatih. 

 

**

 

Pagi hari, aku sudah menyiapkan anakku Sesil dan Fatih juga sudah rapi mau pergi sekolah. Sebentar lagi anakku akan masuk SMP. Dia menungguku di luar karena kukatakan aku akan mengantarnya ke sekolah. Aku sedang menatap diriku di cermin. Kulitku terlihat kusam karena kurang di rawat. 

 

"Mau kemana kamu, Yuni. Pagi-pagi tumben sudah rapi. Biasanya kamu masih molor alasan Sesil gak bisa tidur malam," ucap suamiku. Aku mendengkus kesal mendengarnya. Dia tak pernah membantuku mengurus Sesil malam hari. 

 

"Mau kerja," ketus ku padanya.

 

"Ha. Gak salah dengar aku, tunggu, lihat kamu pakai bedak segala. Ngapain sih pakai bedak segala. Yang ada kamu ngabisin bedak, wajah kamu tetap aja jelek dan hitam." Aku benar-benar marah mendengar ucapan suamiku. Aku meliriknya tajam. Dia malah terkekeh menertawakan ku. 

 

"Nih!" Aku memberikan uang lima ribu diatas meja padanya.

 

"Apa ini?" 

 

"Duit yang kamu kasih. Aku bakal kerja dan gak butuh uang lima ribu perak yang kamu kasih," aku tersenyum melihat reaksinya. Mas Hamdan mendumel padaku.

 

Bersambung.

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
sdh Yuni lebih baik kmu tinggalin itu Hamdan suami julit dn juga pelit begitupun klga nya julit semua nya dr pada hati mu sakit terus d hina kn kmu punya uang sendiri ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   Keluarga Toxic

    Bahagia Setelah Berpisah 2.**"Ngapain kamu pakai bedak segala. Tetap aja wajahmu gak berubah, dekil dan hitam," ucap Mas Hamdan terkekeh menertawakan ku.Aku hanya diam melihatnya dengan wajah datar. Yah, hina saja dulu sesuka hati."Nih."Aku meletakkan uang lima ribu yang dia beri buat jatah harian ku. Dia menghentikan tawanya."Apa maksudmu?""Kamu gak lihat aku kembalikan uang lima ribu perak yang kamu kasih. Aku gak butuh uang itu," kataku melihatnya sebentar.Aku kembali memoles bedak ke wajahku tak peduli dengan ocehan Mas Hamdan."Dasar sombong. Emang kamu punya du

    Last Updated : 2022-02-05
  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   Wajah Iri

    Bahagia Setelah Berpisah 3. **Aku mengantar anakku sekolah menaiki Bus. Sesil terlihat ceria dengan mainan 'gigitan bayi' ditangannya."Bunda, tembus sejuta lima ratus. Fatih mau beli laptop sekalian ganti Handphone," ujarnya sumringah.Aku menatap bocah yang usianya hampir 12 tahun ini. Dia sebentar lagi masuk SMP, bocah yang seharusnya mendapat kasih sayang penuh itu sudah pandai mencari duit sendiri.Anakku diam-diam menjadi kreator konten di aplikasi merah dan yang menyukai videonya belum banyak masih sekitar 1k subscriber. Konten yang di masukkan selalu ku awasi.Dia membuat konten tentang pelajaran di sekolahnya. Bagaimana menyelesaikan persoalan matematika. Bagaimana cara mengajari anak usia 5 tahun membaca. Bagaimana mengaji dengan baik, tentu dia mengambil konten

    Last Updated : 2022-02-05
  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   Jangan Mengatur Aku

    BAHAGIA SETELAH BERPISAH 4**"Kamu di tanyain kok malah senyum-senyum gak jelas. Kamu ngejek atau bagaimana!" Ibu memasang wajah garang."Yang pasti ya Bu. Duit membeli ini semua bukan dari Mas Hamdan," aku berkata santai sambil membuka makanan di depanku."Terus duit siapa? secara kamu kere dan miskin, gak pernah di kasih duit sama anakku!" ujarnya dengan cibiran seakan senang aku diperlakukan tak adil. Lihat saja ya, Bu. Berkata lah seenak mu sekarang."Aku sudah kerja dan majikanku baik. Aku dapat makanan ini dari dia. Soal laptop Fatih, dapat dari adikku di kampung," kataku santai. Ibu hanya sinis melihatku. Bibirnya di monyong kan ke depan buat mengejekku."Kerja a

    Last Updated : 2022-02-05
  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   Mati Kutu

    BAHAGIA SETELAH BERPISAH 5**PoV Yuni"Aku kayaknya gak bisa masak lagi siang hari buat kamu, Mas," ucapku dengan wajah datar. Dahi Mas Hamdan berkerut."Kenapa?""Aku mulai besok sudah bekerja. Dan aku akan fokus ke pekerjaan aku," kataku dengan tenang. Dia menarik kursi dan duduk di sebelahku."Kerja? Emang kamu udah kerja? Kerja apa? Jadi pembantu ya?" Pertanyaan secara bertubi-tubi dia katakan padaku."Kerja yang halal lah, mau jadi babu atau gak yang penting aku bekerja secara halal supaya bisa beli susu dan diapers Sesil," sergahku ke arahnya. Wajahnya memerah, Mas Hamdan memajukan bibirnya seperti mengejekku."Kalau gak mau kerja juga gak apa. Pak

    Last Updated : 2022-02-05
  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   6. Beli Mobil

    BAHAGIA SETELAH BERPISAH 6**PoV YuniAku teringat tadi pagi saat aku meninggalkan Mas Hamdan ketika dia hendak sarapan. Rasanya aku begitu puas. Puas melihat wajah kecewanya. Biasanya dia yang selalu mengecewakanku. Ini ku anggap belum apa-apa karena masih banyak sekali kejutan-kejutan manis untuknya dan keluarganya.Aku membuka gawaiku dan duduk manis di ruang kerjaku. Aku merasa bahagia bisa menjadi bos. Ternyata menjadi bos itu menyenangkan. Aku tak pernah berpikir buat membuka usaha karena uang itu kubiarkan mengendap di bank. Hanya sebagian kuberikan buat usaha Bapakku dan Wira di kampung.Aku tidak bekerja lagi di Hongkong karena Ibuku sudah tiada sehingga aku harus ambil alih buat mengurus anak ku, Fatih. Lagi pula majikan ku sudah meninggal dan me

    Last Updated : 2022-02-11
  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   7. Masih Singgle

    BAHAGIA SETELAH BERPISAH 7**Netraku membola membaca pesan dari Mas Hamdan. Apa maksudnya? Sudah berani dia mengirim pesan pribadi lewat inboks.[Terima kasih, boleh aja] balas ku sambil mencibirnya.[Kamu keren sekali. Nama kamu siapa, sih?] balasnya lagi.[Nama aku seperti yang tertera di profil][Nama kamu unik juga ya. Kamu orang luar ya?][Asli negara ini dong. Cuma keluargaku pernah tinggal di luar negeri][Oh, pantas kamu kayak unik gimana, gitu. Emangnya kamu dulu pernah tinggal dimana?][Di dekat-dekat China lah] jawabku asal. Dasar kepo.&

    Last Updated : 2022-02-11
  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   8. Aku Pria Sholeh Tapi Boong

    BAHAGIA SETELAH BERPISAH 8.*Suara adzan berkumandang. Aku terbangun dan mendapati Mas Hamdan sedang tidur sambil memelukku. Ih, entah mengapa melihatnya aku langsung merasa kesal. Segera ku lepas kasar tangannya. Dia menggeliat dan beralih membelakangi ku. Netraku teralih ke Sesil. Aku menciumi gadis kecil yang masih enam bulan itu.Aku keluar sambil merenggangkan otot-otot tubuhku karena habis bangun tidur. Ku dapati anakku sudah rapi dengan peci dan baju Koko."Bun, hari ini jadikan temani aku ke masjid. Fatih sudah minta izin mau ambil video Pak Ustadz yang lagi ceramah di sesi tanya jawab." Fatih berdiri berharap aku mau menemani dia membuat konten. Sungguh anak ini semangat sekali setelah ada gawai dan laptop baru."Di masjid sini, kan?" tanyaku sa

    Last Updated : 2022-02-11
  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   9. Baik Buat Orang Lain

    BAHAGIA SETELAH BERPISAH 9.**"Kamu mau beli apa dengan uang sepuluh juta?" tanya Mas Hamdan saat aku sedang di kamar dan menggendong anakku sekaligus mengambil tas."Apa sih kamu, uang itu buat Fatih," kataku mencebik padanya."Yun, aku sebenarnya butuh uang buat modal usaha. Kapan-kapan aku bisa pinjam ya. Nanti kalau usahaku berjalan lancar dan uang nya kembali banyak ke kamu," dia mendekati dan duduk di kasur. Aku menatapnya tajam, Mas Hamdan benar-benar keterlaluan. Bila aku ada uang maka dia akan sibuk untuk menguasai."Gak bisa. Fatih mau khitan dan aku mau buat acara untuknya sekaligus buat biaya sekolahnya!" kudengar Mas Hamdan menarik napas panjang."Ka

    Last Updated : 2022-02-11

Latest chapter

  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   98. End

    Bahagia Setelah Berpisah 98.**Irsyad sedang menunggu Yuni sang istri untuk pergi mengelilingi kota Seoul. Dia sendiri sudah rapi dengan gaya casual khas lelaki modern. Sementara menunggu dia duduk di balkon sambil melihat beberapa email dari perusahaannya."Sayang, sudah siap apa belum?" tanya nya dengan suara nyaring."Udah, Mas," kata Yuni menghampiri sang suami. Melihat Yuni yang rapi dengan tersenyum manis Irsyad mendekat."Kamu cantik banget, sayang." pujinya. Yuni hanya mengulas senyum menerima dengan bahagia pujian sang suami."Kamu juga gagah dan keren," cicit wanita itu malu-malu. Irsyad lalu tertawa kecil lalu dia mengambil tangan Yuni dan mereka berjalan ke luar kamar

  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   97. Liburan Romantis

    Bahagia Setelah Berpisah 97.**PoV Yuni.Mas Irsyad memberi kejutan manis padaku dengan mengajakku pergi ke negara Ginseng. Katanya berlibur di sana lebih dekat dan kami bisa memanfaatkan waktu berdua. Sepanjang perjalanan aku menyandarkan kepalaku di bahunya. Dia menautkan jari jemari kami."Kamu bahagia, Yun?" tanya nya. Aku tetap menyandarkan kepalaku sambil mengangguk."Aku bahagia sekali," ucapku padanya. Dia juga ikut tertawa mendengarkan."Mas. Kamu sering ya jalan-jalan ke luar negeri?" tanyaku."Beberapa kali untuk urusan bisnis dan selebihnya pergi dengan keluarga," sahutnya.&nb

  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   96. Ujung Kata

    Bahagia setelah berpisah 96.**Yuni menggeliatkan tubuhnya. Dia merasa badannya pegal. Saat netra sudah terbuka penuh, ternyata Irsyad sudah ada di sampingnya. Lelaki itu sekarang yang menjadi suaminya. Semuanya terasa bagaikan mimpi. Di cintai oleh Irsyad Yuni tak pernah membayangkan.Dia hanyalah seorang wanita mantan TKW. Tidak di sangka kehidupan berubah begitu cepat. Lelaki ini sangat manis dan juga tampan. Sekarang Irsyad menjadi suaminya. Yuni memperhatikan lebih dekat sosok sang suami yang sedang tertidur lelap. Dia mengulas senyum masih teringat kejadian tadi malam yang membuatnya malu.Irsyad ternyata sosok lelaki yang sangat agresif. Sudah lama Yuni tidak melakukan hubungan itu lagi. Jikapun dulu melakukannya tersimpan rasa sakit di hati dan kar

  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   95. Menuju End

    Bahagia Setelah Berpisah 95.**PoV Hamdan.Sehari sebelum Yuni menikah aku tak bisa tidur sama sekali. Teringat masa-masa manis dan pahit yang kami lewati bersama-sama walau terlalu banyak pahitnya dari pada manisnya.Untuk membuat kegalauan ini sirna. Aku pergi ke rumah sakit jiwa. Aku akan mengunjungi Ambar di sana. Dia sudah lama di rawat di sana tetapi belum ada tanda-tanda dia akan sembuh."Bagaimana kabar kamu, Mbar?" tanyaku saat kami duduk di taman rumah sakit. Tak jauh dari kami ada dua perawat yang memantau. Ambar hanya memandang lurus ke depan dengan pandangan kosong. Benar-benar menyedihkan melihat kondisinya."Mbar, besok Yun

  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   94. Part Romantis

    Bahagia Setelah Berpisah 94.**Yuni menitikkan air mata saat para saksi mengucapkan kata 'sah'. Dia sah menjadi Nyonya Irsyad. Rasa membuncah bahagia luar biasa tak bisa di lukis kan dengan kata-kata.Irsyad menatapnya dengan wajah sendu. Pria itu manis sekali dan juga tampan. Yuni tersipu merasa malu walaupun usia Irsyad sudah empat puluh tahun lebih tetapi dia masih gagah.Prosesi di lanjutkan dengan sungkeman ke orang tua. Sudah duduk dengan manis kedua orang tua Irsyad dan Bapak Yuni serta adiknya Wira bersama Rosita sementara anak-anak Yuni dan Rosita bersama baby sitter. Hanya Fatih yang juga duduk manis di sana. Dia menyuruh Sigit mengambil rekaman untuk di masukkan ke aplikasi merah.

  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   93. Pernikahan Ketiga

    Bahagia Setelah Berpisah 93.**PoV AuthorHamdan terkejut melihat kedua mantan istrinya sudah ada di depannya."Yuni, Lia." katanya berjalan perlahan. Mereka berdiri menatap Hamdan tak sangka kalau lelaki di depannya adalah mantan suami mereka."Kami menunggumu dari tadi," ucap Lia. Dahinya mengernyit."Menunggu, ada perlu apa? Kalian datang mau meminta uang?" tanya nya heran. Pasalnya Hamdan memang belum memberi anak-anak mereka uang."Tidak, kok. Mari duduk," sahut Yuni. Hamdan lalu duduk di dekat mereka berdua."Aku datang mau bersilaturahmi kebetulan bertemu Lia di Mall dan

  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   92. Kejutan Manis

    Bahagia Setelah Berpisah 92. ** Yuni merasa sangat bahagia dia tak menyangka akan mendapatkan kejutan manis seperti ini. Tiba-tiba, ada yang datang membawa bolu dan menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Yuni tersentak karena itu suara Wira, Rosita dan Bapaknya. Segera Yuni meluncur memeluk Bapaknya, bergantian Wira dan Rosita. Dia mengelap kasar air yang membasahi netranya tak sangka di hari ulang tahunnya Irsyad melamar dan ada keluarganya juga menyaksikan di belakang sebagai bagian dari surprise indah untuknya. "Dah lah, jangan nangis Mbak!" kata Wira mengulas senyum untuk Yuni. Wanita itu memukul kecil adiknya.

  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   91. Lamaran Romantis

    Bahagia Setelah Berpisah 91.**PoV Author.Ambar menatap Yuni sengit. Darah sudah keluar dari selang infusnya dan Yuni menjadi takut. Dia bersembunyi di belakang tubuh Irsyad."Mbak, Yuni. Keluar kamu! Kalau kamu mau ngetawain aku datang ke sini. Aku gak sudi kamu jenguk. Kamu senang, 'kan aku kayak gini!" sentaknya marah.Perlahan Yuni melirik lewat bahu Irsyad. Seperti nya Ambar tidak gila seperti kata Hamdan. Buktinya dia masih mengenal Yuni. Yuni berjalan pelan ke Ambar, dia sudah tak takut lagi karena Ambar tidaklah gila.&nb

  • BAHAGIA SETELAH BERPISAH   90. Kamu Harus Move On

    Bahagia Setelah Berpisah 90.**PoV Author.Irsyad memberikan sesuatu berupa hadiah untuk Hamdan. Yuni membantu untuk membungkusnya. Sambil mengulas senyum pria itu memberikannya pada Hamdan."Terimalah, Mas. Mas Irsyad memesan ini khusus untukmu," kata Yuni juga mengulas senyum setelah meletakkan buah-buahan yang di belinya sebagai buah tangan menjenguk orang sakit."Apa ini?""Kamu buka saja dulu," kata Yuni lagi sambil mengambil kursi untuk duduk. Hamdan menghela napas merasa malas karena kata Yuni ini adalah pemberian Irsyad. Tetapi tak apalah dia membukanya saja jika tak berguna maka Hamdan akan membuangnya diam-diam.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status